BAB 1 PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Menurut Keraf (1980:1), bahasa adalah alat komunikasi antara

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah perilaku mengekspresikan, menyampaikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dari berbagai negara memiliki ciri universal dan ciri khusus.

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk salah satunya bahasa Jepang. Bahasa Jepang mempunyai sifat universal

BAB 2. Landasan Teori

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya

Bab 2. Landasan Teori. digunakan sebagai landasan teori untuk mendukung penelitian skripsi ini. Teori-teori

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB 1 PENDAHULUAN. antaranya adalah partikel atau kata bantu yang disebut joshi ( 助詞 ). Joshi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Seperti yang dikatakan oleh P.W.J

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang memiliki makna, meskipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

2015 UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Tomita (1992:147) fungsi dake dibagi menjadi 4

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Haseigo Menurut Masuoka dan Takubo (2000:10) yang dimaksud dengan haseigo adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bahasa Jepang, terdapat pembagian kelas kata yang disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktifitas komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain. Untuk itu dipergunakanlah bahasa sebagai media untuk berkomunikasi. Menurut Keraf (1980:1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Melalui suatu bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Setiap bahasa memiliki struktur kalimatnya tersendiri yang bisa menerangkan tentang maksud atau ide-ide yang ingin dikatakannya, seperti menyuruh, melarang, memohon, dan lain sebagainya yang termasuk kedalam gramatika. Bestone (1994:44) dalam jurnal sastra Jepang mengemukakan bahwa gramatika adalah sebagai produk dan juga sebagai suatu proses. Gramatika adalah sebagai suatu produk karena hal-hal yang berhubungan dengan kaidah-kaidah kalimat. Gramatika juga merupakan proses karena gramatika memiliki karakter yang sama yaitu bersifat statis yang merupakan kumpulan aturan, kaidah, bentuk maupun struktur. Yasuo (1985:44) dalam jurnal sastra Jepang mengemukakan bahwa gramatika adalah suatu fenomena yang umum pada saat menyusun kalimat, yang secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, fungsi kata dan kalimat. 1

Jenis kata dalam bahasa Jepang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah hinshi ( 品詞 ). Tomita (1995:2) dalam jurnal sastra Jepang mengemukakan bahwa pengklasifikasian jenis kata kedalam 10 jenis yaitu yaitu kata benda ( 名詞 ), kata kerja ( 動詞 ), kata sifat I ( 形容詞 ) kata sifat II ( 形容動詞 ), kata keterangan ( 副詞 ), bentuk sambung ( 連体詞 ), kata sambung ( 接続詞 ), kata ekspresi ( 感動詞 ) kata kerja bantu ( 助動詞 ), partikel ( 助詞 ). Dari 10 jenis kata dalam bahasa Jepang, dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu jiritsugo ( 自立語 ) dan fuzokugo ( 付属語 ). Jiritsugo ( 自立語 ) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna, sedangkan fuzokugo ( 付 属語 ) adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki makna jika tidak melengkapi kata lain. Berdasarkan konjungasinya dari 10 jenis kata dalam bahasa Jepang, hanya 3 jenis kata yang memiliki konjungasi, yaitu kata kerja ( 動詞 ), kata sifat I ( 形容詞 ) dan kata sifat II ( 形容動詞 ). Adapun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah makna ~ なければなりません yang termasuk kata kerja bantu ( 助動詞 ) yang melekat pada kata kerja ( 動詞 ). Perhatikan contoh berikut : (1) 薬を飲まなければなりません (Minna no Nihongo, 140) Kusuri wo nomanakerebanarimasen. Harus minum obat. 2

~ なければなりません yang termasuk kedalam fuzokugo ( 付属語 ) yang melekat pada verba ( 動詞 ) yang termasuk kedalam jiritsugo ( 自立語 ). Kalimat (1) yaitu verba bentuk kamus 飲む yang merupakan morfem bebas melekat pada ~ なけ ればなりません yang memiliki makna harus melakukan sesuatu perbuatan. Pada contoh (1) memiliki makna harus meminum obat (jika tidak diminum obatnya maka tidak akan sembuh dari penyakit yang dideritanya). Makino, Tsutsui (1986:274) mengungkapkan bahwa : ~nakerebanaranai ~ なければならない phr. Have to; must; need It won t do if someone does not take some action or if someone or something is not in some state. Tidak dapat digunakan jika seseorang tidak mengambil suatu tindakan atau jika seseorang atau sesuatu tidak dalam suatu keadaan. Vneg + nakerebanaranai expresses the idea of obligation. Sometimes forms Vneg + nakerya naranai and Vneg + nakya(a) naranai are also used in conversation. Sometimes, naranai is omitted if the context is clear. Verba bentuk negatif ditambahkan nakerebanaranai memberikan kesan kewajiban. Terkadang verba bentuk negatif ditambahkan nakerya naranai dan verba bentuk negatif ditambahkan nakya(a) naranai juga digunakan dalam percakapan. Terkadang naranai juga dihilangkan jika konteks dalam kalimatnya jelas. Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa ~ なければなりません bermakna have to, must, need, memiliki makna yang mengekspresikan keharusan. ~ なければなりません juga tidak dapat digunakan jika seseorang atau sesuatu tidak mengambil tindakan pada aktivitas yang ditujukan. ~ なければなりません juga 3

memberikan makna kewajiban dalam penggunaannya. ~ なければなりません dapat disingkat menjadi ~ なけりゃならない atau ~ なきゃならない. Perhatikan contoh berikut : (2) 日本はさらに多く泣かなければなりません (Japanese.joint.com/article/023/140023.html) Nihon wa sara ni ooku nakanakerebanarimasen. Jepang harus menangis lebih banyak lagi. (3) なぜ苦しみながら死ななければなりません (smcb.jp/ques/18301) Naze kurushimi nagara shinanakerebanarimasen. Mengapa harus mati sementara menderita. (4) 本を返さなければなりません (Minna no Nihongo, 140) Hon o kaesanakerebanarimasen. Saya harus mengembalikan buku. Pada contoh (2) dan (3) secara struktur kalimatnya benar yaitu verba bentuk negatif ditambahkan ~ なければなりません namun contoh verba (2) dan (3) secara makna bisa digunakan hanya saja pada konteks kalimat yang tepat. Pada contoh (2) secara struktur verba bentuk negatif 泣かない yang memiliki makna tidak menangis diubah bentuk ~ なければなりません menjadi 泣かな ければなりません. Akhiran ~ い pada 泣かない mengalami perubahan bentuk menjadi ~ なければなりません dan secara makna mengalami perubahan menjadi harus menangis. Sementara tidak ada seorang pun yang ingin menangis, sehingga verbanya termasuk kedalam verba non-keinginan ( 無意志動詞 ). Menjadikan contoh 4

(4) tidak berterima secara semantik, tetapi dapat digunakan jika konteks kalimatnya tepat. Pada contoh (3) secara struktur verba bentuk negatif 死なない yang memiliki makna tidak mati diubah ke bentuk ~なければなりません menjadi 死ななければなりません. Akhiran ~い pada 死なない mengalami perubahan bentuk menjadi ~なければなりません dan secara makna mengalami perubahan makna menjadi harus mati Sementara tidak ada seorang pun yang ingin mati, sehingga verbanya juga termasuk kedalam verba non-keinginan ( 無意志動詞 ). Hal ini menjadikan contoh (3) juga tidak berterima secara semantik, tetapi dapat digunakan jika konteks kalimatnya tepat. Pada contoh (4) baik secara makna maupun struktur sudah benar yaitu struktur verba bentuk negatif 返さない yang memiliki makna tidak mengembalikan diubah ke bentuk ~なければなりません menjadi 返さなければなりません. Akhiran ~い pada 返さない mengalami perubahan bentuk menjadi ~なければな りません dan secara makna mengalami perubahan makna menjadi harus mengembalikan. Verba 返す yang memiliki makna mengembalikan dapat dilakukan walaupun ada unsur paksaan dalam penggunaannya. Sehingga verbanya termasuk kedalam verba keinginan ( 意志動詞 ). Hal ini menjadikan contoh (6) berterima secara semantik. 5

Penggunaan ~なければなりません pada struktur kalimat bahasa Jepang tidak dapat digunakan pada semua verba. Faktor-faktor sintaksis dan semantik yang mempengaruhi bentuk ~なければなりません terhadap verba, merupakan suatu permasalahan yang penulis anggap menarik untuk dikaji. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka skripsi ini diberi judul analisis makna keharusan ~なければなりません dalam bahasa Jepang. 1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian ini penulis merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana penggunaan struktur ~なければなりません dalam struktur kalimat bahasa Jepang? 2. Makna apa yang terkandung pada struktur ~なければなりません dalam struktur kalimat bahasa Jepang? 3. Jenis verba apa saja yang dapat digabungkan dengan struktur ~なければなりません dalam kalimat bahasa Jepang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6

1. Mendeskripsikan penggunaan struktur ~ なければなりません dalam struktur kalimat bahasa Jepang. 2. Mendeskripsikan makna yang terkandung pada struktur ~なければなりません dalam kalimat bahasa Jepang. 3. Mendeskripsikan jenis verba yang dapat digabungkan dengan struktur ~なければなりません dalam kalimat bahasa Jepang. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian 1.4.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti yang dilakukan dengan cara mendeskripkan fakta-fakta menegnai penggunaan ~ なければなりません yang melekat pada dalam struktur kalimat bahasa Jepang yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein ( ana = atas, lyein = lepas atau urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Sehingga metode deskriptif analisis ini saya pergunakan dalam penelitian ini. 7

1.4.2 Teknik Penelitian Teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Studi pustaka yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara studi kepustakaan. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk memperoleh data. Pada tahap ini penulis mengumpulkan berbagai teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam berbagai buku. Ada pun langkah-langkah sistematis yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membaca teori mengenai ~なければなりません. 2. Pengumpulan data berupa kalimat verba yang menggunakan ~なければなりません. 3. Memilah data berdasarkan objek penelitian. 4. Mengkaji dan menelaah data. 5. Menyimpulkan hasil analisis data, untuk kemudian dituangkan dalam laporan penelitian. Untuk mendukung penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dari bukubuku yang memiliki teori mengenai ~なければなりません. 1.5 Organisasi Penulisan Penulisan skripsi ini dilakukan dalam empat bab, antara lain pada bab 1 berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik 8

penelitian serta organisasi penelitian. Bab 2 berisi mengenai landasan teori morfosintaksis, semantik dan verba yang merupakan tinjauan kajian pada karya tulis ini, serta teori mengenai ~nakerebanarimasen. Bab 3 berisi tentang analisis dikaitkan dengan makna ~nakerebanarimasen. Bab 4 merupakan kesimpulan dari hasil analisis ~nakerebanarimasen yang telah dijabarkan dalam bab 3. Sistematika penulisan seperti ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana penulis menyajikan temuan. Diharapkan pembaca yang ingin menemukan pengetahuan baru tentang ~nakerebanarimasen akan menyusurinya dengan mudah. 9