BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi optimum ini dapat memungkinkan diperolehnya hasil pemisahan yang baik antara kromatogram analit dengan senyawa lain. Sistem kromatografi gas hasil optimasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Kondisi Optimum Sistem Kromatografi Gas Parameter Kondisi Optimum Kolom OV-1 Fasa gerak Nitrogen Detektor Detektor Pengionan Nyala (FID) Laju alir nitrogen 100 ml/menit Rasio split 1:99 Laju alir udara 350 ml/menit Laju alir hidrogen 40 ml/menit Suhu gerbang suntik 250 o C Suhu kolom 235 o C Suhu detektor 300 o C Tekanan hidrogen 1,54 bar Chart speed 2,5 mm/menit Sensitivitas detektor 1 Sensitivitas perekam 20 Noise 20 Attenuasi 8 Kromatogram hasil optimasi sistem kromatografi gas dapat dilihat pada Gambar 4.1. Analisis metoflutrin secara kromatografi gas, digunakan baku internal etil stearat untuk 18
19 meningkatkan kecermatan dan keseksamaan hasil analisis. Penentuan kondisi dilakukan terhadap beberapa faktor, antara lain pemilihan kolom, penentuan laju alir nitrogen, laju alir udara dan hidrogen, pemilihan detektor, penentuan suhu detektor, suhu gerbang suntik, dan suhu kolom. Etil Stearat Etil Stearat (a) (a) (b) Gambar 4.1 (a) Larutan sampel mat yang mengandung metoflutrin dan etil stearat, (b) Larutan baku metoflutrin yang ditambahkan etil stearat
20 Pemilihan kolom OV-1 didasarkan dari sifat nya yang nonpolar, sehingga sesuai digunakan untuk analisis senyawa metoflutrin dan etil stearat yang juga memiliki kepolaran rendah. Kolom kapiler yang digunakan memiliki panjang kolom 25 meter, yang dapat menghasilkan pemisahan lebih baik. Selain itu, kolom OV-1 umum digunakan pada analisis senyawa golongan pestisida. Laju alir nitrogen sebagai gas pembawa mempengaruhi waktu retensi senyawa. Hasil optimisasi menunjukkan bahwa metoflutrin memiliki waktu retensi yang cukup singkat tetapi juga memberikan keterpisahan yang memadai. Hidrogen dan udara digunakan untuk menghasilkan nyala pada detektor. Gas efluen dari kolom dicampur dengan hidrogen dan dibakar dalam udara (McNair, 1988). Dasar pemilihan jenis detektor pengionan nyala (Flame Ionization Detector) adalah bahwa detektor tersebut memberi respon terhadap hampir semua senyawa, memiliki tingkat kepekaan yang tinggi, dan memiliki rentang linier yang cukup lebar. Suhu gerbang suntik sebesar 250 o C dipilih dengan pertimbangan cukup panas untuk langsung menguapkan senyawa dan mendapatkan bentuk puncak yang baik. Pemilihan suhu kolom 235 o C karena pada kondisi ini metoflutrin dan etil stearat memiliki puncak dengan keterpisahan yang baik, ditandai dengan nilai resolusi yang memenuhi kriteria. Pengaturan suhu detektor perlu diperhatikan agar tidak terjadi pengembunan, dengan cara pemilihan suhu detektor yang lebih tinggi dari suhu gerbang suntik dan suhu kolom. Uji kesesuaian sistem memiliki beberapa parameter pemisahan kromatografi kolom yang mendasari penentuan kondisi optimum sistem kromatografi gas. Parameter waktu retensi untuk metoflutrin dan etil stearat menunjukkan tidak lebih dari 14 menit. Keterpisahan yang baik dapat dilihat dari resolusi, faktor kapasitas, selektivitas, dan efisiensi kolom yang memenuhi kriteria. Hasil uji kesesuaian sistem pada kondisi optimum kromatografi gas ditunjukkan pada Tabel 4.2.
21 Tabel 4.2 Hasil Uji Kesesuaian Sistem Parameter Uji Hasil Uji Kriteria Waktu retensi Etil stearat 7,73 menit 13,51 menit Resolusi 12,88 1,5 Faktor Kapasitas 1 k 10 Etil stearat 3,86 7,49 Faktor Selektivitas 1,94 1 Efisiensi Kolom 8621,65 Keberulangan Penyuntikan KV 3,29% 4,27 % Pengukuran keberulangan penyuntikan dilakukan dengan menyuntikkan satu konsentrasi larutan baku sebanyak enam kali. Nilai koefisien variasi dari data penyuntikan memenuhi syarat yang ditetapkan menurut Horwitz. Keberulangan penyuntikan dapat menunjukkan keseksamaan sistem, bahwa pada sistem yang telah dioptimisasi memberikan keseksamaan yang baik untuk penyuntikan larutan secara berulang. Penetapan linieritas dilakukan untuk menunjukkan bahwa respon uji berbanding lurus terhadap konsentrasi. Linieritas dapat ditunjukkan dari kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi pada rentang konsentrasi 1,3 mg/ml sampai dengan 7,8 mg/ml menghasilkan hubungan antara konsentrasi (sumbu x) dengan rasio luas area di bawah puncak metoflutrin terhadap puncak baku internal (sumbu y) yaitu y=0,16669x + 0,01636 dengan nilai r 2 =0,999.
22 Kurva Kalibrasi Rasio Luas Puncak terhadap Etil Stearat 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 y = 0.16669x + 0.01636 R 2 = 0.999 0 2 4 6 8 10 Konsentrasi (mg/ml) Gambar 4.2 Kurva baku antara konsentrasi metoflutrin dengan rasio luas puncak kromatogram Kurva kalibrasi memiliki koefisien korelasi (r) 0,999, nilai tersebut memenuhi syarat linieritas yaitu r 0,999. Nilai koefisien variasi fungsi regresi (V xo ) sebesar 0,59% memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu 5,0%. Hal ini menunjukkan linieritas yang baik. Linieritas juga ditunjukkan oleh hasil uji t. Nilai t hitung dari kurva kalibrasi sebesar 202,56, nilai ini lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,776 pada selang kepercayaan 95% menunjukkan hubungan linier antara sumbu x dan y. Kepekaan analisis yang diperoleh dari perbandingan selisih respon terhadap selisih konsentrasi (da/dc), memiliki nilai rataan 0,1674 dan simpangan baku 0,0047. Maka kelinieran kurva kalibrasi untuk analisis metoflutrin dengan kromatografi gas ditunjukkan pada rentang 1,3-7,8 mg/ml. Kepekaan metode analisis ditunjukkan dari batas deteksi dan batas kuantisasi. Hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan yang diajukan Miller dan Miller, diperoleh nilai batas deteksi sebesar 0,0886 mg/ml dan batas kuantisasi sebesar 0,2685 mg/ml. Kecermatan merupakan derajat kedekatan hasil yang diperoleh dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan analisis metoflutrin ditentukan dari nilai persen perolehan kembali dengan metode simulasi (spiked-placebo recovery). Larutan baku metoflutrin dengan tiga konsentrasi yang berbeda ditambahkan ke dalam matriks. Persen perolehan kembali metoflutrin pada rentang 95-103%. Sedangkan kriteria rentang persen perolehan kembali untuk analit 0,1% dalam matriks sampel adalah 95-105%. Maka, hasil
23 percobaan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Hasil pengukuran perolehan kembali dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Penentuan Kecermatan Metode Analisis Konsentrasi Baku Hasil Perolehan Kembali (%) KV (%) 1,5 mg/ml 95,68 ± 4,59 4,81 2,0 mg/ml 101,46 ± 2,98 2,94 2,5 mg/ml 103,77 ± 3,28 3,16 Parameter validasi keseksamaan ditentukan dengan pengukuran larutan baku dan sampel simulasi. Pengukuran larutan baku metoflutrin konsentrasi 1,3, 2,6, dan 3,9 mg/ml selama tiga hari, menunjukkan parameter keseksamaan antarhari. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, pengukuran antarhari tidak berbeda secara bermakna, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Penentuan Keseksamaan terhadap Larutan Baku C teoritis C hasil percobaan (mg/ml) KV F hitung F tabel (99%) 1,3 mg/ml 1,344 ± 0,050 3,73% 3,95 10,92 2,6 mg/ml 2,579 ± 0,033 1,29% 2,43 10,92 3,9 mg/ml 3,864 ± 0,055 1,42% 1,31 10,92 Sedangkan keseksamaan metode ditentukan dengan pengukuran sampel simulasi yang dibuat dalam tiga konsentrasi 1,5, 2,0, dan 2,5 mg/ml. Keseksamaan metode dapat dilihat dari nilai koefisien variasi. Nilai koefisien variasi dari pengukuran ketiga konsentrasi tersebut memenuhi kriteria, menunjukkan metode memiliki keseksamaan yang baik. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Penentuan Keseksamaan terhadap Larutan Sampel C teoritis Konsentrasi Hasil Percobaan KV Kriteria KV (mg/ml) (mg/ml) 1,5 1,435 ± 0,069 4,81% 5,32% 2,0 2,029 ± 0,060 2,94% 5,10% 2,5 2,594 ± 0,080 3,16% 4,93%
24 Penetapan kadar metoflutrin dilakukan melalui pengukuran berulang sebanyak tiga kali terhadap larutan sampel mat pada kondisi optimum sistem kromatografi gas. Penentuan puncak senyawa metoflutrin dan etil stearat didasarkan pada waktu retensi yang dibandingkan dengan waktu retensi larutan metoflutrin dan etil stearat baku. Kadar metoflutrin yang tertera pada label sebesar 0,198%. Hasil penetapan kadar dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Penetapan Kadar dalam Sampel Mat Sampel A B C Konsentrasi % b b 0,2153 ± 0,0025 0,2138 ± 0,0060 0,2163 ± 0,0123 Konsentrasi hasil percobaan terhadap label 108,76% 107,10% 109,25%