BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Deskripsi Kubis Bunga Kultivar White Shot

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Gulma. spesies gulma dari waktu ke waktu. Pada minggu ke-3 terdapat 16 spesies gulma,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Waktu tumbuh gulma. dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang berpengaruh selama penelitian. Pengamatan ini meliputi data curah hujan, temperatur, dan kelembapan selama percobaan, serangan hama penyakit, serta analisis vegetasi sebelum percobaan. 4.1.1 Data Curah Hujan, Temperatur, dan Kelembapan Udara Selama Percobaan Percobaan berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Mei Tahun 2012. Rata-rata curah hujan bulan Maret yaitu 176,0 mm, bulan April yaitu 363,7 mm, dan bulan Mei yaitu 310,0 mm. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan dapat dikatakan cukup tinggi. Temperatur udara terendah selama percobaan adalah 22 o C pada bulan Mei sedangkan suhu udara tertinggi adalah 25,15 o C pada bulan Maret. Kelembapan udara rata-rata selama percobaan adalah 93-94 %. Data curah hujan, suhu udara, dan kelembapan terdapat pada Lampiran 4. 23

24 4.1.2 Analisis Vegetasi Sebelum Percobaan Pengamatan analisis vegetasi berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran komposisi setiap spesies gulma pada suatu areal. Keadaan komposisi gulma diamati dengan menggunakan Nilai Jumlah Dominansi (NJD) yang dilakukan sebelum percobaan. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies gulma lainnya. Tabel 1. Komposisi Gulma Sebelum Percobaan No Spesies gulma NJD* (%) Daun Lebar 1 Alternanthera philoxeroides 23,46 2 Hedyotis corymbosa 11,86 3 Synedrella nodiflora 5,99 4 Commelina difusa 4,50 Teki 1 Cyperus iria 9,52 2 Fimbristylis miliacea 3,00 Rumput 1 Cynodon dactylon 26,7 2 Digitaria ciliaris 11,93 3 Eleusine indica 3,00 Ket : * = Nisbah Jumlah Dominan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebelum percobaan berlangsung terdapat 9 jenis gulma yang mendominasi lahan yang digunakan untuk pertanaman kubis bunga yaitu 4 spesies gulma daun lebar, 2 spesies gulma teki, dan 3 spesies gulma rumput.

25 Spesies-spesies gulma yang dominan adalah spesies gulma rumput yaitu Cynodon dactylon (Gambar 8) dengan NJD sebesar 26,7 %, spesies gulma daun lebar yaitu Alternanthera philoxeroides (Gambar 9) dengan NJD sebesar 23,46 %, dan spesies gulma teki yaitu Cyperus iria (Gambar 10) dengan NJD sebesar 9,52%. Perhitungan analisis vegetasi selengkapnya pada Lampiran 5. Dominansi gulma rumput sebelum percobaan disebabkan gulma rumput merupakan tumbuhan berjalur fotosintesis C4 lebih efisien dalam menggunakan air dan cahaya sehingga kecepatan tumbuhnya tinggi. Selain itu perbedaan kemampuan dalam berkompetisi menyebabkan terjadinya dominansi suatu tanaman terhadap tanaman yang lain (Naylor, 2002). Adapun spesies-spesies gulma baru yang tumbuh dilahan setelah percobaan diantaranya spesies gulma daun lebar yaitu Eclypta alba, Ludwigia perennis, Amaranthus spinosus, Rorippa indica dan spesies gulma rumput yaitu Leptochloa cynensis. Adanya spesies gulma baru disebabkan oleh pengolahan tanah yang menyebabkan biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke permukaan tanah dan berkecambah. 4.1.3 Serangan Hama dan Penyakit Hama yang menyerang selama penelitian adalah ulat daun (Plutella xylostella), ulat grayak (Spodoptera litura) dan belalang. Ulat daun (Plutela xylostela) menyerang tanaman kubis bunga pada umur 21 HST. Larva ulat daun menggerek daun dan memakan jaringan daun sebelah bawah dengan meninggalkan lapisan epidermis bagian atas daun. Kerusakan dicirikan dengan adanya bercak-

26 bercak berwarna putih yang tidak teratur yang lama kelamaan menjadi lubang pada serangan yang berat daunnya hingga tinggal kerangka saja. Serangan ulat ini hanya 1-3% tergolong rata terdapat pada setiap plot sehingga pengendaliannya hanya dengan memetik daun yang terserang. Serangan ulat daun (Plutella xylostela) dapat dilihat pada Gambar 11. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama krop kubis yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas. Ulat ini menyerang tanaman kubis bunga pada fase generatif yaitu pada umur ± 35 HST menggerogoti krop kubis bunga. Ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 12. Serangan ulat ini tergolong rata pada setiap perlakuan dengan intensitas serangannya hanya 1-3% sehingga pengendaliannya hanya dengan mengambil ulat yang terdapat pada tanaman tersebut lalu dimatikan. Serangan ulat grayak pada krop kubis dapat dilihat pada Gambar 13. Begitu juga dengan hama belalang, hama ini memakan daun dari bagian tepi daun, namun serangannya hanya pada sedikit tanaman kubis bunga. Intensitas serangannya hanya 1-3% pada percobaan ini sehingga pengendaliannya dengan diambil lalu dimatikan. Serangan belalang dapa dilihat pada Gambar 14. Penyakit yang ditemui pada tanaman selama percobaan adalah busuk hitam pada daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Penyakit ini menyerang tanaman kubis bunga pada fase generatif yaitu pada umur ± 35 HST Gejala serangannya ditandai dengan bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai bunga maupun krop kubis bunga yang diserang. Gejala khas pada daun yaitu tampak warna kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf V dan

27 kemudian mengering. Intensitas serangan penyakit ini hanya 1-3%, rata pada setiap perlakuan sehingga pengendaliannya dengan memetik daun kubis bunga yang terserang penyakit tersebut. 4.2 Pengamatan Utama 4.2.1 Kondisi Umum Pertanaman Kubis Bunga Keseragaman tumbuh bibit kubis bunga yang digunakan relatif tinggi. Pertumbuhan bibit kubis bunga relatif tinggi dan seragam sampai umur 14 hari, setelah itu mulai terlihat adanya perbedaan pertumbuhan tanaman kubis bunga. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh kehadiran gulma diantara tanaman kubis bunga yang bersaing dalam memanfaatkan faktor pertumbuhan seperti tempat tumbuh, air, cahaya, dan unsur hara, sehingga pada saat tanaman kubis bunga berumur 14 hari setelah tanam (HST) dikatakan sebagai periode kritis bagi kubis bunga). Pada umur 28-30 hari setelah tanam merupakan fase vegetatif maksimum kubis bunga dimana organ pertumbuhan seperti daun, akar, dan batang berada dalam pertumbuhan yang maksimal sehingga terbentuk kanopi pada lahan pertanaman dan menutupi gulma-gulma yang tumbuh bersama tanaman kubis yang menyebabkan menurunnya persaingan antara keduanya. Selain itu pada umur tersebut, merupakan fase awal generatif pada tanaman kubis bunga yang ditandai dengan munculnya krop kubis bunga. Pada umur 45-47 hari, tanaman kubis bunga memasuki fase panen yang ditandai dengan krop bunga yang telah padat dan mencapai ukuran maksimum.

28 4.2.2 Pengamatan Gulma 4.2.2.1 Bobot Kering Gulma Rumput Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma rumput pada semua umur pengamatan. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Rata-rata Bobot Kering Gulma Rumput (gr/0,25m 2 ) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 b 0.00 b W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.27 a 0.00 b 0.00 b W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.27 a 0.00 b 0.00 b W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.28 a 5.27 a 0.00 b W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.30 a 6.73 a 0.00 b W6 (Bergulma 0-panen) 0.27 a 7.80 a 17.45 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.00 b 3.03 a 15.62 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.16 a 15.80 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 0.09 b 14.60 b W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 b 1.23 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 b 0.30 b W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 b 0.00 b Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Pada umur 14 HST sampai 42 HST pada perlakuan bergulma sepanjang masa pertanaman mengalami kenaikan bobot kering. Hal ini disebabkan perlakuan gulma yang tidak disiangi sehingga keberadaan gulma yang semakin lama menyebabkan

29 populasi gulma meningkat dan bobot kering gulma bertambah. Menurut Zimdhal (2007) pada masa vegetatif gulma dimana gulma dengan mudah menyerap unsur hara yang menjadi bagian pokok tanaman sehingga terakumulasi dalam bobot kering gulma rumput yang semakin tinggi. Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma rumput pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. 4.2.2.2 Bobot Kering Gulma Daun lebar Hasil analisis lanjut bobot kering gulma daun lebar dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma daun lebar pada umur 14, 28 dan 42 HST. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang paling besar terjadi kalau habitat pertumbuhan akar dan karakteristik daunnya sama. Dalam hal ini persamaan yang dimiliki kubis bunga dengan gulma berdaun lebar antara lain sama-sama tergolong dikotil yang mempunyai perakaran yang agak dalam dan sama-sama mempunyai susunan daun yang horizontal. Selain itu, gulma daun lebar dan tanaman kubis bunga merupakan tanaman C3.

30 Tabel 3. Rata-rata Bobot Kering Gulma Daun Lebar (gr/0,25m 2 ) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 c 0.00 c W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.21 a 0.00 c 0.00 c W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.22 a 0.00 c 0.00 c W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.18 a 4.60 a 0.00 c W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.18 a 4.74 a 0.00 c W6 (Bergulma 0-panen) 0.16 a 4.72 a 9.27 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.00 b 3.90 a 7.43 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.53 a 5.65 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.74 b 2.30 b W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 c 1.67 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 c 0.08 c W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 c 0.00 c Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Menurut Muzik (1970) apabila ada spesies tumbuhan mempunyai sifat dan habitat yang sama maka kecenderungan akan terjadi persaingan. Hal-hal tersebut yang menyebabkan tetap terjadi pengaruh yang nyata antara gulma daun lebar dan tanaman kubis bunga pada setiap umur pengamatan akibat persaingan antar keduanya yang terus-menerus. Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma daun lebar pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

31 4.2.2.3 Bobot Kering Gulma Teki Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma teki pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma teki pada semua umur pengamatan. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Bobot Kering Gulma Teki (gr/0,25 m 2 ) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 e 0.00 c W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.62 a 0.00 e 0.00 c W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.62 a 0.00 e 0.00 c W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.63 a 7.43 a 0.00 c W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.65 a 7.93 a 0.00 c W6 (Bergulma 0-panen) 0.61 a 7.62 a 24.40 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.07 b 5.68 b 23.63 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.81 c 22.57 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.93 d 18.70 a W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 e 12.13 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 e 0.13 c W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 e 0.00 c Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Pada umur 28 HST, perlakuan W7, W8, dan W9 memberikan bobot kering gulma yang berbeda-beda dimana pada perlakuan bebas gulma lebih lama memberikan bobot kering yang semakin kecil. Hal ini disebabkan semakin lama umur

32 tanaman, maka akan membentuk kanopi yang menaungi lahan sekitarnya. Pembentukan kanopi tanaman yang cepat dapat mempengaruhi tumbuh-tumbuhan dibawahnya yang secara tidak langsung mengurangi pertumbuhan gulma (Mercado, 1979). Hal ini dikarenakan gulma teki dan kubis bunga memiliki kemampuan kompetisi yang sama-sama tinggi. Gulma teki digolongkan sebagai gulma jahat (noxious weed) dengan ciri-ciri tingkat persaingan tinggi meskipun populasinya rendah, efisien dalam perbanyakan diri baik melalui biji yang melimpah maupun dengan perbanyakan vegetatif, mudah menyebar dan mempunyai masa dormansi yang lama, sehingga sukar dikendalikan (Moenandir,1988), sedangkan kubis bunga diduga mengeluarkan senyawa alelopati yang menghambat pertumbuhan gulma teki karena terjadi persaingan antar keduanya. 4.2.2.4 Bobot Kering Gulma Total Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma total pada semua umur pengamatan. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 5. Kenaikan dan penuruan bobot kering gulma pada setiap umur pengamatan yaitu perlakuan W2,W3,W4,W5, hal ini disebabkan karena pergantian periode dari bergulma menjadi periode bebas gulma. Ada juga beberapa perlakuan yaitu W7, W8, W9,W10 mengalami kenaikan bobot kering karena pergantian periode dari bebas gulma menjadi bergulma.

33 Tabel 5. Rata-rata Bobot Kering Gulma Total (gr/0,25m 2 ) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 d 0.00 c W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.38 a 0.00 d 0.00 c W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.44 a 0.00 d 0.00 c W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.36 a 4.60 a 0.00 c W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.51 a 6.47 a 0.00 c W6 (Bergulma 0-panen) 0.28 a 6.71 a 17.04 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.02 b 4.20 b 15.56 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.50 b 14.67 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.26 c 11.87 a W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 d 5.01 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 d 0.17 c W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 d 0.00 c Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Bobot kering gulma total merupakan hasil penimbunan dari hasil asimilasi CO 2 sepanjang masa pertumbuhan, karena asimilasi CO 2 merupakan hasil penyerapan energi matahari dan akibat radiasi matahari, maka faktor utama yang mempengaruhi berat kering total adalah radiasi matahari yang diabsorbsi dan efisiensi pemanfaatan energi tersebut untuk fiksasi CO 2 (Gardner, 1991 dalam Thorp dan Tian, 2004). Terjadinya pengaruh yang nyata terhadap bobot kering total gulma pada semua umur pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan gulma dan kubis bunga saling mempengaruhi sepanjang masa tanam. Gulma sama halnya seperti tanaman

34 yang lain memerlukan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhann dan perkembangan yang normal yaitu unsur hara,cahaya, ruang tumbuh dan CO 2. Persaingan terjadi bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya (Zimdhal, 1980, Rahayu, 2002). Namun pada dasarnya, kemampuan gulma menekan pertumbuhan tanaman budidaya sangat ditentukan oleh jenisnya, kepadatan dan lamanya gulma tumbuh di pertanaman. Ketiga faktor tersebut menentukan derajat persaingan gulma dalam memperoleh sumber daya yang tersedia (Hidayati, 2009). Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma total pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. 4.2.3 Pengamatan Tanaman Kubis Bunga 4.2.3.1 Tinggi Tanaman Data dan hasil analisis statistik tinggi tanaman pada 7 HST, 14 HST, 21 HST, 28 HST, dan 35 HST dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap tinggi tanaman hanya pada umur 21 HST. Pada umur 7 sampai 14 HST masih dalam awal pertumbuhan tanaman dimana belum terjadi kompetisi yang signifikan, Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Chokkar et al., 1999)

35 bahwa pada awal pertumbuhan kehadiran gulma belum mempengaruhi pertumbuhan, karena kompetisi yang terjadi masih rendah. Tabel 6.Rata-rata Tinggi Tanaman Kubis Bunga (cm) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan HST 7 14 21 28 35 W1 (Bergulma 0-7 HST) 6.89 a 12.94 a 18.44 a 24.28 a 30.00 a W2 (Bergulma 0-14 HST) 6.56 a 12.66 a 18.61 a 24.78 a 30.00 a W3 (Bergulma 0-21 HST) 6.56 a 13.89 a 14.78 c 23.28 a 30.17 a W4 (Bergulma 0-28 HST) 6.28 a 12.17 a 14.69 c 20.39 a 29.89 a W5 (Bergulma 0-35 HST) 6.78 a 12.83 a 14.50 c 20.50 a 28.89 a W6 (Bergulma 0-panen) 6.67 a 13.22 a 13.90 c 18.94 a 24.83 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 6.67 a 13.83 a 14.89 c 21.95 a 30.28 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 7.33 a 11.89 a 15.61 c 24.44 a 29.78 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 6.83 a 13.61 a 17.67 b 24.72 a 31.17 a W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 7.17 a 13.43 a 18.89 a 24.16 a 30.33 a W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 7.67 a 14.33 a 19.44 a 25.61 a 30.55 a W12 (Bebas gulma 0- panen) 7.00 a 15.00 a 20.28 a 27.00 a 32.33 a Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Pada umur 21 HST merupakan periode kritis kubis bunga gulma sehingga sangat dipengaruhi oleh keberadaan gulma. Hal ini menunjukkan bahwa periode kritis

36 menurunkan hasil secara nyata pada tinggi tanaman kubis bunga. Keberadaan gulma mengakibatkan terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh faktor tumbuh, yaitu cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh.tinggi tanaman dipengaruhi oleh penerimaan cahaya (Agustiani 2002). Penerimaan cahaya akan berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada proses fotosintesis. Semakin banyak cahaya yang diserap semakin banyak fotosinat yang diakumulasikan sehingga pertambahan tinggi tanaman akan semakin baik. Perlakuan bebas gulma yang lebih lama yaitu W1, W2, W10, W11, W12 memberikan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan seluruh perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh tanaman yang lebih tinggi mempunyai keuntungan pada tumbuhan yang lebih pendek. Hal ini terjadi bila satu tanaman menaungi tanaman lain karena kondisi pertumbuhannya yang saling berdesakan, sehingga cahaya yang diterima oleh bagian yang ternaungi menjadi lebih kurang optimal untuk tumbuh. Keberadaan gulma membuat tanaman ternaungi oleh tanaman kubis lain dan gulma sehingga penerimaan cahaya matahari terhambat. Ketersediaan sarana tumbuh berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat (Moenandir, 1988). Pada umur 35 HST sudah tidak lagi dalam fase periode kritis karena tanaman kubis bunga memasuki fase generatif dimana tidak lagi terjadi pertumbuhan dalam organ vegetatif dan tanaman kubis bunga sudah dalam ketersediaan unsur, air dan cahaya sudah maksimal dan tidak berpengaruh lagi terhadap keberadaan gulma. Selain itu tanaman tidak lagi melakukan pertumbuhan vegetatif karena pada umur tersebut sudah ditandai munculnya krop kubis bunga.

37 4.2.3.2 Indeks Luas Daun (ILD) Data dan hasil analisis statistik indeks luas daun dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap indeks luas daun. Indeks luas daun (ILD) adalah rasio luas daun dengan luas tanah yang dibawahnya oleh naungan daun tersebut. ILD mencerminkan efisiensi penangkapan energi matahari dan akumulasi fotosintat selama pertumbuhan tanaman. Tabel 7.Rata-rata Indeks Luas Daun Kubis Bunga (m 2 ) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada umur pengamatan 30 HST Perlakuan W1 (Bergulma 0-7 HST) W2 (Bergulma 0-14 HST) W3 (Bergulma 0-21 HST) W4 (Bergulma 0-28 HST) W5 (Bergulma 0-35 HST) W6 (Bergulma 0-panen) W7 (Bebas gulma 0-7 HST) W8 (Bebas gulma 0-14 HST) W9 (Bebas gulma 0-21HST) W10 (Bebas gulma 0-28 HST) W11 (Bebas gulma 0-35 HST) W12 (Bebas gulma 0- panen) Rata-rata 0.76 b 0.74 b 0.63 c 0.54 d 0.51 d 0.42 d 0.62 c 0.67 c 0.67 c 0.74 b 0.72 b 0.95 a Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Pengambilan tanaman sample dilakukan pada 30 HST saat fase vegetatif maksimum yang ditandai dengan munculnya krop kubis bunga. Pada perlakuan W4,

38 W5, W6 memiliki ILD yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan keberadaan gulma lebih lama pada pertanaman mengakibatkan populasi gulma pada sekitar tanaman kubis bunga semakin banyak menyebabkan intersepsi cahaya terhambat dalam tanaman kubis bunga, Daun mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman terutama dalam penyerapan radiasi sinar matahari dan tempat proses fotosintesis, dimana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Sehingga secara keseluruhan kadar cahaya yang diaksepsi menjadi sangat kurang. Hal inilah dalam perisitiwa persaingan yang dapat mengganggu kelancaran berpoduksi tinggi. Selain itu, sifat penting yang harus dimiliki tanaman budidaya untuk dapat berkompetisi dengan gulma adalah ekspansi daun yang cepat pada tajuk yang tinggi letaknya, mempunyai daun dengan ukuran yang besar untuk mengurangi pengaruh pantulan cahaya, karena pantulan cahaya yang sampai ke bagian bawah tajuk memiliki kualitas dan intensitas rendah (Trenbath, 2002). Pada umur 30 HST adalah fase vegetatif maksimum pada tanaman kubis bunga sehingga indeks luas daun yang lebih kecil merupakan akumulasi pertambahan luas daun yang terhambat akibat penaungan (Moenandir,1988). 4.2.3.3 Bobot Kering Tanaman Data dan hasil analisis statistik bobot kering tanaman pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering

39 tanaman pada 28 dan 42 HST, namun pada umur 14 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 8. Pada umur 28 HST merupakan akhir periode kritis kubis bunga terhadap keberadaan gulma mengakibatkan pada perlakuan yang masih bergulma pada periode tersebut (W3,W4,W5,W6) memberikan hasil bobot kering tanaman terendah dibanding perlakuan lainnya. Tabel 8. Rata-rata Bobot Kering Tanaman Kubis Bunga (gr) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan Perlakuan Umur Pengamatan 14 HST 28 HST 42 HST W1 (Bergulma 0-7 HST) 1.16 a 26.80 a 36.07 a W2 (Bergulma 0-14 HST) 1.16 a 26.07 a 36.13 a W3 (Bergulma 0-21 HST) 1.12 a 23.53 b 40.10 a W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.99 a 23.17 b 40.20 a W5 (Bergulma 0-35 HST) 1.34 a 23.10 b 26.83 a W6 (Bergulma 0-panen) 0.91 a 20.63 b 23.77 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 1.09 a 27.67 a 26.73 a W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 1.09 a 27.23 a 26.57 a W9 (Bebas gulma 0-21HST) 1.16 a 26.70 a 40.47 b W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.94 a 28.73 a 41.17 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.65 a 29.53 a 36.23 b W12 (Bebas gulma 0- panen) 1.08 a 31.37 a 38.90 b Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam

40 Kehadiran gulma yang semakin lama pada periode kritis menyebabkan persaingan gulma dan tanaman kubis bunga semakin lama diakibatkan oleh kurang tersedianya faktor tumbuh bagi keduanya. Hal ini menyebabkan penyerapan faktor tumbuh khususnya unsur hara dan cahaya untuk fotosintat tidak maksimal sehingga fotosintesis juga tidak maksimal. Bobot kering tanaman mencerminkan efisiensi penangkapan energi matahari dan akumulasi fotosintat selama pertumbuhan tanaman. Selain itu, tanaman kubis bunga berada dalam fase vegetatif dimana ketersediaan sarana tumbuh berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat, dengan adanya kehadiran gulma yang semakin lama maka persaingan antara tanaman dengan gulma akan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga karbohidrat yang dihasilkan untuk perkembangan gulma akan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga karbohidrat yang dihasilkan untuk perkembangan bobot kering juga berkurang. (Harjadi,1979). Pada umur 42 HST, bobot kering mengalami kenaikan hal ini karena semakin tua umur tanaman maka akumulasi bahan kering juga semakin meningkat, sebagai akibat bertambahnya hasil fotosintesis yang dapat dimanfaatkan. Pada perlakuan W9, W10, W11, W12 memberikan bobot kering tertinggi pada perlakuan lainnya, hal ini karena periode bebas gulma yang semakin panjang mengindikasikan persaingan antara tanaman kubis bunga dan gulma terhadap ruang tumbuh,cahaya, unsur hara, air semakin rendah sehingga hasil fotosintesis digunakan untuk respirasi dan asimilasi berjalan dapat dihasilkan secara optimal. Fotosintat yang digunakan untuk

41 pertumbuhan jaringan tanaman dimana jaringan tanaman yang berkembang dengan baik akan diikuti dengan penambahan bobot kering tanaman. 4.2.3.4 Bobot Segar Krop Kubis Bunga Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot krop kubis bunga. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 9. Bobot kubis bunga dipengaruhi oleh perlakuan bebas gulma dan bergulma. Perlakuan qqwaw1,w2, W11, dan W12 memberikan hasil bobot yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Tabel 9. Rata-rata Bobot Krop kubis bunga (kg/plot) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma Perlakuan W1 (Bergulma 0-7 HST) W2 (Bergulma 0-14 HST) W3 (Bergulma 0-21 HST) W4 (Bergulma 0-28 HST) W5 (Bergulma 0-35 HST) W6 (Bergulma 0-panen) W7 (Bebas gulma 0-7 HST) W8 (Bebas gulma 0-14 HST) W9 (Bebas gulma 0-21HST) W10 (Bebas gulma 0-28 HST) W11 (Bebas gulma 0-35 HST) W12 (Bebas gulma 0- panen) Rata-rata 152.94 c 158.17 c 137.63 b 110.65 b 96.14 a 85.77 a 121.61 b 124.35 b 126.55 b 134.67 b 141.39 c 165.09 c Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam

42 Tingginya bobot krop kubis bunga menunjukkan bahwa semakin periode lama periode bebas gulma maka semakin tinggi bobot krop kubis bunga yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan pendapat Radosevich dan Holt (1997), bahwa tanaman yang terbebas dari persaingan dengan gulma akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Di sisi lain, perlakuan bergulma sepanjang musim tanam memberikan bobot segar kubis bunga terendah. Hal ini karena kehadiran gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman dalam hal pengambilan unsur hara, air, dan cahaya. Perbandingan krop kubis bunga akibat perlakuan bergulma dan bebas gulma sepanjang masa tanaman pada Gambar 16. Tanaman kubis bunga sangat membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang banyak, karena nitrogen sebagai penyusun protein dan protein adalah penyusun sel. Oleh karena itu, unsur inilah yang paling banyak dipakai pada fase vegetatif untuk pertumbuhan daun, batang, dan akar. Pada saat itu, gulma juga mengalami fase yang sama akibatnya gulma menjadi pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Unsur nitrogen merupakan unsur yang sangat diperebutkan dalam peristiwa persaingan. Gulma dapat menyerap nitrogen hingga dua kali daya serap tanaman (Fadhly, 2004). Populasi gulma yang jarang berpengaruh terhadap ketersediaan fotosintat yang cukup bagi kubis bunga sehingga laju fotosintesis tidak terhambat dan terus bertambah. Fotosintat tersebut ditranslokasikan ke bagian krop kubis bunga, sehingga bobot krop kubis bunga meningkat. Data dan hasil analisis statistik bobot krop kubis bunga selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

43 4.2.3.5 Diameter Krop Kubis Bunga Data dan hasil analisis statistik diameter krop kubis bunga dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap diameter krop kubis bunga. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Diameter Krop kubis bunga (cm) akibat pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma Perlakuan Rata-rata W1 (Bergulma 0-7 HST) 10.05 c W2 (Bergulma 0-14 HST) 10.37 c W3 (Bergulma 0-21 HST) 9.37 b W4 (Bergulma 0-28 HST) 8.91 b W5 (Bergulma 0-35 HST) 8.87 a W6 (Bergulma 0-panen) 8.20 a W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 9.84 b W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 9.28 b W9 (Bebas gulma 0-21HST) 9.20 b W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 9.90 b W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 10.02 c W12 (Bebas gulma 0- panen) 10.47 c Keterangan : - Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5% - HST = Hari Setelah Tanam Perlakuan W3,W4,W7,W8,W9,W10 menunjukkan diameter lebih kecil daripada perlakuan W1,W2,W12. Penurunan diameter krop kubis bunga tersebut disebabkan pada perlakuan bergulma dengan periode bergulma lebih dari 14 hari merupakan fase periode kritis kubis bunga terhadap gulma.

44 Dalam periode kritis, kubis bunga yang masih dalam fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara, air, dan cahaya untuk pertumbuhan komponen pertumbuhan seperti daun, akar, batang, begitu juga dengan gulma yang memenuhi kebutuhan yang sama untuk proses pertumbuhannya mengakibatkan persaingan pun terjadi. Persaingan tersebut menyebabkan tersendatnya kubis bunga dalam penyerapan bahan fotosintat untuk pertumbuhan komponen. Hal ini sejalan dengan Nieuwhof (1969) mengemukakan bahwa besarnya krop kubis bunga dipengaruhi oleh jumlah daun luar dan ukuran luas. Jumlah daun dan ukuran luas daun merupakan komponen pertumbuhan. Makin banyak jumlah daun, makin besar diameter krop kubis bunga karena fotosintat yang dihasilkan oleh daun-daun tersebut ditranslokasikan ke bagian krop kubis bunga. Semakin luas permukaan daun berarti semakin sedikit stomata sehingga energi matahari yang didapat semakin rendah, difusi CO 2 dan transpirasi menurun menyebabkan absorpsi unsur hara dan air menurun pula. Jadi diameter kubis bunga akan bertambah terus sesuai dengan fotosintat yang dihasilkan daun, namun bila fotosintat berkurang maka pertambahan ukuran diameter pun terhambat akibatnya diameter kubis bunga pada perlakuan periode bergulma saat periode kritis berlangsung lebih kecil daripada perlakuan bebas gulma saat periode kritis berlangsung

45 4.2.3.6 Periode Kritis Kubis Bunga Terhadap Kehadiran Gulma Berdasarkan bobot kubis bunga diperoleh grafik pola penurunan dan kenaikan bobot krop kubis bunga karena persaingan dengan gulma yang disajikan pada Gambar 6. Pola penurunan bobot krop kubis bunga sesuai dengan persamaan regresi y= -2,240x + 178.4 dengan koefisien korelasi (R 2 ) 0,934, diperoleh koordinat titik belok penurunan bobot krop kubis bunga karena perlakuan bergulma ialah pada titik (14;0). Pola kenaikan bobot krop kubis bunga sesuai dengan persamaan regresi y= 1,129x + 110.2 dengan koefisien korelasi (R 2 ) 0,835, diperoleh koordinat titik belok kenaikan bobor krop kubis bunga karena perlakuan bebas gulma ialah pada titik (28;0), dan titik potong garis linear diperoleh pada koordinat (21;0). y= 1,1209x +110,2 R 2 = 0,835 y= -2.2405x + 178.44 R 2 = 0,9436 Gambar 17. Grafik Bobot Kubis Bunga dan Tanaman Akibat Perlakuan Bergulma dan Bebas Gulma

46 Dengan demikian periode kritis kubis bunga terjadi pada 14-28 HST. Dengan titik kritis tanaman kubis bunga terhadap persaingan dengan gulma pada umur 21 HST. Hal ini sesuai dengan Moenandir (1993) bahwa pada umumnya kompetisi gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 1/4-1/3 pertama dari umur pertanaman. Selain itu, pada umur 14 28 HST merupakan fase vegetatif kubis bunga. Tanaman kubis bunga merupakan tanaman yang memiliki fase vegetatif yang lebih dominan daripada fase generatif. Tanaman kubis bunga membutuhkan nitrogen yang cukup besar dibandingkan dengan unsur esensial lainnya. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Disisi lain, gulma merupakan pesaing bagi tanaman kubis bunga dalam memperoleh hara karena gulma dapat menyerap nitrogen hingga dua kali saya serap tanaman budidaya namun faktor tumbuh yang lain seperti air, cahaya, dan ruang tumbuh juga mempengaruhi. Menurut Black (1978), tanggapan tanaman terhadap nitrogen dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain tersedianya cahaya yang berperan dalm mengontrol laju transpirasi sehingga berpengaruh terhadap serapan dan hara. Hal ini diduga mengakibatkan periode kritis pada tanaman kubis bunga terjadi. Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap kehadiran gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada periode kritis tanaman dan gulma akan saling bersaing mencari kebutuhan unsur hara, cahaya dan air untuk kelangsungan hidupnya. Cahaya, air dan nutrisi, disebutkan sebagai unsur-unsur

47 utama yang selalu diperebutkan. Peristiwa perebutan unsur-unsur tersebut dapat terjadi apabila unsur yang diperebutkan itu berada dalam jumlah yang terbatas atau dibawah kebutuhan masing-masing. Persaingan antara dua tumbuhan dapat terjadi bila tumbuh-tumbuhan tersebut berdekatan sehingga akan terjadi interaksi. 4.2.3.7 Kehilangan Hasil Kubis Bunga Akibat Persaingan dengan Gulma Kehilangan hasil akibat kehadiran gulma dapat dilihat pada Tabel 11. Kehilangan hasil tertinggi didapatkan pada perlakuan bergulma sepanjang masa tanam sebesar 48,05%. Gulma dapat menurunkan produksi tanaman akibat persaingan dalam memanfaatkan sarana tumbuh yaitu air, unsur hara, cahaya CO2, dan tempat tumbuh (Sastroutomo, 1998). Tabel 11. Kehilangan Hasil Tanaman Kubis Bunga Akibat Persaingan dengan Gulma Perlakuan Persentase (%) W1 : Bergulma 0-7 HST 7.36 W2 : Bergulma 0-14 HST 4.19 W3 : Bergulma 0-21 HST 16.63 W4 : Bergulma 0-28 HST 32.98 W5 : Bergulma 0-35 HST 41.77 W6 : Bergulma 0 panen 48.05 W7 : Bebas gulma 0-7 HST 26.34 W8 : Bebas gulma 0-14 HST 24.68 W9 : Bebas gulma 0-21 HST 23.34 W 10: Bebas gulma 0-28 HST 18.43 W 11 : Bebas gulma 0-35 HST 14.36 W 12 : Bebas gulma 0 panen 0 Keterangan : - HST = Hari Setelah Tanam

48 Smith (1983) dalam Eprim (2006) mengemukakan bahwa efek persaingan gulma yang biasanya terjadi adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya persaingan gulma dengan tanaman budidaya. Seringkali unsur hara atau beberapa faktor tumbuh lainnya bersifat terbatas sehingga menyebabkan tingkat persaingan tanaman dan gulma semakin tinggi. Apabila kehilangan hasil akibat gulma dapat ditekan, maka kehilangan produksi suatu tanaman akibat persaingan gulma dapat diselamatkan. Kehilangan hasil bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa alelopati yang dikeluarkan gulma. Pada perlakuan kehilangan hasil panen akibat persaingan dengan gulma dapat dikurangi sampai dengan kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma pada saat periode kritis. Perhitungan kehilangan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.