BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan makhluk lainnya didunia ini. Dikatakan bahwa bahasa memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

Pergi kemana? どこへ行きますか

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

Bab 5. Ringkasan. Saat ini banyak orang yang mempelajari bahasa Jepang dan mulai tertarik dengan

BAB 3 ANALISIS DATA. mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

Bab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia ini. Dikatakan bahwa bahasa memiliki fungsi utama yaitu alat komunikasi (Tarigan, 1990;2). Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Menurut Finnochiaro (1964: 8) yang dikutip oleh J. P. Rombepajung (1988: 23), definisi bahasa adalah: Language is a system of arbitrary vocal symbols which permits all people in a given culture or other people who have learned the systems of that culture to communicate or to interact. (Bahasa adalah suatu sistem symbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan orang dalam masyarakat tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari system tersebut untuk berkomunikasi atau berinteraksi). Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Karena dengan bahasa tersebut manusia dapat saling berkomunikasi satu sama lain serta dapat saling berhubungan dengan negara luar, salah satunya ialah Jepang. Dimana dewasa ini Jepang merupakan negara yang sangat maju, sehingga banyak masyarakat ingin mengetahui tentang Jepang, terutama bahasanya. Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan maupun Teknologi, Pendidikan bahasa Jepang di Indonesia berkembang dengan pesat, terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang untuk kebutuhan akademik, komunikasi maupun professional. 1

(Danasasmita, 2002 : 85), Pendidikan bahasa Jepang di Indonesia diselenggarakan dari SMA sampai tingkat perguruan tinggi, yang masing-masing mempunyai tujuan dan misi muatan yang berbeda. Baik pengajar maupun pembelajar bahasa Jepang perlu memahami tentang linguistik bahasa Jepang. Pengetahuan ini merupakan media memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang. Dikarena bahasa Jepang dan bahasa Indonesia bukan bahasa yang serumpun, sehingga banyak kendala yang harus dihadapi. Beberapa diantaranya ialah karena adanya transfer negatif bahasa ibu (bahasa Indonesia) ke bahasa Jepang, serta bahasa Jepang memiliki karakteristik yang unik, diantaranya: 1. Jenis huruf yang beragam ((kanji, hiragana, katakana), 2. Pola kalimat bahasa Jepang menggunakan pola S O P (Subjek, Objek, Predikat), sedangkan bahasa Indonesia menggunakan pola S P O (Subjek, Predikat, Objek), 3. Struktur frasa, bahasa Jepang berpola M D (Menerangkan Diterangkan) dan bahasa Indonesia berpola D M (Diterangkan Menerangkan), 4. Pengucapan atau pelafalannya. Beranjak dari perbedaan-perbedaan inilah, perlu adanya upaya untuk memudahkan memahami bahasa Jepang yaitu salah satunya dengan cara Analisis Kontrastif antara bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia ditinjau dari segi linguistiknya. Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melalui makna kedua kata tersebut. Dalam http://www.google.com/analisiskontrastif// Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk 2

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan Kontrastif diartikan sebagai kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut. Jadi analisis kontrastif ialah menguraikan oposisi atau pertentangan dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan, memperbandingkan dengan jalan memperhatikan pebedaanperbedaan. Dalam analisis bahasa ini, tidaklah penulis membahas kontrastif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia secara keseluruhan, melainkan hanya membahahas tentang Konjungsi dari tataran bidang sintaksis. Konjungsi yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dengan demikian untuk menganalisis penggunaan konjungsi dalam bahasa Jepang, perlu diadakan perbandingan dengan konjungsi bahasa Indonesia sebagai dasar pembandingnya, terutama dalam penggunaan konjungsi /-tara/ dalam bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ dalam bahasa Indonesia. Penggunaan konjungsi /-tara/ ( たら ) dalam bahasa Jepang berfungsi untuk menunjukkan pengandaian dan hasilnya ; kalau maka, dapat juga dipakai untuk menunjukkan bahwa apabila hal yang disebutkan sebelumnya telah selesai, hal yang berikut akan terjadi. Pemakaian /-tara/ ditambahkan ke verba dengan cara yang sama seperti verba lampau yang berakhiran ta. Contoh : Sono ryouri ga amari karakattara, watashi wa tabenai wa. [Kalau hidangan itu terlalu banyak bumbunya, maka saya tidak mau memakannya]. 3

Sedangkan Penggunaan konjungsi /kalau/ dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk menggabungkan menyatakan syarat digunakan didepan klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh : [Kalau saya punya uang,tentu kamu saya bantu] atau [Saya akan merantau kalau diizinkan ibu]. Konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia dilihat dalam tataran sintaksis. Sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan yang lebih besar dalam bahasa, Kridalaksana (2008:223). Dari contoh diatas dapat dilihat perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia yang penulis yakini akan terjadi kesalahan dalam penyusunan. Untuk itulah penulis tertarik membahas kontrastif konjungsi tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Proses pembentukan dan penggunaan kata, baik yang terdapat dalam Bahasa Jepang maupun dalam Bahasa Indonesia mempunyai banyak perbedaan. Menurut Shigeyuki Suzuki (1973:349, penggunaan konjungsi /-tara/ dipakai sebagai predikat dari anak kalimat dalam suatu kalimat majemuk, dimana anak kalimat itu merupakan sebuah frase keterangan atau juga frase sambung, Sedangkan menurut Chaer (2006:89), penggunaan konjungsi /kalau/ dalam Bahasa Indonesia letak klausa yang menjadi induk kalimat dapat berada sebelum subjek, predikat, atau sebelum objek dalam sebuah kalimat. Karena terdapat beberapa penggunaan konjungsi /-tara/ dan konjungsi /kalau/ yaitu dimana 4

penggunaanya menunjukkan hal penting untuk membentuk suatu keadaan yang ditunjukkan pada akhir kalimat dari frase utama sekaligus frase penutup sehingga pembelajar bahasa Jepang selalu membuat kesalahan dalam penggunaan bentuk /- tara/ yang dipadankan dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana perbedaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa indonesia b. Bagaimana persamaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa indonesia 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini hanya difokuskan kepada pembahasan pembentukan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia serta mendeskripsikan perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi tersebut. Dalam penulisan ini, penggunaan konjungsi /-tara/ Bahasa Jepang hanya akan dikaji dalam Minna No Nihon Go dan penggunaan konjungsi /kalau/ Bahasa Indonesia yang juga hanya dikaji dalam Buku Bahasa Indonesia SMA Kelas X dan XII. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah penggunaan bentukbentuk sintaksis konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan penggunaan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. 5

1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka Fokus dari penelitian ini adalah analisis kontrastif penggunaan konjungsi /- tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkaitan dengan kata. Kridalaksana ( 2008:110 ) mengungkapkan bahwa kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis. Kata sangat diperlukan sebagai unsur pembentuk frase, klausa, kalimat, dan juga wacana. Salah satu kelas kata ialah konjungsi atau kata penghubung. Kitahara Yasuo dalam Sudjianto(1996:22) mengemukakan: kata penghubung atau konjungsi merupakan kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Secara umum baik kata maupun konjungsi ialah bagian dari sintaksis. Chaer ( 2003:206 ) menjelaskan lebih rinci bahwa ada beberapa hal yang biasa dibicarakan dalam sintaksis, yaitu struktur sintaksis yang mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu, satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. b. Kerangka Teori Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkret yang tak terbilang banyaknya yang harus diperhatikan dalam kenyataan kehidupan masyarakat. Dalam kerangka teori ini penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli linguistik mengenai 6

penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia 1. Teori penggunaan /-tara/ menurut Anthony Alfonso Menurut Alfonso dalam Lelita (2012:21). Arti dasar (basic meaning) dari /- tara/, bahwa dengan terkandungnya unsur /-ta/, maka selalu berarti bahwa kata kerja yang tampil dalam bentuk /-tara/ menunjukkan perbuatan yang sudah terjadi atau yang sudah rampung, yang mendahului perbuatan atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa kedua (shows analisis action which is funished or complete before the action or situation expressed in the second clause). Alfonso mengemukakan 3 macam keadaan mengenai penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang, yaitu: - Kata kerja dalam klausa berada dalam bentuk lampau, keadaan yang ditandai dengan pemakaian /-tara/ dalam klausa pertama merupakan pendahulu terhadap keadaan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Dengan kata lain, klausa pertama menggunakan /-tara/ menandakan antecedent atau kata pendahulu atau sering disebut dengan anak kalimat dari kalimat majemuk bertingkat, sedangkan klausa kedua menandakan subsequent atau keadaan yang menyusul berikutnya atau sering disebut juga induk kalimat dari kalimat majemuk bertingkat. Contoh: このもんだいをみたら すぐわかりました Setelah melihat masalah ini, langsung mengerti. (Alfonso, 1974:659) 7

- Kalimat dalam klausa tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang. Dalam hal ini, penggunaan konjungsi /-tara/ menunjukkan sifat pengandaian (suppositional), Contoh : そんなものをたべたら おなかがいたくなりましょう Kalau makan makanan seperti ini, akan sakit perut loh. (Alfonso, 1974 :659) - Kata kerja dalam klausa kedua menandakan kesediaan atau maksud (willing intention), contoh : あきになったら エンショウにいきましょうね Kalau sudah datang musim panas, akan pergi berpiknik (Alfonso, 1974 :659) 2. Teori penggunaan /-tara/ menurut Shigeyuki Suzuki Mengenai /-tara/ dalam Lelita (2012:12) Suzuki mengatakan bahwa bentuk ini menunjukkan syarat dari suatu gatra yang sudah tetap/pasti, tidak ada hubungannya dengan masa lampau, sekarang atau yang akan datang, dan tidak ada hubungannya dengan asumsi/perkiraan (katei), dan hal yang sudah ditetapkan (kitei), contoh: なめくじをしようかかてら いつのまにかすこさくなった Kalau namekuji ditaburi garam, tanpa disadari ia akan mengecil. (Namekuji : sejenis siput) お母さんの病気がなおったら けいこちゃんにセーターをあんであげるよ Kalau sakit ibu sembuh, keiko akan dibuatkan sweater. 家にかえったら おじさんがきていた Kalau pulang kerumah paman sudah ada. 8

3. Teori penggunaan /-tara/ menurut Yokobayashi dan Shimomura Menurut Yokobayashi dan Shimomura dalam Lelita (2012:13), ada beberapa penggunaan konjungsi /-tara/, yaitu: - Menunjukkan Katei Jouken, yaitu yang menunjukkan urutan waktu dimana setelah apa yang diungkapkan pada klausa pertama terjadi, maka dilakukan apa yang diungkapkan pada klausa akhir. Biasanya pada klausa akhir terdapat harapan/keinginan si pembicara (kibou), maksud/kemauan (ishi), perintah(meirei) dan kemungkinan (suisatsu). Contoh : 明日の朝早くおきられたら ゾギンッグをしよう Besok pagi kalau saya bisa bangun cepat, saya bermaksud jogging. (Yokobayashi, 1988:66) - Menunjukkan alasan (riyuu), akhir kalimat merupakan bentuk lampau, contoh: あおーうめをたべたら おなかがいたくなった Kalau makan Aoume, perut saya menjadi sakit. - Menunjukkan makna sono toki (ketika itu) dan sono atode (setelah itu), contoh: さんぽにしていたら きょうにあめがふってきた Ketika berjalan-jalan, mendadak turun hujan (Yokobayashi, 1988:71) - Menunjukkan makna penemuan (hakken). Pada akhir kalimat terdapat kenyataan yang tidak ada hubungannya dengan maksud/kemauan si pembicara. Akhir kalimat menggunakan bentuk lampau, contoh : 友達の家をたずねたら るすでした Ketika berkunjung kerumah teman, ia tidak ada. (Yokobayashi, 1988:72) 9

4. Teori penggunaan /-tara/ menurut Toshiko Menurut Toshiko (1991:118), konjungsi /-tara/ dipakai untuk menyatakan keadaan yang berlawanan sebagai kenyataan yang terjadi saat sekarang, seperti contoh: わたしがあなただったら やはりおなじことをしたでしょう 5. Teori penggunaan /-tara/ menurut Takayuki Tomita Menurut Takayuki Tomita dalam Lelita (2012:15), bentuk /-tara/ digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana dimasa yang akan datang ketika X selesai, ketika X telah dilaksanakan, ketika telah menjadi X, atau ketika tahu bahwa itu X, maka dilakukan upaya Y. Contoh : K-さん しんぶんをよみおわったら わたしにみせてください K, kalau sudah selesai baca Koran, perlihatkan pada saya. はい わかりました Ya, saya mengerti. Berdasarkan kalimat diatas, bahwa maksud pernyataan A itu adalah, Nanti (beberapa menit atau beberapa puluh menit yang akan datang), pada waktu saudara K sudah selesai membaca Koran, maka perlihatkanlah/pinjamkanlah koran itu kepada saya. 6. Teori penggunaan /-tara/ menurut Naoko Chino Menurut Naoko Chino (2008:90), penggunaan konjungsi /-tara/ adalah sebagai berikut: 10

- Menunjukkan pengajuan suatu ide/gagasan; Contoh : Mou osoi kara, sono shigoto ashita ni nasattara. Sudah terlambat, bagaimana kalau pekerjaan itu dikerjakan besok saja - Menunjukkan iritasi (ketidaksabaran) dan ajakan. Contoh: もうねなさいったら [Ayo, tidurlah] Berdasarkan pendapat yang disebutkan diatas, maka fungsi bentuk /-tara/ adalah sebagai berikut : 1. Menunjukkan sifat pengandaian; 2. Menunjukkan syarat dari suatu gatra; 3. Menunjukkan urutan waktu; 4. Menunjukkan alasan; 5. Menunjukkan makna sono toki (ketika itu); 6. Menunjukkan makna sono atode (setelah itu); 7. Menunjukkan penemuan (hakken); 8. Menunjukkan pengajuan suatu ide/gagasan; 9. Menunjukkan iritasi (ketidaksabaran) dan ajakan. 1. Teori Penggunaan Konjungsi /kalau/ Menurut Abdul Chaer. Konjungsi /Kalau/ dipakai untuk menggabungkan menyatakan syarat digunakan dibelakang klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat (chaer,1988:41). 11

Contoh: 1. Kamu akan lulus ujian dengan baik kalau kamu belajar sungguh-sungguh. 2. Kalau buku itu hilang, dia akan menggantinya. 2. Teori penggunaan konjungsi /kalau/ menurut Harimurti Kridalaksana. Penggunaan konjungsi /kalau/ ialah untuk menggabungkan menyatakan syarat dan letak klausa yg menjadi induk kalimat dapat berada sebelum subjek,predikat, atau sebelum objek dalam sebuah kalimat.(kridalaksana,1976:81) Contoh: a. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu kalau kamu mau membantu dengan baik b. Kalau kamu sudah sembuh, kita akan pergi berlibur keluar kota. Berdasarkan pendapat dari beberapa teori yang telah dikemukakan diatas, yaitu Anthony Alfonso, Shigeyuki Suzuki, Yokobayashi dan Shimomura, Toshiko, Takayuki Tomita, dan Naoko Chino yang menyatakan ada 9 fungsi penggunaan bentuk /-tara/ bahasa jepang dan dari teori Chaer serta Harimurti Kridalaksana maka fungsi konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia adalah untuk menyatakan syarat. Selanjutnya penulis menggunakan teori kontrastif yang dikemukakan oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan untuk melihat perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. Tarigan (1992:3), kontrastif adalah memperbandingkan struktur bahasa pertama (B1) dan struktur bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa. 12

1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang 2. Mengetahui penggunaan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia 3. Mengetahui perbedaan dan persamaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. b. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti sendiri dapat penambah wawasan dan pengetahuan tentang kontrastif konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia 2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya khususnya Sastra Jepang tentang kontrastif konjungsi /- tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia 3. Dapat dijadikan sumber ide dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang kontrastif konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia. 1.6. Metode Penelitian Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan 13

gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, mengkaji, dan menginterpretasikan data. Untuk memperoleh data penulis menggunakan berbagai macam buku, diantaranya buku-buku pelajaran bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, seperti : Minna no nihon go, Panduan Belajar Bahasa Dan Satra Indonesia Kelas XI dan XII serta Lembar kerja Siswa Bahasa Indonesia. Penulis mengumpulkan hal-hal yang menggunakan bentuk konjungsi /-tara/ dan bentuk konjungsi /kalau/ kemudian menganalisisnya. 14