BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI"

Transkripsi

1 BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran Tarum Barat ke Jakarta yang dialirkan secara gravitasi sepanjang 37 km dengan kapasitas debit (Q) sebesar 31 m 3 /detik dan beda ketinggian (H) sebesar 8.09 m, yang meliputi perencanaan diameter pipa, tebal pipa, kecepatan aliran dalam pipa, debit yang mengalir didalam pipa, kehilangan tinggi tekan pada pipa, bak penampung air dan pompa air dan jembatan penumpu pipa Perencanaan Dimensi Pipa Perencanaan dimensi pipa ini meliputi perencanaan diameter pipa, tebal pipa, kecepatan aliran pipa, dan debit aliran pipa Perencanaan Diameter Pipa Formula yang digunakan untuk menghitung diameter pipa adalah sebagai berikut : 1/ 4 Q 3.55 D = gh dimana: D : Diameter pipa Q : Debit H : Beda ketinggian g : percepatan gravitasi Dengan Q = 31 m 3 /s, H = 8.09 m dan g = 9.8 m/s maka diperoleh diameter pipa, D = 5.57 m. Diameter yang diperoleh sangat besar, untuk itu perhitungan diulang dengan menggunakan debit-debit yang lebih kecil untuk dialirkan ke pipa. Berikut ini hasil perhitungan diameter pipa dengan berbagai debit. Tabel 4.1 Dimensi Pipa Q (m 3 /s) D (m) Jumlah Pipa Dengan alasan teknis karena dapat mempermudah dalam pelaksanaan konstruksi dan ketersediaan pipa di pasaran maka dipilih pipa dengan diameter, D = 1.8 m sebanyak 1 buah pipa. IV-1

2 Perencanaan Tebal Pipa Tebal minimum pipa dihitung dengan menggunakan Cylinder Formula sebagai berikut : D t = 400 dimana : t : Tebal Pipa (mm) D : Diameter pipa (mm) Dengan menggunakan diameter pipa yang diperoleh pada perhitungan diameter pipa diatas yaitu D = 1.8 m = 1800 mm, maka diperoleh tebal pipa, t = 7 mm Perencanaan Kecepatan Aliran Dalam Pipa Kecepatan aliran dalam pipa dihitung dengan menggunakan formula berikut : Q v = A dimana: v : Kecepatan aliran dalam pipa Q : Debit yang mengalir dalam pipa 1 A : Luas penampang pipa π D 4 Sehingga dengan Q =.6 m 3 /s, D = 1.8 m diperoleh kecepatan aliran dalam pipa sebesar, v = 1.03 m/s Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Air Pada Pipa Kehilangan tinggi tekan air pada pipa dihitung dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach sebagai berikut : L v h f = f D g dimana: h f : kehilangan tinggi tekan akibat gesekan f : faktor gesek L : panjang pipa D : diameter pipa IV-

3 v g : kecepatan aliran : gravitasi Kehilangan tinggi tekan air pada pipa dengan f = (pipa baja baru) dari diagram moody, L = 37 km, D = 1.8 m, v = 1.03 m/s adalah hf = 11,19 m. Karena beda ketinggian antara Cibeet dan Jakarta, H = 8.09 m maka untuk dapat mengalir ke Jakarta air di Cibeet harus dinaikan setinggi 3.1 m Perencanaan Bak Penampungan Air Sebelum dialirkan melalui pipa ke Jakarta, air di Cibeet harus dinaikkan setinggi 3.1 m dengan menggunakan pompa banjir dengan kapasitas 4-5 m 3 /s sebanyak 6 buah dan ditampung dalam suatu bak penampungan air. Bak penampungan air ini didesain dengan kapasitas tampungan m 3 dan diletakkan di sisi kiri dan kanan Saluran Tarum Barat dengan 6 buah pipa pada masing-masing bak tampungan air. Bak direncanakan dengan ukuran 15 m x 5 m x.5 m (ukuran basah) yang terbuat dari beton dengan tebal dinding 15 cm dan menumpu pada struktur rangka baja. Tinggi air di dalam bak direncanakan tetap.5 m dari dasar bak, hal ini untuk menjaga tinggi tekan air sebesar m. Berikut potongan melintang bak penampungan air di Cibeet: Gambar 4.1 Potongan melintang bak tampungan air (pada satu sisi). IV-3

4 Gambar 4. Tampak samping bak penampung dengan pompa Perencanaan Struktur Portal Baja Bak Air Pembebanan Struktur rangka baja didesain untuk menumpu beban bak penampungan air. Struktur baja ini dianalisis dengan menggunakan Program SAP. Program SAP digunakan karena program ini mampu untuk menghitung gaya-gaya dalam yang timbul akibat beban luar dan dengan program ini dapat ditentukan juga dimensi dan jenis material strukturnya. Beban-beban yang diperhitungkan adalah sebagai berikut: a. Beban Air di dalam Bak (q a ) : ρ air = 1000 kg/m 3 q a = 1000 x.5 x 0.55 = ton/m b. Beban Bak : ρ beton = 400 kg/m 3 (Beton fc 35) q b = 400 x 0.15 x 3 = 0.7 ton/m c. Beban Pipa dan Air tiap 10 m: Pipa direncanakan menumpu pada perletakkan setiap 10 m, setiap perletakkan akan menerima setengah beban dari berat pipa dan berat air didalam pipa. Berikut besarnya beban pipa dan air didalam pipa yang dipikul oleh perletakkan pipa : o Pipa baja: ρ baja = 7850 kg/m 3 Luas Penampang dalam pipa (A 1 ): 1 1 A = π = = D x3.14x m IV-4

5 Luas penampang luar pipa (A ): 1 1 A = π = = 4 4 Berat pipa: W D x3.14x m Perencanaan Sistem Suplai Air Baku ( A A ) x x10 = (.56.54) x7850x10 3. ton pipa = 1 ρ baja = 9 o Berat air dalam pipa: ρ air = 1000 kg/m 3 Luas penampang air dalam pipa: 1 4 Berat air : A = π D = x x =.54m Wair = Axρ air x10 =.54x1000 x10 = 63. 5ton o Berat total: W = W + W tot pipa air = ton o Berat pipa dan air pada perletakkan: 1 W = Wtot = 33. 7ton Permodelan pembebanan pada struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.3 Permodelan pembebanan bak tampungan dengan program SAP. Permodelan Struktur Portal Baja Bak Air Struktur portal baja ini modelkan dengan menggunakan Program SAP. Model struktur portal baja pada Program SAP seperti pada gambar berikut ini: IV-5

6 Gambar 4.4 Permodelan struktur baja bak tampungan dengan program SAP. Setelah dianalisis dengan menggunakan Program SAP maka didapatkan profil baja yang digunakan pada struktur portal baja bak air adalah Baja BJ41 profil IWF Berikut ini gambar profil IWF : Gambar 4.5 Profil baja IWF Perencanaan Struktur Pondasi Bak Penampungan Air Pada perencanaan struktur pondasi ini digunakan program A-pile yaitu program yang digunakan untuk menghitung kapasitas pondasi terhadap gaya aksial dengan jenis tanah yang seragam. Jenis tanah diasumsikan seragam yaitu tanah lempung dengan γsat = 16 KN/m 3, Cc=0.16 dan gaya yang bekerja pada pondasi hanya gaya aksial. Berikut dimensi pondasi untuk masing-masing joint A, B, C dan D. Pondasi di Joint A Pondasi pada joint A merupakan pondasi dangkal lingkaran yang terbuat dari beton fc 35 dengan diameter 3m dan kedalaman 1m. IV-6

7 Gambar 4.6 Pondasi dangkal joint A pada bak tampungan. Pondasi di Joint B Pondasi pada joint B merupakan pondasi tiang group dengan diameter 0.3m, kedalaman tiang 5m dan mempunyai pilecap dengan ukuran 3x3m. Gambar 4.7 Pondasi tiang joint B pada bak tampungan. Pondasi di Joint C Pondasi pada joint C merupakan pondasi tiang group dengan diameter 0.4m, kedalaman tiang 5m dan mempunyai pilecap dengan ukuran 3x3m. IV-7

8 Gambar 4.8 Pondasi tiang joint C pada bak tampungan. Pondasi di Joint D Pondasi pada joint B merupakan pondasi tiang group dengan diameter 0.3m, kedalaman tiang 5m dan mempunyai pilecap dengan ukuran xm. Pemilihan pondasi tiang pada semua joint adalah untuk menghindari keruntuhan akibat gerusan pada tebing kanal. Gerusan yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan pendangkalan pada kaki pondasi sehingga dapat mengakibatkan keruntuhan struktur, oleh karena itu pemilihan pondasi tiang sangat cocok pada kondisi ini. IV-8

9 Gambar 4.9 Pondasi tiang joint D pada bak tampungan Perencanaan Struktur Tumpuan Pipa Tumpuan pipa direncanakan setiap 10 m dengan menggunakan struktur portal baja dan dianalisis menggunakan Program SAP. Berikut ini adalah potongan melintang tumpuan pipa disepanjang Saluran Tarum Barat: Gambar 4.9 Potongan melintang pemipaan Pembebanan Beban-beban yang bekerja pada tumpuan pipa adalah sebagai berikut : Pipa baja: ρ baja = 7850 kg/m 3 IV-9

10 Luas Penampang dalam pipa (A 1 ): 1 1 A = π D x x = 4 4 Luas penampang luar pipa (A ): 1 = A = π D x x = 4 4 Berat pipa: W m = ( A A ) x x10 = (.56.54) x7850x10 3. ton = ρ pipa 1 baja = 9 Berat air dalam pipa: ρair = 1000 kg/m 3 Luas penampang air dalam pipa: 1 4 Berat air: 1 4 A = π D = x3.14x1.8 = W = Axρ.54m m x10 =.54x1000 x10 = 63. air air 5 Berat total: W = W + W tot pipa air = ton ton Perencanaan Sistem Suplai Air Baku Berat pipa dan air pada perletakkan: 1 W = Wtot = 33. 7ton Permodelan pembebanan pada struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.10 Permodelan pembebanan pipa dengan program SAP Permodelan Struktur Portal Struktur portal baja ini modelkan dengan menggunakan Program SAP. Model struktur portal baja pada Program SAP seperti pada gambar berikut ini: IV-10

11 Gambar 4.11 Permodelan struktur baja pipa dengan program SAP. Setelah dianalisis dengan menggunakan Program SAP maka didapatkan profil baja yang digunakan pada struktur portal baja bak air adalah Baja BJ41 profil IWF Berikut ini gambar profil IWF : Gambar 4.1 Profil baja IWF Perencanaan Struktur Pondasi Tumpuan Pipa Pada perencanaan struktur pondasi ini digunakan program A-pile yaitu program yang digunakan untuk menghitung kapasitas pondasi terhadap gaya aksial dengan jenis tanah yang seragam. Jenis tanah diasumsikan seragam yaitu tanah lempung dengan γsat = 16 KN/m 3, Cc=0.16 dan gaya yang bekerja pada pondasi hanya gaya aksial sehingga dapat digunakan program A-pile untuk menghitung pondasi. Berikut dimensi pondasi yang didapat untuk masing-masing pondasi di joint A, B, C dan D. Pondasi di Joint A Pondasi pada joint A merupakan pondasi dangkal lingkaran yang terbuat dari beton fc 35 dengan diameter 3m dan kedalaman 1m. IV-11

12 Gambar 4.13 Pondasi dangkal joint A pada pipa. Pondasi di Joint B Pondasi pada joint B merupakan pondasi tiang group dengan diameter 0.3m, kedalaman tiang 5m dan mempunyai pilecap dengan ukuran 3x3m. Gambar 4.14 Pondasi tiang joint B pada pipa. Pondasi di Joint C Pondasi pada joint C merupakan pondasi tiang group dengan diameter 0.4m, kedalaman tiang 5m dan mempunyai pilecap dengan ukuran 3x3m. IV-1

13 Gambar 4.15 Pondasi tiang pada joint C pada pipa. Pondasi di Joint D Pondasi pada joint B merupakan pondasi tiang grup dengan diameter 0.3 m, kedalaman tiang 5 m dan mempunyai pilecap dengan ukuran x m. Pemilihan pondasi tiang pada semua joint adalah untuk menghindari keruntuhan akibat gerusan pada tebing kanal akibat adanya aliran sungai. Gambar 4.16 Pondasi tiang joint D pada pipa. IV-13

14 4. PERENCANAAN SIPON Saluran sipon yang direncanakan adalah pada pertemuan antara Saluran Tarum Barat dengan Sungai Cakarang serta Saluran Tarum Barat dengan Sungai Bekasi. Berikut rincian perencanaan sipon: 4..1 Perencanaan Sipon Pada Pertemuan Saluran Tarum Barat dan Sungai Cikarang. Gambar 4.17 Letak konstruksi Sipon Sungai Cikarang Sumber : ICWRMP, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU. Sipon pada pertemuan Saluran Tarum Barat dengan Sungai Cikarang ini direncanakan terbuat dari beton bertulang dengan pipa rangkap empat dengan dilengkapi pintu sorong pada setiap pipanya. Hal ini digunakan untuk kemudahan kontruksi dan perawatan sipon. Saat Sipon akan dibersihkan dari sedimentasi maka salah satu dari pintu pipa akan ditutup dan dapat dilakukan pembersihan. Sipon direncanakan untuk melewatkan air dengan kapasitas (Q) sebesar 50.3 m 3 /s Luas Basah Pipa Sipon Luas basah (A) sipon dihitung dengan kecepatan minimum (v) 3 m/s agar sedimen dapat terangkut melalui sipon. Luas penampang basah dihitung dengan persamaan berikut: Q A = 3.5 sehingga : IV-14

15 50.3 A = = 14.35m 3.5 Karena digunakan sipon pipa rangkap empat, sehingga dimensinya menjadi: h = b, sehingga: h = h = A 4 h = Untuk kemudahan desain, h diambil m. Perhitungan diulangi dengan prosedur yang sama sehingga diperoleh besaran-besaran seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Dimensi Sipon Cikarang Q (m 3 /s) 50.3 V (m/s) A (m ) 16 B (m) Kehilangan Energi Pada Sipon Kehilangan Energi Akibat Gesekan Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Hf = v L k R 4 / 3 dimana : v (kecepatan aliran) : m/s L (panjang sipon) : 95 m k (koefisien kekasaran Strickler) : 70 R (jari-jari hidraulis) = P A = 8 4 Sehingga Hf = m : 0.5 Kehilangan Energi Pada Bagian Siku Kehilangan tinggi energi pada bagian siku dinyatakan dengan persamaan berikut : IV-15

16 v Hb = Kb g dimana : v : m/s Kb (koefisien kehilangan energi), seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Harga-harga Kb Sudut Siku Nilai Kb Sudut Awal (Segi Empat) Sudut Akhir (Segi Empat) Sehingga Hb = m Kehilangan Energi Pada Bagian Peralihan Kehilangan energi pada bagian peralihan yaitu pada bagian masuk sipon dan bagian keluar sipon dihitung dengan persamaan berikut : H = ξ dan masuk H = ξ keluar dimana : masuk keluar ( v v ) a g 1 ( v v ) g a ξ masuk : koefisien kehilangan pada bagian masuk sipon = 0.1 ξ keluar : koefisien kehilangan pada bagian keluar sipon = 0. v 1 : kecepatan aliran sebelum masuk sipon = 0.61 m/s v : kecepatan aliran setelah keluar sipon =.009 m/s : kecepatan aliran didalam sipon = m/s v a Sehingga diperoleh : H masuk = m dan H keluar = m Kehilangan Energi Pada Kisi-kisi Untuk alasan keamanan dan mencegah sampah masuk ke dalam sipon, maka dimulut pipa sipon dipasang kisi-kisi penyaringan yang terbuat dari baja, kisikisi ini menyebabkan kehilangan energi pada sipon. Kehilangan energi pada kisi-kisi penyaringan dihitung dengan persamaan berikut: IV-16

17 v Hk = c g 4 / 3 s c = β sinδ b dimana : s : jarak antar jeruji = 10 mm β b δ Sehingga : c = : koefisien jeruji = 1.8 (jeruji bulat) : lebar jeruji = 100 mm : kemiringan sudut jeruji terhadap arah datang air = 75 o Hk = m Kehilangan energi total : Htotal = Hf+ Hb+ Hmasuk+ Hkeluar+ Hk Htotal = 0.0 m Hasil perhitungan kehilangan tinggi energi pada sipon dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Kehilangan Energi Pada Sipon Sungai Cikarang Gesekan V (Pipa) L k A P R Hf Bagian Siku v Kb1 Kb V (Pipa) g Hf Bagian Kisi-kisi Penyaring b b s d c g Hf xmasuk V (Saluran) V (Pipa) g Hmasuk Peralihan xkeluar V (Pipa) V (Saluran) g Hkeluar Hf total Saluran Baru Pada Sipon Saluran Pada Hulu Sipon Dimensi saluran pada hulu Sipon Cikarang disamakan dengan dimensi saluran eksisting pada Saluran Tarum Barat. Saluran Pada Hilir Sipon Dimensi saluran pada hilir sipon dapat ditentukan sendir dengan menggunakan perhitungan seperti berikut: v awal pada saluran hilir sipon ditentukan m/s. IV-17

18 v Q = A Q A = v 50.3 A = A = 5.1m maka A diambil 5 m. Q Sehingga: v = A 50.3 v = 5 v =.009m / s Dimensi saluran ditentukan dengan lebar saluran (b) = 10 m dan kedalaman air (h) =.5 m. Tinggi jagaan ditentukan 1 m. Menentukan kemiringan saluran (S) : 1 / 3 1/ v = xr xs n / 3 vxn S = R.009x0.013 S = / S = dimana : A 5 R (jari-jari hidraulis) = = : 1.66 P 15 n (koefisien kekasaran Manning) : untuk saluran gorong-gorong beton Elevasi pada awal saluran setelah sipon : Elevasi pada akhir saluran setelah sipon : Sehingga selisih elevasi pada saluran ( ) : L = S L = L = 15m Jadi panjang saluran baru di hilir sipon adalah 15 m. IV-18

19 Berikut ini adalah gambar disain Sipon Cikarang berdasarkan hasil perhitungan diatas. Gambar 4.18 Tampak atas disain Sipon Sungai Cikarang. Sumber : ICWRMP, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU. Pada saluran baru ini diberi kantong lumpur untuk mengendapkan pasir atau lumpur, sehingga air yang masuk kedalam sipon mememiliki sedikit kandungan endapan. Pada hulu sipon juga diberi saluran pelimpah samping agar jika terjadi banjir, air banjir dapat dilimpahkan ke samping yang kemudian dibuang ke Sungai Cikarang. Gambar 4.19 Penampang melintang saluran hulu Sipon Cikarang. IV-19

20 Gambar 4.0 Penampang melintang saluran hilir Sipon Cikarang. Gambar 4.1 Potongan melintang disain Sipon Sungai Cikarang. Pada mulut setiap sipon diberi kisi-kisi penyaring agar dapat menghindari bendabenda yang dapat menyumbat jalur air dan pintu air pada setiap pipanya agar dapat dapat ditutup pada saat salah satu pipa dibersihkan, sehingga orang dapat masuk dan terhindar dari air. Kisi-kisi penyaring hanya dipasang pada mulut sipon hulu, sedangkan pintu air dipasang pada semua mulut sipon baik di hulu dan di hilir. Gambar 4. Potongan melintang Sungai Cikarang dan tampak samping Sipon Cikarang. IV-0

21 Pada bagian sipon diberi terowongan dari atas permukaan tanah hingga dasar sipon sebagai ruang untuk orang masuk kedalam bagian sipon saat salah satu pipa sipon ditutup. 4.. Perencanaan Sipon Pada Pertemuan Saluran Tarum Barat Dan Sungai Bekasi. Gambar 4.3 Letak konstruksi Sipon Sungai Bekasi. Sumber : ICWRMP, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU. Sipon pada pertemuan Saluran Tarum Barat dengan Sungai Bekasi ini direncanakan terbuat dari beton bertulang dengan pipa rangkap tiga dengan dilengkapi pintu sorong pada setiap pipanya. Hal ini digunakan untuk kemudahan kontruksi dan perawatan sipon. Saat Sipon akan dibersihkan dari sedimentasi maka salah satu dari pintu pipa akan ditutup dan dapat dilakukan pembersihan. Sipon direncanakan untuk melewatkan air dengan kapasitas (Q) sebesar m 3 /s Luas Basah Pipa Sipon Luas basah (A) sipon dihitung dengan kecepatan minimum (v) 3 m/s agar sedimen dapat terangkut melalui sipon. Luas penampang basah dihitung dengan persamaan berikut: Q A = v IV-1

22 sehingga: A = = 1.177m 3 Karena digunakan sipon pipa rangkap tiga, dimensinya menjadi: h = b, sehingga: h = h = A h =.154 dimana :.65 = 3x(3x0.15) Untuk kemudahan desain, h diambil. m. Perhitungan diulangi sehingga diperoleh besaran-besaran seperti pada tabel berikut: Tabel 4.5 Dimensi Sipon Bekasi Q (m 3 /s) V (m/s).65 A (m ) 16 B (m) 4... Kehilangan Energi Pada Sipon Kehilangan Energi Akibat Gesekan Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : v L Hf = 4 / 3 k R dimana : v (kecepatan aliran) : kecepatan aliran =.65 m/s L (panjang sipon) : panjang sipon = m k (koefisien kekasaran Strickler) : koefisien kekasaran Strickler = 70 R (jari-jari hidraulis) = P A = 8 4 Sehingga : Hf = 0.09 m : 0.5 Kehilangan Energi Pada Bagian Siku Kehilangan tinggi energi pada bagian siku dinyatakan dengan persamaan berikut : IV-

23 v Hb = Kb g Perencanaan Sistem Suplai Air Baku dimana : v : kecepatan aliran =.65 m/s Kb : koefisien kehilangan energi, harga Kb dapat dilihat pada tabel Tabel 4.6 Harga-harga Kb Sudut Siku Nilai Kb Sudut Awal (Segi Empat) 0,0593 Sudut Akhir (Segi Empat) 0 0,0560 Sehingga : Hb = m Kehilangan Energi Pada Bagian Peralihan Kehilangan energi pada bagian peralihan yaitu pada bagian masuk sipon dan bagian keluar sipon dihitung dengan persamaan berikut : H = ξ dan masuk H = ξ keluar dimana : masuk keluar ( v v ) a g 1 ( v v ) g a ξ masuk : koefisien kehilangan pada bagian masuk sipon = 0.1 ξ keluar : koefisien kehilangan pada bagian keluar sipon = 0. v 1 : kecepatan aliran sebelum masuk sipon = 0.75 m/s v : kecepatan aliran setelah keluar sipon =.03 m/s v a : kecepatan aliran didalam sipon =.65 m/s Sehingga diperoleh : H masuk = 0.08 m dan H keluar = m Kehilangan Energi Pada Kisi-kisi Untuk alasan keamanan dan mencegah sampah masuk ke dalam sipon, maka dimulut pipa sipon dipasang kisi-kisi penyaringan yang terbuat dari baja, kisikisi ini menyebabkan kehilangan energi pada sipon. Kehilangan energi pada kisi-kisi penyaringan dihitung dengan persamaan berikut: v Hk = c g IV-3

24 4 / 3 s c = β sinδ b dimana : s : 10 mm β b δ : 75 Sehingga : c = : 1.8 (jeruji bulat) : 100 mm Hk = 0.08 m Kehilangan energi total: Htotal = Hf+ Hb+ Hmasuk+ Hkeluar+ Hk Htotal = 0.0 m Hasil perhitungan kehilangan tinggi energi pada sipon dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Kehilangan Energi Pada Sipon Bekasi Gesekan V (Pipa) L k A P R Hf Bagian Siku v Kb1 Kb V (Pipa) g Hf Bagian Kisi-kisi Penyaring b b s d c g Hf xmasuk V (Saluran) V (Pipa) g Hmasuk Peralihan xkeluar V (Pipa) V (Saluran) g Hkeluar Hf total Saluran Baru Pada Sipon Saluran Pada Hulu Sipon Dimensi saluran pada hulu Sipon Bekasi tidak diperlukan, hal ini dikarenakan setelah saluran eksisting adalah sipon sehingga tidak perlu ada saluran yang dibelokan pada hulu sipon. Saluran Pada Hilir Sipon Dimensi saluran pada hilir sipon dapat ditentukan sendir dengan menggunakan perhitungan seperti berikut: IV-4

25 v awal pada saluran hilir sipon ditentukan m/s. v Q = A Q A = v A = A = 18.6m maka A diambil 18 m. Q sehingga v = A v = 18 v =.03m / s Dimensi saluran ditentukan dengan lebar saluran (b) = 6 m dan kedalaman air (h) = 3 m. Tinggi jagaan ditentukan 1 m. Menentukan kemiringan saluran (S) : 1 / 3 1/ v = xr xs n / 3 vxn S = R.03x0.013 S = / S = dimana : A 18 R (jari-jari hidraulis) = = : 1.5 P 1 n (koefisien kekasaran Manning) : untuk saluran gorong-gorong beton Elevasi pada awal saluran setelah sipon : Elevasi pada akhir saluran setelah sipon : Sehingga selisih elevasi pada saluran ( ) : L = S L = L = 0m Jadi panjang saluran baru di hilir sipon adalah 0 m. IV-5

26 Berikut ini adalah gambar disain Sipon Bekasi berdasarkan hasil perhitungan diatas. Gambar 4. 4Tampak atas disain Sipon Sungai Bekasi. Sumber : ICWRMP, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU. Pada Sipon Bekasi diberi infrastruktur pendukung sama dengan Sipon Cikarang. Gambar 4.5 Penampang melintang saluran hilir Sipon Bekasi. IV-6

27 Gambar 4.6 Potongan melintang disain Sipon Sungai Bekasi. Pada mulut setiap sipon diberi kisi-kisi penyaring agar dapat menghindari bendabenda yang dapat menyumbat jalur air dan pintu air pada setiap pipanya agar dapat dapat ditutup pada saat salah satu pipa dibersihkan, sehingga orang dapat masuk dan terhindar dari air. Kisi-kisi penyaring hanya dipasang pada mulut sipon hulu, sedangkan pintu air dipasang pada semua mulut sipon baik di hulu dan di hilir. Gambar 4.7 Potongan melintang Sungai Bekasi dan tampak samping Sipon Bekasi. Pada bagian sipon diberi terowongan dari atas permukaan tanah hingga dasar sipon sebagai ruang untuk orang masuk kedalam bagian sipon saat salah satu pipa sipon ditutup. 4.3 PELEBARAN SALURAN EKSISTING Pada desain saluran sipon kapasitas kebutuhan air yang harus dialirkan melalui Saluran Tarum Barat melebihi kapasitas eksisting Saluran Tarum Barat sehingga perlu dilakukan pelebaran Saluran Tarum Barat agar dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan. IV-7

28 Pelebaran saluran dimulai dari pertemuan Saluran Tarum Barat dengan Sungai Cibeet sampai Jakarta, karena dimulai dari pertemuan tersebut saluran mengalami penyempitan sehingga kapasitas saluran eksisting tidak mencukupi kapasitas yang dibutuhkan. Penyempitan saluran eksisting dikarenakan sudah berkurangnya debit pada hulu pertemuan Saluran Tarum Barat dengan Sungai Cibeet dikarenakan adanya intake disepanjang saluran antara Bendung Curug sampai pertemuan tersebut. Akibat dari penyempitan saluran ini sehingga diperlukan penambahan kapasitas saluran. Penambahan kapasitas saluran dilakukan dengan cara melebarkan saluran eksisting, hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan lereng saluran dengan membuat kemiringan talud sama dengan talud eksisting dan lebih mungkin untuk dilakukan jika dibandingkan dengan memperdalam dasar saluran. Jika saluran eksisiting diperdalam maka pada saat di Jakarta ketinggian muka air saluran akan lebih rendah daripada muka air laut sehingga air tidak dapat mengalir ke laut dan akan terjadi genangan. Berikut ini tabel kapasitas saluran Saluran Tarum Barat serta pelebaran salurannya. Tabel 4.6 Kapasitas Saluran Tarum Barat Dan Lebar Galian Rencana CIKARANG-BEKASI CIBEET-CIKARANG CURUG-CIBEET Lokasi DMI Irigasi Lain-lain Kebutuhan Kebutuhan Kapasitas Panjang Lebar Dasar Ketinggian Tinggi m Kecepatan Luas Basah Luas Basah Lebar Dasar Galian Debit Lokal Debit Total Eksisting Saluran Eksisiting Muka Air Jagaan Eksisting Rencana Rencana Pelebaran m 3 m 3 m 3 m 3 /s m 3 /s m 3 /s m m m m m/s m m m m B. Tb B. Tb B. Tb B. Tb. 3a B. Tb B. Tb B. Tb. 34b B. Tb B. Tb B. Tb B. Tb B. Tb. 46a B. Tb IV-8

DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR

DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM SUPLAI AIR BAKU DKI JAKARTA DARI WADUK JATILUHUR Oleh: Agus Saputra Triadi Bramono 15004071 15003073 Pembimbing: Dr. Ir. M. Syahril Badri Kusuma PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular. BAB I PENDAHULUAN I. Umum Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Di samping sebagai alat transportasi zat makanan untuk pertumbuhan, air memegang peranan

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI

PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI PENGARUH ENDAPAN DI UDIK BENDUNG TERHADAP KAPASITAS ALIRAN DENGAN MODEL 2 DIMENSI Wilman Noviandi NRP : 0021033 Pembimbing Utama: Endang Ariani, Ir.,Dipl.HE Pembimbing Pendamping : Robby Yussac Tallar,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Saluran Irigasi Mataram PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Titis Haryani, Wasis Wardoyo, Abdullah Hidayat SA.

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL l HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK jl1 v v111 x xi xu BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA SEMINAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA OLEH : AHMAD FARUQ FEBRIYANSYAH 3107100523 DOSEN PEMBIMBING : Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR Oleh : Faizal Oky Setyawan 3105100135 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI HASIL PERENCANAAN Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan dan penunjang kebutuhan transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bendung Bendung adalah salah satu bangunan air yang berfungsi meninggikan muka air. Menurut Kriteria Perencanaan Standar Irigasi KP 01, Bendung (weir) dipakai untuk

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Culvert/ gorong-gorong adalah sebuah conduit yang diletakkan di bawah sebuah timbunan, seperti misalnya timbunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 2006: 50-59 STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Peredam energi merupakan suatu bagian dari bangunan air yang berguna

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA Agnes Tristania Sampe Arung NRP : 0821024 Pembimbing : Ir.Endang Ariani, Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Papua

Lebih terperinci

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM 4.1. KRITERIA PERENCANAAN BANGUNAN AIR Dalam mendesain suatu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) diperlukan beberapa bangunan utama. Bangunan utama yang umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan peradaban manusia, sumber daya air terutama sungai mempunyai peran vital bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan ekosistem. Kelestarian sungai,

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV ANALISA HASIL BAB IV ANALISA HASIL 4.1 Bendung Tipe bendung yang disarankan adalah bendung pelimpah pasangan batu dengan diplester halus. Bagian bendung yang harus diperlihatkan adalah mercu bendung, bangunan pembilas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debit didefinisikan sebagai hasil perkalian antara kecepatan dengan luas penampang. Semakin besar kecepatan dan luas penampang maka akan semakin besar pula debit yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG OLEH : HANIF AJI TIRTA PRADANA 3110 106 013 DOSEN PEMBIMBING I Ir. Djoko Irawan, Ms. DOSEN PEMBIMBING II Ir.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 PERHITUNGAN RESERVOIR (ALT.I) Reservoir alternatif ke-i adalah reservoir yang terbuat dari struktur beton bertulang. Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy Saluran Terbuka Persamaan Manning Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis aliran air dalam saluran terbuka. Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran dimana air terbuka

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG 5.1 Uraian Umum 5.1.1 Latar Belakang Pembangunan Bendung Kaligending menjadi bendung permanen untuk melayani areal seluas 948 ha, dengan tinggi mercu m dan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA 6.1 UMUM Bendung direncanakan untuk mengairi areal seluas 1.32700 ha direncanakan dalam 1 (satu) sistem jaringan irigasi dengan pintu pengambilan di bagian kiri bendung.

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN 4.1 Pemilihan Tipe Dinding Penahan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menganalisis dinding penahan tipe gravitasi yang terbuat dari beton yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 Sunaryo 1, Darwizal Daoed 2, Febby Laila Sari 3 ABSTRAK Sungai merupakan saluran alamiah yang berfungsi mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG BAB V STABILITAS BENDUNG 5.1 Kriteria Perencanaan Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di labolatorium hirolika pengairan jurusan teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN ALIRAN PERMANEN FTSP-UG NURYANTO,ST.,MT. 1.1 BATAS KEDALAMAN ALIRAN DI UJUNG HILIR SALURAN Contoh situasi kedalaman aliran kritis

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Opak. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai BAB I Bab I-Pendahuluan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai sumber air baku yaitu air yang dapat berasal dari sumber air

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI James Zulfan 1*, Erman Mawardi 1, dan Yanto Wibowo 1 1 Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI Pribadi Maulana NRP : 0121113 Pembimbing : Maria Christine S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR M.S. Pallu 1, M.P.Hatta 1, D.P.Randanan 2 ABSTRAK Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH : PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR DISAMPAIKAN OLEH : KHAIRUL RAHMAN HARKO PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

1.5. Potensi Sumber Air Tawar Potensi Sumber Air Tawar 1 1.5. Potensi Sumber Air Tawar Air tawar atau setidaknya air yang salinitasnya sesuai untuk irigasi tanaman amat diperlukan untuk budidaya pertanian di musim kemarau. Survei potensi

Lebih terperinci

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI Bab 5 ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI 5.1 UMUM Studi optimasi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ini dimaksudkan untuk mendapatkan skema PLTM yang paling optimal ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI 7.1 TINJAUAN UMUM Hasil dari analisis penentuan sumber air baku pada bab terdahulu didapatkan dari air permukaan yaitu Waduk Panohan. Sistem operasi

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan sumber daya air merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang berbagai sektor pembangunan seperti pertanian, industri, penyediaan sumber energi disamping

Lebih terperinci

Hidrolika Saluran. Kuliah 6

Hidrolika Saluran. Kuliah 6 Hidrolika Saluran Kuliah 6 Analisa Hidrolika Terapan untuk Perencanaan Drainase Perkotaan dan Sistem Polder Seperti yang perlu diketahui, air mengalir dari hulu ke hilir (kecuali ada gaya yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK OLEH : FIRENDRA HARI WIARTA 3111 040 507 DOSEN PEMBIMBING : Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO, MS JURUSAN

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung.

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Progo. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen 1 BED LOAD Transpor Sedimen Transpor Sedimen 2 Persamaan transpor sedimen yang ada di HEC-RAS Ackers and White (total load) Engelund and Hansen Laursen (total load) Meyer-Peter and Müller Beberapa persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III UMUM

BAB III METODOLOGI III UMUM III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir secara lengkap, terlebih dahulu disusun metodologi untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir. Metodologi

Lebih terperinci

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BENDUNG DI SUNGAI INGGE DAERAH IRIGASI BONGGO KABUATEN SARMI PAPUA Stenly Mesak Rumetna NRP : 0721017 Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Daerah Irigasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. BAB II BAB II-Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA.1. Pengertian Bangunan Hidrolis Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai : semua bangunan yang direncakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air

Lebih terperinci