KEBERADAAN KAFE, WARUNG KOPI, DAN PERGESERAN GAYA HIDUP

dokumen-dokumen yang mirip
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pelanggan. adalah dengan mengelola citra sebuah usaha tersebut.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bisnis food and beverage. Salah satu kebutuhan primer

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat global yang berdampak terhadap gaya hidup seseorang. termasuk dalam memenuhi kebutuhan hiburan. Rutinitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari penduduk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia anak

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah makluk sosial dimanapun mereka berada saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis di era modern seperti sekarang ini berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah bisnis di bidang Bakery. Roti memiliki sejarah panjang karena bagaimana. pun roti adalah makanan yang sehat dan bergizi.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak investor asing tertarik menanamkan modalnya untuk

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini semakin banyak kebutuhan manusia yang harus dipenuhi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persiapan yang wajib diperhatikan para calon pengusaha warung kopi :

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Kota yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen diduga muncul dikarenakan harga dan store atmosphere

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. bidang,baik jumlah maupun waktunya. Bidang usaha yang dapat digeluti

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada bidang penjualan makanan yang memiliki usaha berupa Warung Angkringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Contohnya adalah tren untuk makan sambil hang-out

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam bidang dagang atau apapun untuk memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan kalangan muda Kota Padang senang berkumpul, berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. berimprovisasi dan berinovasi dalam mempertahankan para pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia IT (Information Technology) sekarang ini demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan di masyarakat akan mempengaruhi pengetahuan yang

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan situasi perekonomian semakin pesat, terlebih pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo yang tepatnya berada di Jln. MT Hariyono No. 196 depan Bank sulut Kota

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PERILAKU MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT MAKAN BERCIRI INTERNASIONAL. Oleh : Muliasari Pinilih 1, Intan Shaferi 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

RUMAH MAKAN SPESIAL SAMBAL DI SEKITAR KAMPUS MAGELANG DENGAN HOTSPOT AREA

manusia serta berkembangnya arus globalisasi menimbulkan adanya pergeseran nilai budaya dari masyarakat sosial menjadi cenderung lebih individual.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

LAMPIRAN 1 DAFTAR WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek budaya dan sosial yang datang dari luar negeri membuat pola

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang semakin dinamis, meningkatnya aktivitas yang. berkembang, sejalan dengan makin berkembangnya pasar.

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa jika pada suatu kota yang besar terdapat banyak pelaku-pelaku industri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumennya akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

Transkripsi:

KEBERADAAN KAFE, WARUNG KOPI, DAN PERGESERAN GAYA HIDUP Farika Nikmah Politeknik Negeri Malang email: farikanikmah@gmail.com Abstrak Usaha kuliner memang tidak pernah mati. Setiap hari manusia membutuhkan makan dan minum. Dewasa ini, dalam pemenuhan kebutuhan akan makan dan minum, tidak hanya untuk mengenyangkan dan menghilangkan haus saja. Interaksi dan sosialisasi. Sehingga, ditangkap oleh pelaku bisnis untuk mengembangkan konsep kafe dan warung kopi, dimana pengunjung tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum mereka, namun lengkap dengan menikmati suasana, berinteraksi, bertemu dengan teman, serta fasilitas lain seperti tersedianya WIFI sehingga pengunjung akan merasa betah seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan internet. Keberadaan kafe dan warung kopi menjamur di Kota Malang, seiring dengan bahwa terdapat banyak perguruan tinggi negeri dan swasta, itu berarti banyak anak usia muda yang merupakan mayoritas konsumen atau pengunjung kafe dan warung kopi. Kajian ini bersifat pengamatan, wawancara dengan beberapa informan, dimana data-data yang diperoleh dibandingkan, dianalisis dengan teori yang mendukung, sehingga menguatkan fenomena sosial yang terjadi. Hasil dari usaha yang dilakukan, menguatkan bahwa terdapat pergeseran gaya hidup menjadi konsumtif, berjiwa individual, kecanduan internet, serta pola hidup yang tidak sehat karena lebih banyak suka duduk-duduk daripada melakukan akifitas yang menyehatkan seperti olahraga. Perlu kesadaran dari masing-masing individu untuk tidak terlalu larut mengikuti setiap perubahan pola rutinitas pada masyarakat. Setiap fasilitas dan pembaharuan yang ada perlu dicoba, tapi tidak harus menjadi korban sehingga larut dan tidak terkontrol. Tetapi, hanya perlu tahu dan memilih mana yang harus dilakukan karena memang diperlukan, mana yang dapat dilakukan kadangkala, dan mana yang harus tidak dilakukan sama sekali. Keywords: Usaha Kuliner, Gaya Hidup, Analisis Kualitatif I. PENDAHULUAN Gaya hidup masyarakat sangat ditentukan oleh kompleksitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Masyarakat kota dengan aktifitas kerja yang berbeda dengan masyarakat desa, memiliki gaya hidup yang berbeda pula. Masyarakat kota memiliki kecenderungan lebih memilih bergaya hidup praktis, dinamis, serta mengikuti trend yang berkembang. Praktis dalam arti bahwa mereka melakukan aktifitas berdasarkan pada pertimbangan keuntungan untuk masalah waktu, biaya dan tenaga. Dinamis dan mengikuti trend adalah bahwa mereka sangat cepat dan mampu segera menyesuaikan pergeseran atau perubahan yang terjadi pada masyarakat modern, dan meyakininya menjadi kebiasaan baru yang dapat dianut. Seperti halnya kebiasaan minum kopi, keinginan untuk bersosialisasi, menjadikan mereka lebih memilih kafe dan warung kopi sebagai tempat untuk kegiatan tersebut. Mereka dengan berbagai pertimbangan, yaitu dengan minum kopi di kafe dan warung kopi dalam segi harga lebih mahal dibandingkan membuat kopi sendiri dirumah, namun harga secangkir kopi di kafe dan warung kopi bagi mereka sebanding dengan manfaat yang dirasakan. Mereka mendapatkan suasana, teman, gaya hidup, atau bahkan urusan bisnis. Cafe dan warung kopi telah menjadi fenomena menarik di sejumlah kota besar seperti Malang. Keberadaannya langsung pada sejenis gaya hidup eksklusif yang kemudian mewabah ke berbagai sudut kota, bahkan hingga ke kota-kota kecil. Bagi masyarakat modern, mengunjungi kafe dan warung kopi sudah menjadi keharusan dan kebiasaan. Untuk sekedar bersantai atau mencari variasi hiburan ditengah rutinitas yang padat, duduk sebentar dan minum secangkir kopi 636

Menakar Masa Depan Profesi Memasuki MEA 2015 Menuju Era Crypto Economic ISSN 2460-0784 menjadi kenikmatan tersendiri. Berbincang dengan relasi terasa lebih rileks dan hangat. Kini banyak orang memilih mengadakan pertemuan di kafe dan warung kopi karena tidak terlalu formal dan cukup representatif sehingga suasana keakraban akan lebih terasa jika disbanding pertemuan yang diadakan di kantor. Keberadaan kafe di Malang tumbuh sangat pesat. Di satu sisi merupakan peluang bisnis yang menjanjikan, di sisi lain menciptakan gaya hidup yang cenderung konsumtif. Kafe yang didirikan oleh perseorangan dan bermodal menengah bersaing dengan kafe-kafe besar yang terwaralaba, seperti J.Co, Baker s King, dan lain-lain. Lebih mudah bagi warung kopi, pelaku bisnis ini lebih leluasa dalam menjalankan bisnisnya, dengan harga yang dipatok untuk produk yang ditawarkan relatif terjangkau dan dapat mengkonsep suasana warung sesuai dengan budget, terkesan simple, elegant, atau homey dapat dipilih. Sebenarnya, kafe memiliki pengertian yang sama dengan warung kopi. Meski fungsinya sama, yakni tempat di mana orang bisa minum (kopi) sambil bercakap-cakap, tetapi seringkai yang membedakan adalah eksklusifitas dari tempat, jika kafe ber AC, tersedia toilet yang representatif, tempat parkir yang luas, tersedia fasilitas WIFI, tempat duduk yang nyaman, dipisahkan antara smooking area dan bukan, sedang warung kopi biasanya di konsep dengan sederhana, yang penting dapat sebagai tempat nongkrong dan ngumpul-ngumpul. Mahasiswa adalah salah satu konsumen sasaran bagi kafe dan warung kopi, disamping pekerja kantoran, ibu-ibu, serta segmen masyarakat yang lain. Mahasiswa dengan segala latar belakangnya merupakan konsumen yang menjanjikan karena mereka dalam aktifitasnya membutuhkan tempat sebagai sarana untuk bersosialisasi, berkumpul, bercengkerama, baik dengan teman-teman secara beramai-ramai atau hanya berdua, misalnya dengan pacar. Karena mahasiswa adalah mereka yang belum berpenghasilan, maka dalam pemilihan tempat apakah kafe atau warung kopi sesuai dengan uang saku yang diterima dari orang tua. Seperti halnya yang menjamur di sekitar Polinema,, adalah warung kopi dan kafe kelas menengah, karena sebagian besar mahasiswa adalah dari masyarakat menengah. Jadi, pelaku bisnis sangat bisa membaca konsep apa yang harus diusung untuk dapat diterima di pasar. Terdapat berbagai warung kopi dan kafe di sekitar Polinema, seperti : Kopi Jalanan, Corner, Soecorn, DNR, Cherry, Legend, Warsu, dan lain-lain yang semuanya merupakan kafe dan warung kopi kelas menengah dengan harga terjangkau. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penting untuk dikaji, apakah keberadaan kafe dan warung kopi yang sangat dekat dengan aktifitas hari-hari mahasiswa, memberi manfaat atau sebaliknya, jika memberi manfaat itu apa, jika sebaliknya, langkah dan penyelesaian apa yang harus dilakukan. Serta apakah keberadaan kafe dan warung kopi memberikan dampak terhadap bergesernya gaya hidup mahasiswa. II. KAJIAN TEORI Kafe adalah suatu usaha di bidang makanan yang dikelola secara komersial yang menawarkan pada para tamu makanan atau makanan kecil dengan pelayanan dalam suasana tidak formal tanpa diikuti suatu aturan atau pelayanan yang baku (sebagaimana sebuah exlusive dinning room), jenis-jenis makanan atau harganya lebih murah karena biasanya beroperasi selama 24 jam, dengan demikian dapat dipastikan sebuah kafe akan tetap buka ketika restoran-restoran lainnya sudah tutup. (Sugiarto, 2000) Sedangkan menurut Marsum (2005) Kafe adalah tempat untuk makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasanan santai atau tidak resmi, selain itu juga merupakan suatu tipe dari restoran yang biasanya menyediakan tempat duduk didalam dan diluar restoran. Kebanyakan kafe tidak menyajikan makanan berat namun lebih berfokus pada menu makanan ringan seperti kue, roti, sup, dan minuman. Kafe pertama kali muncul di daerah barat. Biasanya kafe menyediakan menu yang lebih sedikit dibandingkan dengan restoran. Tetapi kafe menawarkan suasana relaksasi bagi para konsumennya yang merasa lelah dan jenuh. 637

Gaya hidup diekspresikan melalui apa yang dikenakan seseorang, apa yang dikonsumsi serta bagaimana seseorang tersebut bersikap dan berhadapan dengan orang lain. Menurut Chaney dalam Umar (2000) gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lainnya. Gaya hidup merupakan sebuah dunia modern. Siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri. Berangkat dari pemikiran tokoh sosiologi Thorstain Veblen mengenai leissure class yang berarti waktu luang menjelaskan mengenai perilaku seseorang dalam memanfaatkan waktu luang. Waktu luang tersebut didefinisikan sebagai hal yang negatif yakni suatu kelas pemboros yang banyak mengeluarkan uang untuk mewujudkan keinginannya untuk memenuhi waktu luang. Dalam hubungan gaya hidup waktu dan uang merupakan bagian dari mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan status sosial baik sadar maupun tidak. Faktor-faktor gaya hidup yang dijelaskan oleh Bourdieu meliputi faktor internal yang berupa sikap, pengalaman, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. III. METODA Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang sekitar. Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dimana dalam metode ini menyajikan secara langsung hakekat peneliti dan informan, serta lebih mudah memahami fenomena yang terjadi dilapangan. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif, tanpa harus menggunakan angka karena lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tidak perlu dilakukan, hal ini dikarenakan deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Pada penelitian ini berlokasi di kampus Polinema khususnya mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga. Responden dipilih secara acak sebanyak 100 mahasiswa dan mahasiswi, dengan berbagai latar belakang keluarga, daerah asal, kebiasaan merokok, memiliki pacar atau tidak serta latar belakang yang lain. Dalam penelitian ini, digunakan cara penggalian data seperti observasi dan wawancara. Penggalian data yang diperoleh dari wawancara dan observasi, kemudian dijabarkan sesuai dengan analisis dan kajian teori. Analisa kualitatif ini mengambarkan kejadian dan permasalahan secara langsung sesuai dengan kenyataan dilapangan. Hasil observasi lapangan kemudian disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. IV. PEMBAHASAN Keberadaan kafe dan warung kopi disekitar kampus, secara fakta telah mempengaruhi mahasiswa untuk singgah, mampir atau bahkan berlama-lama menghabiskan waktu untuk bercengkerama dan ngobrol beramai-ramai atau hanya berdua saja dengan pacar. Pergeseran gaya hidup bahwa sekarang mahasiswa lebih cenderung hanya suka duduk-duduk, menikmati fasilitas WIFI untuk internet-an sepuasnya, dibandingkan melakukan suatu hal yang lebih bermanfaat, seperti olah raga, ke perpustakaan untuk membaca buku, atau sekedar memilih taman untuk acara jalan-jalan sambil menghiru udara segar. Berdasarkan latar belakang responden, dari 100 mahasiswa ditemukan jawaban sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Latar Belakang Responden No Latar Belakang Keterangan 1 Jenis Kelamin Reponden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 63 orang dan perempuan sebanyak 37 orang 638

Menakar Masa Depan Profesi Memasuki MEA 2015 Menuju Era Crypto Economic ISSN 2460-0784 2 Daerah Asal Responden yang asli Malang sebanyak 47 orang, 11 orang dari Surabaya, 12 orang dari Kediri, 3 orang dari Pasuruan, 5 orang dari Madura, 5 orang dari Blitar, 8 orang dari Tulungagung, 2 orang dari Pacitan, 2 orang dari Ponorogo, serta 5 orang dari Mojokerto 3 Pekerjaan Orangtua Sebanyak 41 responden pekerjaan orang tua adalah PNS, baik guru, pegawai Pemda ataupun dosen dan karyawan PTN dan PTS, sebanyak 18 responden pekerjaan orang tua sebagai petani, 5 responden pekerjaan orang tua sebagai sopir taksi dan jasa ekspedisi, 22 responden pekerjaan orang tua sebagai karyawan swasta, dan sisanya yaitu sebanyak 14 responden pekerjaan orang tua dibidang wirausaha 4 Uang Saku Uang saku mahasiswa per minggu sekitar Rp 50.000,- s.d Rp 75.000,- sebanyak 54 responden uang saku per minggu diatas Rp 75.000,- s.d Rp 100.000,- sebanyak 32 responden, sebanyak 14 responden uang saku perminggu diatas Rp 100.000,- 5 Kebiasaan Merokok Dari 63 responden mahasiswa sebanyak 51 orang perokok dan semua responden mahasiswi tidak ada yang merokok 6 Memiliki Pacar Sebanyak 72 responden mengaku telah memiliki pacar dan sisanya 28 responden mengaku belum memiliki pacar (Sumber : data primer diolah, 2015) Dari data latar belakang responden diatas, kemudian dijadikan dasar analisis tentang kecenderungan atau motivasi responden untuk mengunjungi kafe dan warung kopi. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dan wawancara yang dilakukan, ditemukan bahwa responden yaitu sebanyak 100 orang semua sudah pernah mengunjungi kafe dan warung kopi, dengan berbagai alasan misalnya sekedar mencoba, memenuhi undangan makan dari teman, dengan niat mengunjungi untuk makan dan minum, atau sekedar menghabiskan waktu dengan teman-temannya atau pacar. Untuk latar belakang asal mahasiswa, bahwa tidak ada beda antara mahasiswa yang berasal dari kota besar atau kota kecil tentang kecenderungan ingin mengunjungi kafe dan warung kopi. Hal ini sejalan dengan fenomena bahwa keberadaan kafe dan warung kopi bagaikan jamur di musim hujan, bahkan sampai pada kota-kota kecil. Demikian halnya dengan latar belakang pekerjaan orang tua, bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap keinginan mahasiswa untuk mengunjungi kafe dan warung kopi. Kebiasaan yang sudah tertanam di keluarga, bahwa lebih baik makan dirumah karena lebih sehat, menjadi kabur dengar keinginan mahasiswa untuk mengikuti trend, kebutuhan bersama-sama dengan teman-teman, terlebih bagi mahasiswa yang statusnya kost, mereka lebih bisa menentukan pilihan secara sendiri karena jauh dengan keluarga. Uang saku yang diterima mahasiswa merupakan latar belakang kuat sebagai penentu keputusan dalam mengunjungi kafe dan warung kopi. Bagaimanapun, harga di kafe jauh lebih mahal dibandingkan bila makan di warung makan. Jika pilihannya hanya untuk minum kopi, maka bagi mahasiswa yang ber-uang saku per minggu antara Rp 50.000,- s.d Rp 75.000,- lebih memilih warung kopi, bahkan berdasarkan hasil wawancara, sebagian dari responden yang ber-uang saku di atas Rp 75.000,- tetap lebih memilih warung kopi karena alasan realistis. Sangat tegas responden yang perokok lebih memilih warung kopi karena seluruh ruangan di warung kopi biasanya bebas untuk merokok, tidak dibatasi. Sedangkan di kafe dibagi dua, yaitu ada ruang tersendiri untuk perokok yang dipisah dengan pengunjung yang tidak merokok, untuk menjaga supaya tidak saling 639

mengganggu. Sedangkan bagi mahasiswa yang memiliki pacar, lebih memilih kafe karena jika di warung kopi sangat ramai dan tidak nyaman jika ingin berduaan. Dasar analisis berikutnya adalah faktor-faktor yang menentukan gaya hidup seseorang, yaitu : Faktor Internal, terdiri dari : 1. Sikap, bahwa sikap merupakan cerminan pendapat seseorang untuk mendukung atau tidak mendukung tentang suatu hal. Berkaitan dengan keberadaan kafe dan warung kopi, sebagian besar responden mendukung dengan memberikan alasan bahwa sejauh ini responden tidak merasakan dampak negatif dari keberadaan kafe dan warung kopi, hanya saja responden merasa bahwa seringkali lupa waktu jika sudah berada di kafe dan warung kopi. Bagi responden, lupa waktu masih wajar, padahal jika hal tersebut menjadi kebiasaan, akan membentuk sikap yang lalai terhadap waktu, tidak disiplin yang akhirnya akan menurunkan kinerja. Padahal mahasiswa adalah calon tenaga kerja yang sudah harus belajar untuk manajemen waktu. 2. Pengalaman, bahwa pengalaman merupakan waktu yang ingin dilewati dan dapat dijadikan sebagai pelajaran dan kenangan. Responden yang merupakan mahasiswa dan berjiwa muda, memiliki jiwa petualang dan ingin mencoba untuk semua hal. Mengunjungi kafe dan warung kopi merupakan keinginan untuk mencari sensasi dan suasana baru, diantara rutinitas kuliah dan mengerjakan tugas. Berdasarkan wawancara, sebenarnya responden berpendapat bahwa jika hanya ingin minum kopi saja, bisa dilakukan dengan cara membuat sendiri di rumah atau di tempat kost. Namun, minum kopi atau makan di kafe dan warung kopi, tidak hanya sekedar membeli secangkir kopi. Namun, termasuk membeli suasana, fasilitas seperti WIFI, dan merasakan kebersamaan dengan teman-teman. 3. Kepribadian, merupakan cerminan diri seseorang yang ditampakkan. Apakah seseorang tersebut memiliki pribadi terbuka, tertutup, ternyata berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan bahwa responden yang memiliki pribadi terbuka memiliki rasa nyaman ketika berada di kafe dan warung makan berada pada jawaban sangat setuju, sedangkan responden yang cenderung tertutup hanya pada skala setuju. Hal ini berarti, bahwa kepribadian seseorang berpengaruh terhadap keinginan untuk berlama-lama di kafe dan warung kopi. Jika yang berkepribadian terbuka sangat suka mengunjungi kafe dan warung kopi, meskipun hanya untuk nongkrong dan menghabiskan waktu, mereka yang cenderung tertutup lebih memiliki alasan yang jelas ketika mengunjungi kafe dan warung kopi, seperti menghadiri undangan teman. Terjadi pergeseran bahwa keberadaan kafe dan warung kopi memberikan daya tarik kepada semua orang untuk berkunjung, bahkan bagi mereka yang sebenarnya tidak suka dengan dunia kongkow-kongkow. 4. Konsep diri, adalah hal yang diyakini oleh seseorang tentang hal yang baik dan buruk, benar dan salah. Keberadaan kafe dan warung kopi, semua responden menjawab baik dan benar. Responden melihat dari konsep kafe dan warung kopi yang terbuka, melayani untuk umum, tidak menyediakan menu yang haram, serta merupakan peluang bisnis yang mungkin suatu saat nanti akan mereka pilih sebagai ladang usaha. Terdapat pergeseran yang positif, bahwa mahasiswa tidak hanya berpikir ingin menjadi pegawai ketika lulus nanti. Mereka sudah berpikir untuk menjadi wirausaha dengan mengamati perkembangan dan prospek tentang kafe dan warung kopi ke depan. 5. Motif, adalah tujuan atau alasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sudah dijelaskan, bahwa motif responden untuk mengunjungi kafe dan warung kopi bermacam-macam. Memberikan pengaruh yang positif jika motif atau alasannya adalah baik, namun akan menjadi negatif jika tidak memaknai dengan benar akan keberadaan kafe dan warung kopi, seperti lupa waktu, kemudian bagi mahasiswa perokok seperti mendapatkan tempat untuk mengaktualisasikan kebiasaan merokoknya, juga menjadikan kafe dan warung kopi sebagai tempat pelarian jika sedang ada masalah. Hal ini didukung dengan program-program yang ditawarkan kafe dan 640

Menakar Masa Depan Profesi Memasuki MEA 2015 Menuju Era Crypto Economic ISSN 2460-0784 warung kopi seperti : nobar (nonton bareng) untuk pertunjukkan sepak bola, live music, sehingga gampang saja bagi mahasiswa untuk beralasan mengunjungi kafe dan warung kopi. 6. Persepsi, adalah pendapat atau cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Persepsi yang muncul pada responden, semuanya menjawab bahwa keberadaan kafe dan warung kopi dipersepsikan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan dan membutuhkan kreativitas tanpa henti karena sangat ketatnya persaingan, berhadapan dengan segmen konsumen yang dinamis, serta sangat menjanjikan karena memberikan pelayanan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia, yaitu makan dan minum. Faktor eksternal, yaitu : 1. Referensi, merupakan pendapat dari sumber lain yang dianggap benar dan patut untuk diikuti dan dicoba. Responden meyakini bahwa keberadaan kafe dan warung kopi, akan terus survive karena pendapat orang yang pernah mengunjungi kafe mayoritas adalah positif, meskipun terdapat beberapa pendapat yang kurang terhadap satu atau dua kafe dan warung kopi, namun tidak akan menghentikan keinginan mereka untuk mengunjungi kafe, mungkin hanya berpindah kafe dan warung kopi. Hal itu karena mengunjungi kafe dan warung kopi sudah menjadi trend dan gaya hidup tersendiri. 2. Keluarga, adalah kebiasaan yang dijadikan peraturan pada suatu keluarga dan wajib dipatuhi oleh semua anggota keluarga. Seringkali dijumpai bahwa pengunjung kafe dan warung kopi adalah satu keluarga lengkap, ayah, ibu dan anak. Demikian halnya dengan responden, sebagian besar menjawab bahwa pernah berkunjung ke kafe dan warung kopi dengan seluruh keluarganya. Meskipun ibunya adalah hanya ibu rumah tangga, ternyata ada kebutuhan terkini untuk ikut merasakan keberadaan kafe dan warung kopi. Tidak hanya pegawai kantoran yang tingkat stressing tinggi, semua pekerjaan bahkan pekerjaan informal juga memiliki tekanan dan memerlukan waktu untuk relaksasi. 3. Kelas Sosial, yaitu status sosial yang disandang seseorang dalam masyarakat, baik dari faktor usia, pekerjaan, latar belakang keluarga, dan pengalaman. Berdasarkan jawaban responden, yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan kafe dan warung kopi adalah faktor harga, karena mereka semua belum bekerja dan hanya mengandalkan uang saku dari orang tua. Memilih kafe, jika ingin berdua dengan pacar dan tetap memilih kafe yang harganya terjangkau dan memilih warung kopi jika ingin dengan teman-teman secara beramai-ramai untuk nongkrong. Kesimpulannya, bahwa kelas sosial apapun tetap membutuhkan waktu untuk relaksasi dan santai, hanya pertimbangannya pada pemilihan tempat disesuaikan dengan dana. 4. Budaya, adalah aturan yang telah disepakati untuk dipatuhi oleh semua anggota masyarakat. Bahwa kita sebagai bangsa timur yang sangat mengedepankan santun, adab, tabu, keberadaan kafe dan warung kopi adalah pengaruh dari barat yang ternyata mudah untuk masuk pada masyarakat kita serta sekarang menjadi hal yang wajib diterima keberadaannya. Menurut jawaban responden, selama kafe dan warung kopi menyediakan menu yang halal dan tidak dijadikan sebagai tempat menyimpang, setuju dan sangat setuju akan keberadaan kafe dan warung kopi. V. SIMPULAN Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan, bahwa keberadaan kafe dan warung kopi memberikan pengaruh terhadap pergeseran gaya hidup mahasiswa. Gaya hidup yang lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk-duduk (nongkrong), meskipun dengan dalih tetap bermanfaat karena dengan mengerjakan tugas, browsing untuk hal-hal yang bermanfaat karena terdapat fasilitas WIFI, lebih memilih tempat indoor dibandingkan ke taman, hutan, pantai, dan tempat lain yang seharusnya dapat memunculkan imajinasi, kreativitas, dan rasa syukur atas keindahan alam, menjadi lupa waktu yang akhirnya banyak aktifitas wajib yang terlewat tidak dikerjakan, seperti sholat bagi yang muslim, berkurangnya sosialisasi dengan keluarga, masyarakat sekitar karena terlalu banyak waktu tersita untuk teman dan kumpulannya. 641

Dengan pergeseran gaya hidup seperti di atas, bukan menjadi hal yang berat bagi mahasiswa dan bukan masalah yang harus diselesaikan. Sudut pandang dan frame yang berbeda, bahwa sikap individualisme, manajemen waktu yang buruk, tidak menghargai kesehatan, serta kurang empati dan simpati dengan lingkungan, adalah hal yang wajar dan nanti ada waktunya untuk merubah adalah pendapat mahasiswa. Sekarang masih muda, masih banyak kesempatan untuk bersenangsenang, salah satunya dengan merasakan setiap fenomena atau trend yang muncul yaitu keberadaan kafe dan warung kopi yang menjamur. Terbukti bahwa semua responden berpendapat bahwa keberadaan kafe dan warung kopi sangat bermanfaat, sebagai tempat aktualisasi dan sosialisasi untuk membuang kepenatan diantara rutinitas kuliah dan mengerjakan tugas. Saran yang dapat disampaikan adalah bahwa perlu kesadaran sejak dini bagi mahasiswa sebagai generasi penerus, untuk memulai sesuatu yang baik sebagai tabungan untuk masa depan. Keberadaan kafe dan warung kopi tidak salah, hanya lebih baik disikapi dengan bijak bahwa apapun yang dilakukan harus sesuai porsi dan sesuai dengan kebutuhan, bukan hanya keinginan. Daftar Pustaka Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Pariwisata. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Marsum. 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta : ANDI Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 642