BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Batasan Masalah Maksud dan Tujuan Sistematika Penyajian Laporan...

BAB II STUDI PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM

BAB IV ANALISA HASIL

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

7 BAB VII PERENCANAAN BENDUNG

3.10 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

PERHITUNGAN BENDUNG SEI PARIT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI LAPORAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

ANALISA DESAIN BENDUNG D.I KAWASAN SAWAH LAWEH TARUSAN (3.273 HA) KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

Tinjauan Perencanaan Bandung Seloromo Pada Anak Sungai Kanatan Dengan Tipe Ogee

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

KAJIAN PERILAKU ALIRAN MELALUI ALAT UKUR DEBIT MERCU BULAT TERHADAP TINGGI MUKA AIR

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

PERENCANAAN BENDUNG SIDOREJO DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA DAERAH IRIGASI SIDOREJO KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

Bab III Metodologi Analisis Kajian

BAB V RENCANA PENANGANAN

LAPORAN UJI MODEL FISIK

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bangunan sungai seperti abutment jembatan, pilar jembatan, crib sungai,

HALAMAN PENGESAHAN...

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERENCANAAN BENDUNG BATANG TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

BAB IV METODE PENELITIAN

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

PENYELIDIKAN POLA ALIRAN EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK FISIK. Dyah Ari Wulandari *), K i r n o **)

PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

MODUL V PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

Transkripsi:

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG 5.1 Uraian Umum 5.1.1 Latar Belakang Pembangunan Bendung Kaligending menjadi bendung permanen untuk melayani areal seluas 948 ha, dengan tinggi mercu m dan lebar intake 3 x 1,90 m selesai pada tahun 199. Keberadaan Bendung Kaligending tersebut oleh masyarakat dianggap sebagai penyebab timbulnya banjir dibagian hulu, sehingga oleh masyarakat diusulkan untuk dibongkar (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,004, melakukan studi dan analisis teknis kebutuhan air dan masalah banjir). Pada tahun 1999 mercu bendung dibongkar hingga lantai bendung. Dengan dibongkarnya mercu bendung ini maka air dari bendung ini tidak dapat masuk kesaluran induk seperti yang direncanakan semula melalui pintu pengambilan bendung yang ada. Jalan keluar yang telah diambil untuk mengatasi kebutuhan air di Daerah Irigasi Kaligending adalah dengan memberikan suplesi sebesar 3m 3 /dt kesaluran Induk Kaligending dari Saluran Induk Wadaslintang Barat melalui bangunan suplesi yang berjarak ± 7 km di hilir Bendung Kaligendung. Tetapi permasalahan yang terjadi adalah dengan pemanfaatan air (suplesi) dari Wadaslintang untuk DI. Kaligending secara kontinyu pada jangka waktu yang panjang akan mengurangi manfaat waduk, dimana sebenarnya sangat diperlukan pada masa kering. Dari permasalahan tersebut perlu adanya modifikasi Bendung Kaligending agar air dapat mengalir melalui pintu pengambilan sehingga dapat mengurangi suplesi dari Waduk Wadaslintang. Bangunan suplesi itu sendiri nantinya tidak dilakukan perubahan yang sewaktu-waktu dapat difungsikan kembali pada saat kekurangan air atau musim kering. Usaha memodifikasi Bendung Kaligending sebelumnya pernah dilakukan oleh PT. Virama Karya (November 1999) yaitu dengan membuat kombinasi antara bendung karet dan pintu sorong. Namun modifikasi tersebut menemui banyak kendala seperti: ANALISIS HIDROLIS 107

Meskipun pada saat banjir pintu sorong dibuka dan Bendung Karet dikempiskan, namun untuk itu diperlukan waktu, sehingga akumulasi bahan endapan di hulu bendung akan tetap terjadi sehingga akan menaikkan dasar kali, walaupun berangsur-angsur akan hanyut terbawa aliran. Dengan demikian pada saat banjir pertama (awal) akan berpengaruh terhadap permukaan air banjir di bagian hulu. Dibangunnya kombinasi Bendung Karet dan Bendung Gerak dengan pintu sorong akan membutuhkan biaya konstruksi yang mahal dan diperlukan tenaga tambahan untuk O & P Bendung. Karena beberapa masalah tersebut maka rencana untuk memodifikasi Bendung Kaligending dengan mengkombinasikan antara Bendung Karet dan Bendung Gerak dibatalkan. 5.1. Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending Dari hasil diskusi yang telah dilakukan oleh konsultan dan berbagai instansi yang terkait dalam penanganan Review Desain Bendung Kaligending, telah disepakati bahwa yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan dalam menangani permasalahan di Bendung Kaligending adalah Bendung Tipe Konvensional dengan Pengurasan Under sluice. Seperti diketahui bahwa pada umumnya didalam satu unit bendung terdiri dari enam bagian utama, sebagai berikut: - Bangunan badan bendung - Bagunan pintu penguras bendung - Bangunan pintu pengambilan - Bangunan pengendap sedimen (kantong lumpur) - Bangunan pintu penguras kantong lumpur - Bangunan pintu penerus Bendung Kaligending yang ada sekarang, terdiri dari enam bagian utama seperti tersebut diatas. Bagian-bagian bangunan tersebut merupakan satu system bangunan yang berfungsi untuk mengambil air dari Kali Lukulo. Dengan diturunkannya mercu bendung tersebut dari +35.80 menjadi +33.75, maka bagian- ANALISIS HIDROLIS 108

bagian bangunan yang lain menjadi tidak berfungsi seperti yang direncanakan dan dibangun semula. Atau dengan perkataan lain, karena bagian badan bendung dimodifikasi, maka bagian-bagian bangunan yang lainnya juga harus dimodifikasi agar dapat berfungsi untuk mengambil air dari Kali Lukulo untuk keperluan irigasi bagi sawah-sawah yang pernah dilayani oleh bendung ini sebelum mercu Bendung Kaligending ini dibongkar. Lantai bendung yang ada sekarang ini merupakan bangunan yang tidak menyebabkan banjir secara serius dibagian hulu bendung. Lantai bendung tersebut kondisinya saat ini masih sangat baik. Oleh karena itu bangunan ini akan dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan melakukan modifikasi-modifikasi tertentu agar dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan rencana semula, yaitu untuk mengairi sawah-sawah seluas.948 ha di Daerah Irigasi Kaligending. Satu hal yang penting yang perlu diketahui didalam perencanaan modifikasi Bendung Kaligending ini adalah bahwa elevasi bendung tidak akan dinaikkan dari elevasi yang ada sekarang. Dengan demikian maka konstruksi lantai (apron) depan, dasar mercu bendung dan lantai (apron) hilir Bendung Kaligending yang ada akan dimanfaatkan sebagai mercu ambang lebar. Muka air yang dibutuhkan di depan pintu pengambilan setelah dilakukan analisis oleh pihak-pihak terkait adalah setinggi +33.55 atau setinggi mercu setelah dilakukan pengeprasan. Bagian bendung yang tetap atau tidak mengalami perubahan adalah: Lantai Bendung Lantai (apron) bendung yang ada sekarang dengan elevasi +33.75, akan digunakan sebagai mercu bendung ambang lebar, dengan demikian maka didalam modifikasi ini tidak ada rencana menaikkan mercu yang ada sekarang dengan harapan masyarakat yang bermukim di hulu bendung ini dapat menerima usulan ini. Kolam Olak Kolam olak dengan elevasi +3.75 tetap, hanya diakukan evaluasi apakah dimensi kolam olak yang ada sekarang masih memenuhi syarat sebagaimana perencanaan kolam olak seharusnya. Pada bagian hilir ANALISIS HIDROLIS 109

kolam olak akan dilengkapi dengan pasangan batu kosong untuk mencegah terjadinya penggerusan dasar sungai Bagian bendung yang akan dimodifikasi adalah : Saluran Under Sluice Pembuatan saluran under sluice sebagai bangunan penangkap air yang menjaga elevasi tetap pada elevasi M.A.+33.75 atau setinggi mercu bendung. Under sluice dibuat dengan membongkar lantai existing +33.75 hingga kedalaman +31.07 pada bagian hulu dan +30.64 pada bagian hilirnya. Saluran under sluice ini memiliki panjang 43.50 m dari hulu bendung sampai pintu penguras bendung. Pembuatan saluran under sluice dimaksudkan supaya sedimen kasar tidak masuk kedalam saluran pengambilan. Karena dengan dibuatnya saluran pengarah pintu penguras bendung yang lebih rendah dari dasar sungai akan menyebabkan lebih besar kemungkinan sedimen masuk kedalam saluran pengarah. Bangunan Penguras Bendung Bangunan penguras bendung akan diturunkan dengan elevasi dasar +3.4 tepat diatas plat bagian atas under sluice, sehingga bangunan ini dapat berfungsi untuk membersihkan bahan sedimen yang terkumpul di depan bangunan pengambilan yang dapat mengganggu kelancaran masuknya air dari sungai ke pintu bangunan pengambilan bendung. Lebar pintu penguras bendung existing tetap digunakan yaitu x 1,75 m dan tinggi 1,45 m. Untuk menyempurnakan pembersihan bahan sedimen, bangunan penguras bendung akan dilengkapi dengan pintu penguras under sluice dengan ukuran lebar x 1,75 m dan tinggi 1.55 m. Bangunan Pintu Pengambilan Bagunan pintu pengambilan bendung akan diturunkan secukupnya yaitu dari elevasi +34.014 menjadi +3.75 sehingga bangunan pintu pengambilan dapat memasukkan debit sebesar 5.8 m 3 /dt untuk keperluan pengurasan kantong lumpur yang ada di sebelah hilirnya. ANALISIS HIDROLIS 110

Sedangkan debit normal yang direncanakan untuk keperluan irigasi adalah 4,40 m 3 /dt. Kantong Lumpur Didalam modifikasi kantong lumpur Bendung Kaligending ini akan dilakukan penurunan elevasi kantong lumpur ini secara keseluruhan dan juga memperbesar dimensi kantong lumpur itu sendiri dengan tujuan menyesuaikan debit yang masuk ke kantong lumpur yang semula hanya 4,8 m 3 /dt menjadi 5,8 m 3 /dt untuk keperluan pengurasan kantong lumpur. Penguras Kantong Lumpur Modifikasi bangunan pintu penguras kantong lumpur dan bangunan pintu penerus untuk menyesuaikan perubahan dimensi dan penurunan elevasi pada kantong lumpur. 5. Perbaikan Tubuh Bendung 5..1 Data Teknis Bendung Kaligending Adapun data teknis yang diperlukan untuk mendesain bendung dan bangunan pelengkap secara umum adalah sebagai berikut : Lokasi Rencana BM. KG.5 Bendung ditetapkan dari peta situasi berada pada : X = 353.861,558 Y = 9.161.753,38 Z = +40.150 Titik BM ( Bench Mark ) bendung digunakan sebagai titik acuan bangunan bendung itu sendiri maupun bangunan pelengkap bendung. ANALISIS HIDROLIS 111

KG. 3 KG. 3 KG. KG. KG. 1 KG. 1 Gambar 5.1 Sketsa Lokasi Bendung Kaligending Dasar sungai +18.00 EL. Tanah Asli 38.95 37.0 33.13 3.53 36.45 36.45 37.9 37.9 Jarak 5.30 1.00 110.00 19.0 lebar dasar sungai pada hulu bendung = 110.00 0.50 0.80 0.00 Gambar 5. Potongan Melintang Sungai KG. 1 ANALISIS HIDROLIS 11

Saluran penguras Dasar sungai pasangan batu kali +18.00 EL. Tanah Asli 38.95 38.95 38.8 38.8 38.78 31.77 31.77 3.67 3.67 3.53 33.08 36.83 36.83 37.13 Jarak 3.40 0.00 3.00 0.40.00 0.80 40.00 34.50 16.0 9.00 0.40 53.60 lebar dasar sungai pada bendung = 93.50 Gambar 5.3 Potongan Melintang Sungai KG. jalan raya Kantong lumpur pasangan batu kali Dasar sungai Pasangan batu kali +19.00 EL. Tanah Asli Jarak 39.14 39.00 4.00 7.60 38.85 36.97 36.97 33.71 33.71 5.00 4.70 1.00 3.00 35.0.80 36.69.00 9.88 5.10 9.8 9.88 30.40.60 40.00 30.0 33.9 0.80 38.07 36.71 8.90 3.60 lebar dasar sungai pada hilir bendung = 93.00 Gambar 5.4 Potongan Melintang Sungai KG. 3 Dari gambar diatas dapat ditentukan data-data pada bendung sebagai berikut : Elevasi dasar sungai di bagian bendung = + 3,67m Lebar Dasar Sungai di bagian bendung = 93,50 m Elevasi dasar sungai di hulu bendung = + 3,53m Lebar Dasar Sungai di hulu bendung Elevasi dasar sungai di hilir bendung Lebar Dasar Sungai di hilir bendung = 110.00 m = + 9.8 m = 93.00 m ANALISIS HIDROLIS 113

Data-data selain di atas yang digunakan dalam perencanaan struktur bendung Kaligending adalah sebagai berikut : Panjang Sungai (KG. 1 sampai KG. ) = 4,50 m Beda Tinggi (+3,67 +3,53) = 0,14 m (dari Pot. KG. 1 sampai KG. ) Kemiringan sungai ( 0,14/4,50) = 0,0033 Debit Banjir Rencana 50 th ( Q50 ) = 1.041 m 3 /det 5.. Lebar Efektif Bendung 87.60 1.50 1.75 1.00 1.75 45 0 Pilar B=93,60 Gambar 5.5 Lebar Bendung Untuk menghitung lebar efektif bendung digunakan rumus sebagai berikut : Rumus : B e = B (n.kp + Ka)H 1... (.17) di mana : B e B = Lebar efektif bendung (m) = Lebar mercu (m). Untuk lebar bendung tetap dipertahankan seperti keadaan sekarang (existing) yaitu sebesar : (87,60+1,50+x1,75+1,00)= 93,6 m Kp = Koefisien kontraksi pilar (untuk pilar bulat) = 0.01 Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung (tembok hulu tidak lebih dari 45 0 kearah aliran) = 0 n = Jumlah pilar = buah H 1 = Tinggi energi (m) ANALISIS HIDROLIS 114

Jadi lebar efektif bendung adalah : B e = 93,6 (*0.01 + 0)*H 1 m. B e = 93,6-0.04*H 1 5..3 Tinggi Air Banjir di Hilir Bendung Diketahui : - Debit banjir rencana (Q 50 ) = 1.041 m 3 /det - Kemiringan sungai = 0.0033 Rumus : Q = K*R /3 *I 1/ *A... (.18) A = (b + m h)*h P = b + *h* A R = P 1+ m K = koefisien strickler = 60 Perhitungan h diperoleh secara coba-coba : Tabel 5.1 Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung H B A P R V Q (m) (m) (m ) (m) (m) I K (m/det) (m 3 /det) 1.000 93 93.6917 103.05539 0.905039 0.0033 60 3.49158 300.785 1.500 93 140.1056 103.6414 1.350558 0.0033 60 4.144638 590.47.000 93 187.0767 104.1954 1.795048 0.0033 60 5.090984 95.394.10 93 197.4483 104.37013 1.8918085 0.0033 60 5.7357 1,041.01 Jadi tinggi air banjir rencana di hilir bendung adalah h =,10 m dengan debit banjir sebesar Q = 1041,01 m 3 /det Q 50 = 1041 m 3 /det Elevasi muka air di hilir bendung adalah = elevasi dasar hilir + h = +9,88 +,1 = +3,00 m. 5..4 Tinggi Air Banjir di Atas Mercu Lantai Bendung Kaligending yang ada sekarang akan dimanfaatkan sebagai mercu bendung ambang lebar dengan elevasi EL. +33.75. Dengan demikian maka rumus pengaliran melalui mercu bendung yang digunakan adalah sebagai berikut (KP-04, 1986): ANALISIS HIDROLIS 115

3 / Q = Cd. Cv... g. bc. h1... (.19) 3 3 di mana : Q = Debit (m 3 /det) = 1041 m 3 /det. C d = Koefisien debit C d adalah 0,93 + 0,10H 1 /L untuk 0,1<H 1 /L<1,0 H 1 adalah tinggi energi hulu, m L adalah panjang mercu = 44 m g = Percepatan gravitasi (m/det ) bc = Lebar mercu bendung (m) h 1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m) Cd dan Cv diasumsikan sebesar 1 maka 1041 = 1*/3* *9,81 *(93,6-3 610,59 = (93,6 0,04*H 1 )(H 1-1,41) 3/ 0,04 * H dengan cara coba-coba diperoleh H 1 = 4,90 m B e = 93,6-0,04*4.90 = 93,4 m H1/L = 4,90/44 = 0,11 Cd = 0,93+0,10*0,11 = 0,941 Cv = 1,08 1041 h 1 = /3*0,941*1,08*93,4* /3*9,81 H V g 3 / 1 ) * ( 1 / ) = 3,459 m V 5,6 H1 = h1 + = 3,459 + = 4, 869m 4,90 m g *9,81 3 ANALISIS HIDROLIS 116

V /g +33,46 H 1 =4,90 h 1 =.3,459 +33.75 Mercu bendung +3.75 L=44,00 1,00 Gambar 5.6 Tinggi Air diatas Mercu 5..5 Kolam Olak 5..5.1 Menentukan Type Kolam Olak Dalam perhitungan kolam olak ini direncanakan pada saat banjir dengan Q 50. Untuk mengecek apakah diperlukan kolam olak atau tidak maka perlu dicari nilai Fr (Froude). V1 Rumus : Fr = g *Y1 Di mana : Fr = Bilangan Froude g = Percepatan gravitasi ( 9.81 m/det ) Z = Tinggi jatuh Z = Tinggi muka air banjir di hulu tinggi muka air banjir di hilir Z = 33,75 3,75 = 1,00 m V 1 = Kecepatan awal loncatan = g ( 0.5H1 + Z ) V 1 = *9.81* ( 0.5* 4,9 + 1,00) = 8,3 m/det Y 1 = Kedalaman air di awal loncatan = q. = Debit persatuan lebar ( q = Q 50 /B e ) q = Y 1 = 11,15 8,3 = 1,35 m q V 1 = Q 50 1 B e ( V * ) 1041 = 11,15 m 3 /dt 93,4 ANALISIS HIDROLIS 117

Fr 1 = 8,3 9.81*1,35 =,6 Y = Kedalaman air diatas ambang ujung = Y = 1,35 ( 1 8*,6 1) Y1 1+ 8Fr 1 + = 3,69 m Bila 1,7 < Fr,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik (KP-04, 1986). 1 5..5. Pendimensian Kolam Olak Perhitungan dimensi kolam olak dengan ambang ujung adalah sebagai berikut : h c = kedalaman kritis = 3 q g 11,15 h c = 3 9,81 =,33 m. Z 1,00 =, 33 h c = 0,49 h a = 0.8*h c c a = 0.8*1,6* Z Lj = 5(n+y ) dimana; Lj = Panjang kolam olak, m n = Tinggi ambang ujung, m 1,6 1.00 = 0,397 m 0.5 m. y = Kedalaman air di atas ambang, m Lj = 5 * (0.5+3,69) = 0,95 m Dengan demikian maka panjang kolam olak yang ada (existing) sepanjang 1,85 meter tidak perlu diperpanjang. ANALISIS HIDROLIS 118

5..6 Tinjauan Terhadap Gerusan Panjang Lindungan Rumus : 1/ 3 Q R = 0,47...(.0) f f = 1,76Dm 1/ di mana : R = Kedalaman gerusan, bila R > H maka terjadi gerusan (m) Dm = Diameter rata-rata material dasar sungai = 10 mm Q = Debit yang melimpah diatas mercu (m 3 /det) f = Faktor lumpur Lacey f = 1.76*Dm 0.5 = 1.76*(10) 0.5 = 5,57 1 / 3 1041 R = 0,47 =,69 m 5,57 Untuk keamanan dari turbulensi dan aliran tidak stabil R=1.5 *,69 =4,035 m Panjang lindungan dari pasangan batu kosong diambil = 4*R = 4*4,035 = 16,14 m Kolam olak +3,75 Batu lindung +9,61 1:10 +30,8 +8,58 16,14 m Gambar 5.7 Pasangan Batu Lindung Kolam Olak Data : Qoutflow = 1041 m 3 /det V rata-rata = Q outflow /A penampang Apenampang = Beff*Hd = 93.4 * 3,459 = 33,07 m Vrata-rata = 1041/33,07 = 3, m/det ANALISIS HIDROLIS 119

Dari grafik untuk perencanaan ukuran pasangan batu kosong didapat D 60 sebesar 40 cm. 0.4 3.. Gambar 5.8 Grafik untuk Perencanaan Ukuran Pasangan Batu Kosong Filter Filter (saringan) berfungsi untuk mencegah hilangnya bahan dasar halus melalui bangunan lindung. Filter harus ditempatkan antara pasangan batu kosong dan tanah bawah (KP-0, 1986). Pasangan batu kosong 3 Saringan Kerikil Konstruksi lindung Kerikil halus 1 Tanah dasar Tanah dasar Gambar 5.9 Filter antara pasangan batu kosong dan tanah dasar ANALISIS HIDROLIS 10

Tebal masing-masing lapisan ditentukan menurut gambar berikut berikut: Pasangan batu kosong 84 cm Saringan Tanah dasar Kerikil Kerikil halus Tanah dasar 15cm 5 cm Gambar 5.10 Rencana Tebal Lapisan Batu Lindung 5.3 Desain Bangunan Pelengkap 5.3.1 Perhitungan Dimensi Pintu Penguras Bendung dengan Under sluice Lubang under sluice Dimensi under sluice ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut (KP-0, 1986) : Tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter terbesar sedimen dasar sungai Tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,00 m, Tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air didepan pengambilan selama debit normal. Ukuran saluran under sluice tersebut adalah sebagai berikut: Tinggi saluran : 1,5 m Lebar saluran : 1,30 m Pintu penguras under sluice buah @ tinggi = 1,45 m, lebar = 1,75 m. Pintu penguras bendung buah @ tinggi = 1,55 m, lebar 1,75 m. ANALISIS HIDROLIS 11

lantai bendung Under sluice Plat ejector Intake 0.30 Beton cyclope 1.5 0.30 0.30 6.00 6.00 0.30 Gambar 5.11 Desain Lubang Under sluice Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m Pintu penguras under sluice B=1.75 m, H=1.45 m 1.55 Under sluice 1.45 Gambar 5.1 Desain Pintu Penguras Under sluice ANALISIS HIDROLIS 1

Kecepatan Aliran dibawah Pintu Penguras Under sluice Kecepatan aliran : Vup = µ * * g( k * z)...(.1) Dimana : Vup = kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt) z = perbedaan elevasi permukaan air di hulu dan di hilir under sluice (m) k = koefisien pengaliran di under sluice karena sempurna dan tidak sempurnanya pengaliran pada bendung (keadaan sempurna k = 1) g = kecepatan gravitasi (m/dt ) µ = koefisien kontraksi (0,80) kecepatan aliran didalam under sluice dibawah pintu penguras pada keadaan : Elevasi di hulu bendung setinggi mercu Pengaliran dalam keadaan sempurna dan air dihilir bendung setinggi bagian bawah plat under sluice. Vup = 0,80* *9,81*(1* (33,75 3,1) = 4,54 m/dt Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m Pintu penguras under sluice B=1.75 m, H=1.45 m +33.75 plat under sluice Vup = 4,54 m/dt +3.1 Gambar 5.13 Kecepatan Air dibawah Pintu Under sluice ANALISIS HIDROLIS 13

Kecepatan Aliran pada Sistem Under Sluice Pada keadaan permukaan air di hulu sungai setinggi elevasi mercu bendung(el> +33,75), sedangkan elevasi permukaan air di hilir setinggi EL +3,1 (rata dengan plat under sluice bagian bawah) dan pintu penguras bendung dibuka penuh maka besarnya debit melalui lubang under sluice: Qup = A * V up...(.) dimana: Q up = Debit air pada lubang under sluice (m 3 /dt) A = Luas penampang under sluice di bawah pintu penguras (m ) = *(1,5*1,75) m V up = Kecepatan aliran di under sluice dibawah pintu (m/dt) = 4,54 m/dt Qup = *1,5*1,75*4,54 = 19,793 m 3 /dt Dari hasil perhitungan tersebut maka kecepatan pada mulut under sluice adalah: Vus = Q up...(.3) A us Dimana: Vus = Kecepatan pada mulut under sluice (m/dt) Qup = Debit air pada lubang under sluice (m 3 /dt) = 19,793 m 3 /dt Aus = Luas penampang mulut under sluice (m ) = *(6*1.5) m 19,793 Vus = = 1,3 m/dt *(6 *1,5) Kecepatan tersebut cukup besar untuk menguras sedimen yang masuk ke saluran under sluice. ANALISIS HIDROLIS 14

Pintu penguras under sluice B=1.75 m, H=1.45 m Pintu penguras bendung B=1.75 m, H=1.55 m MA +33.75 0.30 +3.1 +3.6 1.5 Vus=1.3m/dt Vup=4.54m/dt 1.50 0.40 5.00 3.75.00 43,50 Gambar 5.14 Kecepatan di Mulut Under Sluice 5.3. Perhitungan Hidrolis Pintu Pengambilan Bendung Didalam perhitungan debit yang melalui pintu pengambilan bendung konvensional ditetapkan hal-hal sebagai berikut: Elevasi mercu bendung : +33,75 Debit untuk irigasi (Qn) :.948 Ha * 1,49 l/dt/ha = 439.5 l/dt = 4,395 m 3 /dt 4,4m 3 /dt Debit untuk pengurasan kantong lumpur (Qp) : Untuk keperluan-keperluan perencanaan, debit pembilasan diambil 0% lebih besar dari debit normal pengambilan (KP-0, 1986). Qp = 1,0 * 4,40 = 5,8 m 3 /dt Lebar pintu pengambilan ditentukan (b i ) 3 buah @ : 1,90 m (lebar pintu existing) ANALISIS HIDROLIS 15

Koefisien kontraksi di pintu pengambilan (µ) = 0,80 Beda elevasi permukaan air di hulu dan di hilir pintu pengambilan bendung (z) = 0,10 m Gravitasi (g) : 9,81 m/dt Besarnya debit Qp = µ*b*h i * * g * z... (.5) dimana hi adalah tinggi bukaan pintu pengambilan maksimum. Qp h i = µ * b * * g * z h i = 0,80 *3*1,90 * 5,8 *9,81* 0,10 = 0,87 m Pintu Pengambilan Lantai bendung Intake 0.30 1.5 +33.75 +3.48 +33.65 hi =0.83 0.9 +3.75 Lubang under sluice 0.30 0.30 6.00 0.30 6.00 Gambar 5.15 Tinggi Bukaan Pintu Pengambilan ANALISIS HIDROLIS 16

5.3.3 Kantong Lumpur Variabel-variabel yang digunakan untuk perhitungan kantong lumpur tersebut adalah sebagai berikut: Diameter butiran sedimen (D) = 0,07 mm Berat jenis sedimen (Gs) =,70 ton/m 3 Berat jenis air (Gw) = 1,00 ton/m 3 Temperatur air (T) = 0 0 Kemiringan talud (m) = Debit untuk irigasi (Qn) = 4,40 m 3 /dt Debit untuk pengurasan (Qp) = 5,8 m 3 /det Gravitasi (g) = 9,81 m/dt 5.3.3.1 Pendimensian Kantong Lumpur a. Ukuran partikel Diasumsikan partikel yanng ukurannya kurang dari 70 µm atau 0.07mm terangkut sebagai sedimen layang melalui jaringan irigasi. b. Luas Permukaan Rata-Rata Di Indonesia dipakai suhu air 0 o C. Dengan diameter 70 µm atau 0.07 mm. kecepatan endap w menjadi 0.004 m/det. Qn LB = = w 4,40 0.004 = 1100 m untuk mencegah aliran tidak meander di dalam kantong, maka L/B > 8. Karena L/B > 8, maka dapat dihitung : L > 8B 8B*B <1100 m. Jadi B<11,7 m dan L > 93,6 m c. Penentuan In ( eksploitasi normal, kantong sedimen hampir penuh ) Data data : Asumsi Vn = 0.7 m/det untuk mencegah vegetasi tumbuh dan partikel-partikel besar tidak langsung mengendap di hilir pengambilan (KP-0, 1986). ANALISIS HIDROLIS 17

Ks = 45 Luas Penampang Basah ( An ) Qn 4,40 Qn = An*Vn An = = = 6,9 m Vn 0.7 Dari nilai B < 11,7 m, B = 7 m, kedalaman air hn menjadi : An 6.9 hn = = = 0, 9m B 7 1,00,00,00 1,00 0,90 sedimen Gambar 5.16 Potongan Melintang Kantong Lumpur Pada Keadaan Penuh Keliling basah Pn menjadi : 7,00 Pn = 7 + *0.9 1+ = 11,0 m Rn = An/Pn = 6,9/11,0 = 0,571 m Maka Kemiringan Saluran ( In ) didapat : Vn = ks * Rn /3 In 1/... (.6) In = Vn / 3 Rn * Ks... (.9) 0,70 In = = 0. 00051 / 3 (0,571) * 45 d. Penentuan Is ( pembilas, Kantong lumpur kosong ) Data : Qp = 5,8 m 3 /det (Vs) = 1.8 m/det Ks (untuk pembilas) = 40 ANALISIS HIDROLIS 18

Luas (As ) As = Qs Vs = 5,8 =.93m 1.8 Lebar dasar = lebar kantong lumpur(b) = 7 m, maka As = B* hs,93 = 7* hs hs = 0,419 m 1,00 1,00,00,00 0,419 0,90 7,00 Gambar 5.17 Potongan Melintang Kantong Lumpur Keadaan Kosong Rs = As Ps,93 = = 0,374m 7 + *0,419 Vs Is = / 3 ( ) * Rs Ks 1.8 = = 0.0075 / 3 0,374 * 40 Agar pembilasan dilakukan dengan baik maka kecepatan aliran harus dijaga agar tetap subkritis dimana aliran sub-kritis mempunyai Fr < 1 V 1.8 Fr = = = 0. 89 < 1 gh 9,8* 0.419 e. Panjang kantong Diketahui : hn = 0.9 m Vn = 0.7 m/det W = 0.004 m/det Rumus : hn L =...(.30) w Vn 0.9 L 0,9*0,7 = L = = 157,5m 0.004 0,7 0.004 ANALISIS HIDROLIS 19

diambil L = 160 m > 93.6 m Dari hasil perhitungan diatas diperoleh dimensi kantong lumpur sebagai berikut: Lebar dasar kantong lumpur (B) = 7,00 m Kemiringan talud kantong lumpur (m) = Kapasitas pintu pengambilan debit untuk irigasi (Qn) = 4,40 m/dt Kapasitas pintu pengambilan debit untuk pengurasan (Qp) = 5,8 m/dt Kemiringan permukaan air di kantong lumpur pada Qn (In) = 0,00051 Kemiringan dasar kantong lumpur (Is) = 0,0075 Kecepatan aliran pada saat pengurasan (Vs) = 1,8 m/dt Kecepatan pada saat normal p ada yaitu (Vn) = 0,7 m/dt Panjang saluran ada awal kantong lumpur 160 m I I Gambar 5.18 Potongan Memanjang Kantong Lumpur Muka air normal pengambilan 1,00 1,00 Sedimen,00,00 variasi 0.90 7,00 Gambar 5.19 Potongan I-I ANALISIS HIDROLIS 130

5.3.3.. Pengecekan Efisiensi Kantong Lumpur a) Volume Kantong Lumpur - Luas kantong lumpur = (0,4+1,65)*0.5*178= 18,45 m - volume kantong lumpur = 18,45*7,00 = 177,15 m 3 b) Frekuensi Pengurasan Kantong Lumpur - Diasumsikan bahwa : Rata-rata konsentrasi sedimen sebesar 0.5 0 00 dari volume air Bahan sedimen di sungai terdiri dari 80% berupa pasir dan gravel dan 0% berupa silt dan clay. V = 0.0005*Qp*T dimana; V = Volume kantong lumpur, m 3 Qp = Debit pengambilan, m 3 /dt T = Waktu pengurasan 177,15 = 0.0005*4.40*T T = 5805.73 = 6,7 hari 6 hari dengan demikian maka kantong lumpur harus dikuras setiap 6 hari sekali. c) Perhitungan diameter partikel yang Dapat dikuras Oleh Kantong Lumpur - Besarnya gaya erosive pada saat pengurasan kantong lumpur : τ = ρ*g*h c *I c dimana : τ = Besarnya tractive force pada saat pengurasan (N/m ) ρ = Berat jenis air (kg) g = Gravitasi (9,81 m/dt ) hc = Tinggi air di kantong lumpur pada kondisi pengaliran kritis untuk pengurasan bahan sedimen di kantong lumpur (m) Ic = Kemiringan dasar kantong lumpur Sehingga : ANALISIS HIDROLIS 131

τ = 1000*9,81*0,419*0,0075 = 30.8 N/m - Dari grafik Shields, diketahui bahwa partikel yang masuk kekantong lumpur dengan diameter sama atau lebih kecil dari 0 mm akan dapat terkuras. 30.08 30.8 Gambar 5.0 Grafik Shields d) Efisiensi Pengurasan Kantong Lumpur - Perhitungan kecepatan aliran air di kantong lumpur pada saat kantong lumpur kosong endapan Kecepatan pengaliran di kantong lumpur dalam keadaan tidak berisi bahan endapan (kosong endapan) adalah sebagai berikut: ANALISIS HIDROLIS 13

Dengan panjang kantong lumpur (L) = 160 m dan kedalaman air rencana (hn) 0.9, serta kecepatan aliran (Vr) 0,7 m/dt, maka kecepatan mengendap rencana (W 0 ) sebagai berikut : hn W 0 = L V r W 0 h = 0 * V L r = 0,9*0,7 160 = 0,00371 m/dt berdasarkan diagram hubungan antara diameter ayak dan kecepatan endap untuk air tenang, diameter yang sesuai adalah sebesar d 0 = 0,066 mm Diameter butiran sedimen rencana = 0,07 mm dengan kecepatan endap (W) = 0,004 m/dt Efisiensi pengendapan butiran sedimen (fraksi) berdiameter 0,07 mm sekarang dapat dihitung sebagai berikut : W = 0,004 m/dt W 0 = 0,00371 m/dt V 0 = 0,7 m/dt W W 0 W V 0 = 0,004 0,00371 = 1,08 0,004 = = 0,0057 0,7 Dari diagram Camp, diperoleh efisiensi sebesar 90%. Jadi butiran dengan diameter 0,07 mm akan diendapkan 90% di kantong lumpur. ANALISIS HIDROLIS 133

90% 1.08 0.0057 Gambar 5.1 Diagram Camp e) Perhitungan Hidrolis pada Pintu Pengurasan Kantong Lumpur Karena pada pintu penguras kantong lumpur digunakan 3 (tiga) buah pintu dengan lebar @ 1,60 meter dan pilar setebal 1,0 m, akan terjadi penyempitan. Oleh karena itu luas penampang basah pada pintu penguras kantong lumpur harus ditambah dengan cara menurunkan dasar kantong lumpur tersebut, sebagai berikut: ANALISIS HIDROLIS 134

Pintu penguras kantong lumpur B= 1.60 m, H= 0.85 m + 37.01 +37.01 0.17 Pilar tebal 1.00 m +34.1 Muka air pembilasan + 31,44 Ip= 0.0075 + 31,0 1:10 Ip= 0.0075 + 30.8.00 8.50 3.00 Gambar 5. Penguras Kantong Lumpur Luas penampang basah kantong lumpur pada saat pengurasan : b*hs = n*bf*hf dimana: b = Lebar dasar kantong lumpur (m) hs = Tinggi air kritis di kantong lumpur (m) hf = Tinggi air di pintu penguras kantong lumpur (m) bf = Lebar pintu penguras kantong lumpur (m) n = Jumlah pintu penguras kantong lumpur sehingga : 7,00*0,419 = 3*1,60*hf hf = 0,61 m dengan demikian maka dasar kantong lumpur di tempat pintu pengurasan diturunkan = 0.61 0,419 = 0,191 m 0, m ANALISIS HIDROLIS 135

f) Perhitungan Hidrolis pada Pintu Penerus Pintu penerus B= 1,60 m, H= 1.75 m + 37.4 0.17 +33,57 +33,57 0.90 + 3.67 1:10 +3.7 4.00 3.00 Gambar 5.3 Pintu penerus Luas penampang basah saluran di hulu pintu penerus harus sama dengan luas penampang basah di pintu penerus. b hs *h hs = n*b ps *h ps Dimana : b hs = Lebar dasar saluran dihulu pintu penerus (7,00m) h hs = Tinggi air di hulu pintu penerus (0,90m) b ps = Lebar pintu penerus (m) n = Jumlah pintu penerus (3 buah) sehingga : ANALISIS HIDROLIS 136

7,00*0,90 h ps = = 1,3m 3*1,60 Jadi dasar kantong lumpur didepan pintu penerus diturunkan sebesar 0,4 m Luas penampang basah di hulu pintu penerus : A hs = b hs *h hs = 7,00*0,9 = 6,30 m Kecepatan aliran di hulu pintu penerus : V hs = Qn Ahs 4,40 = = 6,30 0,698m / dt Gambar 5.4 Denah Pintu Pembilas Kantong Lumpur dan Pintu Penerus ANALISIS HIDROLIS 137

Gambar 5.5 Potongan IV-IV 5.3.4. Perhitungan Hidrolis Gorong-gorong Perhitungan Hidrolis Saluran Induk Kaligending Q K = 4,4 m 3 /dt = 40; b = 5,75 m m = 1 A = (b + m*h)*h = (5,75 + 1*h)*h = 5,75h + h Q = A *V; diambil V = 0,8 m/dt 4,4 = (5,75h + h )*0,8 h = 0,831 m P = b + h 1+ m = 5,75 + *0,831 1+ 1 = 8,10 m A = 5,75*0,831 + 0,831 = 5,469 m R = A 5,496 = = 0,675 R /3 = 0,7696 P 8,10 V = K*R /3 *I 1/ 0,8 = 40*0,769* I 1/ I = 0,00068 Dimensi saluran induk Kaligending : Q = 4,40 m 3 /dt ANALISIS HIDROLIS 138

B = 5,75 m h = 0,831 m V = 0,8 m/dt I = 0,00068 m = 1 K = 40 W = 0,60 m W = 0,60 m 1 : m h = 0,831 m b= 5,75 m Gambar 5.6 Penampang Saluran Induk Kaligending Perhitungan Hidrolis Gorong-gorong +3,45 Saluran Penerus V +3,61,50 V Bendung 5,75 Saluran Induk 5,00 Kaligending Gorong-gorong 5, 00 13,30 Gambar 5.7 Denah Gorong-gorong +33,55 Saluran Penerus Bendung 1,10 +3,45 +3,64 +33,54 0,90 +33,50 +3,57 Saluran Induk Kaligending 5, 00 13,30 Gambar 5.8 Potongan V-V ANALISIS HIDROLIS 139

Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan rumus : V * L H f = 4 / 3...(.31) K * R Dimana; H f = Kehilangan energi akibat gesekan dinding dan dasar saluran V = Kecepatan aliran (m/dt) L = Panjang gorong-gorong (13,30 m) K = Koefisien kekasaran strickler (K=70) R = Jari-jari hidrolis (m) Luas penampang basah gorong-gorong (A) =,50*0,90 =,75 m Keliling basah gorong-gorong (O) =,50 + *0,90 = 4,3 m Jari-jari hidrolis (R) = A/O =,75/4,3 = 0,57 m Kecepatan aliran didalam gorong-gorong (V) = Q/A = 4,4/,75 = 1,93 m/dt Kemiringan gorong-gorong yang ada I = 0,07/13,30 = 0,0053 Kehilangan energi : V * L H f = 4 / 3 K * R 1,93 *13,30 49,541 = = = 0,04 m 4 / 3 70 * 0,57 085,865 Kehilangan energi pada bagian pemasukan gorong-gorong : V sal = 4,4 5*1,10 = 0,8 m/dt ( V3s Vsal ) H ms = ξ ms *...(.3) * g = (1,93 0,8) 0,* *9,81 = 0,013 m (1,93 0,8) H kl = 0,4* *9,81 = 0,06 m Jadi kehilangan energi pada bangunan gorong-gorong adalah: h = H f + H ms + H kl = 0,04 + 0,013 + 0,06 ANALISIS HIDROLIS 140