ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No.27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone 081283601697 Anggraini_laraslaras@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui apakah perusahaan telah, memotong, menyetor, dan melaporkan Pajak Penghasilan tersebut dengan benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Metode dan objek analisis adalah Studi Kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan (Field Research) ke Perum Peruri untuk mendapatkan data lengkap dan informasi terkait skripsi ini. Analisis yang dikembangkan berisi evaluasi, pendekatan, dan proses pada Perum Peruri. Hasil yang dicapai dalam aspek perpajakan, perusahaan merupakan pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23, dan Pasal 26. Sehingga penulis perlu mengkaji secara mendalam seperti yang telah disajikan berupa tabel, grafik dan gambar. Simpulan secara keseluruhan Perum Peruri telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Namun, masih terdapat beberapa masalah terkait pengelompokkan jenis transaksi dan penentuan tarif PPh Pasal 23, penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26 sudah baik. Perum Peruri harus mempertahankan penerapan perpajakan dan meningkatkan kembali agar terhindar dari sanksi perpajakan yang telah diatur oleh pemerintah. Kata Kunci : Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, Pasal 23, Pasal 26
Pendahuluan Tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut pemerintah melakukan berbagai kebijakan, program dan kegiatan agar kondisi kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperoleh penerimaan Negara adalah dengan melaksanakan kebijakan perpajakan. Kebijakan perpajakan yang dimaksud disini adalah seluruh jenis pajak dan segala ketentuan yang berlaku atas pemungutan dan pemotongan setiap jenis pajak yang berlaku atas setiap Wajib Pajak. Oleh karena itu sebagai Subjek Pajak Badan, Perum Peruri memiliki kewajiban dalam hal perpajakan. Seperti kewajiban untuk memotong, menyetorkan dan melaporkan hutang pajaknya sesuai dengan ketentuan Subjek Pajak Badan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. Salah satu bentuk kewajiban Perum Peruri sebagai Badan yaitu memotong, menyetor dan melaporkan utang pajaknya atas transaksi-transaksi yang terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), diantaranya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. PPh Pasal 23 menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat 1 yaitu penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut 1. Mengidentifikasi presentase biaya dari objek Pajak Penghasilan (PPh) PPh Pasal 23 dan Pasal 26 yang terdapat dalam laporan keuangan Perum Peruri Tahun 2010-2012; 2. Mengevaluasi jenis-jenis transaksi yang merupakan objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 pada Tahun 2010-2012; 3. Mengevaluasi penerapan dan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 yang dipotong oleh Perum Peruri dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan pada Tahun 2010-2012; 4. Mengevaluasi dasar, tarif pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 pada Tahun 2010-2012; 5. Memberikan saran perbaikan atas hasil evaluasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 pada Tahun 2010-2012
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi besarnya biaya yang menjadi objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 yang terdapat dalam laporan keuangan Perum Peruri Tahun 2010-2012; 2. Mengetahui apakah Perum Peruri telah melakukan pengelompokkan atas objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 dengan benar Tahun 2010-2012; 3. Mengetahui apakah Perum Peruri sudah melakukan penerapan dan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 yang dipungut atau dipotong secara benar sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku; 4. Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 5. Untuk memberikan saran perbaikan atas hasil evaluasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 Tahun 2010-2012. Metode Penelitian Dalam pengumpulan dan mengkaji data-data yang diperoleh dari penelitian ini, metodologi penelitian yang digunakan sebagai berikut: 1. Jenis risetnya adalah penelitian kualitatif. 2. Dimensi waktu risetnya adalah melibatkan banyak waktu dan sampel. 3. Kedalaman riset ini yaitu studi kasus. 4. Metode pengumpulan datanya adalah: - Observasi - Wawancara - Dokumentasi 5. Lingkungan penelitiannya adalah lingkungan riil. 6. Unit analisisnya yaitu suatu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Proses Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan PPh Pasal 23 Pada Perum Peruri Tahun 2010-2012 Dari hasil wawancara dengan staf di Accounting dan Tax Department pada Perum Peruri, ada beberapa informasi yang diperoleh. Akun-akun yang tertera dalam laporan laba rugi tidak semua menjadi objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Biaya terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) tersebut sebagian besar di masukkan atau dikategorikan pada biaya umum dan administrasi. Karena keterbatasan data yang dimiliki, maka penulis mengidentifikasikan menjadi sebuah presentase biaya yang ada didalam laporan laba rugi sesuai dengan Pajak Penghasilan (PPh) terkait yakni Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Mengidentifikasi dalam caturwulan atau 4 (empat) bulan pada Tahun 2010-2012. Dengan menggunakan bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 terkait dengan jenis objek nya sesuai dengan tarif yang berlaku. Melakukan sampling data pada Tahun 2010 penulis mengidentifikasi Bulan Januari, Februari, Maret, dan April dengan menyajikan 10 transaksi pemotongan setiap bulannya. Tabel 4.1.5 Rekapan Jenis Objek dan Tarif: Februari - 2010 Jenis Penghasilan Penghasilan Bruto Tarif PPh dipotong 1 Jasa kebersihan/cleaning service 417.672.273 2% 8.353.445 2 Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta **) 78.000.000 2% 1.560.000 3 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 328.220.455 2% 6.564.409 4 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 91.310.000 2% 1.826.200 5 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 359.192.045 2% 7.183.841 6 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 106.048.000 2% 2.120.960 7 Jasa lain ex SK Dirjen Pajak No. KEP305/PJ/2001 : a. Jasa pencetakan b. Dokumen sekuriti c. Buku Pedoman 8 Jasa lain ex SK Dirjen Pajak No. KEP305/PJ/2001 : a. Jasa pencetakan b. Dokumen sekuriti 9 Jasa lain ex SK Dirjen Pajak No. KEP305/PJ/2001 : a. Jasa pencetakan b. Dokumen sekuriti 10 Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta **) 1.438.598.244 2% 28.771.965 470.557.455 2% 9.411.149 628.334.814 2% 12.566.696 78.000.000 2% 1.560.000
Penulis tidak menemukan kesalahan dalam pemotongan jenis objek PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 23 pada sampling yang dilakukan bulan Februari tahun 2010 serta tarif yang berlaku sudah sesuai dengan hasil atau jumlah PPh yang dipotong oleh Perum Peruri. Terjadi kesalahan pada transaksi Astra International TBK Maka Perum Peruri terjadi kelebihan potong sebesar Rp.22.432. Tabel 4.1.6 Perhitungan yang salah atas PPh Pasal 23: Februari - 2010 Menurut Perusahaan Menurut Penulis DPP Tarif Sebelum evaluasi (a) Setelah evaluasi (b) Selisih (a-b) 1.121.619 4% 44.864-22.432 1.121.619 2% - 22.432 Tabel 4.1.7 Rekapan Bukti Potong PPh Pasal 23: Februari 2010 Penghasilan Bruto PPh dipotong 10 Transaksi (Sample) 3.995.933.286 79.918.666 90 Transaksi Lainnya 1.999.665.202 40.169.018 JUMLAH 5.995.598.488 120.087.684 Tabel 4.1.8 Rekapan Jenis Objek dan Tarif PPh Pasal 23: Maret - 2010 Jenis Penghasilan Penghasilan Tarif PPh dipotong Bruto 1 Jasa perawatan/pemeliharaan/ perbaikan 70.000.000 2% 1.400.000 peralatan 2 Jasa Teknik, Jasa Konstruksi, Jasa Manajemen 141.454.232 3% 4.243.627 dan Jasa Konsultan kecuali Konsultan Konstruksi 3 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 57.500.000 2% 1.150.000 4 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 214.370.455 2% 4.287.409 5 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 77.314.500 2% 1.546.290 6 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 212.567.045 2% 4.251.341 7 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service) 317.164.773 2% 6.343.295 8 Jasa lain ex SK Dirjen Pajak No. 1.649.621.420 2% 32.992.428 KEP305/PJ/2001 : a. Jasa pencetakan b. Dokumen sekuriti 9 Jasa Teknik, Jasa Konstruksi, Jasa Manajemen 245.454.545 2% 4.909.091 dan Jasa Konsultan kecuali Konsultan Konstruksi 10. Jasa perawatan/pemeliharaan/ perbaikan peralatan 727.272.727 2% 14.545.455
Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan permasalahan terkait 10 sample transaksi atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Bulan Maret Tahun 2010 untuk Jasa Teknik, Jasa Konstruksi, Jasa Manajemen dan Jasa Konsultan kecuali Konsultan Konstruksi yaitu pada transaksi no. 2 sebesar Rp.4.243.627. Seharusnya jumlah pajak yang dipotong atas jasa tersebut sebesar Rp.2.829.085. Tabel 4.1.9 Perhitungan yang salah atas sample PPh Pasal 23: Maret - 2010 Menurut Perusahaan Menurut Penulis DPP Tarif Sebelum evaluasi (a) Setelah evaluasi (b) 141.454.232 3% 4.243.627-141.454.232 2% - 2.829.085 Selisih (a-b) 1.414.542 Tabel 4.1.10 Perhitungan yang salah atas PPh Pasal 23: Maret - 2010 Menurut Perusahaan Menurut Penulis DPP Tarif Sebelum evaluasi (a) Setelah evaluasi (b) Selisih (a-b) 5.755.680 4% 230.227-62.390.154 3% 1.871.705-5.755.680 2% 115.113 115.113 62.390.154 2% 1.247.803 623.902 Jumlah 1.362.916 Berdasarkan hasil evaluasi pada daftar bukti potong bulan Maret Tahun 2010 terjadi kesalahan hitung yang mengakibatkan Perum Peruri kelebihan potong pada transaksi no. 111 PARAHYANGAN EXPRESS, CV dengan penghasilan bruto sebesar Rp. 5.755.680 dan transaksi no. 124 GALA PUTRA MANDIRI, PT sebesar Rp. 62.390.154. Perusahaan mengenakan tarif masing-masing 4% dan 3%, maka berdasarkan evaluasi seharusnya pajak yang dipotong atas transaksi tersebut sebesar Rp.115.113 dan Rp.623.902. Karena kesalahan hitung tersebut Perum Peruri mengalami kelebihan potong sebesar Rp.2.777.458. Tabel 4.1.11 Rekapan Bukti Potong PPh Pasal 23: Maret 2010 Jumlah Penghasilan Bruto PPh yang dipotong 10 Transaksi (Sample) 3.712.719.697 74.254.394 199 Transaksi Lainnya 5.894.409.626 120.433.731 JUMLAH 9.607.129.323 194.688.125
Tabel 4.3.12 Rekapan Data PPh Pasal 23 Tahun 2012 Bulan DPP PPh Pasal 23 Januari 4.695.455.376 93.969.096 Februari 7.615.764.276 153.390.271 Maret 6.745.183.116 136.173.247 April 2.731.251.150 55.353.717 Mei 2.107.284.562 44.648.595 Juni 3.665.129.013 73.441.576 Juli 4.139.960.054 86.942.798 Agustus 20.694.038.811 414.720.223 September 5.373.400.987 109.994.802 Oktober 3.999.295.257 80.185.895 November 3.759.658.908 75.665.168 Desember 1.898.511.166 38.622.110 Jumlah 67.424.932.676 1.363.107.498 Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan beberapa permasalahan yaitu : 1. Tidak adanya Surat Pemberitahuan (SPT) Pembetulan. Jumlah yang didapatkan terdapat di Surat Pemberitahuan (SPT) Normal. 2.Evaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Tahun 2012 Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK/03/2007 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008 Pasal 2 ayat 6 dimana Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Berdasarkan ketentuan tersebut, dilakukan pengecekan pada Surat Setoran Pajak (SSP) pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tahun 2012 untuk mengetahui kepatuhan perusahaan dalam menyetorkan pajaknya. Dan setelah evaluasi, perusahaan mengalami telat setor pada Bulan November yang dikarenakan ketika tanggal tersebut jaringan bank sedang mengalami offline. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak dapat mengatasi hal tersebut. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa November, perusahaan baru menyetorkannya pada tanggal 11 Desember 2012. Atas keterlambatan ini perusahaan dikenakan sanksi keterlambatan sebesar 2% x 1 bulan x Rp.75.665.168 = Rp.1.513.303. Untuk sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan (UU KUP Pasal 9 ayat 2a). Sebaiknya perusahaan memperhitungkan tanggal jatuh tempo penyetoran agar tidak terkena sanksi atas keterlambatan setor.
Tabel 4.3.13 Rekapan Data Penyetoran PPh Pasal 23 Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Pasal 23 Terutang Tanggal Penyetoran Keterangan Januari 93.969.096 08 Februari 2012 Tepat Waktu Februari 153.390.271 08 Maret 2012 Tepat Waktu Maret 136.173.247 10 April 2012 Tepat Waktu April 55.353.717 10 Mei 2012 Tepat Waktu Mei 44.648.595 08 Juni 2012 Tepat Waktu Juni 73.441.576 09 Juli 2012 Tepat Waktu Juli 86.942.798 09 Agustus 2012 Tepat Waktu Agustus 414.720.223 07 September 2012 Tepat Waktu September 109.994.802 09 Oktober 2012 Tepat Waktu Oktober 80.185.895 09 November 2012 Tepat Waktu November 75.665.168 11 Desember 2012 Telat Setor Desember 38.622.110 10 Januari 2013 Tepat Waktu 3. Evaluasi Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Tahun 2012 Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK/03/2007 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008 Pasal 7 ayat 1 dimana Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. Mengacu pada peraturan itu, setelah penulis melakukan pengecekan atas Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23, maka penulisan menemukan keterlambatan pelaporan yang dilakukan perusahaan untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Tahun 2012 Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23 Bulan Desember, perusahaan baru melaporkannya pada tanggal 21 Januari 2013. Atas keterlambatan ini perusahaan dikenakan denda sebesar 1 bulan x Rp.100.000 = Rp.100.000. Untuk keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa selain Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) (UU KUP Pasal 7 ayat 1). Sebaiknya perusahaan memperhitungkan tanggal jatuh tempo penyetoran agar tidak terkena sanksi atas keterlambatan lapor.
Tabel 4.3.14 Rekapan Data Pelaporan PPh Pasal 23 Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Pasal 23 Terutang Tanggal Pelaporan Keterangan Januari 93.969.096 20 Februari 2012 Tepat Waktu Februari 153.390.271 14 Maret 2012 Tepat Waktu Maret 136.173.247 16 April 2012 Tepat Waktu April 55.353.717 16 Mei 2012 Tepat Waktu Mei 44.648.595 15 Juni 2012 Tepat Waktu Juni 73.441.576 17 Juli 2012 Tepat Waktu Juli 86.942.798 16 Agustus 2012 Tepat Waktu Agustus 414.720.223 13 September 2012 Tepat Waktu September 109.994.802 18 Oktober 2012 Tepat Waktu Oktober 80.185.895 13 November 2012 Tepat Waktu November 75.665.168 13 Desember 2012 Tepat Waktu Desember 38.622.110 21 Januari 2013 Telat Lapor Evaluasi Proses Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan PPh Pasal 26 Pada Perum Peruri Tahun 2010-2012 Tabel 4.5.1 Rekapan Biaya Umum dan Administrasi PPh Pasal 26 Tahun 2010 Objek PPh Pasal 26 98.000.000 Non Objek PPh Pasal 26 99.720.134.750 Jumlah biaya dalam laporan laba rugi 99.818.134.570 Presentase 0,10% Tabel 4.5.2 Rekapan Jenis Objek dan Tarif PPh Pasal 26 Tahun 2010 Bulan Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan Bruto Tarif PPh yang dipotong Desember Bunga *) M.J.M INTERNATIONAL (AUST) PTY LTD 98.000.000 10% 9.800.000 Wajib Pajak luar negeri berasal dari Australia maka tarif pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 yang dikenakan oleh perusahaan sebesar 10% karena memiliki tax treaty antara Indonesia dengan Australia.
Tabel 4.5.3 Rekapan Data PPh Pasal 26 Tahun 2010 Bulan DPP PPh Pasal 26 Desember 98.000.000 9.800.000 Jumlah 98.000.000 9.800.000 Tabel 4.5.4 Rekapan Data Penyetoran PPh Pasal 26 Tahun 2010 Jumlah PPh Pasal 26 Tanggal Bulan Keterangan Terutang Penyetoran Desember 9.800.000 10 Januari 2011 Tepat Waktu Tabel 4.5.5 Rekapan Data Pelaporan PPh Pasal 26 Tahun 2010 Bulan Jumlah PPh Pasal 26 Terutang Tanggal Pelaporan Keterangan Desember 9.800.000 13 Januari 2011 Tepat Waktu Tidak terdapat kesalahan perhitungan pada tahun 2010 serta tidak adanya Surat Pemberitahuan (SPT) Pembetulan jumlah yang didapatkan terdapat di Surat Pemberitahuan (SPT) Normal. Evaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2010 telah tepat waktu dan/atau sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang ditentukan dan evaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2010 telah tepat waktu dan/atau sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang ditentukan. Tabel 4.5.6 Rekapan Biaya Umum dan Administrasi PPh Pasal 26 Tahun 2011 Objek PPh Pasal 26 4.383.376.097 Non Objek PPh Pasal 26 119.087.400.357 Jumlah biaya dalam laporan laba rugi 123.470.776.454 Presentase 3,55%
Tabel 4.5.7 Rekapan Jenis Objek dan Tarif PPh Pasal 26 Tahun 2011 Bulan Jenis Penghasilan Penghasilan Bruto Tarif PPh dipotong Januari Imbalan sehubungan dengan jasa, 2.343.111.120 20% 468.622.224 pekerjaan, dan kegiatan Maret Imbalan sehubungan dengan jasa, 1.505.877.430 20% 301.175.486 pekerjaan, dan kegiatan Oktober Sewa dan Penghasilan lain 1.013.752.812 20% 202.750.562 sehubungan dengan penggunaan harta Desember Royalti 1.207.902.415 20% 241.580.483 Perusahaan mengenakan tarif 20% atas pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 dikarenakan Wajib Pajak luar negeri berasal dari negara yang tidak memiliki tax treaty dengan negara Indonesia. Tabel 4.5.8 Rekapan Data PPh Pasal 26 Tahun 2011 Bulan DPP PPh Pasal 26 Januari 655.843.440 131.168.688 Maret 1.505.877.430 301.175.486 Oktober 1.013.752.812 202.750.562 Desember 1.207.902.415 241.580.483 Jumlah 4.383.376.097 635.094.736 Tabel 4.5.9 Rekapan Data Penyetoran PPh Pasal 26 Tahun 2011 Bulan Jumlah PPh Pasal 26 Terutang Tanggal Penyetoran Keterangan Januari 131.168.688 08 Februari 2011 Tepat Waktu Maret 301.175.486 06 April 2011 Tepat Waktu Oktober 202.750.562 10 November 2011 Tepat Waktu Desember 241.580.483 05 Januari 2012 Tepat Waktu
Tabel 4.5.10 Rekapan Data Pelaporan PPh Pasal 26 Tahun 2011 Bulan Jumlah PPh Pasal 26 Terutang Tanggal Pelaporan Keterangan Januari 131.168.688 14 Februari 2011 Tepat Waktu Maret 301.175.486 13 April 2011 Tepat Waktu Oktober 202.750.562 15 November 2011 Tepat Waktu Desember 241.580.483 19 Januari 2012 Tepat Waktu Berdasarkan hasil evaluasi penulis tidak menemukan kesalahan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2011 hanya saja terdapat identifikasi: 1. Adanya Surat Pemberitahuan (SPT) Pembetulan. Perusahaan telah melakukan Surat Pembetulan (SPT) Pembetulan sebanyak 1 kali pada Bulan Maret. Hal ini terjadi karena pada awalnya terdapat 2 lembar bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26, namun pada Surat Pemberitahuan (SPT) Pembetulan ke-1 hanya terdapat 1 lembar bukti potong. Tabel 4.5.11 Daftar Bukti Potong PPh Pasal 26: Maret - 2011 No. NPWP Nama Penghasilan PPh dipotong Bruto 1. 00.000.000.0- PAPIERF ABRIK 1.505.877.430 301.175.486 000.000 LOUISENTHAL GMBH 2. 00.000.000.0- JURA JSP 837.233.690 167.446.738 000.000 JUMLAH 2.343.111.120 468.622.224 Pada bulan Maret tahun 2011, Surat Pemberitahuan (SPT) Pembetulan Ke-1 hanya terdapat 1 lembar bukti potong yaitu dipotong nya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 pada PAPIERF ABRIK LOUISENTHAL GMBH dengan jumlah DPP sebesar Rp.1.505.877.430 dan Pajak Penghasilan (PPh) yang dipotong Rp.301.175.486. Hal tersebut dikarenakan perusahaan melakukan pemindah-bukuan terhadap transaksi tersebut. 2. Evaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2011 telah tepat waktu dalam menyetorkan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2011. 3. Evaluasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2011 telah tepat waktu dalam melaporkan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Tahun 2011. Tabel 4.5.12 Rekapan Biaya Umum dan Administrasi PPh Pasal 26 Tahun 2012 Objek PPh Pasal 26 98.000.000 Non Objek PPh Pasal 26 97.305.671.811 Jumlah biaya dalam laporan laba rugi 97.403.671.811 Presentase 0,10%
Tabel 4.5.13 Rekapan Jenis Objek dan Tarif PPh Pasal 26 Tahun 2012 Bulan Jenis Penghasilan Penghasilan Bruto Tarif PPh dipotong Januari Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta M JM INTERNATIONAL (AUSTOPTYL LTD) 98.000.000 10% 9.800.000 Wajib Pajak luar negeri berasal dari Australia maka tarif pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 yang dikenakan oleh perusahaan sebesar 10% karena memiliki tax treaty antara Indonesia dengan Australia. Tabel 4.5.14 Rekapan Data PPh Pasal 26 Tahun 2012 Bulan DPP PPh Pasal 26 Januari 98.000.000 9.800.000 Jumlah 98.000.000 9.800.000 Tabel 4.5.15 Rekapan Data Penyetoran PPh Pasal 26 Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Pasal 26 Terutang Tanggal Penyetoran Keterangan Januari 9.800.000 08 Februari 2012 Tepat Waktu Tabel 4.5.16 Rekapan Data Pelaporan PPh Pasal 26 Tahun 2012 Bulan Jumlah PPh Pasal 26 Terutang Tanggal Pelaporan Keterangan Januari 9.800.000 20 Februari 2012 Tepat Waktu Berdasarkan hasil evaluasi, tidak ditemukan kesalahan dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 Bulan Januari Tahun 2012 Serta perusahaan telah tepat waktu dalam melakukan penyetoran dan pelaporan pada jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 sebesar Rp.9.800.000.
Besarnya biaya pemotongan PPh Pasal 26 yang dilakukan oleh perusahaan selama 3 tahun (2010-2012) Perum Peruri melakukan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 setiap tahun selama 2010-2012 namun tidak pada setiap bulannya. Karena keterbatasan data yang dimiliki dalam mengidentifikasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 dalam akun yang tertera di laporan laba rugi maka berdasarkan informasi yang didapat dari staf perusahaan bahwa biaya pajak tersebut dimasukkan kedalam akun biaya administrasi dan umum. Tabel 4.6.1 Rekapan Data PPh Pasal 26 Tahun 2010-2012 Tahun DPP Presentase 2010 98.000.000 0,10% 2011 4.383.376.097 3,55% 2012 98.000.000 0,10% Simpulan dan Saran Simpulan 1. Teridentifikasi Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang sering dilakukan oleh perusahaan antara lain: 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta **) 2. Jasa tehnik, jasa manajemen, jasa konsultansi dan jasa lain sesuai dengan PMK-224/PMK.03/2008 3. Jasa lain meliputi: - Jasa perawatan/ perbaikan/ pemeliharaan mesin/ peralatan/ listrik/ telp/ air/ gas/ AC/ TV/ kabel/ alat transportasi/ kendaraan dan/atau bangunan/ selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunya izin dan/atau sertifikat sebagai pengusaha konstruksi. - Jasa Instalasi/ pemasangan mesin/ peralatan/ listrik/ telp/ air/ gas/ AC/ TV/ kabel/ selain yang dilakukan oleh wajib pajak (WP) yang ruang lingkup nya dibidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikat sebagai pengusaha konstruksi. - Jasa penyedia tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang, atau media lain untuk penyampaian informasi. - Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing service). - Jasa kebersihan (Cleaning Service). - Jasa pencetakan, dokumen sekuriti, dan buku pedoman. - Jasa pengadaan dan pengembangan teknologi informasi.
2. Teridentifikasi Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 yang sering dilakukan oleh perusahaan antara lain: - Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan. - Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 3. Perum Peruri sudah menggunakan e-spt sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahaan pencatatan, terutama pengunaan tarif. 4. Dalam data yang ditemukan, ada beberapa transaksi yang keliru pengelompokkan objek pemotongan Pajak Penghasilannya. Hal ini membuat Perum Peruri mengalami lebih potong. 5. Dalam data yang ditemukan pada bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 pada Bulan Maret dan Desember Tahun 2011, Perum Peruri melakukan pemindah-bukuan yang menyebabkan terjadi pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. 6. Terdapat beberapa supplier yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), sehingga besarnya tarif pemotongan yaitu menjadi lebih tinggi 100%. 7. Perum Peruri beberapa mengalami telat setor pada Bulan Oktober Tahun 2010, Bulan Desember Tahun 2011 dan Bulan November 2012. Atas keterlambatan ini perusahaan dikenakan sanksi atas keterlambatan setor sebesar 2% x bulan keterlambatan x pph terutang dan lapor Rp.100.000 x bulan keterlambatan (berdasarkan UU KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 9 ayat 2a dan Pasal 7 ayat 1). Keterlambatan ini dikarenakan jatuh tempo penyetoran dan pelaporan terjadi pada saat bank mengalami offline dan perusahaan sedang melakukan pemindahaan dokumen antar Perum Peruri yang berada di Kerawang. 8. Beberapa arsip data yang dibutuhkan tidak tersedia, seperti general ledger untuk membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26. 9. Dari seluruh bukti penyetoran dan pelaporan yang ditemukan oleh penulis dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Perum Peruri telah menjalankan peraturan dengan baik sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yang berlaku mulai 1 Januari 2008, dan kini telah diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 yang berlaku tanggal 1 April 2010. 10. Perusahaan dalam setiap tahun nya mengalami kenaikan dan penurunan dalam melaksanakan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Hal tersebut terjadi tidak terlalu signifikan pada Tahun 2011 mengalami kenaikan dari 5% yakni dari Tahun 2010 perolehan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 sebesar Rp.67.579.807.926 pada Tahun 2011 meningkat sebesar Rp.90.580.134.626. Namun pada Tahun 2012 perusahaan mengalami penurunan sebesar 4% atau sebesar Rp.67.424.932.676.
11. Perusahaan tidak melakukan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 setiap bulannya secara rutin. Dalam Tahun 2010 terdapat 1 transaksi pemotongan terhadap Objek Pajak yaitu; bunga dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 sebesar Rp.98.000.000 dan terjadi kenaikan pada Tahun 2011 yang sangat signifikan sebesar Rp.4.383.376.097. Pada Tahun 2012 kembali menurun dengan 1 transaksi terkait Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp.98.000.000. Saran 1. Perhitungan yang sudah dilakukan perusahaan dalam menentukan tarif harus dipertahankan karena sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agar tetapi perusahaan harus melakukan perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT) terkait kesalahan hitung dan lebih teliti kembali dalam melakukan pengelompokan objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26. 2. Perusahaan diharapkan dapat terus melakukan penyetoran dan pelaporan yang tepat waktu agar tetap terhindar dari sanksi berupa bunga sebesar 2% karena terlambat melakukan penyetoran dan terlambat melaporkan sebesar Rp.100.000. 3. Sebaiknya Perum Peruri memberikan pelatihan perpajakan kepada para staf keuangan dan perpajakan seperti brevet, training, seminar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan karyawan yang menangani pajak dan untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan dan perhitungan pajak dimasa selanjutnya. 4. Untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26 sebaiknya terorganisir dengan baik antara Perum Peruri yang berada di Jakarta dan di Kerawang serta disimpan dengan rapi sesuai dengan urutan waktunya selama 10 tahun. Sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan terutama terkait dengan pemeriksa pajak, perusahaan akan lebih mudah dalam mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan.