SINTESIS SENYAWA orto-fenilazo-2-naftol SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI. I W. Suirta. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK. : Sintesis Orange II dengan Reaksi Kopling Diazo

3 Metodologi Penelitian

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

3 Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Reaksi Kupling Diazonium : Sintesis Kombinatorial Azo Dyes

Metodologi Penelitian

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

BAB 3 METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu untuk sintesis di antaranya

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

13. Gilbert, G. L., (1976), A Buffer solution and its action, J.Chem.Ed, 53, Wiger, G. R., de la Comp, U., (1978), Conjugate acid base

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB III METODE PENELITIAN

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

LOGO TEORI ASAM BASA


BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMPIRAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Transkripsi:

ISSN 1907-9850 SINTESIS SENYAWA orto-fenilazo-2-naftol SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI I W. Suirta Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang sintesis senyawa orto-fenilaso-2-naftol sebagai indikator dalam titrasi. Sintesis dilakukan dengan reaksi kopling antara garam diazonium klorida dan 2-naftol dengan aniline. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi IR, H-NMR dan MS. Juga ditentukan pk Hin -nya dengan spektrofotometer UV Vis, hasil sintesis diaplikasikan pada titrasi sebagai indikator dibandingkan dengan indikator metil jingga. Hasil sintesis berupa kristal berwarna merah dengan rendemen 62,51%. Analisis IR menunjukkan adanya gugus-gugus OH, C-H aromatis, C=C, N=N, CN, CO dan substitusi pada posisi orto. Analisis H-NMR menunjukkan adanya tiga buah sinyal terpisah. Analisi MS pada waktu retensi 2,667 menit dan 3,008 menit memberikan ion melekul (M + ) pada m/z 248 yang menunjukkan berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh menunjukkan 128 O 131 O C. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik leleh dapat disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Hasil sintesis memberikan pk Hin = 3,16 sehingga dapat digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi tersebut mempunyai titik ekivalen pada ph 5. Kata Kunci : sintesis, indikator, spektroskopi ABSTRACT Synthesis of o-fenilazo-2-naphtol used as indicator in titration has been conducted in this research. The synthesis was carried out by coupling of diazonium chloride salt with 2-naphtol, and aniline. The product was characterized using spectroscopy techniques (IR, 1 HNMR, and MS), while the pk HIn was determined using UV-vis spectrometer. The application of the product as indicator in titration was compared to methyl-orange. The synthesis gave a red crystal with 62.51 % yield. Infra red spectra analysis showed the presence of characteristic functional groups such as OH, CH-aromatic, C=C, N=N, CN, CO, and a peak indicated substituents at ortho position. 1 HNMR showed three separated peaks. Mass spectra gave molecular ion peak (M+) at m/z 248. The red crystal obtained melted at 128-131 o C. Based on spectroscopy analysis and melting point, it can be concluded that the product was o-fenilazo-2-naphtol. The product had a pkhin of 3.16, therefore it can be used as indicator for acid-base titration which showed equivalent point at ph 5. Keywords : syntesis, indicator, spectroscophy PENDAHULUAN Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan ph. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Day and Undewood, 1986; Khopkar, 1990). Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek ph 3,1 4,4 dan pka 3,46, berwarna merah dalam keadaan asam dan 27

JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 27-34 berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif maupun negatif (Budevsky,1979; Fessenden dan Fessenden, 1984). -O3S N=N N(CH 3 ) 2 metil jingga kuning dalam basa Senyawa orto-fenilaso-2-naftol berbentuk kristal berwarna merah dengan titik leleh 131 O C dan berat molekul 248 g/mol. Senyawa ini terbentuk dari reaksi antara anilin dengan asam klorida membentuk garam diazonium klorida. Garam diazonium klorida mengalami reaksi kopling dengan 2-naftol sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2- naftol ( Fessenden dan Fessenden, 1992). NH 2 + HCl HNO 3 N=N + Cl - Garam diazonium klorida bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansi ion diazonium menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban muatan positif parsial. Nitrogen terminal menyerang posisi orto atau para dari cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi dengan suatu gugus pelepas electron seperi NH 2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi dengan 2-naftol pada suasana basa. Pada suasana basa 2-naftol akan melepaskan H + sehingga terbentuk ion fenoksida yang reaktif. Ion fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui reaksi kopling sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa azo (Fessenden dan Fessenden, 1992). Senyawa azo merupakan senyawa organic dengan rumus umum ArN=NAr 1 atau RN=NR 1, dimana Ar dan Ar 1 adalah gugus aromatic, sedangkan R dan R 1 adalah gugus alkil. Umumnya senyawa azo berwarna yang disebabkan adanya gugus azo N=N- dan karena itu banyak digunakan sebagai zat warna (Fessenden dan Fessenden, 1984). Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan adalah apakah senyawa orto-fenilazo-2-naftol yang mempunyai struktur menyerupai metil jingga dapat digunakan sebagai indicator seperti senyawa matil jingga. OH N=N OH Senyawa azo( orto-fenilaso-2-naf Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara amina aromatik primer seperti aniline dengan asam nitrit dingin dalam larutan asam klorida pada suhu 0 O C. Asam nitrit ini biasanya dibuat in situ oleh reaksi natrium nitrit dengan HCl. Penambahan natrium nitrit ke dalam aniline klorida disebut diazotasi. Pada saat diazotasi suhu dijaga dibawah 10 O C dengan pendingin es, karena reaksi tersebut sangat eksotermis. Dalam reaksi ini ion diazonium MATERI DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan berderajat pro analisis : aniline, 2-naftol, asam klorida pekat, natrium nitrit, natrium asetat, asam asetat glacial, natrium hidroksida, etanol, methanol, kalium bromide, kloroform, asam oksalat, indicator fenolftalein, indicator metil jingga. Peralatan Alat penelitian yang digunakan : Melting point apparatus Buchii, ph meter, spectrometer IR, H-NMR, MS, UV-Vis, alat-alat gelas. Cara Kerja Penelitian ini menggunakan metode laboratorium murni yaitu pengerjaan dilakukan di laboratorium dengan urutan kerja seperti : 28

ISSN 1907-9850 1. Sintesis garam diazonium klorida Sebanyak 5,0 gram (4,9 ml ; 0,0538 mol) aniline direaksikan dengan 16,0 ml HCl pekat dan 16,0 ml akuades ke dalam beker 250 ml yang dilengkapi thermometer. Gelas beker tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan dijaga suhunya kurang dari 5 0 C. Sebanyak 4,0 gram NaNO 2 dilarutkan dalam 20 ml akuades dengan gelas beker 250 ml. Kemudian gelas beker dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga dingin. Larutan NaNO 2 dingin ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan aniline klorida dingin sambil terus diaduk dan dijaga suhunya dibawah 10 0 C sehingga terbentuk larutan garam diazonium klorida. 2. Sintesis orto-fenilaso-2-naftol Sebanyak 7,8 gram (0,0541 mol) 2- naftol dilarutkan dalam 45 ml larutan NaOH 10% di dalam gelas beker 250 ml, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es hingga suhunya 5 0 C. Larutan garam diazonium klorida ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan 2-naftol sambil terus diaduk sehingga terbentuk kristal. Bila penambahan larutan garam diazonium klorida telah selesai maka campuran dibiarkan selama 30 menit sambil sesekali diaduk, kemudian disaring dengan corong Buchner, dicuci dengan air dan dikeringkan. Kristal kering direkristalisasi dengan asam asetat glacial sebanyak 30 35 ml, dipanaskan, diaduk, disaring dalam keadaan panas dengan corong Buchner dan didinginkan. Setelah terbentuk kristal, disaring, kemudian dicuci dengan etanol, dikeringkan dalam desikator. Hasil yang didapat kemudian ditimbang beratnya. 3. Penentuan titik leleh senyawa hasil sintesis Tabung kapiler yang sudah diisi senyawa hasil sintesis (orto-fenilazo-2-naftol) dimasukkan ke dalam alat melting point merk Buchi 530, kemudian dicatat suhunya pada saat mulai meleleh sampai meleleh semua. 4. Analisis dengan spektrometer inframerah Kristal senyawa hasil sintesis dicampur dengan KBr sampai homogen, kemudian campuran tersebut ditekan dengan tekanan tinggi sampai menjadi bentuk pellet. Kemudian dikarakterisasi dengan alat inframerah. 5. Analisis dengan spekrometer resonansi magnetic inti Senyawa hasil sintesis dibuat dalam bentuk cairan dengan konsentrasi 2-15% dan digunakan CDCl 3 sebagai pelarut. Kemudian dikarakterisasi menggunakan alat spektrometer resonansi inti. 6. Analisis dengan spectrometer massa Ditimbang senyawa hasil sintesis sekitar 1 mg, kemudian dikarakterisasi menggunakan spectrometer massa 7. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan ultra violet Sebanyak 0,005 gram senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam pelarut methanol : air (2:3) dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 450 520 nm. 8. Penentuan pka HIn a. Penentuan HIn Larutan spesi asam o-fenilazo-2-naftol (larutan 1), diukur absorbansinya pada berbagai panjang gelombang, 400-700 nm. Panjang gelombang dimana spesi asam o-fenilazo-2- naftol (HIn), yang merupakan serapan maksimum merupakan HIn b. Penentuan In Larutan spesi basa o-fenilazo-2-naftol (larutan 2), diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-700 nm. Panjang gelombang dimana spesi asam o-fenilazo-2-naftol(in - ) yang mempunyai serapan maksimum merupakan In c. Penentuan HIn HIn Larutan 1 dengan konsentrasi 5,10,15 dan 20 ppm masing masing diukur absorbansinya pada HIn. Slope grafik yang diperoleh dari hubungan antara absorbansi dan konsentrasi merupakan In- In d. Penentuan [In-]/ [HIn] pada berbagai ph Larutan o-fenilazo-2-naftol dengan ph buffer 3, 4, 5, 6 masing-masing diukur absorbansinya pada HIn dan In-. Kemudian 29

JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 27-34 dibuat kurva yang memplotkan log [In-]/ [HIn] terhadap berbagai ph dengan intersep sama dengan pk HIn 9. Senyawa o-fenilazo-2-naftol dan metil jingga sebagai indicator pada titrasi basa lemah asam kuat. Lima puluh mililiter NH 3 0,1 N dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambah beberapa tetes larutan o-fenilazo-2- naftol. Campuran dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna, kemudian volume HCl yang digunakan dicatat. Proses titrasi diulang sebanyak tiga kali. Pekerjaan diatas juga dilakukan dengan indicator metil jingga. HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol Sintesis senyawa o-fenilazo-2-naftol didasarkan pada reaksi kopling antara garam diazonium klorida dengan 2-naftol pada suasana basa. Hasil sintesis berbentuk kristal berwarna merah. Setelah direkristalisai dengan asam asetat glacial didapat kristal kering 8,34 gram. Secara teoritis diperoleh kristal kering 13,34 gram, sehingga rendemen hasil sintesis 62,51% Analisis senyawa hasil sintesis a. Penentuan titik leleh hasil sintesis Penentuan titik leleh senyawa hasil sintesis didapat 128 O C 131 O C. Berdasar pustaka senyawa o-fenilazo-2-naftol mempunyai titik leleh 131 O C, sehingga senyawa hasil sintesis diduga merupakan senyawa o-fenilazo-2-naftol. b. Analisis senyawa hasil sintesis dengan infra merah Hasil analisis IR menunjukkan adanya serapan pada daerah 3035,7cm -1 yang menunjukkan adanya gugus C-H aromatic. Hal ini didukung oleh adanya serapan pada 1620,1 untuk C=C. Adanya cincin aromatic juga ditunjukkan oleh serapan 1500,5 cm -1. Adanya serapan pada 3514,1 cm -1 menunjukkan adanya gugus OH, hal ini dikuatkan dengan adanya serapan 1141,8 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O. Serapan pada 1207,4cm -1 menunjukkan gugus CN,sedangkan serapan 752,2 cm -1 menunjukkan substitusi aromatic pada posisi orto. Adanya serapan pada 1450,4 cm -1 menunjukkan adanya ikatan N=N dari azo. Dari hasil diatas disimpulkan senyawa mengandung gugus OH, ada senyawa aromatic yang mengandung substituent posisi orto, adanya gugus azo Gambar 1. Spektrum infra merah senyawa hasil sintesis c. Analisis senyawa hasil sintesis dengan H- NMR Dari hasil pengukuran terlihat bahwa senyawa memberikan tiga buah signal yang 30

ISSN 1907-9850 terpisah. Hal ini disebabkan adanya tiga jenis proton yang memiliki tiga lingkungan elektronik yang berbeda dengan perbandingan 1 : 10 : 1. Perbandingan ini dapat diinterpretasikan sebagai perbandingan jumlah proton yang terdapat dalam senyawa tersebut. Adanya puncak multiple pada kisaran = 6-8 merupakan ciri khas proton aromatic. Munculnya doblet pada = 8-9 merupakan proton yang berasal dari gugus OH fenol. Gambar 2. Spektrum H-NMR senyawa hasil sintesis d. Analisis senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa Hasil pengukuran pada spektroskopi massa memberi petunjuk terhadap fragmenfragmen yang terjadi dari ion molekulnya sehingga dapat ditentukan struktur yang mungkin dan besar massa relative dari senyawa hasil sintesis. Hasil fragmentasi spectrum massa dengan waktu retensi 2,667 menit dan 3,008 menit dari senyawa hasil sintesis memberikan ion molekul M + pada m/z 248, dengan puncak dasar pada m/z 143 yang mengindikasikan berat molekul hasil sintesis sama dengan berat molekul senyawa o-fenilazo-2-naftol. Gambar 3. Spektrum massa senyawa hasil sintesis Penentuan panjang gelombang maksimum Senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam pelarut etanol : air ( 3 : 2), kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 450 520 nm. Pada panjang gelombang maksimum 486,5 nm mempunyai absorbansi maksimum 0,408. 31

JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 27-34 Gambar 4. Panjang gelombang maksimum senyawa hasil sintesis Penentuan pk HIn Untuk penentuan pk HIn senyawa hasil sintesis dilakukan dengan melarutkan dalam pelarut etanol : air ( 3 : 2), kemudian larutan tersebut dibuat dalam spesi asam dan spesi basa. Masing-masing spesi diukur absorbansinya dan memberikan absorbansi maksimum spesi basa 0,815 dengan panjang gelombang maksimum In- 495,2 nm. Absorbansi maksimum spesi asam 0,094 dengan panjang gelombang maksimum HIn 440 nm. Setelah diketahui HIn dan In- masingmasing spesi dibuat larutan dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20 ppm, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang HIn dan In-. Slope yang diperoleh dari hubungan antara absorbansi dan konsentrasi merupakan nilai. Spesi asam diukur pada HIn dan In- diperoleh HIn HIn = 1611,9991 cm -1 M -1 dan HIn In- = 6145,4370 cm -1 M -1. Untuk spesi basa diperoleh In- HIn = 6239,6747 cm -1 M -1 dan In- In- = 1378,8798 cm -1 M -1. Langkah berikutnya membuat larutan o- fenilazo-2-naftol dengan variasi ph 3,0 sampai 7,0 menggunakan buffer asam asetat dan natrium asetat. Masing-masing larutan diukur absorbansinya pada HIn dan In - sehingga diperoleh perbandingan antara [In-] terhadap [HIn] pada berbagai ph. Pengukuran harga log [In-]/[HIn] terhadap berbagai ph akan memberikan suatu grafik y =ax + b dengan intersep sama dengan pk HIn = 3,16. Harga ini tidak jauh berbeda dengan harga pk HIn metil jingga yaitu 3,46, hal ini disebabkan karena senyawa o-fenilazo-2-naftol merupakan derivate dari metil jingga. Gambar 5. Log [In-]/[HIn] terhadap berbagai ph 32

ISSN 1907-9850 Penggunaan senyawa o-fenilazo-2-naftol dan metil jingga sebagai indicator dalam titrasi Senyawa o-fenilazo-2-naftol dan metil jingga dapat digunakan sebagai indicator pada titrasi asam kuat ( HCl) 0,1 N dan basa lemah (NH 3 ) 0,1 N karena pkhin dari o-fenilazo-2- naftol dan metil jingga mendekati ph titik ekivalen dari titrasi tersebut yaitu pada ph ± 5. Pada titrasi ini HCl digunakan sebagai titran yang sebelumnya sudah dibakukan dengan NaOH. Pembakuan NaOH dengan asam oksalat dilakukan tiga kali ulangan titrasi didapat normalitas rata-rata NaOH adalah 0,0986 N. Kemudian NaOH 0,0986 N digunakan untuk standarisasi HCl. Dengan tiga kali ulangan titrasi, didapat normalitas rata-rata HCl adalah 0,0996 N. Kemudian HCl 0,0996 N digunakan untuk mentitrasi 50,0 ml NH 3 sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah. Perbedaan volume titran yang ditambahkan pada titrat dengan indicator ortofenilazo-2-naftol dan metil jingga disebabkan karena perbedaan pk Hin. Metil jingga mempunyai pk Hin 3,46 dengan trayek ph 3,1 4,4 menghabiskan lebih banyak titran dari pada orto-fenilazo-2-naftol yang mempunyai pk Hin 3,16. Pada titrasi NH 3 oleh HCl dengan menggunakan indicator metil jingga, penambahan 49,80 ml HCl 0,0096 N, ph larutan menjadi 5,62 dimana pada ph ini larutan akan berubah warna dari kuning menjadi merah. Kesalahan titrasi orto-fenilazo-2-naftol rata-rata 0,17%, masih dapat digunakan sebagai indicator. Tabel 1. Volume HCl 0,0996 N yang diperlukan pada titrasi basa lemah oleh asam kuat dengan indicator orto-fenilazo-2-naftol dan metil jingga serta % kesalahan titrasinya. Tabel 1. Volume HCl yang diperlukan dan perhitungan kesalahan titrasi NH 3 0,1N oleh HCl 0,0996 N Ulangan Volume Titran (HCl) ml Kesalahan Titrasi (%) I 49,80 49,70 49,90 0,20 0,20 II 49,80 49,75 49,95 0,10 0,30 III 49,80 49,70 49,95 0,20 0,30 Rata-rata 49,80 49,72 49,93 0,17 0,20 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : senyawa hasil sintesis merupakan senyawa orto-fenilazo-2-naftol dengan rendemen yang didapat 62,51%. Senyawa orto-fenilazo-2- naftol dapat digunakan sebagai indicator pada titrasi basa lemah asam kuat dengan pk Hin 3,16 dan mempunyai kesalahan titrasi 0,17%. Saran Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut dan perlu diteliti senyawa orto-fenilazo-2-naftol sebagai zat warna. UCAPAN TERIMA KASIH Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Putu Alit Nur Sari, Ibu Widya Purwaningrum dan staf dosen di jurusan Kimia atas bantuan dan sarannya. DAFTAR PUSTAKA Budevsky O., 1979, Foundation of Chemical Analisis, third Ed, John Wiley & Son, New York Day Jr. A. and Underwood A. L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, terjemahan Pujaatmaka, Edisi V, Penerbit Erlangga, Jakarta 33

JURNAL KIMIA 4 (1), JANUARI 2010 : 27-34 Fessenden R. J. dan Fessenden J. S.,1992, Kimia Organik Jilid I, a.b. Pudjaatmaka, Ed ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta Fessenden R. J. dan Fessenden J. S.,1984, Kimia Organik Jilid II, a.b. Pudjaatmaka, Ed ketiga, Penerbit Erlangga Khopkar S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, terjemahan Saptorahardjo, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Solomon T. W. G., 1976, Organic Chemistry, Fourth Ed., University of South Florida, Canada Sykes P., 1989, Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik, a.b. Sukartini, Ed VI, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 34