TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN
|
|
- Irwan Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi untuk perkerasan jalan Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk menyeragamkan cara pelaksanaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi, agar diperoleh lapis perkerasan yang memenuhi ketentuan yang berlaku Ruang Lingkup Tata cara ini memuat uraian tentang persyaratan, ketentuan, pelaksanaan, pengendalian mutu dan cara pengerjaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi untuk perkerasan jalan, tipe campuran gradasi terbuka dan gradasi menerus Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi air, dan aspal emulsi yang diproses secara dingin dan digunakan sebagai bahan lapis perkerasan. 2) aspal emulsi adalah salah satu jenis aspal cair yang terdiri dari butir-butir aspal minyak (1 sampai 10 mikron) yang diencerkan dengan air dan distabilkan dengan bahan pengemulsi. 1
2 BAB II PERSYARATAN-PERSYARATAN 2.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) instalasi pencampuran atau mesin pencampur; 2) tangki untuk menyimpan aspal harus mempunyai kapasitas yang cukup, paling sedikit untuk satu hari produksi; tangki aspal harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengukur secara teliti setiap volume aspal di dalamnya dan harus dapat mengalirkan semua aspal yang ditampungnya; 3) instalasi pencampur harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur penyemprotan aspal emulsi dan penyemprotan penambahan air; 4) instalasi pencampur harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengendalikan waktu pengadukan secara konsisten; 5) peralatan untuk membersihkan permukaan jalan; 6) aspal distributor atau alat semprotan tangan untuk memberi lapis resap ikat dan lapis ikat; 7) truk jungkit; 8) alat penghampar campuran; 9) pemadat roda besi dan pemadat roda karet; 10) alat bantu yaitu : kereta dorong, skop dan garuk Kalibrasi Peralatan terlebih dahulu harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu: 1) bukaan pemasuk dingin agregat. 2) penyemprotan pompa aspal emulsi. 3) penyemprotan pompa air. 4) pengaturan waktu pencampuran pada pugmil untuk mendapatkan keseragaman campuran. 5) mesin penyemprot aspal. 6) takaran penggunaan peralatan penyemprot aspal harus dalam batas toleransi 5%, yaitu : a. kecepatan kendaraan. b. tekanan pompa. c. thermometer. d. tongkat berskala pengukur volume. 7) batang penyemprotharus dilengkapi dengan pengatur tinggi dan lebar permukaan yang akan disemprot. 8) sudut nozel harus disetel secara tepat supaya bentuk semprotan sama sehingga distribusi penggunaan aspal merata. 9) techometer harus kelihatan dengan jelas oleh operator aspal distributor. 2
3 2.4. Pelaksanaan. Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : 1) keselamatan para petugas serta masyarakat yang sedang berada dalam daerah pekerjaan; 2) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 3) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik; 4) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari; 5) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal sesuai kapasitas alat. 3
4 BAB III KETENTUAN-KETENTUAN 3.1. Bahan Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau terak yang bcrsih, kering serta memenuhi ketentuan yang berlaku. 2) agregat halus terdiri dari pasir alam, atau hasil pemecahan batu/terak atau gabungan bahan-bahan tersebut serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku. 3) apabila campuran memerlukan bahan pengisi, maka bahan pengisi harus terdiri dari kapur atau semen (potiland cement) atau bahan-bahan non plastis yang lain serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku. 4) aspal emulsi untuk campuran dingin harus menggunakan jenis (SS) dan (MS) yang memenuhi ketentuan yang berlaku. 5) air yang digunakan pada campuran dingin dengan aspal emulsi, harus sesuai SNl (metode pengujian kualitas fisika air) Campuran Campuran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) komposisi campuran agregat kasar, agregat halus, air (jika diperlukan) dan aspal emulsi harus sesuai dengan perencanaan campuran. 2) lama pencampuran tidak lebih dari 60 detik Peralatan Peralatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) instalasi pencampur : (1) instalasi pencampur harus mempunyai kemampuan produksi sehingga alat penghampar yang dilayaninya dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal; (2) pemasuk agregat dingin harus dapat bekerja secara mekanis dan dapat diatur secara teliti sehingga setiap agregat dapat masuk ke dalam pencampur dalam proporsi yang seragam sesuai dengan perencanaan untuk setiap fraksi agregat harus disediakan pemasuk sendiri-sendiri dan setiap pemasuk harus dilengkapi dengan fasilitas untuk mengatur jumlah agregat yang ke luar dan diawasi oleh petugas khusus; (3) instalasi pencampur yang dipakai tipe kontinuous, akan tetapi tipe Batch dapat juga digunakan dengan memodifikasi/ penyesuaian; 2) peralatan untuk membersihkan permukana jalan digunakan kompresor atau sapu mesin yang tidak merusak permukaan jalan; 3) peralatan untuk menyemprotkan aspal yaitu : (1) aspal distributor; (2) semprotan tangan yang sebelum digunakan harus dicoba sesuai ketinggian dan kecepatan bergerak untuk dapat diperoleh takaran pemakaian aspal sesuai dengan ketentuan; 4
5 4) alat penghampar campuran harus mampu menghampar campuran tanpa terjadi sobekan, sungkur, segregasi, alur atau cacat-cacat lainnya. 5) alat pemadat harus terdiri dari : (1) alat pemadat tandem roda berisi 6-8 ton. (2) alat pemadat roda karet berat ton yang mempunyai permukaan yang halus dengan tekanan ban 6 kg/cm 2 ; roda alat pemadat harus dilengkapi dengan peralatan untuk mencegah melekatnya campuran pada roda. 6) timbangan truk yang biasanya dipasang di lokasi instalasi pencampur, harus dari jenis batang standar yang mernpunyai kapasitas cukup untuk menimbang semua jenis truk yang digunakan dalam pengangkutan campurandan mampu menimbang secara teliti pada pembebanan antara 10 kg sampai beban total; dan untuk memeriksa ketelitian timbangan barns disediakan beban standar Pelaksanaan Pemadatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) pengoperasian alat penghampar harus diatur sehingga didapat tebal dan potongan melintang sama dengan yang direncanakan. 2) pada tempat-tempat dimana alat penghampar tidak dapat bekerja, penghamparan dilakukan dengan cara manual. 3) dalam pelaksanaan campuran, beton aspal campuran dingin dengan AMP tipe batch terlebih dahulu harus diadakan modifikasi peralatan atau penyesuaian di pugmil Pemadatan Pemadatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) pada pemadatan awal diletakkan roda penggerak sesuai hamparan. 2) pemadatan akhir harus dilakukan, pada saat lapisan masih mempunyai kondisi yang memungkinkan jejak/bekas roda pemadat pada permukaan dapat dihilangkan. 3) pemadatan permukaan memanjang, dimulai dari sambungan berpindah ke tepi luar dan selanjutnya bergeser ke arah tengah perkerasan. 4) pada daerah tikungan atau daerah tanjakan/turunan pemadatan dimulai dari daerah yang rendah ke daerah yang tinggi. 5) kecepatan alat pemadat 4-5 km/jam. 6) roda alat pemadat harus dibasahi dengan air, agar campuran tidak melekat pada roda. 7) alat pemadat/alat berat lainnya tidak boleh berada di atas lapisan yang belum mantap. 8) jumlah lintasan pemadat pada tiap tahap barns didasarkan dari hasil pelapisan percobaan Pengendalian Mutu Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) ketebalan lapisan padat,harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) kerataan permukaan diperiksa dengan mal atau mistar yang panjangnya 3 meter. 5
6 3) variasi kerataan tidak boleh lebih dari 5 dan khusus unluk jalan tol tidak boleh lebih dari 3 mm. 4) pemeriksaan kerataan dilakukan setelah pemadatan awal dan setiap penyimpangan harus segera diperbaiki. 5) derajat kepadatan lapangan harus mencapai minimum 95% dari kepadatan laboratorium. 6) pengambilan contoh dilakukan 2 (dua) kali sehari, yaitu : (1) agregat dari masing-mesing fraksi dari pemasok dingin untuk pengujian gradasi. (2) agregat campuran yang diambil dari ujung atas ban berjalan untuk pengujian gradasi. (3) campuran lepas dari truk atau silo untuk pengujian sifat-sifat campuran sesuai dengan perencaanan. 6
7 BAB IV CARA PENGERJAAN 4.1. Persiapan Siapkan hal-hal sebagai berikut : 1) atur lalu lintas di sekitar daerah pekerjaan; 2) bersihkan permukaan yang akan dilapis; 3) beri tanda batas penghamparan dengan cat atau kapur Pelaksanaan Pembuatan Campuran Lakukan pembuatan campuran dengan tahapan sebagai berikut : 1) hidupkan mesin penggetar bukaan pemasok dingin,jalankan ban berjalan dan buka pintu pemasuk dingin sehingga agregat ke luar dan masuk ke dalam alat pencampur sesuai dengan perencanaan; 2) tambahkan air dan aspal emulsi sesuai dengan rencana campuran; 3) lakukan pengadukan campuran sampai campuran seragam (dalam waktu yang telah ditentukan maksimum 60 detik) dan selanjutnya masukkan ke dalam silo man truk jungkit Pengangkutan Campuran Lakukan pengangkutan campuran dengan ketentuan sebagai berikut : 1) angkut campuran dengan truk jungkit; 2) tutup campuran selama pengangkutan dengan terpal; 3) timbang truk jungkit sebelum dan sesudah diisi campuran Pelapisan Percobaan Lakukan pelapisan percobaan dengan tahapan sebagai berikut: 1) buat pelapisan percobaan seluas ± 150 m 2 dengan peralatan seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. 2) bongkar pelapisan percobaan yang dilakukan pada jalur pekerjaan kecuali memenuhi semua ketentuan Penyiapan permukaan yang akan dilapis Siapkan permukaan yang akan dilapis dengan tahapan sebagai berikut : 1) perbaiki kerataan permukaan yang akan dilapis; 2) bersihkan permukaan yang akan dilapis; 3) beri lapis ikat atau lapis resap ikat bila diperlukan; 4) beri lapis ikat pada permukaan konstruksi yang akan berhubungan dengan hamparan Penghamparan Campuran Lakukan penghamparan campuran dengan tahapan sebagai berikut : 1) lakukan penghamparan mulai dari tempat terjauh dari instalasi pencampuran; 7
8 2) atur pengoperasian alat penghamparan untuk memperoleh tebal, arah memanjang dan melintang sesuai rencana; 3) lakukan penghamparan tambahan pada permukaan hamparan yang segregasi; 4) lakukan penghamparan dengan cara manual pada tempat-tempat yang sulit dilewati alat finisher; 5) tempatkan petugas guna menyempurnakan bentuk hamparan Pemadatan Lakukan pemadatan dengan tahapan sebagai berikut : 1) lakukan pemadatan, setelah kadar air sesuai ketentuan yang berlaku; 2) lakukan pemadatan awal dengan alat pemadat roda besi sebanyak 2 lintasan (roda penggerak berada di depan); 3) lakukan pemadatan antara dengan alat pemadat roda karet dengan jumlah lintasan sesuai pelapisan percobaan; 4) lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda besi Pembuatan Sambungan. Buat sambungan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) buat sambungan memanjang atau sambungan melintang, yang bermuatan secara bertangga dengan jarak minimum 30 cm seperti pada gambar I dan gambar 2 pada lampiran B. 2) buat tepi hamparan yang terdahulu menjadi tegak dan diberi lapis ikat sebelum penghamparan disampingnya dimulai. 8
9 LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH RS : Rapid setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan cepat. MS : Medium setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan kecepatan sedang. SS : Slow setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan kecepatan lambat. aspal emulsi kationik : adalah aspal emulsi yang bermuatan listik positif aspal emulsi anionik : adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik negatif agregat : adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. OGEM : Open Graded Emulsion Mixture, adalah campuran aspal emulsi (MS) air dan agregat bergradasi terbuka (open graded). DGEM : Dense Graded Emulsion Mixture adalah campuran aspal emulsi (SS) air dan agregat bergradasi rapat (Dense graded). pengki : adalah suatu alat untuk menghamparkan campuran yang terbuat dari anyaman bambu kaso-kaso : adalah alat untuk mengukur ketebalan dan meratakan takaran hamparan yang dilaksanakan secara manual : adalah suatu alat yang terbuat dari kayu berbentuk kotak, untuk mengukur bahan secara manual instalasi pencampuran : Asphalt mixing plant, adalah satu unit instalasi produksi campuran beraspal ditempatkan pada suatu areal dan pelaksanaan operasinya dilaksanakan dengan cara mekanis. mesin pencampur : Padle mixer, adalah suatu unit instalasi produksi campuran beraspal ditempatkan pada suatu areal dan pelaksanaan operasinya dilaksanakan dengan cara mekanis. aspal distributor : adalah mesin penyemprot aspal dimana aspal ang ada dalam tangki dapat disemprotkan secara merata pada permukaan lapis perkerasan jalan. 9
10 semprotan tangan : Hand Sprayer, adalah alat penyemprot aspal yang disemprotkan dengan tangan untuk mengatur posisi penyemprotan aspal. penghamparan : Asphalt Finisher, adalah suatu instalasi alat penghampar campuran yang dilengkapi alat perata, alat pengatur ketebalan. sapu mesin : Power brom, adalah suatu alat untuk membersihkan permukaan jalan digerakkan dengan tenaga mesin. jenis batang standar : Standar beam type, adalah suatu jenis timbangan yang ditempatkan di lokasi pencampuran beton aspal yang berbentuk pelat datar dengan ketelitian pembebanan 10 kg. pemasok agregat dingin : Cold aggregate feeder, adalah suatu alat pemasuk agregat dingin yang bergerak dengan kecepatan tertentu. 10
11 LAMPIRAN B LAIN LAIN Gambar 1 Sambungan Melintang Gambar 2 Sambungan Arah Memanjang 11
LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)
BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN
TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,pengawas
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN
TATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS
Lebih terperinciCape Buton Seal (CBS)
Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi
Lebih terperinciSPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)
SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) UNTUK JALAN RAYA
SNI 03-1737-1989 TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) UNTUK JALAN RAYA BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG)
TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG) BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata Cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan lapis aspal buton agregat
Lebih terperinciMetode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural
SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Lie Dick Saputra 1, Robby Saputra Pangloli 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmajadja 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : 1. Berdasarkan pengambilan data dan analisis yang sudah dilakukan
Lebih terperinciSEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL
SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan
Lebih terperinciPEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...
Lebih terperinciDIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN FINAL April 2005 PUSAT LITBANG PRASARANA TRANSPORTASI BADAN PENELITIAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciDIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.
5.1.1 UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT 1) Uraian a) Lapis Fondasi Agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis
Lebih terperinciMETODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)
METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN
6.1.1 UMUM DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Resap Ikat adalah lapisan dari aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciJUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI
Lebih terperinci1 PEKERJAAN PENDAHULUAN
SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin
Lebih terperinciberlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin
BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 6.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA
TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciPROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.
PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh
Lebih terperinciTATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992
TATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mengembangkan jaringan jalan perkotaan yang
Lebih terperinciCara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 19/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGABUTAN (FOG SEAL) UNTUK PEMELIHARAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciBAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran
BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik
Lebih terperinciDIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN
DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Kondisi Perkerasan Nilai Kondisi Perkerasan dihitung berdasarkan data dari hasil pengamatan visual di lapangan yang diperoleh dalam bentuk luasan kerusakan, panjang
Lebih terperinciDIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN
4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN
METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak
Lebih terperinciTATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI
TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON SNI 03-3976-1995 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup 1.1.1 Maksud Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 28/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ASBUTON CAMPURAN PANAS HAMPAR DINGIN (COLD PAVING HOT MIX ASBUTON, CPHMA) PEDOMAN Bahan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperincipenelitian. Pada penelitian ini subyek ditentukan setelah diadakan survei jalan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi : a. Penentuan subyek lokasi Subyek adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penelitian dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini subyek
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Karakteristik Marshall pada Asphalt Treated Base (ATB) 1. Stabilitas (Stability) Stabilitas merupakan kemampuan maksimum suatu benda uji campuran aspal dalam menahan beban sampai
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Kabupaten, Sleman sepanjang 5000 m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan survei dilakukan
Lebih terperinciKONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali
KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN
Lebih terperinciMANUAL. Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Buku 8 PERMASALAHAN LAPANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA. Konstruksi dan Bangunan
MANUAL Konstruksi dan Bangunan No: 002-08 / BM I 2006 Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Buku 8 PERMASALAHAN LAPANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Prakata Salah satu aspek penting
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Definisi Aspal adalah material hitam atau coklat tua, pada
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciCara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan
Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciCara uji kepadatan ringan untuk tanah
Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu
Lebih terperinciA N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015
LAMPIRAN IX PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 44 TENTANG STANDARISASI HARGA SATUAN BANGUNAN, UPAH DAN ANALISA PEKERJAAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2015 A N A L
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciDRAFT SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 7.16 MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA
DRAFT SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 7.16 MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA SKh-1.7.16.1 UMUM 1) Uraian a) Material ringan mortar-busa adalah material menyerupai beton yang terdiri dari campuran material pasir,
Lebih terperinciSNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi anionik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciDIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT 5.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan
Lebih terperinciEVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK
EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK Cessy Priscilla S. B NRP : 9921046 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada
Lebih terperinciMETODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI
METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji di Lapangan ini mencakup : 1) Cara pembuatan dan perawatan benda uji
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Siluk Panggang, Imogiri Barat Kabupaten Bantul sepanjang 4000m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan
Lebih terperinciCara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat
Standar Nasional Indonesia Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1
Lebih terperinciKompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.
Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN & TENAGA AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)
PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang
Lebih terperinciKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis
Lebih terperinciBerdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:
17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. ASPAL Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama hidrokarbon, hasil explorasi dengan warna hitam bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 6.1.1. UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Berdasarkan kebutuhan manusia akan pentingnya berkomunikasi maka jalan merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 6.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN BAWAH (SUB BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciGAMBAR KONSTRUKSI JALAN
1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah
Lebih terperinciCAMPURAN BERASPAL PANAS
MODUL B.1.1 CAMPURAN BERASPAL PANAS Diselenggarakan dalam rangka : SOSIALISASI NSPM, PEMBERIAN ADVISTEKNIKDANUJIKEANDALAN MUTU TAHUN 2003 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinci1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciPENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )
PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR ) 1. Kuat tekan yang disyaratkan sudah ditetapkan 30,0 N/mm 2 untuk umur 28 hari. 2. Deviasi standar diketahui dari besarnya jumlah (volume) pembebasan yang
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciSpesifikasi aspal emulsi kationik
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciPEDOMAN. Pemanfaatan Asbuton Buku 5 Campuran Beraspal Dingin dengan Asbuton Butir Peremaja Emulsi
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan No: 001 05 / BM / 2006 Pemanfaatan Asbuton Buku 5 Campuran Beraspal Dingin dengan Asbuton Butir Peremaja Emulsi DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lebih terperinciNo. U R A I A N KODE KOEF.
ITEM PEMBAYARAN NO. : Skh 16.7.(1) JENIS PEKERJAAN : Bubur Aspal Emulsi (Slurry) Dimodifikasi dengan Latex SATUAN PEMBAYARAN : M2 No. U R A I A N KODE KOEF. I. ASUMSI 1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak
Lebih terperinciPENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH
METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Survei Kondisi Jalan Survei yang dilakukan pada penelitian ini adalah survei kondisi, yaitu survei yang hanya menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu dan tidak mengevaluasi
Lebih terperinciDalam usaha penanganan jaringan jalan diperlukan suatu sistem evaluasi yang
BAB III METODE EVALUASI PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN 3.1 Pengertian Metode Evaluasi Pada Manajemen Pemeliharaan Jaian Pengertian metode evaluasi pada manajemen pemeliharaan jalan adalah suatu cara
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciSpesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar
Lebih terperinciDIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA
8.1.1 UMUM DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama adalah rekonstruksi atau pengembalian kondisi
Lebih terperinci