MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

Cape Buton Seal (CBS)

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

TATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN BADAN SALURAN

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

PELATIHAN MANDOR PERKERASAN ASPAL (FOREMAN OF ASPHALT PAVEMENT)

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I STANDAR KOMPETENSI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG MANDOR PEKERJAAN TANAH

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERAPIHAN BAHU JALAN (FINISHING)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

Transkripsi:

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL NO. KODE :.I BUKU INFORMASI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 4 1.4. Pengertian-pengertian Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI... 6 2.1. Peta Paket Pelatihan... 6 2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi... 6 2.3. Unit Kompetensi Kerja yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN... 12 3.1. Strategi Pelatihan... 12 3.2. Metode Pelatihan... 13 3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan... 13 BAB IV PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL... 24 4.1. Umum... 24 4.2. Persiapan Pekerjaan Perkerasan Aspal... 24 4.3. Tahapan Pelaksanaan Perkerasan Aspal... 53 4.4. Perhitungan Kuantitas Hasil Perkerasan Aspal... 100 4.5. Kompilasi Formulir Hasil Perkerasan Aspal... 105 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI... 106 5.1. Sumber Daya Manusia... 106 5.2. Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi... 107 5.3. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan... 107 Halaman: 1 dari 108

BAB I PENGANTAR 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1. Pelatihan Berbasis Kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. 1.1.2. Kompeten di Tempat Kerja. Jika seseorang kompeten dalam tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1. Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri : a) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. b) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih. 1.2.2. Isi Materi Pelatihan a) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. b) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri. Halaman: 2 dari 108

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. c) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan a) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan : Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. b) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. Halaman: 3 dari 108

Memberikan jawaban pada Buku Kerja. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC). Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. 1.3.2. Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: a) Bekerja dalam suatu yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau b) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu / jabatan. 1.4.2 Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. 1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Halaman: 4 dari 108

1.4.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. 1.4.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. 1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur di berbagai sektor. 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. 1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1.4.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. 1.4.10 Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 108

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Aspal, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: 2.1.1. Keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan (K3-L) 2.1.2. Komunikasi Di Tempat Kerja 2.1.3. Pekerjaan Perkerasan Berbutir 2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1. Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2. Unit Kompetensi Yang Akan Dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Melaksanakan Pekerjaan Pekerasan Aspal. 2.2.3. Durasi / Waktu Pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu. 2.2.4. Kesempatan Untuk Menjadi Kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 6 dari 108

2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Menyakinkan, bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1 Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal K3-L, komunikasi ditempat kerja, perkerasan berbutir. 2.3.2 Judul Unit : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Aspal 2.3.3 Kode Unit : F45 PLPJ 02 004 02 2.3.4 Deskripsi Unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Aspal. 2.3.5 Elemen Kompetensi KODE UNIT : F45 PLPJ 02 004 02 JUDUL UNIT DESKRIPSI UNIT ELEMEN KOMPETENSI : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Aspal : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan Perkerasan Aspal. KRITERIA UNJUK KERJA 1. Melakukan persiapan perkerasan aspal 1.1 Gambar kerja dan spesifikasi teknik dijabarkan 1.2 Hasil pemilihan sumber daya (manusia,material,alat) perkerasan aspal disiapkan dengan tepat sesuai kebutuhan 1.3 Hasil survei lapangan perkerasan aspal disiapkan dengan tepat sesuai kebutuhan 1.4 Pelaksanaan perkerasan aspal diinstruksikan kepada bawahan mengacu pada metode kerja secara rinci dan jelas Halaman: 7 dari 108

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 2. Menerapkan tahapan pelaksanaan perkerasan aspal 3. Melakukan perhitungan kuantitas hasil perkerasan aspal 4. Mengompilasi formulir hasil perkerasan aspal 2.1. Patok-patok garis dan ketinggian perkerasan aspal dipasang berdasarkan gambar kerja 2.2. Pekerjaan perkerasan aspal dilaksanakan berdasarkan gambar kerja, spesifikasi teknik dan jadwal pelaksanaan 2.3. Pelaksanaan perkerasan aspal diawasi dengan cermat sesuai instruksi kerja 2.4. Pekerjaan perkerasan aspal yang diluar ketentuan toleransi diperbaiki sesuai prosedur 3.1. Data hasil uji mutu dan dimensi perkerasan aspal diperiksa sebagai bahan untuk menghitung kuantitas 3.2. Kuantitas perkerasan aspal dihitung dengan cermat 3.3. Kemajuan perkerasan aspal dicatat pada formulir yang sudah disiapkan 4.1 Formulir hasil perkerasan aspal diperiksa dengan cermat 4.2 Daftar rekapitulasi dibuat dengan menggunakan format standar 4.3 Hasil rekapitulasi dirangkum sebagai data pendukung laporan BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel. 1.1 Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup jasa konstruksi utamanya pada jalan. 1.2 Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan persiapan, menerapkan metoda kerja, dan melakukan perhitungan kuantitas Perkerasan Aspal. 1.3 Unit kompetensi ini juga untuk menyiapkan, menerapkan dan menegakkan tanggung jawab dalam pelaksanaan jalan. 2. Perlengkapan yang diperlukan : 2.1. Pedoman metoda pelaksanaan 2.2. Gambar kerja dan spesifikasi teknik 2.3. Laporan hasil survei lapangan Halaman: 8 dari 108

2.4. Peralatan utama (Aspahlt Mixing Plant, Air Compressor, Asphalt Spayer, Dump Truck, Asphalt Finsher, Pemadat Roda Baja dan Karet) dan penunjang untuk pelaksanaan. 2.5. Material (agregat kasar dan halus, pasir, filler, aspal, additive bila diperlukan). 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1. Melakukan persiapan Perkerasan Aspal 3.2. Menerapkan tahapan perkerjaan Perkerasan Aspal 3.3. Melakukan perhitungan kuantitas hasil Perkerasan Aspal 3.4. Mengompilasi formulir hasil Perkerasan Aspal 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan : 4.1 Spesifikasi teknik jalan aspal 4.2 Standar Nasional Indonesia jalan aspal 4.3 Standard Operation Procedure (SOP) jalan aspal 4.4 Peraturan-peraturan terkait lainnya PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian : Unit kompetensi ini dapat dinilai didalam maupun diluar tempat kerja,unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam materi uji kompetensi (MUK) 1.1 Penguasaan unti kompetensi sebelumnya :- 1.1.1 F45 PLPJ 01 001.02 : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L) 1.1.2 F45 PLPJ 01 002.02 : Menerapkan Komunikasi di tempat Kerja 1.1.3 F45 PLPJ 02 001.02 : Melaksanakan Pekerjaan Drainase 1.1.4 F45 PLPJ 02 002.02 : Melaksanakan Pekerjaan Tanah 1.1.5 F45 PLPJ 02 003.02 : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Berbutir 1.2 Keterkaitan dengan unit kompetensi lain : 1.1.6 F45 PLPJ 02 005 02 : Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen 1.2.1 F45 PLPJ 02 006 02 : Melaksanakan Pekerjaan Pelengkap jalan Halaman: 9 dari 108

2. Kondisi Pengujian Kompetensi yang tercakup dalam unit ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi yang sebenarnya ditempat kerja menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,keterampilan dan sikap kerja sesuai standar. Metode uji kompetensi yang digunakan, antara lain : 2.1 Tes tertulis 2.2 Tes lisan/wawancara 2.3 Praktek menggunakan alat peraga/simulasi/demonstrasi 2.4 Praktek di tempat kerja 2.5 Portofolio atau metode lain yang relevan. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1 Gambar teknik 3.2 Teknologi bahan 3.3 Metoda kerja 3.4 Perhitungan kuantitas 3.5 Jadwal kerja (time schedule) 3.6 Standar mutu perkerasan jalan 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Menjelaskan peraturan terkait dengan pelaksanaan jalan 4.2 Menjelaskan gambar kerja dan spesifikasi teknik 4.3 Menetapkan metoda kerja sesuai dengan kondisi lapangan 4.4 Memeriksa hasil 4.5 Menghitung kuantitas 5. Aspek Kritis. 5.1 Kemampuan membaca gambar kerja dan spesifikasi teknis 5.2 Kemampuan untuk mengoordinasikan pelaksanaan 5.3 Kemampuan untuk memeriksa hasil Halaman: 10 dari 108

6. Kompetensi Kunci NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisakan informasi 2 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 Halaman: 11 dari 108

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri artinya, bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 3.1.1 Persiapan / Perencanaan a) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari Proses Pembelajaran a) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. b) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan Terhadap Tugas Praktek a) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan. 3.1.4 Implementasi a) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. Halaman: 12 dari 108

c) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh. 3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1. Belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. 3.2.2. Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. 3.2.3. Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Halaman: 13 dari 108

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan : Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Aspal Melakukan Persiapan Pekerjaan Perkerasan Aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 1.1 Gambar kerja dan spesifikasi teknik dijabarkan. 30 menit 1) Dapat menjelaskan spesifikasi teknik yang digunakan dalam perkerasan aspal. 2) Mampu mengidentifikasi spesifikasi teknik perkerasan aspal. 3) Mampu mengidentifikasi gambar kerja perkerasan jalan aspal 4) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan yang terdapat dalam gambar kerja dan spesifikasi teknis. 1.2 Hasil pemilihan sumber daya (manusia, material, alat) perkerasan aspal disiapkan dengan tepat sesuai kebutuhan. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu gambar kerja dan spesifikasi teknik dijabarkan. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu hasil pemilihan sumber daya (manusia, material, alat) perkerasan aspal disiapkan dengan tepat sesuai kebutuhan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan spesifikasi teknik yang digunakan dalam perkerasan aspal. 2) Mampu mengidentifikasi spesifikasi teknik perkerasan aspal. 3) Mampu mengidentifikasi gambar kerja perkerasan jalan aspal 4) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan yang terdapat dalam gambar kerja dan spesifikasi teknis. 1) Dapat menjelaskan cara menetapkan kebutuhan sumber daya (manusia, material, alat) untuk perkerasan aspal. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan - Halaman: 14 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 1) Dapat menjelaskan cara menetapkan kebutuhan sumber daya (manusia, material, alat) 2) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan tenaga kerja pada perkerasan aspal. untuk perkerasan aspal. 2) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan tenaga kerja pada perkerasan aspal. 3) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan material yang digunakan pada perkerasan aspal. 4) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan peralatan pada perkerasan aspal. 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memilih sumber daya. 1.3 Hasil survei lapangan perkerasan aspal diperiksa dengan tepat sesuai kebutuhan. 1) Dapat menjelaskan data lapangan yang diperoleh dari hasil survei lapangan terkait dengan perkerasan aspal. 2) Mampu membandingkan kondisi lapangan hasil survei dengan kondisi topografi pada gambar pelaksanaan 3) Harus mampu bersikap cermat dalam memeriksa data hasil survei lapangan. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu hasil survei lapangan perkerasan aspal diperiksa dengan tepat sesuai kebutuhan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 3) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan material yang digunakan pada perkerasan aspal. 4) Mampu mengidentifikasi dan menghitung kebutuhan peralatan pada perkerasan aspal. 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memilih sumber daya. 1) Dapat menjelaskan data lapangan yang diperoleh dari hasil survei lapangan terkait dengan perkerasan aspal. 2) Mampu membandingkan kondisi lapangan hasil survei dengan kondisi topografi pada gambar pelaksanaan 3) Harus mampu bersikap cermat dalam memeriksa data hasil survei lapangan. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 30 menit Halaman: 15 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 1.4 Pelaksanaan perkerasan aspal diinstruksi kan kepada bawahan mengacu pada metode kerja secara rinci dan jelas. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan metode pelaksanaan yang digunakan pada perkerasan aspal. 30 menit 1) Dapat menjelaskan metode pelaksanaan yang digunakan pada perkerasan aspal. 2) Mampu menginstruksi kan pelaksanaan perkerasan aspal sesuai metoda pelaksanaan aspal dengan rinci dan jelas. 3) Harus mampu bersikap cermat dan rinci dalam menjelaskan metode pelaksanaan perkerasan aspal. Pelaksanaan praktik:........ Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu pelaksanaan perkerasan aspal diinstruksikan kepada bawahan mengacu pada metode kerja secara rinci dan jelas. 2) Mampu menginstruksi kan pelaksanaan perkerasan aspal sesuai metoda pelaksanaan aspal dengan rinci dan jelas. 3) Harus mampu bersikap cermat dan rinci dalam menjelaskan metode pelaksanaan perkerasan aspal. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan Halaman: 16 dari 108

Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Menerapkan tahapan pelaksanaan perkerasan aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 2.1 Patok-patok garis dan ketinggian perkerasan aspal dipasang berdasarkan gambar kerja. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1) Dapat menjelaskan cara memasang patok-patok garis dan ketinggian berdasarkan 15 menit 4. Praktik gambar kerja. 1) Dapat menjelaskan cara memasang patokpatok garis dan ketinggian berdasarkan gambar kerja. 2) Mampu mengawasi pemasangan patok-patok garis dan ketinggian sesuai gambar kerja 3) Harus mampu bersikap cermat dalam memasang patok garis dan ketinggian pada perkerasan aspal. 2.2 Pekerjaan perkerasan aspal dilaksana kan berdasarkan gambar kerja, spesifikasi teknik dan jadwal pelaksanaan 1) Dapat menjelaskan metoda pelaksanaan perkerasan aspal. 2) Dapat menjelaskan spesifikasi teknik dan Instruksi Kerja yang digunakan dalam pelaksanaan perkerasan aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu patokpatok garis dan ketinggian perkerasan aspal dipasang berdasarkan gambar kerja. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu perkerasan aspal dilaksana kan berdasarkan gambar kerja, spesifikasi teknik dan jadwal pelaksanaan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 2) Mampu mengawasi pemasangan patokpatok garis dan ketinggian sesuai gambar kerja 3) Harus mampu bersikap cermat dalam memasang patok garis dan ketinggian pada perkerasan aspal. 1) Dapat menjelaskan metoda pelaksanaan perkerasan aspal. 2) Dapat menjelaskan spesifikasi teknik dan Instruksi Kerja yang digunakan dalam pelaksanaan perkerasan aspal. 3) Dapat menjelaskan jadwal kerja secara rinci pelaksanaan perkerasan aspal. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 135 menit Halaman: 17 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 3) Dapat menjelaskan jadwal kerja secara rinci pelaksanaan perkerasan aspal. 4) Mampu menerapkan gambar kerja, spesifikasi teknik, metoda pelaksanaan dan Instruksi Kerja dalam pelaksanaan 4) Mampu menerapkan gambar kerja, spesifikasi teknik, metoda pelaksanaan dan Instruksi Kerja dalam pelaksanaan perkerasan aspal. 5) Harus mampu bersikap cermat dan taat terhadap ketentuan yang terdapat pada gambar kerja, spesifikasi teknik dan jadwal pelaksanaan 2.3 Pelaksanaan perkerasan aspal diawasi dengan cermat sesuai instruksi kerja. 1) Dapat menjelaskan pengawasan pelaksanaan aspal. 2) Mampu mengawasi hasil dan kesesuaian jadwal kerja pelaksanaan perkerasan aspal. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam melakukan pengawasan pelaksanaan perkerasan aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu Pelaksanaan perkerasan aspal diawasi dengan cermat sesuai instruksi kerja. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik perkerasan aspal. 5) Harus mampu bersikap cermat dan taat terhadap ketentuan yang terdapat pada gambar kerja, spesifikasi teknik dan jadwal pelaksanaan 1) Dapat menjelaskan pengawasan pelaksanaan aspal. 2) Mampu mengawasi hasil dan kesesuaian jadwal kerja pelaksanaan perkerasan aspal. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam melakukan pengawasan pelaksanaan perkerasan aspal. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 30 menit Halaman: 18 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 2.4 Pekerjaan perkerasan aspal yang diluar ketentuan toleransi diperbaiki sesuai prosedur. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1) Dapat menjelaskan ketentuan toleransi pada perkerasan aspal. 45 menit 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan ketentuan toleransi pada perkerasan aspal. 2) Mampu mengidentifikasi adanya perkerasan aspal yang di luar ketentuan toleransi dan menunjukkan cara perbaikannya. 3) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan toleransi dan prosedur. Pelaksanaan praktik:........ Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu perkerasan aspal yang diluar ketentuan toleransi diperbaiki sesuai prosedur. 2) Mampu mengidentifikasi adanya perkerasan aspal yang di luar ketentuan toleransi dan menunjukkan cara perbaikannya. 3) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan toleransi dan prosedur. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan Halaman: 19 dari 108

Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Melakukan perhitungan kuantitas hasil perkerasan aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 3.1 Data hasil uji mutu dan dimensi perkerasan aspal diperiksa sebagai bahan untuk menghitung kuantitas. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan jenis uji mutu dan dimensi pada perkerasan aspal. 30 menit 1) Dapat menjelaskan jenis uji mutu dan dimensi pada perkerasan aspal. 2) Mampu mengidentifikasi kesesuaian data hasil uji mutu dan dimensi perkerasan aspal dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik. 3) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan mutu yang telah ditetapkan. 3.2 Kuantitas perkerasan aspal dihitung dengan cermat. 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kuantitas perkerasan aspal. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu data hasil uji mutu dan dimensi perkerasan aspal diperiksa sebagai bahan untuk menghitung kuantitas. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu kuantitas perkerasan aspal dihitung dengan cermat. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 2) Mampu mengidentifikasi kesesuaian data hasil uji mutu dan dimensi perkerasan aspal dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik. 3) Harus mampu bersikap cermat, teliti dan taat terhadap ketentuan mutu yang telah ditetapkan. 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kuantitas perkerasan aspal. 2) Mampu menerapkan metode perhitungan kuantitas perkerasan aspal dengan cermat. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 30 menit Halaman: 20 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 2) Mampu menerapkan metode perhitungan kuantitas perkerasan aspal dengan cermat. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kuantitas. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kuantitas. 3.3 Kemajuan perkerasan aspal dicatat pada formulir yang sudah disiapkan. 1) Dapat menjelaskan cara menilai kemajuan perkerasan aspal. 2) Mampu memilih formulir yang digunakan untuk mencatat kemajuan perkerasan aspal. 3) Mampu mengisi formulir kemajuan perkerasan aspal. 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mencatat kemajuan. Pelaksanaan praktik:........ Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu kemajuan perkerasan aspal dicatat pada formulir yang sudah disiapkan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan cara menilai kemajuan perkerasan aspal. 2) Mampu memilih formulir yang digunakan untuk mencatat kemajuan perkerasan aspal. 3) Mampu mengisi formulir kemajuan perkerasan aspal. 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mencatat kemajuan. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 30 menit Halaman: 21 dari 108

Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Mengompilasi formulir hasil perkerasan aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif 1 2 3 4 5 6 7 4.1 Formulir hasil perkerasan aspal diperiksa dengan cermat. - 1) Dapat menjelaskan format standar yang digunakan dalam melakukan rekapitulasi. 2) Mampu merinci hasil perkerasan aspal dengan cermat. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memeriksa formulir hasil perkerasan aspal. 4.2 Daftar rekapitulasi dibuat dengan menggunakan format standar. 1) Dapat menjelaskan datadata yang dibutuhkan untuk mengisi daftar rekapitulasi hasil. 2) Mampu menyusun daftar rekapitulasi hasil. 3) Harus mampu bersikap cermat dan taat dalam mengguna kan format standar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu formulir hasil perkerasan aspal diperiksa dengan cermat. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu daftar rekapitulasi dibuat dengan menggunakan format standar. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan format standar yang digunakan dalam melakukan rekapitulasi. 2) Mampu merinci hasil perkerasan aspal dengan cermat. 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memeriksa formulir hasil perkerasan aspal. 1) Dapat menjelaskan data-data yang dibutuhkan untuk mengisi daftar rekapitulasi hasil. 2) Mampu menyusun daftar rekapitulasi hasil. 3) Harus mampu bersikap cermat dan taat dalam mengguna kan format standar. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan - Halaman: 22 dari 108

1 2 3 4 5 6 7 4.3 Hasil rekapitulasi perkerasan aspal dirangkum sebagai data pendukung laporan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik 1) Dapat menjelaskan cara merangkum hasil rekapitulasi perkerasan. - 1) Dapat menjelaskan cara merangkum hasil rekapitulasi perkerasan. 2) Mampu menyusun hasil rekapitulasi perkerasan aspal dalam bentuk rangkuman. 3) Harus mampu bersikap cermat dalam merangkum hasil perkerasan aspal. Pelaksanaan praktik:........ Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu hasil rekapitulasi perkerasan aspal dirangkum sebagai data pendukung laporan. 2) Mampu menyusun hasil rekapitulasi perkerasan aspal dalam bentuk rangkuman. 3) Harus mampu bersikap cermat dalam merangkum hasil perkerasan aspal. 1) Pedoman pelaksanaan K3L 2) SOP perusahaan terkait 3) Spesifikasi teknik/instruk si kerja 4) Gambar Kerja 5) Schedule harian /mingguan Halaman: 23 dari 108

BAB IV PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL 4.1 Umum Pekerjaan Perkerasan Aspal meliputi pembuatan hotmix dilokasi AMP, transport, penghamparan dan pemadatan dilokasi. Bahan hotmix terdiri dari aspal dan agregat. Aspal harus memenuhi spec yang disyaratkan, sedangkan agregat terutama menyangkut gradasinya Pelaksana didahului dengan pembuatan jobmix formula, dimana ditetapkan presentasi aspal yang dipakai, jumlah dan gradasi agregat yang dipakai dan standar stabilitas yang harus dicapai. Dilanjutkan dengan persyaratan mengenai transport material hotmix, penghamparan dan pemadatan dilapangan. 4.2 Pesiapan Pekerjaan Perkerasan Aspal Persiapan Perkerasan Aspal merupakan urutan pelaksanaan yang sangat penting didalam menentukan sukses tidaknya suatu pelaksana proyek. Apabila persiapan dilakukan tepat waktu, maka selanjutnya dapat diatur tepat waktu pula. 4.2.1 Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknik Didalam melaksanakan dilapangan, pelaksana lapangan berpedoman pada gambar kerja dan spesifikasi teknik. Gambar kerja merupakan gambar detail yang dibuat berdasarkan gambar kontrak atau gambar tender dan sudah disesuaikan dengan kondisi lapangan serta hasil pengukuran pada Mutual Check Awal (MC-0). Spesifikasi teknik Perkerasan Aspal dapat dilihat pada dokumen kontrak dan mengikat untuk pelaksanaan dilapangan. Halaman: 24 dari 108

Berikut contoh spesifikasi teknik untuk Perkerasan Aspal yang terdiri dari tackcoat / prime coat dan aspal beton. PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS RESAP PEREKAT 1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal a) Apabila Lapis Serap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Spesifikasi ini. b) Apabila Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan bam atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu hams telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut. c) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pelaburan dilaksanakan. d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan hams dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih. Penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. e) Pembersihan harus dilaksankan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaruk baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan sapu. g) Untuk pelaksanaan Lapis Resap pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima. h) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Halaman: 25 dari 108

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di baah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaiman diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permkaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut: Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk lapis Pondasi Agregat Kelas A 0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi Semen Tanah. Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai. Lihat Tabel 4.2.1 untuk jenis takaran pemakaian lapis aspal. b) Suhu penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 4.2.2, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Suhu penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini. Temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi. Tabel 4.2.1 Takaran Pemakaian Lapis Perekat Takaran (liter per meter persegi) pada Jenis Aspal Permukaan Baru atau Permukaan Porous dan Aspal Lama Yang Licin Terekspos Cuaca Aspal Cair 0,15 0,15-0,35 Aspal Emulsi 0,20 0,20-0,50 Aspal Emulsi yang 0,40 0,40-1,00* diencerkan (1:1) Catatan: takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan yang terjal. Lereng melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata. Halaman: 26 dari 108

Jenis Aspal Tabel 4.2.2 Suhu Penyemprotan Aspal cair, 25 pph minyak tanah 110±10 C Aspal cair, 50 pph minyak tanah (MC-70) Aspal cair, 75 pph minyak tanah (MC-30) Rentang Suhu Penyemprotan 70±10 C 45±10 C Aspal cair, 100 pph minyak tanah 30±10 C Jenis Aspal Aspal cair, lebih dari 100 pph minyak tanah Aspal emulsi atau aspal emulsi yang diencerkan Catatan: Rentang Suhu Penyemprotan Tidak dipanaskan Tidak dipanaskan Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksankan bila memanaskan setiap aspal cair. c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulangulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menrut pendapat Direksi Pekerjaan, yang telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor. 3) Pelaksanaan Penyemprotan. a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprot dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidak lagi praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai dengan grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. Halaman: 27 dari 108

c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini hars dibiarkan terbuka dan tidak boeh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebiih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hak ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain. d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepaan lajurnya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari apasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup. g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakain rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini: Halaman: 28 dari 108

Toleransi 1 % dari volume tangki takaran = ± (4% dari takaran yg diperintahkan) +------------------------------) pemakaian Luas yang disemprot Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sbelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya. h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet. j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menunjukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi Spesifikasi ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat. k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya. PEKERJAAN ASPAL BETON PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL 1) Kemajuan Pekerjaan Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas intalasi pencampuran. 2) Penyiapan Bahan Aspal Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 C sampai 160 C di dalam suatu tangki yang dirancang sedemiki an rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pencampur secara terus menerus pada Halaman: 29 dari 108

temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur. 3) Penyiapan Agregat a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok penampung dingin yang terpisah. Prapencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran aspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan ke daam alat pencampur. Nyala api yang terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat. b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15 C di atas temperatur bahan aspal. c) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin. 4) Penyiapan Pencampuran a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi rumus perbandingan campuran. Proporsi takaran ini harus harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran. Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, seluruh Halaman: 30 dari 108

agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan "pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosedur AASHTO T195 : 67 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasiikan campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalsi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus ditentukan dengan "pengujian derajad penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosdur AASHTO Tl95-67, dan paling lama 60 detik, dan dapat ditentukan dengan menyetel ketinggian sekat baja dalam alat pencampur. b) Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam tabel 6.3.5.(1). Tidak ada campuran aspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur pencampran maksimum yang disyaratkan. 5) Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan a) Campuran aspal harus diserahkan ke alat penghamparan dengan temperatur dalam rentang absolut ditunjukkan dalam Tabel 4.2.3. Tabel 4.2.3 Ketentuan Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal No. PROSEDUR PELAKSANAAN VISKOSITAS ASPAL (PA.S) SUHU CAMPURAN ASPAL ( C) Pen. 60/70 1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1 2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1 No. PROSEDUR PELAKSANAAN V1SKOS1TAS ASPAL (PA.S) SUHU CAMPURAN ASPAL ( C) Pen. 60/70 3 Suhu pencampuran maks di AMP Tidak diperlukan 165 4 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2-0,5 145-155 Halaman: 31 dari 108

5 Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk 0,5-1,0 135-150 6 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5-1,0 130-150 7 Penggilasan Awal (roda baja) 1-2 125-145 8 Penggilasan Kedua (roda karet) 2-20 100-125 9 Penggilasan Akhir (roda baja) <20 >95 Catatan : 1) Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan setiap perubahan yang dianggap perlu terhadap rentang suhu yang diberikan dalam tabel di atas, berdasarkan data pengujian viskolitas aspal yang dipakai, untuk menjamin agar rentang viskositas yang disyaratkan terpenuhi. Dengan demikian kriteria batas-batas viskositas inilah yang diatur dalam Spesifikasi ini, bukan kriteria suhu. 2) Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau sungkur) temperatur campuran harus diturunkan lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel ini. Hal ini terjadi sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda (terlalu halus, atau kadar pasir terlalu tinggi). b) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang dan setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat neto. Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. PENGHAMPARAN CAMPURAN 1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai, sebagaimana yang ditunjukkan dengan adanya Halaman: 32 dari 108