BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori itu dipakai adalah karena teori tersebut relevan dengan variabel yang dipakai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Iklim atau Climate berasal dari bahasa Yunani yaitu incline, kata ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya komitmen yang tinggi tentunya sebuah organisasi atau perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini memuat landasan empiris mengenai variabel-variabel yang

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini tingginya tingkat keinginan keluar (intention to quit) telah menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

Kepada Yth. Bapak / Ibu / Sdr / i SMA Kesatrian 1 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB VI SIMPULAN DAN IMPLIKASI. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: akan semakin tinggi pula komitmen organisasional pegawai.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan

ISSN: (print) Dyan Arintowati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nganjuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

KORELASI ANTARA AFFECTIVE COMMITMENT DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu

KUESIONER. Lama Bekerja :. *) coret yang tidak perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

The Influence of Organizational Climate on Work Productivity Library Staff at CISRAL Padjadjaran University

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB I PENDAHULUAN. perilaku karyawan yang dimaksud adalah keinginan untuk keluar (intention to quit) yang

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang sangat ketat dalam semua bidang usaha. Bidang usaha tersebut

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH DIMENSI IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL Studi pada Kantor Akuntan dan Konsultan Pajak Cornel dan Rekan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tertentu. Karyawan yang memiliki komitmen adalah karyawan yang menunjukkan keterlibatan yang tinggi dalam suatu organisasi (Darmawan, 2013). Mowday, dkk (1982) seperti dikutip oleh Darmawan (2013) mendefinisikan komitmen sebagai kuatnya pengenalan dan keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi tertentu, sedangkan Becker (1960) seperti dikutip oleh Darmawan (2013) menyatakan komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya biaya pelaksanaan kegiatan yang lain. Menurut Allen dan Meyer (1997) seperti dikutip oleh Marlina (2012) komitmen terbagi atas tiga komponen, yaitu: a. Komitmen afektif (affective commitment) Berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi. Komitmen afektif adalah suatu 11

12 proses perilaku dimana melalui hal tersebut seseorang akan berpikir mengenai hubungan anggota organisasi itu sendiri dengan organisasinya dalam hal nilai dan kesatuan tujuan. Pada tingkat ini menunjukkan tingkat dimana tujuan individu dan nilai menyatu dengan organisasi yang diperkirakan secara langsung mempengaruhi keinginan individu untuk tetap tinggal dalam organisasi, sehingga karyawan yang masih bergabung dengan organisasi karena memiliki keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi dapat dikatakan memiliki afektif yang tinggi. b. Komitmen continuance (continuance commitment) Komitmen continuance merupakan komponen yang berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan yang memiliki persepsi seperti itu disebabkan karena karyawan tersebut membutuhkan organisasi. Hal ini juga dapat dilihat sebagai suatu keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi karena pertimbangan biaya ketika mereka keluar. c. Komitmen normatif (normative commitment) Komitmen normatif adalah perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki karyawan. Keinginan karyawan untuk tinggal dalam organisasi

13 berdasarkan pada tugas, loyalitas, dan kewajiban moral. Tipe ini mungkin berasal dari kebudayaan individu atau etik kerja, karena mereka merasa bertanggung jawab untuk tetap tinggal dalam organisasi. Perasaan loyalitas dan tugas mendasari komitmen normatif yang mempengaruhi individu untuk tetap tinggal dalam organisasi karena itu memang kewajiban mereka. Komitmen ini juga menimbulkan perasaan kewajiban kepada karyawan untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi. Allen dan Meyer (1990) seperti dikutip oleh Chairy (2002) membagi faktor penyebab (anteseden) komitmen organisasional berdasarkan tiga komponen organisasi, yaitu: a. Anteseden komitmen afektif terdiri dari: karakteristik pribadi, karakteristik jabatan, pengalaman kerja, serta karakteristik struktural. Karakteristik struktural meliputi besarnya organisasi, kehadiran serikat kerja, luasnya kontrol, dan sentralisasi otoritas. Dari berbagai anteseden tersebut, hanya pengalaman kerja yang merupakan anteseden yang paling berpengaruh, terutama pengalaman atas kebutuhan psikologis untuk merasa nyaman dalam organisasi dan kompeten dalam menjalankan peran kerja. b. Anteseden komitmen continuance terdiri dari besarnya dan/atau jumlah investasi atau taruhan sampingan individu, dan persepsi atas kurangnya alternatif pekerjaan lain. Karyawan yang merasa telah

14 berkorban ataupun mengeluarkan investasi yang besar terhadap organisasi akan merasa rugi jika meninggalkan organisasi karena akan kehilangan apa yang telah diberikan selama ini. Sebaliknya, karyawan yang merasa tidak memiliki pilihan kerja lain yang lebih menarik akan merasa rugi jika meninggalkan organisasi karena belum tentu memperoleh sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah diperolehnya selama ini. c. Anteseden komitmen normatif terdiri dari pengalaman individu sebelum masuk ke dalam organisasi (pengalaman dalam keluarga atau sosialisasi budaya) serta pengalaman sosialisasi selama berada dalam organisasi. Komitmen normatif karyawan dapat tinggi jika sebelum masuk ke dalam organisasi, orang tua karyawan yang juga bekerja dalam organisasi tersebut menekankan pentingnya kesetiaan pada organisasi. Sementara itu, jika organisasi menanamkan kepercayaan pada karyawan bahwa organisasi mengharapkan loyalitas karyawan, maka karyawan juga akan menunjukkan komitmen normatif yang tinggi. Menurut Lincoln (1989) dan Neale, dkk (1990) seperti dikutip oleh Darmawan (2013) komitmen organisasional dapat diukur dengan tiga indikator, yaitu:

15 a. Kemauan karyawan Kemauan karyawan merupakan suatu usaha niat baik karyawan untuk berinisiatif dalam menekuni bidang pekerjaannya. b. Kesetiaan karyawan Kesetiaan karyawan adalah suatu bentuk dari loyalitas karyawan guna menunjukkan jati dirinya dalam upaya turut mengembangkan organisasi dimana karyawan bekerja. c. Kebanggan karyawan Kebanggan karyawan adalah suatu bentuk totalitas kerja atau prestasi secara maksimal dalam upaya menunjukkan bahwa hasil kerjanya sudah mencapai kualitas yang baik atau optimal. 2.2. Iklim Organisasional Tagiuri dan Litwin (1968) seperti dikutip oleh Wirawan (2007) mendefinisikan iklim organisasional sebagai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi. Iklim organisasional merupakan studi persepsi individu mengenai berbagai aspek lingkungan organisasinya (Owen, 1991 seperti dikutip oleh Wirawan, 2007). Menurut Litwin dan Stringer (1968) seperti dikutip oleh Wirawan (2007) iklim organisasional merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subyektif

16 atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuesioner yang tepat. Ada pun beberapa dimensi iklim organisasional menurut Litwin dan Stringer seperti dikutip oleh El-Kassar, dkk (2011), yaitu: a. Struktur (structure) Struktur merujuk pada level formal yang diadopsi oleh satu organisasi dan juga pekerjaan dan tugas yang terdefinisi secara jelas. b. Tanggung jawab (responsibility) Tanggung jawab diukur oleh padatnya tugas yang diberikan ke karyawan. c. Penghargaan (reward) Reward mengacu pada sistem promosi untuk alokasi reward kepada karyawan yang berhak. d. Risiko (risk) Risiko mengindikasikan apakah organisasi meningkatkan risk advocacy terhadap risk averseness. e. Kehangatan dan dukungan (warmth and support) Kehangatan dan dukungan diukur dari kondisi dan situasi organisasi apakah bersifat santai, tegas, atau tegang. f. Konflik (conflict) Dimensi konflik menggambarkan sejauh mana suasana ramah dan sehat yang tercipta dan berlaku di organisasi.

17 g. Expect approval Expect approval berkaitan dengan kepercayaan dirinya untuk mencapai tujuan dan risiko yang diperhitungkan. Stringer (2002) seperti dikutip oleh Wirawan (2007) berpendapat karakteristik atau dimensi iklim organisasional mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu, oleh karena itu iklim organisasional dapat diukur dengan enam dimensi, yaitu: a. Struktur Struktur organisasi merefleksikan perasaan di organisasi secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi. Struktur tinggi apabila anggota organisasi merasa pekerjaannya terdefinisi secara baik, sebaliknya struktur rendah apabila anggota organisasi merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang melakukan tugas dan mempunyai kewenangan mengambil keputusan. b. Standar-standar Standar-standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Standarstandar tinggi artinya anggota organisasi selalu berusaha mencari jalan untuk meningkatkan kinerja, sebaliknya standar-standar rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah untuk kinerja

18 c. Tanggung jawab Tanggung jawab merefleksikan perasaan karyawan menjadi bos diri sendiri dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Tanggung jawab tinggi menunjukkan bahwa anggota organisasi merasa didorong untuk memecahkan masalahnya sendiri, sebaliknya tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan risiko dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan. d. Penghargaan Penghargaan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika dapat menyelesaikan tugas secara baik. Iklim organisasi yang menghargai kinerja akan seimbang antara imbalan dan kritik. Apabila pekerjaan terselesaikan dengan baik namun pemberian imbalan tidak konsisten dapat dikatakan penghargaannya rendah. e. Dukungan Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung di antara anggota kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa merupakan bagian tim yang berfungsi dengan baik dan memperoleh bantuan dari atasannya jika mengalami kesulitan, sebaliknya dukungan rendah jika anggota organisasi merasa terisolasi atau tersisih sendiri.

19 f. Komitmen Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya. Stringers (2002) seperti dikutip oleh Wirawan (2007) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan iklim suatu organisasi, yaitu: a. Lingkungan eksternal dan internal b. Strategi organisasi c. Pengaturan organisasi d. Kekuatan sejarah e. Kepemimpinan 2.3. Pengaruh Dimensi Iklim Organisasional terhadap Komitmen Organisasional Komitmen organisasional secara tidak langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi, karena komitmen organisasional merupakan suatu syarat bagi peningkatan produktivitas dan prestasi kerja organisasi. Komitmen organisasional yang tinggi akan menimbulkan tingkat loyalitas yang tinggi pula terhadap organisasinya sehingga karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi akan bekerja secara total dengan hasil yang maksimal dan hal ini akan mendukung pencapaian tujuan organisasi.

20 Apabila dimensi iklim organisasional menunjukkan nilai-nilai positif dimana struktur, tanggung jawab, penghargaan, risiko, kehangatan, dukungan, standar, konflik, dan identitas tinggi maka komitmen organisasional juga tinggi. Sebaliknya, apabila dimensi iklim organisasional menunjukkan nilainilai negatif, maka akan menurunkan komitmen organisasional (Palindangan, 2011). Bacal (1999) seperti dikutip oleh Nugrahani dan Eddy (2010) berpendapat, keberhasilan suatu organisasi dengan membentuk iklim yang kondusif akan mampu mempengaruhi komitmen karyawan sehingga akan meningkatkan kinerja karyawan. Menurut Sumardiono (2005) seperti dikutip oleh Nugrahani dan Eddy (2010) iklim organisasional berpengaruh terhadap komitmen karyawan. Berdasarkan pendapat beberapa peneliti dapat disimpulkan iklim organisasional berpengaruh terhadap komitmen organisasional, dimana ketika iklim suatu organisasi yang tercipta sangat kondusif akan mempengaruhi komitmen karyawan dan meningkatkan kinerja karyawan. 2.4. Kerangka Penelitian Berdasarkan keterkaitan hubungan antara dimensi iklim organisasional dengan komitmen organisasional seperti penelitian El- Kassar, dkk (2011) penulis menggambarkan kerangka penelitian yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini sebagai berikut:

21 Dimensi Iklim Organisasional Structure Resbonsibility Risk Reward Warmth and Support Conflict Expect Approval Komitmen Afektif Dimensi Iklim Organisasional Structure Resbonsibility Risk Reward Warmth and Support Conflict Expect Approval Komitmen Continuance Dimensi Iklim Organisasional Structure Resbonsibility Risk Reward Warmth and Support Conflict Expect Approval Komitmen Normatif Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Komitmen organisasional terdiri dari komitmen afektif, komitmen continuance, dan komitmen normatif. Komitmen organisasional dapat dipengaruhi oleh dimensi iklim organisasional yang terdiri dari struktur

22 (structure), tanggung jawab (responsibility), penghargaan (reward), risiko (risk), kehangatan dan dukungan (warmth and support), konflik (conflict), dan expect approval. Dalam kerangka tersebut dapat dijelaskan komitmen afektif dipengaruhi oleh dimensi iklim organisasional, yaitu struktur (structure), tanggung jawab (responsibility), penghargaan (reward), risiko (risk), kehangatan dan dukungan (warmth and support), konflik (conflict), dan expect approval. Komitmen continuance dipengaruhi oleh dimensi iklim organisasional, yaitu struktur (structure), tanggung jawab (responsibility), penghargaan (reward), risiko (risk), kehangatan dan dukungan (warmth and support), konflik (conflict), dan expect approval. Komitmen normatif dipengaruhi oleh dimensi iklim organisasional, yaitu struktur (structure), tanggung jawab (responsibility), penghargaan (reward), risiko (risk), kehangatan dan dukungan (warmth and support), konflik (conflict), dan expect approval. El-Kassar, dkk (2011) meneliti hubungan dan pengaruh iklim organisasional terhadap komitmen organisasional (afektif, normatif, continuance). Penelitian tersebut menyatakan komitmen afektif dipengaruhi dan berkorelasi tinggi dengan lima iklim organisasional, yaitu struktur, tanggung jawab, kehangatan dan dukungan, konflik, dan expect approval. Komitmen continuance hanya berkorelasi dengan satu iklim organisasional, yaitu tanggung jawab dan dipengaruhi oleh tiga iklim organisasional yaitu, struktur, penghargaan, serta kehangatan dan dukungan sedangkan komitmen

23 normatif berkorelasi dengan empat iklim organisasional, yaitu risiko, penghargaan, kehangatan dan dukungan, expect approval dan dipengaruhi oleh dimensi penghargaan, kehangatan dan dukungan, dan expect approval. 2.5. Hipotesis Iklim organisasional adalah persepsi anggota organisasi dan pihak eksternal yang secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi (Wirawan, 2007). Komitmen merupakan suatu sikap, karena komitmen terbagi kedalam dua bentuk, yaitu komitmen sikap dan komitmen tingkah laku (Staw dan Salancik, 1977 seperti dikutip oleh Chairy, 2002) artinya iklim organisasional mempengaruhi komitmen organisasional. Iklim organisasional memiliki tujuh dimensi yaitu struktur, tanggung jawab, penghargaan, risiko, kehangatan dan dukungan, konflik, dan expect approval. Dimensi iklim organisasional dimungkinkan akan mempengaruhi komitmen organisasional (afektif, continuance, normatif). Jika dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh El- Kassar, dkk (2011) ditemukan hasil penelitian dimensi iklim organisasional mempengaruhi komitmen organisasional. Komitmen afektif sangat berkorelasi dengan lima komponen iklim organisasional: struktur, tanggung jawab, kehangatan dan dukungan,

24 konflik, dan expect approval. Dalam penelitian Mohmand (2011) menyatakan komitmen afektif merupakan hasil dari iklim organisasional, artinya komitmen afektif dipengaruhi oleh iklim organisasional. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Ada pengaruh dimensi iklim organisasional terhadap komitmen afektif. El-Kassar, dkk (2011) juga menguji pengaruh iklim organisasional terhadap komitmen continuance. Hasil penelitian menyatakan komitmen continuance dipengaruhi oleh tiga iklim organisasional, yaitu struktur, penghargaan, serta kehangatan dan dukungan; dan berkorelasi dengan dimensi tanggung jawab. Dalam studi ini dapat disimpulkan iklim organisasional berpengaruh terhadap komitmen continuance meskipun hanya tiga iklim yang mempengaruhi. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Ada pengaruh dimensi iklim organisasional terhadap komitmen continuance. Penelitian El-Kassar, dkk (2011) menyatakan komitmen normatif secara signifikan dipengaruhi oleh tiga iklim organisasional: penghargaan, kehangatan dan dukungan, dan expect approval, selain itu berkorelasi dengan empat iklim organisasional, yaitu risiko, penghargaan, kehangatan dan dukungan, dan expect approval. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

25 H 3 : Ada pengaruh dimensi iklim organisasional terhadap komitmen normatif. Dosen memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan. Adanya perbedaan karakteristik demografi dimungkinkan mempengaruhi komitmen tiap individu. Dalam penelitian McCroskey (2007) menyatakan karakteristik demografi menurut usia menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen afektif, menurut jenis kelamin menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen afektif, menurut lama bekerja menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen afektif, menurut pendidikan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen afektif. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Tidak ada perbedaan komitmen afektif menurut karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan). Hasil studi menunjukkan tidak ada perbedaan komitmen continuance menurut karakteristik demografi (McCroskey, 2007). Dalam penelitiannya, karakteristik demografi menurut usia menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen continuance, menurut jenis kelamin menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen continuance, menurut lama bekerja menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen continuance, dan menurut pendidikan

26 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen continuance. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H 5 : Tidak ada perbedaan komitmen continuance menurut karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan). Penelitian McCroskey (2007) menganalisis apakah terdapat perbedaan komitmen normatif menurut karakteristik demografi. Hasil studinya menyatakan karakteristik demografi menurut usia menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen normatif, menurut jenis kelamin menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen normatif, menurut lama bekerja menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen normatif, dan menurut pendidikan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap komitmen normatif. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H 6 : Tidak ada perbedaan komitmen normatif menurut karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan).