Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar

dokumen-dokumen yang mirip
MENCEGAH OLIGARKHI PEMBANGUNAN 1. Oleh Ade M Wirasenjaya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

Negara, Pasar, Dan Problem Pendalaman Demokrasi Pasca Orde Baru

Negara, Pasar dan Problem Pendalaman Demokrasi Pasca Orde Baru 1 Oleh Ade M Wirasenjaya

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

WHAT IS GLOBALIZATION?

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

Resensi Buku: Melawan Gurita Neoliberalisme. Oleh: Sugiyarto Pramono

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

GLOBALISASI, KAPITALISME DAN PERLAWANAN ERIC HIARIEJ

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

Politik Global dalam Teori dan Praktik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

KERTAS DISKUSI Nomor 02 Tahun 2010

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Comparative Perspective: Pancasila dalam Konstruksi Demokrasitisasi Politik Indonesia 1

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Demokrasi Berbasis HAM

REFORMASI ADMINISTRASI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang

BAB V PENUTUP Pertama

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

MATA KULIAH S-2 SOSIOLOGI UGM. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Teori Kritik Sosial dan Postmodernisme. Seminar Proposal Penelitian

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB IV KESIMPULAN. -Peter M. Haas. Council on Foreign Relations, < >, diakses pada , 1993, p.78.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk

BAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

Kesimpulan. Bab Sembilan

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah.

Transkripsi:

OPINI-JAWA POS Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar Oleh Adde M Wirasenjaya PADA tahun 1954, seorang antropolog muda dari Amerika ke tanah Jawa. Sang antropolog diberikan tugas meneliti mengapa Jawa tidak berhasil mencapai evolusi pertanian yang akan menyiapkan tahap menuju industrialisasi? Antropolog itu, Cliffor Geertz FAKTA menarik yang disajikan buku Simpson adalah dikirimnya antropolog muda Clifford Geertz ke Indonesia tahun 1954 untuk mengerjakan sebuah proyek mengapa Jawa tidak berhasil mencapai evolusi pertanian yang akan menyiapkan tahap menuju industrialisasi. Geertz kemudian melakukan riset mendalam dan melahirkan buku yang amat berpengaruh dalam ilmu sosial Indonesia bahkan hingga hari ini, Agricultural Involution. Intinya, buku tersebut menyusun secara detail tentang watak dan karakteristik orang Jawa yang menjadi kultur dominan di Indonesia, dalam menerima gagasan modernisasi. Dan Geertz, tak lain dan tak bukan, adalah murid Talcott Parsons, seorang ilmuwan yang memiliki pengaruh kuat dalam gagasan modernisasi. Dan modernisasi adalah, rumah gagasan bagi ide-ide neoliberalisme. LAPORAN harian ini tentang banyaknya bantuan yang diberikan lembaga donor internasional terhadap sejumlah lembaga pemerintah semakin menegaskan tentang makin mendalamnya upaya pengarusutamaan (mainstreaming) terhadap negara oleh rezim neoliberal. Hampir luput dari perhatian publik, di kompleks gedung DPR, selain berkantor para wakil rakyat kita, berkantor pula sejumlah wakil lembagalembaga donor internasional. Tak heran jika sejumlah pegiat masyarakat sipil mempertanyakan keberadaan kantor lembaga-lembaga pemberi bantuan tersebut (Kompas, 19/4). Pada akhirnya, laporan tersebut semakin menegaskan bahwa instrusi struktur ekternal terhadap kedaulatan negara semakin mengalami pendalaman. Senyatanya, sejarah interaksi negara dengan rezim kapitalis global di negeri ini menunjukkan bahwa konstruksi negara merupakan hasil proses training capitalism. Konsep dan gagasan tentang negara bangsa (nation) boleh jadi memiliki jejaknya yang 1

panjang dalam perjuangan anak negeri dan para founding fathers republik, namun gagasan tentang negara (state), sesungguhnya merupakan hasil konstruksi eksternal. Maka gagasan nation-state, pada dirinya sendiri, adalah sebuah pergulatan. Sejak Orde Baru naik tahta, proses pendisiplinan negara oleh dunia luar semakin terasa. Bradley R Simpson dalam bukunya, Economic with Guns: Authoritarian Development and US-Indonesian Relations (1960-1968) secara menarik menunjukkan bahwa konstruksi negara Orde Baru dan seluruh gagasan pembangunan yang diproduksi rejim tersebut memiliki hubungan kuat dengan pandangan dunia (world view), khususnya gagasan Amerika Serikat tentang politik global. Kesungguhan Amerika mengkonstruksi negara mencerminkan perhatian negeri adi daya tersebut untuk menjaga kepentingannya dalam waktu yang amat panjang. Konstruksi Amerika atas Indonesia dilakukan melalui upaya yang sistematis dan intensif. Tidak hanya dalam bidang ekonomi dan militer, Amerika bahkan memberi perhatian pada aspek indigen. Dari Pendiplinan Ekonomi ke Pendisplinan Politik Pasca Orde Baru, negara tumbuh ketika rezim neoliberal mengalami konsolidasi. Demokrasi merupakan proyek yang mendapat perhatian intensif dari lembaga-lembaga pemberi bantuan internasional dalam satu dasawarsa terakhir. Dalam Konferensi yang diselenggarakan negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD ) di Paris tahun 2005, disepakati tentang Deklarasi Paris untuk Efektivitas Bantuan. Deklarasi tersebut mencerminkan perubahan orientasi dan perluasan dimensi bantuan dari wilayah ekonomi ke nonekonomi. Di bawah tema besar assessing democracy, proyek pengarusutamaan demokrasi dilakukan dalam skala yang luas. Bantuan terhadap proses demokrasi Indonesia menyita porsi yang amat besar. Bahkan menurut Edward Asprinall (2010), sebenarnya yang menerima bantuan bagi proyek demokrasi bukan hanya lembaga-lembaga negara, namun juga civil society organizations (CSO) di Indonesia. Perubahan orientasi tersebut semakin melengkapi pendisiplinan ekonomi yang dianggap cukup sukses mengintegrasikan negara ke dalam rezim perdagangan internasional antara lain melalui penyebaran Konsensus Washington Ini merupakan proses ganda bagi proses pengarusutanamaan ideologi neoliberal di negara-negara berkembang. Proses pendisiplinan ganda ini merupakan upaya untuk meneguhkan 2

bekerjanya mekanisme pasar bebas dengan jalan mereduksi berbagai ganjalan politik di tingkat domestik. Keyakinan ini sepenuhnya menggambarkan semangat rejim neoliberal yang ingin membangun keintiman baru antara entitas negara dan pasar. Pada masa Orde Baru negara menjadi agen penting bagi bagi proses akumulasi modal. Di lain pihak, rezim pemberi bantuan tetap menjaga hubungan tersebut dengan tidak terlalu konsen pada agenda-agenda politik domestik. Terdapat separasi atau pemisahan antara aspek ekonomi dan politik dari rezim ekonomi internasional pada saat itu. Dalam beberapa aspek, hal ini menyumbang bagi proses stabilitas makro ekonomi. Namun dari aspek lainnya, pola ini membuat persoalan-persoalan pelanggaran politik seperti isu hak asasi manusia dan demokratisasi dibebankan sebagai urusan domestik. Untuk menjaga harmoni negara dan rejim kapitalis waktu itu, negara mengkontruksi identitas politik yang khas pada masa Orde Baru, yang oleh para pengamat politik disebut massa mengambang (floating mass). Massa mengambang sebenarnya adalah massa yang identitasnya dibentuk dari luar dalam hal ini melalui negara dan agen-agennya terutama militer dan birokrasi. Dengan cara itu, negara mencegah hadirnya identitas lain yang berbasis pada pengalaman dan ideologi politik di luar ideologi yang ada. Secara genealogis, massa mengambang merepresentasikan cara pandang kekuasaan yang militeristik. Konsep tersebut antara lain berasal dari seorang militer-pemikir yang berpengaruh pada masa Orde Baru, Ali Moertopo. Dalam asumsi Moertopo, massa mengambang lahir karena sesuatu yang rasional: sudah selayaknya bila rakyat, yang sebagian besar terdiri atas rakyat di pedesaan, dialihkan perhatiannya dari masalah politik dan ideologi sempit dan diarahkan kepada usaha pembangunan nasional, tulis Moertopo (dalam Dhakidae, 2003: 670). Ada semacam logika bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bisa berlangsung dalam situasi politik yang tertib. Pembangunan nasional dipahami dalam konteks tiadanya identitas-identitas yang terlalu banyak bersaing, dan jika perlu dilakukan proses penyeragaman. Cara pandang Moertopo kemudian mendorongnya mengkontruksi aktor-aktor yang efisien, yang memudahkan bekerjanya pasar, menjaga harmoni antara pemodal global dan negara sebagai kompratiotnya. Selama kurang lebih tiga dasa warsa, massa mengambang telah menjadi identitas yang memberi peran negara menjalankan fungsinya sebagai agen rezim 3

kapitalis global. Sampai batas tertentu, desain massa mengambang menjadi efektif membentuk depolitisasi masyarakat. Namun, dari sisi identitas politik, sebenarnya pola tersebut tidak benar-benar membungkan tumbuhnya identitas lain di luar kehendak negara. Massa mengambang dipandang perlu kehadirannya agar potensi resistensi bisa diredam dan stabilitas tatanan bisa dipelihara. Konstruksi negara tentang massa mengambang kini berakhir seiring dengan ledakan liberalisasi politik yang melanda Indonesia. Dalam arena demokrasi yang amat liberal, semua identitas politik muncul nyaris tanpa kendali. Beberapa kelompok partikelir bahkan muncul dengan mencoba mengkontsruksi ide tentang negara yang lain. Pada saat yang sama, kedaulatan negara secara sistematis mengalami pendisiplinan yang berujung pada lemahnya negara dalam menjalankan agenda kesejahteraan. Pendisiplinan negara oleh rezim ekonomi global telah mengakhiri cerita massa mengambang, namun eksemplar negara mengambang sedang dimulai. Jika massa mengambang membawa akibat pada hilangnya identitas masyarakat dalam berpolitik karena dianggap menyimpan resistensi atas rezim, negara mengambang berada pada logika serupa: dengan membangun identitas negara ke dalam identitas demokrasi kosmopolitan, potensi negara sebagai agen perlawanan atas rezim global akan mudah direduksi, terlebih ketika proyek privatisasi bekerja secara optimal sehingga negara benar-benar tak memiliki kekuatan lagi. Negara mengambang bukanlah konsekuensi. Ia adalah konstruksi yang konsisten dengan keinginan rezim neoliberal menjaga supaya pasar bisa bekerja di muka bumi. Negara mengambang adalah negara yang lemah baik ke luar maupun ke dalam karena harus mengakomodasi politik demokratis pada satu sisi, di sisi lain juga harus kompromistis jika tak ingin disebut takluk pada blue print pembangunan yang didesain oleh rejim eksternal. *** Adde M Wirasenjaya, Pengajar Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Menulis tesis tentang Floating State: Relasi Negara dan Rejim Neoliberal di Indonesia Pasca Orde Baru di Pasca Sarjana UGM. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 4

TENTANG PENULIS Adde Marup Wirasenjaya lahir di Pandeglang, 17 Oktober 1972. Mengajar mata kuliah demokrasi, globalisasi dan teori pembangunan di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Menyelesaikan studi master dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Menulis esai, opini di berbagai media massa seperti Kompas, Koran Tempo dan Jawa Pos. Kini tinggal di Bantul, Yogyakarta. 5

6