UJI KINERJA MESIN PENIRIS MINYAK GORENG PADA PENGOLAHAN KERIPIK The Performance of Cooking Oil Spinner Machine on Chips Processing

dokumen-dokumen yang mirip
UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK SALAK PADA ALAT PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROPORSI UBI JALAR ORANYE DAN MAIZENA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI JALAR ORANYE

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

HUBUNGAN KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN SECARA BERULANG TERHADAP UMUR SIMPAN KERIPIK SOSIS AYAM OLEH UMMI SALAMAH F

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

LAPORAN HASIL LITBANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik


UJI LAMA PENGERINGAN DAN TEBAL TUMPUKAN PADA PENGERINGAN UBI JALAR DENGAN ALAT PENGERING SURYA TIPE RAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK BENGKOANG DENGAN VACCUM FRYING

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

PERUBAHAN MASSA AIR, VOLUME, DAN UJI ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH DENGAN BERBAGAI VARIASI WAKTUPADA PENGGORENGAN TEKANAN HAMPA UDARA

Gambar 6. Rontokan seasoning pada belt conveyor (A) dan pada mesin weighing (B)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas Var. Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK SUMPING S K R I P S I

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

TUGAS AKHIR SRI NUR AENY L0C009090

MODEL MATEMATIKA OPTIMASI UNTUK PERBAIKAN PROSES PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP TEKSTUR KERIPIK BUAH

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK WORTEL DENGAN VACCUM FRYING

EVALUASI POLA SURVIVAL KERIPIK SINGKONG SELAMA PENYIMPANAN BERDASARKAN KERUSAKAN FISIK

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER

Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang

PENGARUH LAMA PENGGORENGAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA KERIPIK PEPAYA YANG DIGORENG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN VAKUM

PENGARUH KONSENTRASI SUSU BUBUK DAN GELATIN TERHADAP MUTU MINUMAN PROBIOTIK SARI UBI JALAR UNGU SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI PATI UBI JALAR PADA BAHAN PELAPIS EDIBEL TERHADAP MUTU BUAH SALAK SIDIMPUAN TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI OLEH :

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

Herry Kurniawan 1), Suparmi 2), Sumarto 2) Abstract

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

PENGARUH PENGGUNAAN HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK STICK UBI KAYU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

UJI DIAMETER PULI PADA ALAT PENIRIS MINYAK TIPE SENTRIFUGAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL ILMIAH PERBEDAAN PENGGUNAAN TEPUNG TERIGU, PATI SINGKONG DAN PATI JAGUNG TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA KRUPUK PEPAYA

ABSTRAK

PEMANFAATAN PATI UBI JALAR MERAH SEBAGAI EDIBLE COATING DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BUAH STRAWBERRY SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI MINYAK NABATI TERHADAP MUTU MENTEGA KACANG (PEANUT BUTTER)

Lampiran 1. Tabel syarat mutu keripik pisang

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KLORIDA DAN SUHU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI KERIPIK UBI JALAR MERAH

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUR BUAH TOMAT DENGAN SARI UBI JALAR ORANYE DAN KONSENTRASI KALIUM SORBAT TERHADAP MUTU SAOS PEPAYA SKRIPSI

MODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK NANAS DENGAN VACCUM FRYING

RANCANG BANGUN ALAT PENGGORENGAN VAKUM (TINJAUAN PENGARUH WAKTU DAN SUHU TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK JAMUR TIRAM)

PERBAIKAN MUTU KERIPIK JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KACANG KEDELAI DAN PERLAKUAN PERENDAMAN PADA LARUTAN KAPUR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

Oleh. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung ABSTRAK

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.

SKRIPSI. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L.

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen di bidang Ilmu Teknologi pangan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam

Optimasi Proses Penggorengan Hampa dan Penyimpanan Keripik Ikan Pepetek (Leiognathus sp.)

UJI KERAPATAN KERANJANG PENIRIS PADA ALAT PENIRIS MINYAK TIPE SENTRIFUGAL

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BONGGOL. PISANG ( Musa paradisiaca ) TERHADAP DAYA SERAP AIR DAN DAYA TERIMA BROWNIES

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

ESTABLISHMENT OF QUALITY ATTRIBUTES STANDARD OF RAMBAK CRACKER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

SHELF LIFE ESTIMATION OF CORN COOKIES PACKED IN OPP-PP AND METALIZED PLASTIC USING ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING METHOD-ARRHENIUS EQUATION SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

Transkripsi:

Hamimi et al Uji Kinerja Mesin Peniris UJI KINERJA MESIN PENIRIS MINYAK GORENG PADA PENGOLAHAN KERIPIK The Performance of Cooking Oil Spinner Machine on Chips Processing Hamimi 1, Tamrin 2, Sri Setyani 2 1. Mahasiswa Program Studi Magister Teknologi Agroindustri Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung ABSTRACT This study was aimed to test the performance of AGROWINDO cooking oil spinner by determining the best spinning rate and spinning duration on several types of chips processed at home-industry scale. The research was conducted in two factors : the spinning rate (rpm) 1: 4 = 400, 1:5 = 450, and 1:6 = 500 rpm, and the duration of spinning time: 40, 60, and 80 seconds; cassava chips, banana chips, and sweet potato chips were used as materials. The treatments were replicated three times. The data of cooking oil drained or removed from the chips and the amount of rejected chips were analyzed descriptively, while the data obtained from organoleptic test of the chips were analyzed using ANOVA, then continued tested using orthogonal polynomials at 1% and 5% levels. The results of this study indicated that: the spinning rate (rpm) and spinning duration had an effect on level of disposal cooking oil and amount of rejected chips. The highest level of cooking oil removed from the chips was found at sweet potato chips with value of 19.5%. This value was obtained through spinning rate of 500 rpm and spinning duration of 80 seconds. Keywords: Spinner machine performance, sweet potato, cassava, banana, chips. PENDAHULUAN Perhatian pemerintah terhadap industri kecil keripik semakin meningkat. Salah satunya pada peralatan-peralatan yang mendukung peningkatan kinerja produksi pengolahan dan peningkatan hasil pendapatan dari industri tersebut. Industri keripik yang berkembang pesat di Bandar Lampung tepatnya di Gg. PU Jalan Zainal Abidin Pagar Alam yang telah di pelopori oleh PTP Nusantara VII Perindustrian dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Bandar Lampung. Dukungan PTP Nusantara VII kepada para pelaku industri keripik di Bandar Lampung adalah dengan memberikan bantuan berupa mesin peniris minyak. Mesin peniris minyak yang diberikan PTP Nusantara VII berkapasitas 5 kg dengan kecepatan putaran 900-1200 rpm dan bermerk mesin spinner AGROWINDO. Pada umumnya jenis makanan yang dapat menggunakan mesin peniris tersebut adalah produk gorengan seperti: abon, kerupuk, tempurah, bakso goreng, dan pisang goreng. Fungsi dari mesin peniris adalah untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan minyak pada makanan gorengan (Anonim, 2011). Namun, mesin peniris minyak bantuan PTP Nusantara VII setelah diaplikasikan pada industri keripik mengalami kegagalan berupa keripik yang telah diaktus/ditiris banyak yang pecah, sehingga mutu keripik menurun dan hal tersebut tidak dianggap tepat untuk digunakan oleh pelaku industri keripik. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas diduga bahwa banyaknya keripik yang pecah diakibatkan oleh putaran tabung mesin peniris masih tinggi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian uji kinerja mesin peniris minyak pada produk keripik dengan mengkaji perlakuan putaran tabung mesin peniris dan lama waktu penirisan. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 91

Uji Kinerja Mesin Peniris METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit mesin peniris AGROWINDO berkapasitas 5 kg, puli, gelas ukur, timbangan digital, ember anti pecah, plastik keranjang, timbangan manual dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar yang baru selesai digoreng. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 perlakuan yaitu tingkat putaran tabung mesin peniris terdiri dari 400, 450, dan 500 rpm; dan lama waktu penirisan terdiri dari 40, 60, dan 80 detik. Masing-masing perlakuan diujikan pada tiga jenis keripik yaitu keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar. Penelitian dilakukan tiga kali ulangan. Tiap unit percobaan menggunakan sebanyak 2 kg keripik yang baru selesai di goreng. Setelah dilakukan pengamatan berupa penimbangan kadar minyak pada keripik sesudah dan sebelum penirisan, maka dilakukan pemilihan dan perhitungan banyaknya keripik yang pecah. Perhitungan banyaknya minyak goreng yang dikeluarkan serta persentase (%) kerusakan (keripik pecah) diperhitungkan lebih lanjut agar diperoleh hasil yang optimum. Data hasil pengukuran parameter kadar minyak yang teraktuskan dan kerusakan keripik hasil dari penirisan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data yang diperoleh dari uji organoleptik keripik dianalisis dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji Bartlett, kemudian dilakukan analisis ragam Hamimi et al untuk melihat adanya perbedaan data lalu diolah lebih lanjut dengan uji polinomial ortogonal pada taraf 1% dan 5%. Pelaksanaan Penelitian Persiapan bahan Persiapan bahan yang dilakukan adalah menggoreng keripik masing-masing dari 3 jenis keripik yaitu keripik pisang, keripik ubi jalar, dan keripik singkong. Ukuran dan tebal keripik mengikuti ukuran yang biasa digunakan oleh industri keripik Suheri keripik pisang 1 mm, keripik ubi jalar dan keripik singkong yaitu 0,8 mm. Keripik yang telah digoreng diangkat dan ditimbang sebanyak 2 kg. Kemudian keripik langsung dimasukkan dalam mesin peniris. Persiapan alat Mesin peniris diatur dengan 3 tingkat kecepatan tabung peniris sesuai dengan yang di inginkan dengan tingkat putaran 400, 450, dan 500 rpm. Penirisan keripik Keripik yang baru digoreng dalam penelitian ini ditimbang sebanyak 2 kg. Keripik yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam mesin peniris sesuai perlakuan. Keripik yang telah diaktuskan ditimbang kembali untuk mengetahui perubahan bobotnya dan banyaknya minyak yang teraktuskan. Keripik setelah penirisan dilakukan analisis yaitu pemisahan antara ukuran keripik yang utuh dan keripik yang pecah atau hancur. Kemudian sampel di uji organoleptik. Diagram alir penirisan keripik dapat dilihat pada Gambar 1. 92 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Hamimi et al Uji Kinerja Mesin Peniris Bahan baku keripik singkong/pisang/ubi jalar Minyak Penggorengan Penimbangan keripik masing-masing 2 kg Keripik dimasukkan dalam mesin peniris dengan putaran (400, 450, dan 500 rpm) dengan waktu (40, 60, dan 80 detik) Keripik ditimbang kembali Minyak Pengamatan Keripik pecah (%) Kadar minyak teraktuskan/tertiris kan(%) Organoleptik Gambar 1 : Diagram alir penirisan keripik singkong, pisang, dan ubi jalar. Pengamatan Kerusakan keripik (keripik pecah) Analisis tingkat kerusakan keripik : %KP= A x 100% B Dimana : A= Berat keripik pecah sesudah penirisan B= Berat sebelum penirisan KP = Keripik pecah (%) Minyak yang teraktuskan/tertiriskan Pengukuran minyak dilakukan dengan cara berat sampel awal sebelum diaktus dikurang berat sampel setelah diaktus kemudian dibagi dengan berat sampel sebelum diaktus. Perhitungan dengan menggunakan rumus : P1 P2 Km = x 100% P1 Dimana : Km : Minyak yang teraktuskan (%) P1: Berat sampel sebelum diaktus (gr) P2: Berat sampel setelah diaktus (gr) Uji sensori Uji sensori atau organoleptik merupakan ilmu multidisiplin yang menggunakan panelis terlatih panca indranya untuk mengukur sifat sensori dan penerimaan produk pangan. Uji sensori juga sebagai identifikasi, pengukuran ilmiah, analisis dan interprestasi sifat produk melalui lima indera yaitu penglihatan, penciuman, perasaan, peraba dan pendengaran. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 93

Uji Kinerja Mesin Peniris Uji Organoleptik dilakukan terhadap warna, rasa, kerenyahan, dan kenampakan dengan metode skoring untuk mendapatkan skor penilaian terhadap hasil penggorengan sedangkan penerimaan keseluruhan di uji dengan metode atau uji hedonik dengan membandingkan dengan reference (R) (Nawansih dan Nurainy, 2006). Sampel yang disajikan kepada panelis adalah keripik pisang, keripik singkong dan keripik ubi jalar yang telah diaktuskan dengan mesin peniris dan dibandingkan dengan keripik pisang, Hamimi et al keripik singkong dan keripik ubi jalar yang tidak diaktus (R). HASIL DAN PEMBAHASAN Minyak yang Teraktuskan Uji kinerja mesin peniris sesuai perlakuan yang telah ditentukan pada sampel keripik singkong menghasilkan minyak yang teraktuskan berkisar 7,83% - 15,33% (Gambar 2). Nilai minyak yang teraktuskan tertinggi pada sampel keripik singkong yaitu pada perlakuan putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. Gambar 2. Minyak yang teraktuskan pada sampel keripik singkong. Nilai minyak teraktuskan pada sampel keripik pisang berkisar 4,17% - 11,83% (Gambar 3). Nilai minyak yang teraktuskan tertinggi pada sampel keripik pisang yaitu terdapat pada perlakuan putaran 500 rpm dengan lama waktu 60 detik dan putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik sedangkan nilai terendah pada perlakuan putaran 400 rpm dengan lama waktu 40 detik. Nilai minyak yang teraktuskan pada perlakuan putaran 400 rpm dengan lama waktu 80 detik menghasilkan nilai sama dengan perlakuan putaran 450 rpm dengan lama waktu 40 detik yaitu sebesar 6,83%. Nilai minyak teraktuskan pada sampel keripik ubi jalar berkisar 10,17% - 19,5% (Gambar 4). Nilai minyak yang teraktuskan tertinggi pada sampel keripik ubi jalar yaitu terdapat pada perlakuan putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik sedangkan nilai terendah pada perlakuan putaran 400 rpm dengan lama waktu 40 detik. 94 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Hamimi et al Uji Kinerja Mesin Peniris Gambar 3. Minyak yang teraktuskan pada sampel keripik pisang. Gambar 4. Minyak yang teraktuskan pada sampel keripik ubi jalar. Minyak tertinggi yang teraktuskan dari ketiga jenis sampel yang diuji dengan perlakuan mesin peniris yang sama terdapat pada jenis keripik ubi jalar dengan nilai 19,5%. Nilai tersebut diperoleh dari perlakuan putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. Hal ini diduga karena dengan adanya gaya sentrifugal yang tinggi pada mesin peniris dan lama waktu putaran yang mengakibatkan minyak yang terjerat dalam produk teraktus keluar dari bahan. Menurut Wulandari dan Nunuk (2009) prinsip utama mesin peniris minyak adalah mengurangi kandungan minyak bahan dengan menggunakan teknik putaran tinggi (sentrifus) sehingga mampu menarik sebagian minyak keluar. Hal ini juga dapat dilihat dari permukaan keripik ubi jalar yang dihasilkan yaitu lebih kering. Menurut Wulandari dan Nunuk (2009) hasil pengamatan laboratorium terhadap produk keripik dan kerupuk yang diujikan dengan mesin penirisan minyak, ternyata dapat mengurangi kadar minyak 7,14% - 22,35%. Minyak yang teraktuskan terendah dari ketiga jenis keripik yang diujikan terdapat pada jenis keripik pisang dengan nilai 4,17%. Nilai tersebut diperoleh dari perlakuan putaran 400 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 95

Uji Kinerja Mesin Peniris rpm dengan lama waktu 40 menit. Menurut Gamble et al., (1987) dan Moreira et al., (1995) selama proses penggorengan produk akan menyerap minyak. Medium penggorengan (minyak) juga dapat teradsorpsi pada permukaan atau terabsorbsi menuju bagian dalam produk yang digoreng mengisi pori-pori (Anonim, 2010). Minyak teraktuskan rendah akibat terikatnya minyak dalam pori keripik pisang dan menyebabkan minyak sebagai media penggorengan tidak keluar dari bahan pada penirisan dengan putaran dan lama waktu yang singkat. Kerusakan Keripik (Keripik Pecah) Persentase kerusakan keripik berupa keripik yang pecah merupakan nilai yang mengindikasikan kinerja mesin peniris pada sampel keripik yang diujikan. Pada sampel keripik singkong tingkat keripik pecah berkisar Hamimi et al 2,67% 6% (Gambar 5). Persentase keripik pecah terbanyak terjadi pada putaran 500 rpm lama waktu 60 detik dan 80 detik yaitu 6%, keripik pecah terendah pada putaran 400 rpm lama waktu 40 detik dengan nilai 2%. Persentase keripik pecah pada sampel keripik pisang berkisar 2% 10% (Gambar 6). Keripik pisang pecah tertinggi terjadi pada putaran 500 rpm lama waktu 80 detik dengan persentase 10% sedangkan persentase keripik pisang pecah terendah pada putaran 400 rpm lama waktu 40 detik yaitu 2%. Persentase keripik pecah pada sampel keripik ubi jalar berkisar 5,5% 14,83% (Gambar 7). Persentase keripik ubi jalar pecah tertinggi terjadi pada putaran 500 rpm lama waktu 80 detik yaitu 14,83% sedangkan persentase keripik ubi jalar pecah terendah pada putaran 400 rpm lama waktu 40 detik yaitu..5,5%. Kerusakan keripik (%) 7,00 6,00 5,00 3,00 2,00 1,00 0,00 40 60 80 400 (rpm) 450 (rpm) 500 (rpm) Lama waktu (detik) Gambar 5. Persentase tingkat keripik singkong yang pecah. Kerusakan keripik (%) 12,00 10,00 8,00 6,00 2,00 0,00 40 60 80 400 (rpm) 450 (rpm) 500 (rpm) Lama waktu (detik) Gambar 6. Persentase tingkat keripik pisang yang pecah. 96 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Hamimi et al Uji Kinerja Mesin Peniris Kerusakan keripik (%) 16,00 1 12,00 10,00 8,00 6,00 2,00 0,00 40 60 80 400 (rpm) 450 (rpm) 500 (rpm) Lama waktu (detik) Gambar 7. Persentase tingkat keripik ubi jalar yang pecah. Dari ketiga grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran mesin peniris dan lama waktu penirisan yang lama dapat menyebabkan persentase tingkat kerusakan berupa keripik pecah semakin tinggi pula. Persentase keripik pecah tertinggi dari ketiga jenis keripik yang diujikan terjadi pada jenis keripik ubi jalar yaitu 14,83% pada putaran mesin peniris 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. Hal ini diduga karena minyak pada permukaan keripik ubi jalar banyak terakuskan dan permukaan keripik menjadi kering sehingga pada saat putaran tinggi dengan gaya sentrifugal dan lama waktu penirisan relatif lama maka keripik tersebut pecah atau hancur terhentak dinding silinder mesin peniris. Persentase keripik pecah terendah dari ketiga jenis keripik yang diujikan terjadi pada jenis keripik pisang yaitu 2% pada putaran mesin peniris 400 rpm dengan lama waktu 40 detik. Hal ini diduga karena bahan baku pisang memiliki kandugan air yang cukup tinggi sehingga pada waktu penggorengan air teruapkan dan pori-pori bahan terisi minyak dan mampu menambah bobot pada bahan pada saat penirisan. Dengan bertambahnya bobot bahan yang diaktus akan menambah kestabilan perputaran mesin. Penguapan air pada bahan baku pisang selama penggorengan ditandai dengan adanya gelembung-gelembung udara yang keluar dari bahan, yang menandai adanya ruang kosong di dalam bahan (Weiss, 1983). Hasil Uji Organoleptik Kerenyahan keripik Hasil analisis dari keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar menunjukkan bahwa putaran tabung mesin peniris berpengaruh terhadap kerenyahan keripik yang dihasilkan. Semakin tinggi putaran mesin maka nilai kerenyahan yang dihasilkan semakin meningkat. Tingginya nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kerenyahan keripik semakin baik. Nilai tertinggi tingkat kerenyahan dari ketiga jenis keripik terdapat pada keripik ubi jalar yaitu 4,72 (lebih renyah dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus sampai sangat lebih renyah dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus). Tingkat kerenyahan yang tinggi pada keripik ubi jalar diduga karena minyak yang terjerat dalam pori ubi jalar teraktuskan dengan putaran yang tinggi dan waktu penirisan yang cukup lama sehingga bahan atau sampel keripik menjadi lebih kering. Hasil penelitian Wulandari dan Nunuk (2009) menyatakan bahwa penirisan keripik dengan mesin pangaktus menghasilkan keripik dengan permukaan bahan yang tidak mengkilat atau keset dan teksturnya lebih renyah. Kerenyahan merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana volume ruang pada bahan yang terisi air teruapkan pada saat penggorengan dan ruang tersebut terisi oleh udara sehingga volume ruang akhir lebih besar dibandingkan volume ruang awal setelah adanya penirisan Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 97

Uji Kinerja Mesin Peniris minyak dan menyebabkan kerenyahan pada bahan (Maresa, 2009). Nilai rata-rata terendah dari ketiga jenis keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar terdapat pada keripik singkong pada perlakuan putaran mesin 450 rpm dengan lama waktu 40 detik yaitu 2,78 (antara agak renyah dari keripik singkong yang tidak diaktus sampai sama renyah dengan keripik singkong yang tidak diaktus). Rendahnya nilai rata-rata kerenyahan keripik singkong pada perlakuan Hamimi et al putaran mesin 450 rpm dengan lama waktu 40 detik diduga karena pada proses penggorengan tidak ada standar lama penggorengan dan suhu yang dipakai. Rendahnya suhu penggorengan dan waktu yang singkat dapat mempengaruhi tingkat kerenyahan keripik yang dihasilkan. Skor tertinggi kerenyahan dari masingmasing keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar diperoleh pada perlakuan kecepatan 500 rpm dengan lama waktu 80 detik (Gambar 8). Nilai rata-rata skor kerenyahan 5,00 3,00 2,00 1,00 0,00 4,42 4,72 3,93 Keripik Singkong Keripik Pisang Keripik Ubi Jalar Jenis keripik Gambar 8. Perbandingan skor kerenyahan dari ketiga jenis keripik yang diuji pada kecepatan 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. Kenampakan keripik Hasil analisis dari ketiga jenis keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar menunjukkan bahwa putaran mesin (rpm) berpengaruh terhadap masing-masing kenampakan keripik yang dihasilkan. Semakin tinggi rpm mesin maka nilai tengah kenampakan yang dihasilkan semakin meningkat. Tingginya nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa kenampakan keripik semakin baik. Nilai tertinggi kenampakan dari ketiga jenis keripik terdapat pada keripik ubi jalar yaitu 4,37 (agak kering dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus sampai sangat kering dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus). Nilai kenampakan keripik singkong juga hampir mendekati nilai keripik ubi jalar yaitu 4,32 dengan kriteria penilaian yang sama dari konsumen yaitu antara agak kering dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus sampai sangat kering dari keripik ubi jalar yang tidak diaktus. Tingginya nilai kenampakan tekstur pada keripik ubi jalar atau keripik singkong diduga karena minyak banyak yang teraktuskan dari bahan sehingga permukaan bahan menjadi kering. Hasil penelitian Wulandari dan Nunuk (2009) menyatakan bahwa penirisan keripik dengan mesin pangaktus menghasilkan keripik dengan permukaan bahan yang tidak mengkilat atau keset akibat minyak pada bahan banyak yang teraktuskan. Penggunaan mesin peniris dengan putaran yang tepat mampu mengeluarkan minyak dari bahan yang diaktus dan membuat produk menjadi kering tidak terlihat berminyak sehingga menambah tingkat penerimaan konsumen (Anonim, 2010). Nilai rata-rata terendah kenampakan dari ketiga jenis keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar terdapat pada keripik pisang, perlakuan putaran mesin 400 rpm dengan lama waktu 40 detik yaitu 2,85 (antara agak berminyak dari keripik pisang yang tidak 98 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011

Hamimi et al diaktus sampai sama dengan keripik pisang yang tidak diaktus). Rendahnya nilai tersebut diduga karena minyak masih banyak yang terjerat pada bahan dan tidak dapat teraktuskan secara maksimal karena putaran mesin masih rendah (400 rpm). Keripik pisang juga memiliki karakteristik bahan granula yang lebih besar dibandingkan keripik singkong atau ubi jalar sehingga memungkinkan minyak banyak terjerat di dalamnya. Menurut Pinthus et al. (1993) Uji Kinerja Mesin Peniris dalam Putri (2011) besarnya minyak yang terserap pada produk keripik meliputi bentuk dan kandungan bahan, kualitas minyak, dan suhu dan waktu penggorengan. Skor tertinggi kenampakan dari masingmasing keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar diperoleh pada perlakuan kecepatan 500 rpm dengan lama waktu 80 detik (Gambar 9). Nilai rata-rata skor kenampakan 4,60 4,40 4,20 3,80 3,60 3,40 4,32 4,37 3,83 Keripik Singkong Keripik Pisang Keripik Ubi Jalar Jenis Keripik Gambar 9. Perbandingan skor kenampakan dari ketiga jenis keripik yang diuji pada kecepatan 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. Penerimaan keseluruhan Hasil analisis tingkat penerimaan keseluruhan dari keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar menunjukkan bahwa putaran mesin (rpm) dan lama waktu penirisan berpengaruh pada produk akhir yang dihasilkan. Penilaian panelis terhadap penerimaan keseluruhan merupakan hasil penilaian dari beberapa parameter yang diujikan yaitu kerenyahan, dan kenampakan. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan dari masing-masing parameter maka kualitas organoleptik keripik yang dihasilkan semakin baik. Skor tertinggi penerimaan keseluruhan dari masing-masing keripik singkong, keripik pisang, dan keripik ubi jalar diperoleh pada perlakuan kecepatan 500 rpm dengan lama waktu 80 detik (Gambar 10). Nilai rata-rata skor penerimaan keseluruhan 4,60 4,40 4,20 3,80 3,60 3,40 4,37 4,47 3,83 Keripik Singkong Keripik Pisang Keripik Ubi Jalar Jenis Keripik Gambar 10. Perbandingan skor penerimaan keseluruhan dari ketiga jenis keripik yang diuji Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 99

Uji Kinerja Mesin Peniris KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Mesin peniris merk AGROWINDO yang telah diuji kinerjanya dengan mengubah perlakuan putaran mesin (rpm) dan lama waktu penirisan dapat digunakan pada penirisan keripik ubi jalar, keripik singkong, dan keripik pisang pada industri rumah tangga. 2. Persentase minyak yang teraktuskan pada putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik paling tinggi diperoleh pada jenis keripik ubi jalar yaitu 19,5%. 3. Persentase kerusakan tertinggi diketahui pada jenis keripik ubi jalar yaitu 14,83% terjadi pada putaran 500 rpm dengan lama waktu 80 detik. 4. Pada uji organoleptik perlakuan putaran 500 rpm lama waktu penirisan selama 80 detik menghasilkan: a. Kerenyahan tertinggi pada keripik ubi jalar dengan skor 4,72 (cenderung sangat renyah). b. Kenampakan tertinggi pada keripik ubi jalar dengan skor 4,37 (cenderung lebih kering). c. Tingkat penerimaan keseluruhan terhadap keripik ubi jalar dengan skor 4,47 (cenderung sangat disukai). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Penggorengan (Frying). http://rewisa.files.wordpress.com/201 0/10/penggorengan-frying.pdf. Diakses pada tanggal 02 September 2011. Anonim. 2011. Mesin Spinner, Penapis Minyak, Peniris Minyak. Hamimi et al http://www.mesinpertanian.com/mes in_spinner_peniris_minyak_penapis _Minyak.html. Diakses pada tanggal 02 September 2011. Gamble, M.H. Gamble, P. Rice and J.D. Selman. 1987. Relationship Between Oil Uptake and Moisture Loss During Frying of Potato Slice from UK Tubers. International Journal of Food Science and Technology 22, pp. 223 241. Maresa, R. D. 2009. Mempelajari pengaruh perlakuan suhu terhadap kualitas keripik pisang muli model semprong dengan penggoreng vacuum (vacuum fryer). (Skripsi). Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 122 hal. Moreira, R.G. Moreira, J.E. Palau and X. Sun, 1995. Deep-Fat Frying of Tortilla Chips: An Engineering Approach. J. Food Technology 49, pp. 146 150. Nawansih dan Nuraini. 2006. Uji Sensori. Buku Ajar. Universitas Lampung Bandar lampung. Putri, S. 2011. Kajian sifat fisikokimia tepung jagung nikstamal dan aplikasinya sebagai bahan baku Tortilla Chips. (Tesis). Magister Teknologi Agroindustri. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Weiss, T.J. 1983. Food Oils and Their Uses. The AVI Publishing. C. Inc. Westport Connecticu. Wulandari, A. Dan Nunuk S. R. 2009. Perbaikan Teknik Pembuatan Keripik Menggunakan Penirisan Minyak di Sentra Industri Makanan Ringan Dusun Jiwan, Gondangan, Jogonalan, Klaten. Jurnal Prospect Februari 2009, Tahun 5 Nomor 8. Hal 39-44. 100 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011