INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Cover dalam.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

Profile Perempuan Indonesia

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

madiunkota.bps.go.id


4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

STATISTIK GENDER 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUSTUS 2010


Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

pareparekota.bps.go.id


BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan


STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

,1.1,1..1.1t». <,1. efts INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA LUBUKLINGGAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan


Katalog BPS :

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi


BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

VISI PAPUA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

Katalog :

BAB II ASPEK STRATEGIS

Transkripsi:

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 ISSN : 0854.7076 No. Publikasi : 62520.1202 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku : 21 cm x 16 cm Jumlah Halaman : xii + 115 halaman Naskah : Bidang Statistik Sosial Tim Penyusunan Naskah: Penanggung Jawab Umum : Panusunan Siregar Koordinator : Syafi i Nur Anggota : Yanis Habibie Iwie Gambar Kulit : Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Koordinator : Bob Setiabudi Anggota : Ervin Prasetyaning Astuti Oki Libriyanto Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 ini merupakan publikasi rutin setiap tahun yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah. Publikasi ini menyajikan perkembangan indikator-indikator tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah dari waktu ke waktu. Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman dari hasil survei yang dilaksanakan oleh BPS dan dari luar BPS berupa data sekunder. Adapun informasi statistik yang disajikan terkait dengan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, antara lain: kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, kemiskinan, dan sosial lainnya. Diharapkan publikasi ini akan dapat melengkapi dan memenuhi kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat, baik dalam penentuan kebijakan maupun dalam keperluan penelitian atau analisis data. Kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Tengah 2011/ 2012 ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Meskipun publikasi ini sudah dipersiapkan secara baik, tetapi tidak tertutup kemungkinan akan ditemukan kekurangan atau kekeliruan. Untuk itu, saran dan kritik membangun dari setiap pengguna publikasi ini guna untuk penyempurnaan di masa mendatang, akan sangat diharapkan. Palangka Raya, Agustus 2012 BPS Provinsi Kalimantan Tengah Kepala, Panusunan Siregar Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...3 1.2. Maksud dan Tujuan...4 1.3. Sistematika dan Penyusunan Indikator...4 1.4. Sumber Data dan Indikator...5 BAB II KEPENDUDUKAN... 7 2.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk...9 2.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk... 13 2.3. Keluarga Berencana (KB)... 15 BAB III PENDIDIKAN... 17 3.1. Keadaan Sarana Pendidikan... 20 3.2. Angka Melek Huruf... 21 3.3. Partisipasi Sekolah... 23 3.4. Pendidikan yang Ditamatkan... 26 3.5. Rata-rata Lama Sekolah... 29 BAB IV KETENAGAKERJAAN... 31 4.1. Penduduk Usia Kerja... 34 4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)... 36 4.3. Lapangan Pekerjaan... 38 4.4. Status Pekerjaan... 40 4.5. Jam Kerja... 42 BAB V KESEHATAN... 45 5.1. Anak Lahir Hidup... 48 5.2. Angka Kematian Bayi... 50 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 v

5.3. Angka Harapan Hidup... 52 5.4. Status Kesehatan... 53 5.5. Sarana dan Prasarana Kesehatan... 57 5.6. Pemanfaatan Fasilitas Tenaga Kesehatan... 58 5.6.1. Penolong Persalinan... 61 5.6.2. Persentase Penduduk Sakit yang Mengobati Sendiri... 62 5.6.3. Persentase Penduduk Sakit yang Menjalani Rawat Inap... 64 BAB VI TARAF DAN POLA KONSUMSI... 67 6.1. Pengeluaran Rumah Tangga... 70 6.2. Konsumsi Energi dan Protein... 74 BAB VII PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN... 79 7.1. Berbagai Unsur Rumah/Tempat Tinggal... 82 7.1.1. Status Penguasaan Tempat Tinggal... 82 7.1.2. Lantai Rumah... 84 7.1.3. Atap dan Dinding Rumah... 86 7.2. Fasilitas Tempat Tinggal... 89 7.2.1. Sumber Air Minum... 89 7.2.2. Sumber Penerangan... 91 7.2.3. Tempat Buang Air Besar... 93 7.2.4. Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak... 96 BAB VIII KEMISKINAN... 99 8.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan... 102 8.2. Perubahan Garis Kemiskinan... 103 8.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan... 106 8.4. Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan... 108 BAB IX SOSIAL LAINNYA...109 9.1. Akses Pada Teknologi Komunikasi dan Informasi... 111 9.2. Pemberian Kredit Usaha dan Pelayanan Kesehatan Gratis... 113 9.3. Tindak Kejahatan... 115 vi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2011... 10 Tabel 2.2. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2011... 11 Tabel 2.3. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, 2011... 14 Tabel 2.4. Persentase Wanita Umur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut Kelompok Umur dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2011... 16 Tabel 3.1. Angka Melek Huruf Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011... 22 Tabel 3.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005-2011... 24 Tabel 3.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2010-2011... 25 Tabel 3.4. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009-2011... 27 Tabel 3.5. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 29 Tabel 4.1. Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin, 2011 35 Tabel 4.2. Persentase TPAK, Tingkat Kesempatan Kerja, dan Tingkat Pengangguran Terbuka, 2008-2011... 37 Tabel 4.3. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010-2011... 39 Tabel 4.4. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010-2011... 41 Tabel 4.5. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2010-2011... 43 Tabel 5.1. Rata-rata Anak yang Pernah Dilahirkan Hidup Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur Ibu, 2011... 49 Tabel 5.2. Angka Kesakitan Menurut Kabupaten/Kota dan Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011... 54 Tabel 5.3. Rata-rata Lama Sakit Menurut Kabupaten/Kota dan Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011... 55 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 vii

Tabel 5.4. Persentase Anak-anak Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Keluhan Kesehatan Utama yang Dialami, 2011... 56 Tabel 5.5. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kalimantan Tengah, 2000-2011... 58 Tabel 5.6. Angka Kunjungan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota, 2011... 59 Tabel 5.7. Persentase Kunjungan Penduduk ke Pelayanan Kesehatan Menurut Tempat Pelayanan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 60 Tabel 5.8. Persentase Penolong Persalinan Balita Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011... 62 Tabel 5.9. Persentase Penduduk Sakit yang Pernah Mengobati Sendiri Menurut Kabupaten/ Kota dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 63 Tabel 5.10. Persentase Penduduk Sakit yang Menjalani Rawat Inap Menurut Kabupaten/Kota dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 64 Tabel 6.1. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2006-2011 (rupiah)... 70 Tabel 6.2. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2006-2011 (rupiah)... 73 Tabel 6.3. Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 75 Tabel 7.1. Persentase Rumah tangga Menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal, 2010-2011... 83 Tabel 7.2. Presentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah, 2004-2011... 84 Tabel 7.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah Terluas, 2004-2011. 85 Tabel 7.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Rumah Terluas, 2004-2011... 87 Tabel 7.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Rumah Terluas, 2004-201188 Tabel 7.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum, 2004-2011... 90 Tabel 7.7. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Dipergunakan, 2005-2011... 91 Tabel 7.8. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, 2004-2011... 92 Tabel 7.9. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar, 2004-2011... 93 Tabel 7.10. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset, 2004-2011... 95 Tabel 7.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2008-2011... 96 viii Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

Tabel 7.12. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak, 2009-2011... 97 Tabel 8.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2007-2012... 103 Tabel 8.2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Komoditi, 2007-2012... 105 Tabel 8.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2007-2012... 107 Tabel 8.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan, 2012... 108 Tabel 9.1. Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Komunikasi dan Informasi dan Daerah Tempat Tinggal, 2011... 113 Tabel 9.2. Persentase Rumah Tangga Penerima Kredit Usaha dan Penerima Pelayanan Kesehatan Gratis Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011... 114 Tabel 9.3. Persentase Penduduk yang Pernah Menjadi Korban Kejahatan Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2009-2011... 115 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 ix

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Piramida Penduduk, 2011... 12 Gambar 2.2. Persentase Penduduk Wanita Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang Sedang Menggunakan KB Menurut Kelompok Umur, 2011. 15 Gambar 3.1. Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Sekolah Tahun Ajaran 2009/2010 dan 2010/2011.. 20 Gambar 3.2. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2011.. 28 Gambar 4.1. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan, 2011 35 Gambar 4.2. TPAK Menurut Jenis Kelamin, 2008-2011. 36 Gambar 4.3. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2011.. 38 Gambar 4.4. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Sektor Pekerja, Agustus 2008-2011 41 Gambar 5.1. Rata-rata Anak yang Pernah Dilahirkan Hidup Menurut Kelompok Umur Ibu, 2010-2011 50 Gambar 5.2. Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Jenis Kelamin, 1990-2011. 51 Gambar 5.3. Angka Harapan Hidup (e o ) Menurut Jenis Kelamin, 1990-2011 53 Gambar 6.1. Persentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2010-2011 71 Gambar 6.2. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 72 Gambar 6.3. Persentase Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan dan Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 76 Gambar 6.4. Persentase Rata-rata Konsumsi Protein Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan dan Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 77 Gambar 7.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal dan Daerah Tempat Tinggal, 2011 84 Gambar 7.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah Terluas, 2011 86 Gambar 7.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Rumah Terluas dan Daerah Tempat Tinggal, 2011. 88 Gambar 7.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum dan Daerah Tempat Tinggal, 2011 89 Gambar 7.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan dan Daerah Tempat Tinggal, 2011 92 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 xi

Gambar 7.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 94 Gambar 7.7. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 95 Gambar 7.8. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan bakar/energi Utama Untuk Memasak dan Daerah Tempat Tinggal, 2011.. 98 Gambar 8.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah, 2007-2012 102 Gambar 8.2. Persentase Garis Kemiskinan Menurut Jenis Komoditi, 2007-2012 104 Gambar 9.1. Persentase Penduduk Menurut Akses Terhadap Internet dan Daerah Tempat Tinggal, 2011 112 xii Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kesejahteraan yang tercantum dalam dokumen resmi negara seperti UUD 1945, sebenarnya mempunyai makna dan pengertian yang sangat luas. Kesejahteraan tidak saja menyangkut aspek yang bersifat lahiriah atau material tetapi juga bersifat batiniah atau spiritual. Sedemikian luasnya aspek-aspek yang tercantum dalam istilah tersebut sehingga data statistik yang konvensional, seperti pendapatan per kapita sangatlah tidak memadai untuk menampung makna kesejahteraan yang dimaksud. Peningkatan pendapatan per kapita sudah tentu merupakan bagian penting dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal demikian belum memadai untuk membangun manusia seutuhnya, seperti istilah yang tercantum dalam dokumen resmi negara, yang secara jelas menggambarkan luasnya muatan kesejahteraan. Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat (visible) melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi rumah tangga, perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan secara terpisah dalam bab tersendiri. Selain itu, tidak semua permasalahan kesejahteraan rakyat dapat diamati dan dapat diukur. Pada aspek yang begitu luas sangat tidak mungkin untuk menyajikan data statistik yang mampu mengukur segi kesejahteraan rakyat. Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang dapat diamati dan terukur (measurable welfare) baik dengan menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit. Untuk itu, kerangka kajian yang bertujuan untuk menilai berbagai masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dan pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan perlu dilakukan. Disamping itu kajian ini perlu juga mempelajari hambatan dan kendala yang mungkin ada selama pelaksanaan pembangunan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 3

berlangsung. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan sosial tersebut, sangat diperlukan adanya data/informasi yang bisa memberikan gambaran tentang taraf kemerataan dan perkembangan kesejahteraan rakyat sebagai dampak pembangunan yang berkelanjutan. Indikator-indikator yang disajikan merupakan indikator hasil (keadaan sosial) atau dampak (output or impact indicators) yang menggambarkan pengaruh atau dampak langsung dari pembangunan. Hal ini perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan ukuran untuk menilai derajat kesejahteraan yang telah dicapai selama ini, disamping itu juga terkandung berbagi informasi yang bisa dijadikan bahan penyusunan perencanaan pembangunan di masa mendatang. 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 ini untuk memberikan gambaran yang jelas secara statistik dan berkesinambungan dalam pelaksanaan program pembangunan, yang pada gilirannya dapat dijadikan bahan/kerangka perumusan kebijaksanaan dan program-program pengembangan/peningkatan pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat. 1.3. Sistematika dan Penyusunan Indikator Inkesra Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 terbagi ke dalam 8 kelompok indikator sektoral yaitu Kependudukan, Kesehatan/Gizi, Pendidikan, Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga, Ketenagakerjaan, Perumahan, serta Sosial Budaya. Ringkasan indikator sektoral disajikan untuk menggambarkan secara garis besar keadaan, dan perkembangan kesejahteraan rakyat. Disamping itu, juga membahas keterkaitan dan keterbandingan antar kabupaten/kota dengan mempergunakan tabel-tabel dan gambar/grafik. Untuk maksud tersebut di atas, publikasi ini terbagi ke dalam 11 (sebelas) bab seperti berikut: 4 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

Bab I. Bab II. Bab III. Bab IV. Bab V. Bab VI. Bab VII. Bab VIII. Bab IX. Pendahuluan Kependudukan Pendidikan Ketenagakerjaan Kesehatan Taraf dan Pola Konsumsi Perumahan dan Lingkungan Kemiskinan Sosial Lainnya 1.4. Sumber Data dan Indikator Sumber data publikasi Inkesra Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 adalah Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dan data sekunder atau data yang berasal dari luar BPS Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 5

KEPENDUDUKAN

BAB II KEPENDUDUKAN Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan, yang mencakup antara lain jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Hal ini dikarenakan penduduk merupakan faktor yang sangat dominan, tidak saja menjadi menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Untuk itu perhatian pemerintah terhadap masalah kependudukan selama ini telah diwujudkan dalam berbagai bentuk program, baik berorientasi langsung terhadap faktor-faktor demografi maupun yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tanggap terhadap masalah penting yang dihadapi oleh bangsa kita ini. Jumlah penduduk yang besar dan distribusinya yang tidak merata merupakan masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia, belum lagi kualitas penduduk yang relatif masih rendah. Kondisi ini menjadikan penduduk lebih diposisikan sebagai beban dalam proses pembangunan daripada sebagai modal pembangunan, sehingga secara makro hal ini dijadikan landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Kebijakan pembangunan sektor kependudukan memiliki posisi yang amat strategis karena proses pembangunan pada akhirnya akan bermuara pada penduduk. Penduduk tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Pembangunan di sektor-sektor lain sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembangunan di sektor kependudukan. Diperlukan kebijakan pembangunan dan kependudukan yang integratif untuk mengendalikan kualitas dan persebaran serta memperbaiki kualitas penduduk, baik untuk aspek kesehatan, pendidikan, dan perekonomiannya. 2.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2011 adalah 2.249.146 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 1.173.070 jiwa (52,16 persen) dan 1.076.076 jiwa (47,84 persen) penduduk perempuan. Dengan penduduk yang besar tersebut maka Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 9

apabila didukung oleh kualitas yang memadai maka penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah akan merupakan potensi dan sekaligus modal bagi pembangunan. Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2011 Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 0-4 121.701 114.997 236.698 5-9 125.121 117.818 242.939 10-14 111.465 104.838 216.303 15-19 103.442 97.946 201.388 20-24 106.843 104.416 211.259 25-29 119.051 112.674 231.725 30-34 110.348 98.440 208.788 35-39 98.516 85.291 183.807 40-44 80.418 68.691 149.109 45-49 62.827 53.300 116.127 50-54 47.918 39.985 87.903 55-59 31.849 25.452 57.301 60-64 21.085 19.447 40.532 65-69 14.095 13.211 27.306 70-74 9.074 9.194 18.268 75+ 9.317 10.376 19.693 Jumlah 1.173.070 1.076.076 2.249.146 Sumber: Perkiraan Penduduk Pertengahan Tahun 2011 Hasil SP2010 Perkembangan struktur umur penduduk ditentukan oleh adanya perubahan kondisi sosial dan ekonomi serta norma-norma hidup masyarakat. Sebagai contoh, turunnya angka kelahiran (fertilitas) sebagai hasil upaya keras pemerintah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) menyebabkan pertumbuhan penduduk 10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

pada kelompok anak-anak dapat dikendalikan. Membaiknya derajat kesehatan masyarakat seiring dengan membaiknya pelayanan kesehatan menyebabkan semakin tinggi angka harapan hidup. Di samping itu, globalisasi mempercepat pengaruh pada mobilitas penduduk baik yang bersifat permanen maupun sementara. Tabel 2.2. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2011 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 0-4 10,37 10,69 10,52 5-9 10,67 10,95 10,80 10-14 9,50 9,74 9,62 15-19 8,82 9,10 8,95 20-24 9,11 9,70 9,39 25-29 10,15 10,47 10,30 30-34 9,41 9,15 9,28 35-39 8,40 7,93 8,17 40-44 6,86 6,38 6,63 45-49 5,36 4,95 5,16 50-54 4,08 3,72 3,91 55-59 2,72 2,37 2,55 60-64 1,80 1,81 1,80 65-69 1,20 1,23 1,21 70-74 0,77 0,85 0,81 75+ 0,79 0,96 0,88 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Perkiraan Penduduk Pertengahan Tahun 2011 Hasil SP2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 11

Dari Tabel 2.2 di atas terlihat bahwa persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 66,16 persen, sedangkan persentase penduduk usia non produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas adalah 33,84 persen. Dengan kata lain angka beban ketergantungan penduduknya sebesar 51,16, yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 51 penduduk usia non produktif (usia muda dan usia lanjut). Struktur umur penduduk tahun 2011 tergambar pada piramida penduduk. Dari gambar tersebut masih terlihat melebar di dasar piramida, sedangkan di bagian tengah piramida makin melebar dan merata dan bagian atas piramida yang cenderung semakin menyempit meruncing tajam. Dari analisis piramida menggambarkan bahwa penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tergolong penduduk muda ke arah menengah, pada kelompok umur penduduk tua pada piramida penduduk, menunjukkan bahwa penduduk perempuan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Gambar 2.1. Piramida Penduduk, 2011 Laki-laki 130.000 65.000 0 75 + 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 Perempuan 0 65.000 130.000 12 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

2.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Secara administratif, pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah dibagi menjadi 125 kecamatan dan 1.528 desa/kelurahan. Sampai dengan tahun 2011 persebaran penduduk Provinsi Kalimatan Tengah masih belum merata. Hal ini akibat kurangnya sarana jalan darat yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain, sehingga penduduk lebih banyak memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi. Dengan berfungsinya sungai sebagai sarana transportasi perhubungan untuk semua kegiatan masyarakat, maka daerah-daerah sepanjang aliran sungai menjadi daerah pemukiman penduduk. Daerahdaerah yang jauh dari aliran sungai jarang dihuni oleh penduduk, meskipun kadang kala daerah tersebut merupakan daerah potensial untuk pertanian, industri, pertambangan, dan lain sebagainya. Pada tahun 2011 kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah adalah 15 jiwa per km 2. Angka ini meningkat dibanding kondisi tahun 1990 dimana kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah hanya 9 jiwa per km 2. Dengan adanya modernisasi banyak memberikan Pada tahun 2011 kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah adalah 15 jiwa per km 2. Angka ini meningkat dibanding kondisi tahun 1990 dimana kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah hanya 9 jiwa per km 2. Dengan adanya modernisasi banyak memberikan pengaruh pada mobilitas penduduk baik yang sifatnya permanen maupun sementara, sehingga pada tahun 2011 kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah meningkat. Khusus di Kota Palangka Raya yang luas wilayahnya kurang dari 2 persen dari luas Provinsi Kalimantan Tengah (± 2.400 km 2 ) mempunyai kepadatan penduduk lebih dari 6 (enam) kali kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 94 jiwa per km 2. Bila dilihat menurut kabupaten/kota, Kabupaten Murung Raya yang merupakan kabupaten terluas dengan luas ± 15 persen luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah kepadatan penduduknya paling jarang, yaitu sebesar 4 jiwa per km 2. Untuk kabupaten-kabupaten induk seperti Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Selatan, Barito Utara dan Kota Palangka Raya masing-masing 22 jiwa, 23 jiwa, 22 jiwa, 14 jiwa, 15 jiwa dan 94 jiwa per km 2. (Tabel 2.3.). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 13

Persebaran yang tidak merata sangat berkaitan dengan permasalahan kemasyarakatan, daya dukung serta daya tampung lingkungan/wilayah, juga persoalan penyediaan kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan, serta tenaga kerjanya. Kota Palangka Raya memiliki kepadatan yang tinggi dibandingkan kabupaten lainnya, sehingga perlu penyeimbangan persebaran penduduk melalui pemerataan pembangunan wilayah, penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduknya. Tabel 2.3. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, 2011 Kabupaten/Kota Luas (Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) (1) (2) (3) (4) Kotawaringin Barat 10.759 239.753 22 Kotawaringin Timur 16.496 380.443 23 Kapuas 14.999 335.168 22 Barito Selatan 8.830 126.207 14 Barito Utara 8.300 123.610 15 Sukamara 3.827 45.706 12 Lamandau 6.414 64.258 10 Seruyan 16.404 142.275 9 Katingan 17.800 148.892 8 Pulang Pisau 8.997 122.073 14 Gunung Mas 10.804 98.615 9 Barito Timur 3.834 99.003 26 Murung Raya 23.700 98.480 4 Palangka Raya 2.400 224.663 94 Kalimantan Tengah 153.564 2.249.146 15 Sumber: Perkiraan Penduduk Pertengahan Tahun 2011 Hasil SP2010 14 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

2.3. Keluarga Berencana (KB) Sasaran program KB adalah bukan hanya ditujukan kepada pencapaian jumlah peserta KB saja, tetapi juga agar terciptanya kondisi peserta tersebut dapat terus menerus secara aktif menggunakan cara/alat KB. Dengan demikian meningkatnya jumlah peserta KB harus diikuti pula dengan berbagai upaya untuk meningkatkan peserta KB aktif, sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap penurunan fertilitas. Salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam layanan KB adalah faktor informasi. Karena informasi yang memadai dapat memberikan berbagai keterangan mengenai metode KB yang dapat membantu calon akseptor untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi dan dapat memberikan informasi mengenai efek samping dari metode KB yang akan dipilih. a) Proporsi Peserta KB Aktif Umumnya Pasangan Usia Subur (PUS) sudah menyadari perlunya ber-kb dan mereka memahami bahwa dengan dua anak lebih baik, jumlah keluarga yang terencana, dan jarak kelahiran yang tepat sesuai perencanaan. Pada tahun 2011 terdapat sekitar 68,07 persen wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus pernah kawin yang sedang menggunakan KB. Penduduk pada kelompok umur 25-39 tahun merupakan persentase pemakaian alat KB-nya terbesar (67 persen), sedangkan terkecil adalah kelompok umur 15-19 tahun (1,81 persen). Hal ini mungkin disebabkan wanita pada kelompok umur tersebut sangat berkeinginan mempunyai keturunan. Gambar 2.2. Persentase Penduduk Wanita Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang Sedang Menggunakan KB Menurut Kelompok Umur, 2011 24,63 20,55 21,82 13,46 10,82 6,91 1,81 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 15

b) Penggunaan Alat/Cara KB Dari sejumlah pemakai alat kontrasepsi, pasangan usia subur umumnya lebih suka ber KB jangka pendek, hal ini terlihat dari alat/cara KB yang paling banyak digunakan adalah suntik dan pil, dimana terdapat 57,06 persen wanita yang menggunakan suntik dan 35,87 persen menggunakan pil KB, sedangkan sisanya alat kontrasepsi yang lain. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh adanya sasaran dari program itu sendiri, dan juga karena lebih praktis dan kemudahan pelayanan bagi para pengguna. Sebaliknya pengguna alat/cara KB jangka panjang seperti IUD, tubektomi maupun vasektomi masih sangat rendah. Proporsi besarnya pemakaian IUD sebesar 0,71 persen, padahal IUD merupakan salah satu alat yang efektif, karena tingkat kelangsungan pemakaian IUD lebih tinggi dibandingkan pil atau kondom. Diharapkan dengan pemakaian IUD akan lebih menjamin keberhasilan program KB. Rendahnya tingkat pemakaian IUD tersebut terjadi pada semua kelompok umur, bahkan pada kelompok umur 15-19 tahun tidak ada yang menggunakan alat tersebut. Tabel 2.4. Persentase Wanita Umur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut Kelompok Umur dan Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan, 2011 Kelompok Umur AKDR /IUD Alat/cara KB yang digunakan Susuk KB Pil KB Tubektomi Vasektomi Suntikan KB Kondom Tradisional Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 15-19 - - - 60,24 3,26 36,50 - - - 20-24 0,39-0,80 61,82 2,89 32,69-1,42-25-29 0,28-0,29 59,93 2,93 34,46 0,60 1,24 0,26 30-34 0,46-1,38 57,58 2,86 35,58 0,55 1,47 0,12 35-39 0,75 0,88 0,22 56,25 3,32 36,77 0,62 1,19-40-44 1,11 0,26 0,89 52,95 6,02 34,35 0,45 3,81 0,17 45-49 0,64 0,17 1,45 44,18 3,12 47,33 0,41 2,44 0,25 Jumlah 0,54 0,23 0,71 57,06 3,35 35,87 0,47 1,64 0,13 Sumber: Susenas 2011 Provinsi Kalimantan Tengah 16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

PENDIDIKAN

BAB III PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan menuju masyarakat dewasa dan mandiri, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Sejauh mana amanat yang tercermin dalam UUD 1945 dan GBHN, dimana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa telah atau sedang dicapai oleh masyarakat merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Melalui pemerataan pendidikan masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk. Dalam kaitan ini pemerintah berupaya menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan melaksanakan kebijakan pendidikan yang disebut Gerakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar) 9 tahun, yaitu sebuah kebijakan yang sangat mendasar dan diharapkan dapat menopang keberhasilan program pendidikan jangka panjang. Untuk menunjang perkembangan ekonomi melalui industrialisasi, tenaga kerja yang hanya berpendidikan SD saja tidak memadai, sehingga dengan Wajar 9 tahun berarti menunda anak-anak dan remaja untuk tidak segera terjun kelapangan kerja dan untuk lebih siap bekerja secara produktif. Selain itu diharapkan jumlah penduduk yang buta huruf akan berkurang terutama pada penduduk usia sekolah. Kesejahteraan penduduk di suatu wilayah tidak terlepas dari pendidikan yang merupakan penentu kualitas penduduk tersbut. Oleh sebab itu, sektor pendidikan selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan. Tingkat keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan dapat diukur dari berbagai macam indikator. Untuk menggambarkan keadaan pendidikan penduduk secara umum dalam uraian bagian ini, antara lain akan disajikan gambaran umum mengenai status pendidikan dari beberapa indikator seperti angka partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, angka melek huruf, dan rata-rata lama sekolah. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 19

3.1. Keadaan Sarana Pendidikan Komitmen pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa antara lain terlihat dari semakin meningkatnya jumlah sekolah yang dibangun, dan pengangkatan tenaga guru dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut agaknya merupakan keharusan yang tidak dapat dihindari untuk menampung jumlah penduduk usia sekolah yang selalu meningkat terus sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk. Rasio murid-guru dan murid-kelas merupakan ukuran yang dapat menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pendidikan. Semakin kecil rasio, berarti semakin baik keadaan fasilitas pendidikan yang tersedia. Selain itu rasio murid-guru menggambarkan kepadatan kelas sebagai ruang belajar. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk melihat ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai untuk mendukung program wajib belajar 9 tahun yang dicancangkan oleh pemerintah. Pengadaan/pengangkatan guru secara umum dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang dibandingkan dengan peningkatan jumlah murid serta pertambahan sekolah pada ke tiga jenjang pendidikan (SD, SMP, dan SMA), yang semakin merata sampai ke pelosok perdesaan terutama di daerah terpencil dan kantong-kantong pemukiman yang terpencar. Oleh sebab itu jumlah sekolah yang ada dibandingkan dengan guru yang tersedia makin seimbang, khususnya daerah yang terpencil, sementara pertambahan jumlah murid relatif meningkat, pertambahan guru maupun jumlah sekolahnya juga bertambah. 15 10 5 Gambar 3.1. Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Sekolah Tahun Ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 12,51 12,63 12,68 11,11 10,74 9,72 8,71 8,60 2009/2010 2010/2011 0 SD SMP SMA SMK Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah 20 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

Rasio murid-guru pada masing-masing tingkatan sekolah pada tahun ajaran 2009/2010 untuk SD = 9,72, SMP = 12,51, SMA = 12,63 dan SMK = 8,71, pada tahun 2010/2011 menjadi SD = 11,11, SMP = 10,74, SMA = 12,68 dan SMK = 8,60. Keadaan ini menggambarkan bahwa mutu pendidikan perlu ditingkatkan dengan menambah jumlah guru, terutama pada pendidikan dasar. Program wajib belajar 9 tahun juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sampai 9 tahun. 3.2. Angka Melek Huruf Membaca merupakan suatu hal yang sangat penting dalam memajukan setiap individu, karena membaca adalah dasar utama dalam memperluas ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, indikator Angka Melek Huruf (AMH) merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Salah satu keberhasilan program pendidikan ditunjukkan dengan semakin berkurangnya tingkat buta huruf penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Tingkat buta huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan pengetahuan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai hidup sejahtera. Berkaitan dengan hal itu, pemerintah berusaha agar penduduk laki-laki maupun perempuan di segala lapisan masyarakat dapat terbebaskan dari buta aksara. Usaha pemerintah selama ini antara lain diwujudkan dengan program wajib belajar 9 tahun dan program kejar paket A dan B. Selama tahun 2010-2011, AMH laki-laki maupun perempuan baik di perkotaan maupun perdesaan terlihat angkanya sudah melebihi 95 persen. Sementara itu jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, AMH di perkotaan lebih besar dari AMH di perdesaan. Kemudian jika membandingkan antar wilayah perdesaan dan perkotaan lebih lanjut, perbedaan AMH laki-laki lebih tinggi dibandingkan AMH perempuan (Tabel 3.1.). Tingginya AMH laki-laki dibanding perempuan selama dua tahun terakhir menunjukkan, bahwa jumlah perempuan yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan lebih banyak dibanding laki-laki dan lebih banyak dibanding di perkotaan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 21

Kemudian jika dibandingkan AMH laki-laki dan perempuan di perkotaan lebih besar daripada perdesaan. Penyebab dari keadaan ini juga diduga terkait dengan kemampuan ekonomi keluarga yang kurang memadai dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan di mana fasilitas yang tersedia berlokasi di tempat yang jauh dari jangkauan penduduk setempat. Arah pembinaan pemberantasan buta huruf telah cukup berhasil mengingat dinamika masyarakat perkotaan dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk dapat membaca dan menulis. Tabel 3.1. Angka Melek Huruf Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2010-2011 Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Jenis Kelamin 2010 2011 2010 2011 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-laki 99,33 98,47 97,97 98,19 98,41 98,28 Perempuan 98,14 95,98 96,54 95,96 97,10 95,97 Total 98,74 97,22 97,30 97,14 97,78 97,17 Sumber: Susenas 2010-2011 Provinsi Kalimantan Tengah Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat buta huruf penduduk Kalimantan Tengah sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat buta huruf penduduk perempuan yang lebih besar tersebut. Meskipun rendah, namun perbedaan angka buta huruf laki-laki dan perempuan di atas memperlihatkan kesenjangan baik sosial budaya maupun kesempatan diantara keduanya masih ada. Dari gambaran yang dikemukakan di atas kiranya jelas bahwa perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk pemberantasan buta huruf di Provinsi Kalimantan Tengah, dan upaya tersebut perlu diprioritaskan pada penduduk perempuan khususnya di daerah perdesaan. Hal ini mengingat bahwa akselerasi pemberantasan buta huruf masih berjalan cukup lambat walaupun ini telah dilancarkan sejak satu dasawarsa terakhir. 22 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

3.3. Partisipasi Sekolah Keberhasilan pembangunan suatu daerah ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Tujuan Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 salah satunya adalah pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Indikator keberhasilan dalam pencapaian rencana strategis tersebut dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) yang keduanya menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan. Usia sekolah tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 7-12 tahun (SD), 13-15 tahun (SMP), dan 16-18 tahun (SMA). Perbedaan APS dan APM terletak pada tingkat pendidikan, jika APS hanya memandang kelompok umur, APM memperhatikan tingkat pendidikan dan kelompok umur. Dengan demikian, APM mengukur seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dan juga melihat proporsi anak yang bersekolah tepat waktu sesuai dengan umurnya. Pengkajian partisipasi sekolah penduduk Kalimantan Tengah pada setiap jenjang pendidikan (Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah), diharapkan akan dapat memberikan gambaran kualitas SDM yang potensial di masa datang. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, tingkat partisipasi sekolah penduduk Kalimantan Tengah telah meningkat, baik perempuan maupun laki-laki. Keadaan ini cukup menggembirakan karena partisipasi sekolah memang diharapkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 23

Tabel 3.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005-2011 Kelompok Umur / Jenis Kelamin 7-12 tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) - Laki-laki 97,40 97,98 97,96 98,30 98,71 98,92 97,94 - Perempuan 96,49 98,70 98,51 98,55 98,28 98,44 98,28 - Total 96,96 98,33 98,23 98,43 98,50 98,70 98,10 13-15 tahun - Laki-laki 83,96 83,79 83,89 84,03 84,52 84,70 85,23 - Perempuan 88,86 88,73 88,36 88,61 88,72 89,05 86,10 - Total 86,28 86,08 86,14 86,19 86,62 86,83 85,64 16-18 tahun - Laki-laki 52,22 50,11 50,18 50,02 53,50 54,36 52,51 - Perempuan 51,33 57,10 56,48 56,44 53,99 54,67 56,47 - Total 51,77 53,39 53,20 53,01 53,73 54,50 54,33 19-24 tahun - Laki-laki 9,67 9,74 10,14 9,91 10,13 11,21 13,61 - Perempuan 9,67 8,90 9,36 9,04 10,06 10,91 11,65 - Total 9,67 9,32 9,75 9,46 10,09 11,06 12,59 Sumber: Susenas 2005-2011 Provinsi Kalimantan Tengah Peningkatan penduduk yang bersekolah selama tahun 2005-2011 merupakan keberhasilan Provinsi Kalimantan Tengah dalam upaya memperluas pelayanan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah yang cenderung semakin meningkat. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur dan jenis kelamin selama tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Perbandingan antara kelompok usia penduduk tingkat pendidikan tampak bahwa APS anak usia tingkat pendidikan SD (7-12 tahun) lebih tinggi dibandingkan APS usia SMP (13-15 tahun). Pada tahun 2011 APS usia SD mencapai 98,10 persen dan APS usia SMP 24 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

sebesar 85,64 persen. APS usia penduduk tingkat pendidikan SMP yang masih lebih rendah dibanding APS usia SD menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, mengingat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan lebih dari satu dasawarsa, akan tetapi belum meliputi seluruh anak usia 13-15 tahun yang ada. Partisipasi sekolah penduduk perempuan usia tingkat pendidikan SMA (16-18 tahun) selama tahun 2005-2011 pun menunjukkan gambaran yang menggembirakan. Jika pada tahun 2005 APS penduduk perempuan sebesar 51,33 persen atau lebih rendah dibanding laki-laki (52,22 persen), namun pada tahun-tahun berikutnya menunjukkan peningkatan yang berarti, yaitu tahun 2011 mencapai 56,47 persen dan lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki (52,51 persen). Pada kelompok usia penduduk tingkat pendidikan tinggi (19-24 tahun), APS penduduk laki-laki mengalami peningkatan dari pada perempuan, yaitu dari 9,67 persen naik menjadi 13,61 persen tahun 2011 dan APS untuk perempuan adalah 9,67 persen tahun 2005 menjadi 11,65 persen. Fenomena ini menunjukkan masih adanya peranan perempuan dalam kesetaraan gender di bidang pendidikan. Secara umum, tingkat partisipasi sekolah pada setiap jenjang pendidikan di Kalimantan Tengah mengalami kenaikan selama sepuluh tahun terakhir. Demikian pula partisipasi sekolah baik pada laki-laki maupun perempuan. Tabel 3.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2010-2011 Tingkat Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Pendidikan 2010 2011 2010 2011 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD 97,26 92,37 95,90 92,11 96,62 92,25 SMP 59,96 65,55 62,69 67,24 61,30 66,35 SMA 39,96 42,35 39,21 45,80 39,62 43,93 Sumber: Susenas 2010-2011 Provinsi Kalimantan Tengah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 25

Tidak jauh berbeda dengan APS, APM pun menunjukkan kondisi yang cukup menggembirakan, penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan umurnya pada umumnya semakin meningkat. Pada tingkat pendidikan SMP dan SMA mengalami peningkatan, yaitu SMP dari 61,30 persen menjadi 66,35 persen dan SMA dari 39,62 persen menjadi 43,93 persen, sedangkan SD mengalami penurunan dari 96,62 persen menjadi 92,25 persen pada tahun 2011 (Tabel 3.3.). Namun demikian, seperti yang terjadi di tahun sebelumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah nilai APM, terutama pada tingkat penddikan SMA/sederajat yang menunjukkan akses terhadap pendidikan lanjutan masih rendah. Fenomena yang cukup menarik adalah APM perempuan untuk pendidikan sekolah menengah lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki, hal ini berbeda dengan jenjang SD dimana APM laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun jika kita lihat secara keseluruhan, APM laki-laki dan perempuan pada semua tingkat pendidikan tidak terlalu berbeda jauh, kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan maupun perluasan akses pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan sudah terwujud. 3.4. Pendidikan yang Ditamatkan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktivitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya, peningkatan produktivitas seseorang dalam bekerja diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Kemajuan yang dicapai oleh suatu bangsa antara lain sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan penduduknya. Berkaitan dengan hal ini, penting untuk diketahui perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Tengah terutama dari tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan. Gambaran mengenai peningkatan SDM dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas. 26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

Tabel 3.4. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009-2011 Daerah Tempat 2009 2010 2011 Tinggal/Pendidikan Tertinggi Perempuapuapuan Perem- Perem- Yang Ditamatkan Laki-laki Laki-laki Laki-laki (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan Tdk/blm pernah sekolah 1,18 3,21 1,01 3,22 1,41 3,91 Tdk/blm tamat SD 15,12 17,97 14,89 16,40 15,57 16,21 Tamat SD 22,22 24,25 20,65 23,64 22,15 24,21 Tamat SMP 19,92 18,63 20,74 21,36 20,02 19,68 Tamat SMA ke atas 41,56 35,93 42,70 35,37 40,84 35,99 Perdesaan Tdk/blm pernah sekolah 2,05 4,73 2,50 5,01 1,63 4,08 Tdk/blm tamat SD 23,77 26,24 21,57 24,56 21,99 23,20 Tamat SD 39,16 39,30 39,60 40,64 40,83 41,78 Tamat SMP 20,74 18,97 20,20 17,33 18,84 18,36 Tamat SMA ke atas 14,29 10,76 16,13 12,46 16,71 12,58 Total Tdk/blm pernah sekolah 1,75 4,20 2,02 4,39 1,56 4,02 Tdk/blm tamat SD 20,86 23,36 19,41 21,71 19,92 20,77 Tamat SD 33,46 34,06 33,47 34,70 34,80 35,67 Tamat SMP 20,46 18,85 20,37 18,74 19,22 18,82 Tamat SMA ke atas 23,46 19,53 24,74 20,47 24,50 20,71 Sumber: Susenas 2009-2011 Provinsi Kalimantan Tengah Tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan dengan penduduk di perdesaan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan lebih tingginya persentase penduduk yang tamat SMP ke atas. Sedangkan persentase penduduk dengan tingkat pendidikan di bawahnya menunjukkan kondisi sebaliknya, seperti terlihat dalam Tabel 3.4. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 27

Peningkatan level pendidikan juga terjadi pada setiap jenis kelamin. Namun demikian, proporsi tingkat pendidikan masih lebih menguntungkan bagi laki-laki. Sebagai contoh, persentase penduduk yang berpendidikan rendah (tamat SD ke bawah) tahun 2009 masing-masing tercatat sebesar 56,07 persen laki-laki dan 61,62 persen perempuan, sedangkan untuk tahun 2011 menjadi 56,28 persen untuk penduduk laki-laki dan 60,47 persen untuk penduduk perempuan. Persentase penduduk yang tamat SMA ke atas juga memperlihatkan kenaikan. Pada tahun 2009, persentase penduduk yang tamat sekolah menengah atas mencapai 19,53 persen pada perempuan dan 23,46 persen pada laki-laki. Pada tahun 2011 persentase yang tamat sekolah menengah atas meningkat menjadi 20,71 persen pada perempuan dan 24,50 persen pada laki-laki. Gambar 3.2. menunjukkan persentase penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ada kecenderungan pendidikan yang ditamatkan terfokus pada tingkat dasar. Gambar 3.2. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2011 35,67 34,80 20,77 19,92 19,22 18,82 16,10 12,75 1,56 4,02 2,92 2,30 0,87 1,30 0,97 1,13 3,64 3,23 Tdk/Blm Prnh Sklh Tdk/Blm Tamat SD SD SMP SMA SMK DI/II DIII Univ Laki-laki Perempuan 28 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012

3.5. Rata-rata Lama Sekolah Indikator lain yang digunakan untuk melihat tingkat pendidikan adalah rata-rata lama sekolah yang secara umum menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan baik di perkotaan maupun perdesaan. Rata-rata lama sekolah penduduk di daerah perkotaan mencapai 9,42 tahun, artinya rata-rata tingkat pendidikan penduduk perkotaan adalah kelas 1 SMA. Tabel 3.5. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2011 Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Laki-laki 9,71 7,49 8,22 Perempuan 9,13 6,91 7,68 Laki-laki + Perempuan 9,42 7,21 7,96 Sumber: Susenas 2011 Provinsi Kalimantan Tengah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 29

KETENAGAKERJAAN

BAB IV KETENAGAKERJAAN Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Dengan demikian titik sentral ketenagakerjaan adalah perencanaan tenaga kerja yang mencakup: (1) penyusunan program penyediaan tenaga profesional untuk memenuhi kebutuhan dalam melaksanakan usaha atau kegiatan pembangunan yang direncanakan, (2) penyusunan program penciptaan kesempatan kerja supaya dapat menggunakan sumber daya manusia secara optimal, (3) terciptanya lapangan kerja baik dalam jumlah maupun kualitas yang memadai. Oleh karena upaya pembangunan banyak diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan, misalnya skala prioritas arah pertumbuhan antara sektor informal dan formal di perkotaan. Akhir-akhir ini di sektor informal di perkotaan semakin berperan penting dalam menyerap pertumbuhan angkatan kerja, maka menjadi kurang bijaksana jika kebijakan pembangunan perkotaan lebih diarahkan pada sektor formal. Program-program pembangunan sektoral maupun regional perlu diusahakan demi terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin dengan imbalan jasa yang sepadan. Dengan perluasan dan pemerataan lapangan kerja serta peningkatan mutu lapangan pekerjaan diharapkan akan dapat dikurangi perbedaan penghasilan di antara tenaga kerja yang berpenghasilan tinggi dan rendah, sehingga dengan demikian dapat ditingkatkan pemerataan pendapatan. Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Banyaknya penduduk yang bekerja menunjukkan banyaknya penduduk yang mampu secara ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa, yang secara tidak langsung dapat menunjukkan pula banyaknya penduduk yang mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaliknya, banyaknya Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012 33

pengangguran menunjukkan banyaknya penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh sebab itu, pengangguran berkaitan erat dengan kemiskinan. Ada berbagai macam indikator yang dapat digunakan untuk mencerminkan keberhasilan pembangunan di bidang ketenagakerjaan, antara lain jumlah penduduk usia kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan serta persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha dan jam kerja. 4.1. Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja yaitu seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Sesuai dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk yang telah memasuki usia kerja dapat dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan penduduk yang menganggur/pengangguran. Pada tahun 2011 penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas) tercatat sebanyak 1.556.649 orang. Dari jumlah tersebut 52,45 persen adalah penduduk laki-laki dan 47,55 persen penduduk perempuan atau penduduk usia kerja laki-laki sedikit lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tergolong angkatan kerja jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki bukan angkatan kerja. Begitu juga dengan penduduk perempuan umur 15 tahun ke atas yang tergolong angkatan kerja lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan umur 15 tahun ke atas yang bukan angkatan kerja. Masih kentalnya tatanan sosial budaya masyarakat, dimana laki-laki sebagai kepala keluarga mempunyai kewajiban untuk bekerja mencari nafkah, sehingga angkatan kerja laki-laki (63,36 persen) jauh lebih besar jika dibandingkan dengan angkatan kerja perempuan (36,64 persen). 34 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2011/2012