PANDUAN UNTUK PENGEMBANGAN DAN MANAJEMEN ASESMEN PERFORMANSI

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Angket Respon Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS. Oleh: Drs. Djadja Rahardja, M.Ed.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian di lapangan pada bab IV,

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

Sri Susilogati Sumarti. Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang, Indonesia ABSTRAK

APAKAH KUESIONER? Kuesioner : Daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik yang digunakan untuk alat pengumpulan data melalui survei.

BAB II LANDASAN TEORI

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman*

3.2 Analisa Prosedur Yang Sedang Berjalan. dimaksudkan untuk mencari informasi lebih dalam akan pendefinisian

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

TEKNIK EVALUASI DAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR

Biografi. Jadwal Penilaian

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment. Asesmen atau

DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 By: Erfi Ilyas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI)

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 5 SD XAVERIUS 1 PALEMBANG Sabtu, 8 Oktober 2011

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN KINERJA DASAR TATA RIAS

Pencarian Bilangan Pecahan

Pengembangan Solusi Content Management. Pertemuan 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 7. MANAJEMEN KINERJA. Tujuan-Tujuan Strategis Organisasi

Parsaoran Siahaan Fisika FPMIPA UPI-Bandung ASESMEN OTENTIK

Inisiasi III ASESMEN PEMBELJARAN SD

BAB III HOW DO I PUT IT ALL TOGETHER? MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Asesmen Matematika yang dibina oleh Ibu Sri Mulyati

PENILAIAN BERBASIS KURIKULUM 2013*)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

TEKNIK EVALUASI BIDANG STUDI ILMU PERPUSTAKAAN. Oleh: Gatot Subrata, S.Kom

SUMMARY CHAPTER 9-10

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Pemiga Orba Yusra (2006) judul skripsi: Pengaruh Pelatihan Terhadap

Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran (IPA) Di Sekolah Dasar. *Nuryani Y. Rustaman & **Andrian Rustaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Intel Teach Program Assessing Projects

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

Jenis Kegiatan Keaksaraan Apakah Yang Biasanya Terdapat Dalam Sebuah STEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Objektif:

WAWANCARA DEFENISI BAB V. Suatu percakapan langsung dengan tujuantujuan tertentu dengan menggunakan format tanya jawab

PENGEMBANGAN EVALUASI PETA KONSEP MODEL C UNTUK MENGUKUR STRUKTUR KOGNITIF PADA POKOK BAHASAN BESARAN FISIKA 1. Oleh : Supriyanto 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Proses Penyelesaian Perselisihan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)

1. Mana di bawah ini yang bukan termasuk dalam kelompok pengendalian umum:

Penilaian Portofolio Sebagai Bentuk Penghargaan Guru Terhadap Hasil Belajar Dan Karya Siswa. Oleh Wahyudi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan pemahaman materi jenisjenis

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu data yang diperoleh / dikumpulkan langsung dari para insinyur yang bekerja

BAB III METODE PENELITIAN

Most Energizing. Personal Dewasa

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

I. KERANGKA KONSEPTUAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran dengan menggunakan media poster. Pada hasil penelitian ini

Pengembangan SDM Prinsip dan Proses Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SUB BIDANG PEMELIHARAAN

TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI SISTEM Reff : Modern Systems Analysis and Design Fourth Edition Jeffrey A. Hoffer Joey F. George Joseph S. Valacich

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN,

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN MEDIA BK OLEH LUKY KURNIAWAN DAN USWATUN KHASANAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PANDUAN UNTUK PENGEMBANGAN DAN MANAJEMEN ASESMEN PERFORMANSI Oleh: Edward D. Roeber/Dewan Kepala-kepala Sekolah Negeri (1996) (Council of Chief State School Officers) Tulisan ini didasarkan atas panduan yang telah terbukti mapan yang dikembangkan untuk digunakan dalam loka karya training bagi para pendidik lokal maupun nasional guna memberikan ragangan (outline) bagi proses-proses di mana asesmen terhadap performansi dapat diciptakan, divalidasi, dan digunakan dalam asesmen skala-besar. Istilah asesmen performansi yang dipakai dalam tulisan ini khususnya ditujukan pada asesmen-asesmen yang terdapat di luar jangkauan asesmen kertas-dan-pensil, yang diadministrasikan secara kelompok. Jenis asesmen ini merupakan suatu alat yang penting dan unik guna mengukur performansi atau unjuk kerja siswa baik pada tingkat lokal maupun nasional. Panduan-panduan ini disediakan untuk memberikan panduan atau bimbingan bagi para pembuat keputusan di tingkat propinsi maupun kabupaten/kotamadya serta para ketua asesmen berkaitan dengan masalah-masalah pengelolaan pengembangan, administrasi, dan penggunaan asesmen performansi dalam program asesmen skala-besar. Dalam bagian-bagian berikut ini akan dijelaskan bagaimana asesmen performansi dikembangkan, diadministrasikan, diberikan skor, dan dilaporkan. Tulisan ini menyarankan suatu sarana yang informal serta hemat guna mengembangkan dan menggunakan jenis-jenis alat ukur tersebut. Namun demikian, beberapa penggunaan yang disebutkan di atas mungkin saja membutuhkan pemanfaatan kontraktor eksternal atau penasihat-penasihat teknis. Aktifitas Pengembangan Pra-Asesmen Sebelum pengembangan asesmen bisa atau harus terlaksana, beberapa aktifitas perencanaan haruslah dibuat terlebih dahulu untuk asesmen. Langkah-langkah ini haruslah dilakukan di awal guna menjamin bahwa asesmen dikembangkan sedemikian rupa sehingga memenuhi daerah cakupan (content area) yang akan diases dan berada dalam lingkup sumber daya yang tersedia. Langkah-langkah ini meliputi pengembangan rangka asesmen, pembuatan rencana asesmen, penentuan sumber daya asesmen, dan pembuatan cetak biru asesmen. Rangka untuk asesmen merupakan panduan bagi keseluruhan asesmen. Rangka ini terdiri dari tujuan (obyektif) asesmen. Adalah dari rangka ini asesmen dikembangkan. Terdapat banyak cara untuk menentukan obyektif-obyektif tersebut. Salah satu cara tradisional untuk melakukan hal ini adalah dengan mengumpulkan sekelompok para ahli daerah cakupan serta para guru kelas dan meminta kepada mereka untuk menunjukkan apa yang siswa harus ketahui dan mampu lakukan di akhir suatu titik instruksi. Di lain pihak, suatu prosedur alternatif yakni dengan membolehkan rangka harapan untuk berevolusi di luar riset dan pengalaman praktis para pendidik tentang apa kemampuan atau hasil siswa pada waktu tertentu dalam karir sekolahnya. C:\auser\neni\tespsi\test_psi2.doc 1

Rencana asesmen memberikan suatu tinjauan dan uraian dari jenis-jenis asesmen yang harus dikembangkan dan digunakan, begitupun cara-cara pelaksanaan asesmen. Rencana tersebut menunjukkan tujuan yang sangat berguna dalam hal menjelaskan jenis-jenis asesmen yang diharapkan serta bagaimana asesmen diadministrasikan, diberikan skor, dan dilaporkan. Rencana asesmen harus menekankan pada badan yang mensponsori pengembangan asesmen agar dengan seksama mempertimbangkan sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia supaya membuat keputusan mengenai asesmen pada awalnya. Apabila rencana asesmen telah dibuat dan sumber daya asesmen telah ditentukan, maka dimungkinkan untuk membuat penyesuaian (adjustment) yang diperlukan di dalam rencana asesmen. Cetak biru akan menjelaskan karakteristik dari suatu asesmen yang memadai untuk setiap daerah cakupan rangka asesmen dan juga karakteristik dari suatu asesmen yang memadai untuk setiap hasil dari siswa. Apabila telah lengkap, maka hal ini akan membimbing atau memandu pengembangan dari asesmen yang diperlukan dengan sumber daya yang tersedia. Langkah terakhir dalam aktifitas pengembangan pra-asesmen adalah untuk rencana asesmen dan cetak biru asesmen guna disyahkan oleh badan sponsor serta individu atau kelompok penasihat tambahan. Langkah-langkah Pengembangan Asesmen Setelah cetak biru terbentuk, maka sudah waktunya untuk segera merumuskan asesmen. Selama proses ini pengembang harus mempertimbangkan beberapa hal, yang meliputi: 1) dengan cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan atau instruksi-instruksi asesmen harus diberikan kepada siswa, 2) bahan-bahan stimulus tambahan apa yang akan diperlukan, 3) bagaimana siswa akan memberikan respon dan bagaimana respon-respon tersebut akan direkord dan diberi skor, 4) kriteria apa yang akan digunakan untuk menimbang atau menilai respon-respon siswa, 5) jumlah titik-titik skala untuk memberikan skor terhadap responrespon siswa, dan 6) sampel-sampel dari setiap level respon. Apabila latihan-latihan tersebut telah ditulis, langkah berikutnya adalah mengeditnya. Ini merupakan langkah yang penting dalam menjamin bahwa latihan (exercise) dan proses administrasi asesmen dapat dipahami, dan bahwa latihan tersebut menjamin waktu dan perhatian khusus yang diperlukan oleh pengukuran performansi, dan bahwa terdapat konsistensi di antara latihan-latihan performansi. Penyunting (editor) juga dapat memeriksa kembali atau mengecek untuk meyakinkan bahwa bahan-bahan stimulus sesuai dengan latihan-latihan tersebut. Salah satu aspek yang lebih sulit dalam latihan-latihan performansi adalah menulis perintahperintah (directions) administrasi asesmen. Tidak sedikit latihan-latihan performansi yang diberikan kepada siswa-siswa secara individu atau di dalam kelompok-kelompok kecil. Latihan-latihan ini memerlukan administrator asesmen untuk membuat suatu situasi standar di mana setiap siswa dapat memberikan respon, serta membacakan serangkaian perintah standar kepada setiap siswa. Mengembangkan perintah-perintah administrasi asesmen standar yang lengkap dan akurat biasanya merupakan hasil dari satu kali atau lebih uji coba latihan serta memperhatikan area-area yang membingungkan siswa, respon-respon yang diberikan siswa namun tidak jelas dan kurang lengkap, dan cara-cara di mana beberapa atau C:\auser\neni\tespsi\test_psi2.doc 2

bahkan seluruh siswa memberikan respon yang tidak diantisipasi. Jika sebagian besar respon siswa menunjukkan bahwa instrumen asesmen tidak efektif, maka perlu dilakukan restrukturisasi dari alat uji sebelum diselesaikan pengujian instrumen lebih jauh. Setelah respon-respon dari siswa sampel dikumpulkan, seseorang perlu me-review atau mengkaji ulang respon-respon dan berupaya untuk memberikan skor berdasarkan pada kriteria dan panduan pemberian skor pendahuluan yang dikembangkan oleh penulis latihan. Setelah pekerjaan awal tentang panduan pemberian skor selesai, maka para pakar yang tergabung dalam panel pertimbangan (expert panel of judges) harus bersidang. Panel ini diminta untuk me-review setiap latihan, mengkonfirmasi pertimbangan awal untuk setiap titik skala skor, dan mendiskusikan respon-respon siswa yang nampaknya tidak bisa diberikan skor berdasarkan panduan pemberian skor awal. Panel ini dapat mengamati perubahan yang perlu dibuat di dalam proses administrasi asesmen. Mengikuti perubahanperubahan ini, tes baru haruslah diuji kembali dan dikaji ulang oleh panel untuk persetujuan terakhir. Persiapan untuk Administrasi Asesmen Rangkaian kegiatan yang penting selanjutnya adalah bersiap-siap untuk asesmen yang sebenarnya. Hal ini menyangkut pemilihan sekolah-sekolah yang akan berpartisipasi atau berperan serta di dalam asesmen, dan memberikan training kepada individu-individu yang akan mengumpulkan data dari para siswa. Karena bahan-bahan asesmen yang telah dikembangkan dan diperhalus dimaksudkan untuk penggunaan asesmen skala-besar, diasumsikan bahwa latihan-latihan tersebut akan diberikan kepada beberapa atau semua siswa pada satu atau lebih tingkat kelas atau tingkat umur. Rencana asesmen asal akan membantu dalam menentukan bagaimana dan untuk siapa latihan-latihan tersebut akan diterapkan. Informasi ini akan membantu di dalam penentuan sekolah-sekolah mana yang dipilih untuk berpartisipasi di dalam asesmen berbasisperformansi standar. Surat pemberitahuan haruslah diberikan kepada koordinator sekolah dan kepada koordinator distrik bila ada. Surat-surat ini harus mencakup rincian seperti kapan akan dilaksanakannya asesmen, apa yang akan terlibat di dalam asesmen tersebut, apa yang akan menjadi tanggung jawab sekolah, siapa yang akan mengurus ujian, dan sebagainya. Kunci utama keberhasilan dari seluruh proyek asesmen performansi adalah kualitas dari individu yang dipilih untuk melaksanakan asesmen tersebut. Setelah dilakukan proses seleksi untuk administrator asesmen yang baru, maka dilanjutkan dengan training. Apabila administrator asesmen merasa puas dengan administrasi dari tes berikut pengolahan maupun peralatan yang digunakan di dalamnya, maka fokus dari training adalah beralih ke pencatatan (recording) dan penskoran (scoring) dari respon-respon. Para trainee dengan nilai-nilai skor yang dapat diterima akan disertifikasi sebagai administrator asesmen; sementara yang lainnya mesti mengulang training atau dikeluarkan dari proyek asesmen. C:\auser\neni\tespsi\test_psi2.doc 3

Administrasi Asesmen Setelah administrator asesmen diberi training, mereka juga harus berhubungan dengan para koordinator asesmen yang telah ditentukan. Tujuan dari hubungan atau kontak ini adalah untuk membuat jadual mengenai tanggal dan waktu untuk melaksanakan administrasi asesmen, untuk mengingatkan koordinator sekolah agar memiliki daftar siswa secara lengkap pada setiap tingkatan yang bersedia pada hari asesmen, serta untuk menentukan fasilitas dan peralatan apa yang akan diperlukan. Setelah semua kontak dilakukan, para administrator asesmen lapangan dapat memulai proses administrasi asesmen. Hal ini dimulai dengan gambar dari sampel siswa-siswa yang akan diases serta sebuah daftar alternatif. Akan sangat menolong apabila pihak sekolah menunjuk seorang pembantu atau seorang siswa yang dapat bekerja sama dengan administrator asesmen guna menempatkan siswa-siswa bilamana diperlukan untuk asesmen dan membawa mereka ke tempat administrasi asesmen tersebut. Juga akan sangat menolong apabila penghubung (contact person) yang ditunjuk dan yang lainnya yang berkaitan dengan proyek tersebut namun tidak terlibat secara langsung di dalam administrasi asesmen bersedia memilih beberapa sekolah di mana bisa mengobservasi satu atau lebih siswa yang mengikuti asesmen performansi. Lebih jauh dari pada observasi administrasi asesmen, kelompok orang-orang ini bisa juga mendiskusikan asesmen dengan beberapa siswa yang telah mengikuti asesmen. Hal ini dapat memberikan pandangan yang berharga tentang mengapa dan bagaimana para siswa memberikan respon serta motivasi dan minat mereka pada asesmen. Kegiatan Administrasi Pasca-Asesmen Pelbagai macam respon dari para siswa dipilih oleh seorang pakar di bidangnya guna merepresentasikan berbagai jenis respon yang diberikan oleh siswa. Pertimbangan pakar tersebut selanjutnya dikonfirmasi oleh para pakar yang tergabung dalam panel pertimbangan; beberapa sampel akan muncul dalam panduan pemberian skor yang belum diskor (prescored) dan akan digunakan untuk melatih pemberi skor (scorer). Sementara yang lainnya akan digunakan untuk menimbang akurasi atau ketepatan dari pemberi skor setelah mengikuti training permulaan. Proses pemberian skor memerlukan beberapa hal yang harus disusun terlebih dahulu untuk pemberian skor agar berjalan mulus. Pertama, suatu ketetapan harus dibuat tentang apakah akan terdapat satu atau dua pemberi skor untuk masing-masing respon. Kedua, perlu dibuatkan suatu pengaturan untuk membagikan buklet dan bahan-bahan lain yang akan diberi skor, ditambah dengan lembar rating, untuk setiap pemberi skor. Ketiga, harus dilakukan pengecekan reliabilitas secara rutin terhadap proses pemberian skor. Bermacam skor perlu diringkas untuk kebutuhan pelaporan (reporting). Ringkasan-ringkasan tersebut akan lebih efisien apabila individu atau para individu yang akan mengerjakan pelaporan beserta mereka yang memerintahkan pemberian skor melakukan diskusi tentang C:\auser\neni\tespsi\test_psi2.doc 4

proses peringkasan data yang diperlukan dan diinginkan sebelum pemberian skor dilaksanakan. Satu hal yang perlu diingat pada saat pelaporan data adalah bahwa para audiens yang tipikal lebih tertarik untuk mengetahui sampai sejauh mana para siswa menunjukkan performansi, mengapa mereka menunjukkan performansi seperti itu, jika para ahli merasa terkejut karena satu dan lain hal oleh tingkat atau jenis performansi para siswa, dan apa yang diyakini para ahli untuk dilakukan guna membantu meningkatkan siswa. Kesimpulan Kendati bagi sebagian orang asesmen performansi dianggap suatu hal baru, namun tidak berarti hal ini benar-benar baru atau belum diujicoba. Asesmen performansi di tingkat nasional maupun propinsi telah dilaksanakan dengan baik, dengan keandalan yang tinggi dan biaya hemat (cost-efficient) beberapa dekade yang lalu. Seperti yang dijelaskan dalam panduan ini, asesmen performansi adalah sesuatu yang layak (feasible) dan dapat dikelola (manageable). Asesmen-asesmen seperti itu sangat dibutuhkan dalam landskap asesmen sehingga mereka yang tertarik akan asesmen terhadap kemampuan siswa memiliki akses kepada informasi yang lebih lengkap mengenai performansi siswa. Walaupun langkahlangkahnya lebih kompleks dan lebih terkait, asesmen-asesmen sedemikian sangat penting di dalam menentukan keterampilan apa yang harus dimiliki siswa dan apakah mereka sebenarnya memiliki atau tidak memiliki kemampuan tersebut. Asesmen performansi merupakan suatu tambahan yang penting bagi strategi asesmen skala-besar secara keseluruhan. Rujukan dan Bacaan Tambahan Roeber, E. (1995). Guidelines for the management of performance assessments in large-scale assessment programs. Oak Brook, IL: North Central Regional Educational Laboratories. Fairtest, b. (1993). Standardized tests and our children: A guide to testing reform. Cambridge, MA: Author. Neill, M., Bursh, P., Schaeffer, B., Thall, C., Yohe, M. & Zappardino, P. (1994). Implementing Performance Assessment: A Guide to classroom, school and system reform. Cambridge, MA: Fairtest. Rudner, L.M., & Boston, C. (1994). Performance Based Assessment. ERIC Review, 3(1), 2-12. C:\auser\neni\tespsi\test_psi2.doc 5