ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

dokumen-dokumen yang mirip
a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU

PENGARUH POSISI BAUT GALVANIS DAN STAINLESS STEEL DITINJAU DARI FRACTURE SURFACE PADA SAMBUNGAN PLAT. Nofriady Handra 1 dan Brazi 2.

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

Konstruksi Rangka Batang

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

4. Mononom dan Polinom

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

Bab II STUDI PUSTAKA

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

Pengaruh Posisi Terhadap Kekuatan Baut dan Gaya Geser Ditinjau dari Morfologi Fracture Surface pada Sambungan Plat

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015 Online:

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

Distribusi dan Interaksi Tegangan Sisa antar Lubang Setelah Proses Cold Expansion Hole

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

BAB II LANDASAN TEORI

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH. Naskah Publikasi

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Sifat Sifat Material

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

Transkripsi:

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN Devi Chandra 1, Gunawarman 1, M. Fadli 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Alumni Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas ABSTRAK Girth-gear merupakan penggerak utama kiln pada parik semen yang terpasang pada shell kiln Konstruksinya terdiri dari dua agian setengah lingkaran yang dihuungkan dengan menggunakan aut dan pin. Apaila salah satu dari aut atau pin mengalami kegagalan maka fungsi driver akan terganggu. Baut pengunci kiln driver sering mengalami kegagalan/patah sehingga perlu dilakukan analisa tegangan yang ekerja pada aut untuk mengetahui penyea kegagalannya. Dari hasil pengujian tarik diketahui ahwa tegangan ultimate aut seesar 891 Mpa dan Tegangan Yield 744 Mpa. Perhitungan tegangan secara teoritik dilakukan pada lima kondisi pemeanan erdasarkan pada posisi titik tangkap gaya tekan roda gigi penggerak kiln terhadap aut pengunci kiln yaitu 1800, 1350, 900, 450 dan 00. Dari hasil perhitungan didapatkan tegangan teresar terjadi ketika aut pengunci girth-gear tepat erada pada titik kerja gaya tekan roda gigi penggerak kiln dengan esar tegangan 63 MPa. Tegangan ini jauh leih kecil dari Tegangan Yield aut sehingga tidak mungkin terjadi gagal statik pada aut. Dengan demikian perlu dilakukan analisis dinamik dengan menggunakan Diagram Goodman. Dari analisis dengan diagram Goodman diketahui ahwa kegagalan yang terjadi pada aut adalah gagal fatique (lelah). 1. PENDAHULUAN Kiln merupakan agian yang sangat penting dari seuah parik semen, dimana kiln sangat mempengaruhi produksi dari seluruh elemen parik. Kiln digunakan seagai tempat pemakaran rawmix menjadi klinker. Konstruksi dari kiln erentuk taung (silinder) yang teruat dari pelat aja, agian dalamnya dieri lapisan atu tahan api, dan mempunyai saluran inlet dan outlet. Dalam operasinya kiln erputar diatas tumpuan dengan menggunakan dua uah motor penggerak. Kiln dipasang dengan kemiringan 4% dari panjang kiln atau sekitar 0 sampai dengan 50. Kiln erputar dengan kecepatan sekitar,5 sampai dengan 3,1 rpm dan digerakkan oleh uah motor penggerak dengan daya masing-masing motor adalah 600 kw. Dari motor penggerak putaran diteruskan ke girthgear yang terpasang pada shell kiln dengan menggunakan roda gigi pinion. Konstruksi girth-gear terdiri dari dua agian setengah lingkaran yang dihuungkan dengan menggunakan aut dan pin. Tiap sisi dari masingmasing ujung setengah lingkaran girth-gear dikunci oleh 3 uah aut dan satu pin. Dengan demikian, seluruh perangkat pengunci girth-gear ini terdiri dari 1 uah aut dengan 4 uah pin. Jika salah satu dari aut/pin dari sistem pengunci ini mengalami kegagalan maka fungsi girth-gear terganggu dan putaran/operasi kiln harus dihentikan untuk proses penggantian aut/pin. Penghentian operasi kiln akan mengganggu proses produksi semen dan ini tentu saja sangat merugikan perusahaan, penurunan kapasitas produksi, peningkatan iaya pemeliharaan, dan kesulitan koordinasi. Baut pengunci girth-gear kiln sering mengalami kegagalan/patah. Untuk mengetahui penyea kegagalan terseut maka diperlukan analisis tegangan dan analisis metalurgi terhadap perangkat aut pengunci girth-gear kiln ini. Analisis tegangan diperlukan terutama untuk mengetahui jenis dan kondisi tegangan yang ekerja serta esar tegangan yang dialami oleh aut/pin. Sementara, analisis metalurgi diperlukan untuk mengetahui penyea patahnya aut/pin, dan selanjutnya dapat menentukan material yang leih cocok untuk kondisi kerja girth-gear kiln.. GAMBARAN UMUM KILN Kiln pada parik semen didukung oleh komponen komponen penunjang s : a. Tyre / Live Ring Tyre atau Live Ring merupakan alat yang dipasang pada shell kiln dan erputar ersama dengan kiln. Tyre atau Live Ring. Supporting Roller Supporting roller erfungsi untuk menumpu dan seagai penahan kiln, selain itu supporting roller juga erfungsi untuk mempermudah kiln erputar. c. Trust Roller Berfungsi untuk menahan sekaligus untuk mendorong kiln yang sedang erputar tidak turun dari posisinya d. Fan Kiln merupakan tempat terjadinya pemakaran Raw Mix. Pemakaran dilakukan dalam temperatur tinggi yang erkisar antara 13000 15000C. Oleh sea itu dipasanglah fan untuk menarik gas panas yang ercampur dengan material. e. Burner Burner merupakan salah satu sistem pemakaran yang dilakukan didalam kiln. Cara kerjanya adalah dengan sistem penyemprotan TeknikA 1

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 atu ara erentuk tepung dan disemprotkan menggunkan rotari lower ke ruang pemakaran. f. Grate Cooler Merupakan tempat pendinginan klinker yang keluar dari kiln dan sekaligus seagai alat transpor klinker menuju ke rooller crusher. g. Girth-gear Merupakan penggerak utama kiln. Cara kerjanya adalah dengan menggunakan sistem roda gigi. Roda gigi terseut dipasang pada shell kiln dan erfungsi seagai penggerak dari kiln. Arus listrik yang memutar motor penggerak diteruskan ke transmisi roda gigi dan terus memutar roda gigi pinion yang erhuungan langsung dengan girth-gear kiln. Gamar -1. Girth-gear Kiln Gamar - Girth-gear kiln dan aut pengunci 3 MODUS KEGAGALAN LOGAM a. Distorsi Kegagalan jenis ini akan terjadi jika komponen atau struktur terseut tidak mampu lagi memikul ean yang seharusnya, tidak dapat erfungsi seagaimana mestinya atau mengganggu operasi komponen lainnya. Jenis-jenis distorsi adalah : Distorsi ukuran Distorsi entuk Penyea utama kegagalan ini adalah pemeanan yang erleihan (overloading) yang diseakan oleh : Spesifikasi material yang tidak sesuai Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi. Patah Ulet Permukaan patahannya memiliki deformasi plastis yang cukup esar. Patah ulet memiliki ciri-ciri antara lain permukaan patah yang rata, iir geser (shear lip) yang mementuk sudut 45o terhadap permukaan patah, dan selalu diawali dengan proses pengecilan penampang setempat (necking) ila mendapat ean tarik. Penyea kegagalan komponen dengan modus patah ulet murni adalah adanya ean yang erleihan (overloading), kesalahan dalam proses perlakuan panas (heat treatment), kesalahan pemuatan, cacat material, pengaruh lingkungan dan operasi. c. Patah Getas Patah getas peramatan retakannya sangat cepat, tidak terjadi deformasi plastis, permukaan patahannya rata, dan tidak didahului dengan pengecilan penampang setempat. Penyea patah getas antara lain: Cacat yang sudah ada dalam material Cacat yang timul karena proses pemuatan Cacat yang terjadi karena kondisi operasi d. Patah Lelah Patah lelah pada elemen mesin yang diuat dari aja adalah patah yang terjadi secara tia-tia setelah elemen mesin terseut eroperasi untuk eerapa waktu. Istilah tia-tia perlu segera dieri keterangan tamahan, sea sumer patah lelah yang erupa retak mikro atau micro crack yang tidak dapat terlihat oleh mata, seenarnya terjadi lama seelum patah lelah terjadi. Bereda dengan patah akiat dilampauinya tegangan tarik yang menunjukan patah ulet, yaitu terjadinya deformasi plastis yang cukup esar disekitar potongan patah, maka pada patah lelah tidak terjadi deformasi plastis yang cukup esar terseut sehingga kelihatan seperti patah getas atau rittle fracture seperti patahnya ahan getas. Padahal elemen mesin diuat dari aja yang ulet atau ductile dan ukan diuat dari ahan getas. Pada patah lelah dengan jelas terlihat adanya dua daerah yang dinamakan daerah patah lelah dan daerah patah tia-tia. Daerah patah lelah pada umumnya rata dan halus hampir seperti jaringan Pada daerah patah lelah tidak terjadi deformasi plastis. Jika diamati dengan teliti, maka titik asal patah lelah yang erupa retak mikro didaerah konsentrasi tegangan iasanya dapat dilihat dengan jelas. Patah pada daerah tia-tia adalah akiat dilampauinya tegangan atas tarik, yaitu karena luas potongan yang elum retak tinggal kecil saja sehingga tegangan yang terjadi akiat ean melampaui tegangan atas tarik. Pada daerah tia-tia terjadi akiat adanya deformasi plastis seperti pada patah ulet. Dari eerapa penelitian dan pengamatan patah lelah, dapat diamil kesimpulan ahwa patah lelah diseakan deformasi plastis yang diulangulang. Deformasi plastis terseut tidak perlu erupa deformasi plastis makro yang tampak oleh mata, tetapi deformasi plastis mikro yang terjadi pada retak mikro yang sekaligus menjadi konsentrasi tegangan dan menjadi titik asal patah lelah.

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 Analisis kegagalan karena ean olak-alik suatu material dapat dilakukan dengan menggunakan diagram Goodman (Gamar 3). Diagram Goodman merupakan diagram yang menggamarkan tegangan yang terjadi pada elemen yang mengalami ean dinamik seperti ean erulang. Diagram ini menghuungkan antara tegangan ultimate, tegangan luluh (yield) dan tegangan lelah (endurance limit) dengan tegangan yang ekerja (working stress) sehingga dapat diketahui apakah material/elemen gagal atau tidak. Pengamilan Sampel Uji Pengujian Tarik Mulai Studi Lapangan Studi Literatur Perhitungan Secara Teoritik σu (Tegangan ultimate) Tegangan σe 0,7 σu Diagram Goodman Analisis Kesimpulan Gamar -3 Diagram Goodman 4. METODOLOGI 4.1. Data Penelitian Data-data untuk penelitian adalah s : Kiln Putaran Kiln (n) : 3 rpm Daya motor penggerak : x 600 kw Kecepatan tangensial : 0,4 m/s Girth-gear kiln Jumlah gigi girth-gear : 8 uah Sudut kemiringan gigi : 9 30 Diameter pitch girth-gear : 491,8 mm Baut Pengunci girth-gear Diameter aut pengunci : 48 mm 4. Diagram Alir Penelitian Skema lengkap penelitian dapat dilihat pada Gamar 4. Gamar -4 Diagram Alir Penelitian 4.3 PerhitunganTegangan pada Baut Pada aut akan terjadi dua entuk gaya yaitu gaya langsung (direct force) dan gaya momen (moment force). Untuk mendapatkan esar tegangan yang ekerja pada aut maka terleih dahulu dihitung gaya resultan yang merupakan jumlah dari direct force dan moment force. Perhitungan Direct Force Direct Force pada aut adalah gaya luar yang ekerja diagi dengan jumlah aut yang menahan ean. F F d N (1) F adalah gaya luar pada sistem aut N jumlah aut yang menahan ean Perhitungan Momen Force Momen Force merupakan gaya akiat adanya momen yang dipengaruhi oleh jarak tempat gaya ekerja terhadap titik pusat enda (lengan moment). Momen force dapat dihitung dengan menggunakan rumus : F i C. r i Dimana : Fi moment force aut ke i ri jarak aut ke i ke pusat massa aut C konstanta proporsional () Moment luar yang ekerja pada sistem aut akan sama dengan jumlah dari moment force seluruh aut : F. e. F i ri Selesai (3) TeknikA 3

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 1 + F. e C( r + r...) Dimana : F adalah gaya luar yang ekerja e adalah lengan moment gaya luar ke pusat massa aut (4) Perhitungan Resultan Gaya Resultan gaya dihitung pada 5 kondisi pemeanan erdasarkan pada posisi titik tangkap gaya tekan roda gigi penggerak kiln terhadap aut pengunci kiln yang akan ditentukan tegangannya yaitu 1800, 1350, 900, 450 dan 00. Resultan gaya pada aut pengunci merupakan jumlah dari direct force dan moment force yang terjadi pada aut pengunci girth-kiln. Gaya Tekan Roda Gigi Penggerak Kiln Gaya tekan roda gigi atau gaya tangensial Ft dihitung dengan menggunakan rumus : Daya Ft v (5) Dimana v adalah kecepatan tangensial dari girthgear yang dihitung dengan persamaan : π d n v 60 (6) d merupakan diameter pitch dari girth-gear dihitung menggunakan rumus : N d Pdn cosψ (7) Dimana N merupakan jumlah gigi dari girth-gear, ψ sudut helik roda gigi miring, dan Pdn diameter pitch normal. Diameter pitch normal dapat dihitung dengan persamaan : P dn π π Pn P.cosψ (8) 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perhitungan Gaya dan Tegangan Baut Gaya Tangensial Roda gigi P P cosψ n 33.87 π Pdn P d n π 33,87 0,098 N P cosψ dn 8 0 ι 0,098 cos 9 30 491,8 mm π d n v 60 π x 491,8 x3 60 0, 4 m s Daya F t v 100 kw 0,4 m / s 3000 kn Direct force (Fd) Ft 3000 kn Fd Jumlah Baut 14 14 Perhitungan Koefisien Momen C t kn {( ) 4 4 } 1 3 6 7 { 3( ) 4 4 } 1 6 7 { ( ) ( ) ( )} {( ) ( ) ( )} { } F Jarak c r + r + r + r + r c r + r + r 3000 3946 c 3 313 + 4 3540 + 4 3715 11838000 knmm c 6194014 + 5016400 + 5504900 11838000 knmm c 16771514 mm 11838000 knmm c 16771514 mm c 0,07 kn mm Momen Force F Momen force dihitung untuk menentukan resultan gaya yang ekerja pada aut pengunci kiln. F c Jarak Terjauh 0, 07 kn 3715 mm mm 60 kn Resultan Gaya dan Tegangan pada aut Kondisi I Kondisi II F F F R 60 14 46 kn Tegangan pada aut : 46 kn σ 5555 kn m aut 5,5 MPa F F Sin 45 y 14 0, 7071068 151 kn F F Cos 45 x 14 0, 7071068 151 kn ( ) ( ) F F F + F R y x ( ) ( ) 60 151 + 151 186 kn TeknikA 4

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 Tegangan pada aut : 186 kn σ 103333 aut 103 MPa Kondisi III kn m ( F sσ a v e, k σ r ) F F + F R Kondisi IV Kondisi V ( 60) ( 14) + 336 kn Tegangan pada aut : 336 kn σ 186666 kn m aut 186,6 MPa F F Sin 45 y 14 0, 7071068 151 kn F F Cos 45 x 14 0, 7071068 151 kn ( ) ( ) F F + F + F R y x ( 60 151) ( 151) + + 437 kn Tegangan pada aut : 437 kn σ 4777 kn m aut 4,7 MPa F F + F R 60 + 14 474 kn Tegangan pada aut : 474 kn σ 63333 kn m aut 63 MPa 5. Diagram Goodman Untuk menggamarkan diagram Goodman diperlukan faktor konsentrasi tegangan aut (K) dan faktor keamanan Fs. Dari pengujian kekerasan didapatkan kekerasan rata-rata aut seesar 9,7 HRC atau 84 BHN. Dengan faktor konsentrasi tegangan ulir aut adalah 3. Diagram Goodman dapat digamarkan seperti diawah ini Gamar -5 Diagram Goodman Hasil Perhitungan 5.3 Analisa dan Pemahasan Pada kondisi V gaya tangensial yang ekerja pada girth-gear terletak tepat di ujung dekat aut pengunci dan tegak lurus dengan samungan dua agian main gear. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tegangan teresar pada saat ean erada pada kondisi V yaitu seesar 63 MPa, ini erarti aut pada agian kanan gamar mengalami tegangan tekan seesar 63 MPa dan disaat yang sama aut pada agian kiri mengalami tegangan tarik seesar 63 MPa juga. Dengan demikian aut mengalami tegangan olak-alik dengan tegangan maksimum 63 MPa, seperti Gamar 6. σ ( M P a ) Gamar -6 Tegangan Bolak-alik yang ekerja pada Baut Berdasarkan diagram Goodman dapat dilihat ahwa tegangan yang ekerja pada aut erada diluar garis failure line, dengan demikian aut mengalami kegagalan lelah akiat ean olak alik. Gamar -7 Bentuk permukaan patah aut Dari Gamar 6 dapat dilihat entuk permukaan patah dari aut pengunci girth-gear kiln, agian A adalah entuk patahan akiat ean olak-alik yaitu patah lelah dan pada agian B merupakan patah getas. Patah getas ini terjadi karena aut tidak lagi mampu menahan ean yang ekerja setelah t TeknikA 5

No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 terjadinya awal patahan (patah lelah). Garis erwarna kuning merupakan atas antara patah lelah dengan patah getas. Semakin esar daerah B erarti material yang digunakan adalah material yang semakin getas dan semakin tidak mampu menahan ean olak-alik yang ekerja. Dan egitu juga sealiknya, semakin esar daerah A maka material terseut akan semakin mampu untuk menahan ean olak-alik yang ekerja. 6. KESIMPULAN Dari penelitian dapat diamil eerapa kesimpulan seagai erikut: Dari hasil perhitungan teoritik, tegangan teresar yang ekerja pada aut adalah pada kondisi pemeanan V yaitu seesar 63 MPa, dimana ean yang ekerja adalah ean olak alik tarik tekan dan tepat erada dekat dengan samungan girth-gear kiln. Tegangan hasil perhitungan jauh leih kecil dari tegangan yield ahan, karena itu tidak mungkin terjadi gagal statik pada aut. Dari analisis dinamik dengan diagram Godman dapat dilihat ahwa kegagalan yang terjadi adalah karena lelah (patah fatique) karena tegangan yang ekerja erada diluar grafik, ini sesuai dengan entuk patahan yang terjadi pada aut. DAFTAR PUSTAKA Gasni. Dedison, Kriteria Patah Lelah Untuk Bean Dinamik, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas, Padang, 00. J.A. Collins, Failure of Materials in Mechanical Design, John Wiley & Sons, The Ohio State University, 1981. Juvinnall, Roert. C, and Kurt, M. Marshek, Fundamentals of Machine Component Design second Edition, John Wiley & Sons, Inc. Canada. 1991 Niemann,G., Elemen Mesin, Jilid 1, Edisi kedua, Penerit Erlangga, Jakarta, 1999. Spotts, M.F., Design of Machine Elements, 6th ed, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1985. Sularso., dan Suga, Kiyokatsu., Dasar Perancanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Edisi kedelapan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994. TeknikA 6