METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB
METODE-METODE PRE/POST CONFERENCE BEDSIDE TEACHING COACHING PRESEPTORING DAN MENTORING SUPERVISI PRAKTEK KLINIK BIMBINGAN KLINIK
PRE CONFERENCE Pre conference (pertemuan pra praktek klinik) adalah pertemuan pembimbing lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari ketika akan dimulainya shift praktik. Pertemuan pre conference membicarakan antara lain ; Tujuan pembelajaran untuk hari yang bersangkutan Setiap perubahan jadwal yang mungkin perlu Peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk hari yang bersangkutan Tugas-tugas khusus yang harus diselesaikan pd hari-hari yang bersangkutan Topik untuk pertemuan pasca pelatihan klinik Pertanyaan-pertanyaan yg berkaitan dg kegiatan pd hari-hari yg bersangkutan atau dari hari sebelumnya.
POST CONFERENCE Post conference (pertemuan pasca praktek klinik) adalah pertemuan pembimbing lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari ketika shift praktik berakhir. Adapun pertemuan post conference membicarakan ; Kaji ulang tujuan pembelajaran utk hari yg bersangkutan & evaluasi kemajuan menjelang penyelesaian Presentasikam kasus-kasus yang disaksikan pada hari yg bersangkutan, khususnya kasuskasus yang menarik, luar biasa atau sulit Jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai situasi & klien/informasi di dlm buku acuan Buatkan rencana untuk sesi selanjutnya, sambil membuat perubahan dlm jadual bila perlu Laksanakan praktek tambahan dengan menggunakan model jika diperlukan Kaji ulang & diskusikan studi kasus, role-play, atau tugas-tugas yg sudah dipersiapkan sebelumnya.
Tahapan Umpan balik, meliputi : Mahasiswa harus terlebih dahulu mengidentifikasi kelebihan pribadi dan bidangbidang dimana ia merasa perlu peningkatan Selanjutnya pembimbing memberikan umpan balik spesifik yg bersifat menjelaskan, mencakup saran-saran yang bukan hanya mengena apa, tetapi bagaimana cara untuk meningkatkan Akhirnya mahasiswa dan pembimbing harus sepkat tentang apa yang akan menjadi fokus sesi praktikum termasuk bagaimana cara berinteraksi bersama klien Umpan balik positif selama prosedur harus memperhatikan; jaga umpan balik terkendali dan rendah hati, terlalu banyak memuji mungkin bisa membuat klien bertanya-tanya, disampaikan dengan ekspresi wajah serta nada suara dan bukan kata-kata, tetap sangat efektif.
Umpan balik korektif selama prosedur harus memperhatikan : Penglihatan atau isyarat bisa sama efektifnya dengan kata-kata dan lebih tidak mencemaskan bagi klien Saran-saran sederhana untuk mempermudah prosedur bisa diberikan dg cara yg tenang dan langsung Untuk membantu seseorang mahasiswa menghindari kesalahan, pembimbing bisa dengan tenang mengajukan pertanyaan sederhana langsung mengenai prosedur tersebut Bersiaplah untuk mengintervensi dan mengambil alih prosedur tersebut dengan segera (tanpa pemberitahuan jauh sebelumnya) Pendekatan yang terbaik terhadap pemberian umpan balik korektif ialah mengurangi perlunya umpan balik korektif itu dengan jalan melakukan sesi praktek yang efektif.
BEDSIDE TEACHING Bedside teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis yang melibatkan pasien, mahasiswa dan pembimbing klinis yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini bertujuan untuk memberikan pengalaman klinis pada konteks nyata (real setting) dan mahasiswa dapat belajar dari pengalaman tersebut dan dari umpan balik dari pembimbing klinik dan pasien. Metode ini dirasakan yang paling efektif dibanding pembelajaran di kelas dalam melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien (history taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi dan menerapkan etika klinis, profesionalisme dan mengembangkan kemampuan nalar klinis (clinical reasoning).
Bedside teaching terdiri atas tiga tahap : 1. Tahap persiapan : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tahap pengalaman : Pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi
Demonstrasi : Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi dg pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien dan aspek komunikasi lainnya). Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut dan dapat dilibatkan dalam diskusi dengan pasien. Demonstrasi direkomendasikan pada saat mahasiswa mempelajari keterampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran. Pembimbing klinis berperan sebagai role model.
Observasi : Mahasiswa mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien dan aspek komunikasi lainnya). Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik. Observasi direkomendasikan pada saat fase belajar yang lebih lanjut. Pembimbing klinik berperan sebagai fasilitator. Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada saat dibutuhkan, misalnya pembimbing melakukan koreksi cara palpasi. Pasien juga dapat diminta untuk memberikan umpan balik, misalnya pada aspek komunikasi.
3. Tahap refleksi : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan clinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bedside teaching atau aktivitas pembelajaran lain selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien.
COACHING Coaching adalah keterampilan klinik diciptakan melalui sebuah proses. Proses meliputi 3 fase yang saling berhubungan erat; Demonstrasi keterampilan klinik oleh pembimbing klinik Praktek keterampilan oleh mahasiswa dibawah pengawasan pembimbing klinik, pertama dengan model kemudian dengan klien Evaluasi kompetensi keterampilan oleh mahasiswa lain
PRESEPTORING DAN MENTORING di dalamnya termasuk; reflective learning, bedsite teaching, coaching.
SUPERVISI PRAKTEK KLINIK Supervisi (pengawasan) dapat dilakukan oleh pembimbing insitusi. Supervisi meliputi kompetensi dan keterampilan yang telah dicapai, proses bimbingan yang efektif, kedisiplinan mahasiswa.
BIMBINGAN KLINIK Pembimbing klinik harus selalu bersama mahasiswa pd waktu mereka bekerja dg klien Mahasiswa harus mengerti apa yg mereka lakukan secara independen dan apa yg memerlukan pengawasan dari pembimbing Mahasiswa harus dibuat bertanggung jawab utk memastikan bahwa mereka diawasi bila perlu Kegiatan-kegiatan tambahan yg tdk memerlukan pengawasan langsung akan memberi kesempatan bagi mahasiswa utk terlibat aktif dlm pembelajaran ketika tdk dg klien Staf klinik juga dpt bertindak sbgpengawas jika pembimbing yg ditunjuk yakin akan kemampuan keterampilan klinik mereka serta kemampuannya utk memberikan umpan balik yg sesuai
Jika banyak tempat klinik yang dipakai selama praktek, seorang instruktur klinik harus ditugaskan untuk masing-masing tempat Informasi mngenai mahasiswa harus dibagi dengan staf klinik Staf klinik harus didorong untuk melakukan evaluasi awal atas keterampilan awal mahasiswa sebelum mengijinkan bekerja dengan klien Staf klinik harus menyadari umpan balik yang ingin diterima oleh pembimbing dari mereka mengenai mahasiswa Tanggung jawab terakhir untuk pengawasan dan penilaian mahasiswa tetap ada pada pembimbing klinik/instruktur klinik
TERIMA KASIH