BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi. panas karena dalam proses perkolasi ini tidak menggunakan pemanasan.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Dilakukan fraksinasi 800 ml ekstrak dengan 800 ml klorform, dihasilkan:

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi, sedangkan penelitian eksperimental meliputi uji toksisitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI KAYU SANREGO (Lunasia amara Blanco) SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

HASIL DAN PEMBAHASAN

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

Transkripsi:

6 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman uji dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UMS dengan cara mencocokkan tanaman pada kunci-kunci determinasi menurut C.A. Backer (986). Tujuan determinasi tanaman adalah untuk memastikan identitas tanaman yang diteliti agar terhindar dari kesalahan dalam pengambilan tanaman dan menjaga kemurnian bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain. Hasil determinasi tersebut menyatakan bahwa tanaman yang diteliti adalah benar memiliki ciri-ciri sebagaimana Annona squamosa L (Lampiran.) B. Hasil Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Penyarian dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hal ini bertujuan agar seluruh zat aktif tersari dalam pelarut. Metode maserasi ini dipilih karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, mudah dan cocok untuk simplisia yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Hasil ekstraksi dari 2,5 kg simplisia kering daun srikaya diperoleh berat ekstrak etanol daun srikaya sebanyak 260,99 mg, rendemen yang diperoleh sebesar 0,44%. C. Uji Sitotoksik dengan Metode MTT assay Uji sitotoksik dilakukan dengan metode MTT assay dengan mengamati intensitas warna ungu dari kristal formazan yang dibaca menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm. Semakin tinggi intensitas warna ungu menunjukkan semakin banyak sel yang hidup. Gambaran morfologi kontrol sel T47D dan perlakuan 250 µg/ml ekstrak etanol daun srikaya tersaji pada gambar 6

7 3. Sel yang sehat terlihat berbentuk pipih menyerupai daun memanjang bergerombol, inti sel transparan, berwarna cerah, serta menempel pada dasar sumuran sedangkan sel yang mati berbentuk bulat tak beraturan, tampak gelap pada bagian inti sel serta mengapung pada media. Setelah pemberian MTT, akan terlihat kristal formazan yang berasal dari reaksi MTT dengan sel T47D yang masih hidup. Jika dibandingkan dengan kontrol sel (Gambar 3.c), jumlah kristal formazan yang terbentuk pada perlakuan sel dengan 250 µg/ml ekstrak etanol daun srikaya tampak berkurang. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas sitotoksik dari ekstrak etanol daun srikaya. (i) (ii) (b (a) (b) (c) (d) Gambar 3. Pengaruh ekstrak etanol daun srikaya terhadap morfologi sel T47D dan pembentukan formazan. (a)kontrol sel T47D, (b) Sel T47D dengan ekstrak etanol daun srikaya 250 µg/ml, (c) Formazan pada Kontrol sel T47D, (d) Formazan pada ekstrak etanol daun srikaya 250 µg/ml setelah MTT (i) sel yang hidup (ii) sel yang mati. Uji dilakukan dengan menggunakan pelarut DMSO. Namun, konsentrasi DMSO yang tinggi kemungkinan dapat menjadi penyebab kematian sel. Menurut Maryati (2006) penggunaan DMSO sampai konsentrasi,67% v/v tidak mempengaruhi viabilitas sel T47D. Konsentrasi DMSO tertinggi dalam ekstrak etanol daun srikaya pada penelitian ini adalah,25%. Gambar 4 memperlihatkan

8 morfologi kontrol sel dan kontrol sel dengan perlakuan DMSO,25% yang tidak memperlihatkan perbedaan. (a) (b) Gambar 4. Morfologi sel T47D pada kontrol sel (a) dan kontrol DMSO,25% (b) tidak memperlihatkan perbedaan. Gambar 5 dan Tabel menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan presentase sel hidup yang memperlihatkan fenomena dose dependent. Semakin kecil konsentrasi ekstrak etanol daun srikaya maka persen sel hidup T47D semakin besar. Parameter yang digunakan pada uji sitotoksik ini adalah IC 50 (inhibitor concentration 50) yang merupakan besarnya konsentrasi senyawa uji yang mampu menghambat pertumbuhan sel sebesar 50% dari populasinya yang diperoleh dari regresi linier grafik konsentrasi ekstrak versus rata-rata % sel hidup. Persamaan regresi linier yang diperoleh yaitu y = -0,35x + 00,7 dan nilai r = 0,987. Nilai IC 50 dihitung dengan memasukkan nilai y sebesar 50% sehingga diperoleh nilai x sebagai IC 50 yaitu 44,44 µg/ml. Semakin kecil IC 50 menunjukkan bahwa senyawa semakin toksik. Suatu ekstrak dikatakan kurang berefek sitotoksik terhadap sel kanker bila nilai IC 50 > 00 µg/ml (Untung, et al., 2008). Ekstrak etanol daun srikaya kurang berefek sitotoksik terhadap sel T47D dengan nilai IC 50 sebesar 44,44 µg/ml. Skrining fitokimia perlu dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terkandung dalam ekstrak etanol daun srikaya.

9 Tabel. Presentase sel hidup pada ekstrak etanol daun srikaya Konsentrasi Absorbansi % Sel hidup Rata2 µg/ml % Sel Hidup 250 0,274 0,289 0,294 6,24 0,372,749 9,454 50 0,43 0,435 0,489 44,628 50,689 65,565 53,627 00 0,439 0,55 0,523 5,79 72,727 74,93 66,483 50 0,548 0,585 0,52 8,88 92,0 74,380 82,736 25 0,542 0,62 0,570 80,65 99,449 87,879 89,64 Gambar 5. Hubungan konsentrasi ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L) dengan persen sel hidup T47D yang memperlihatkan bahwa meningkatnya konsentrasi ekstrak berkorelasi dengan penurunan persen sel hidup. D. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia ekstrak etanol daun srikaya, didahului dengan pengujian menggunakan uji tabung yang bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terkandung secara umum. Ekstrak etanol daun srikaya mengandung alkaloid, polifenol dan flavonoid (Gambar 6 dan Tabel 2). Kandungan alkaloid pada ekstrak etanol daun srikaya ditandai dengan terbentuknya endapan coklat dengan pereaksi mayer dan terbentuk endapan coklat dengan reagen Dragendorff. Terbentuknya warna ungu atau abu-abu kelabu pada penambahan FeCl 3 menunjukkan kandungan polifenol. Adanya kandungan flavonoid, diketahui dengan fluoresensi kuning orange pada UV 366 nm setelah ditambah sitoborat.

20 a b c Gambar 6. Hasil Uji Tabung Senyawa Kimia Ekstrak Daun Srikaya. Keterangan: a. Hasil uji flavonoid di bawah UV 366 nm dengan penambahan sitoborat. Positif flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya fluoresensi kuning oranye. b. Hasil uji polifenol dengan reagen FeCl 3. Positif polifenol ditunjukkan dengan terbentuknya warna abu-abu. c. Hasil uji alkaloid dengan reagen Dragendorff dan Mayer LP. Terbentuknya endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid. Tabel 2. Hasil Uji Tabung Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Srikaya No. Uji Tabung Reagen Hasil Alkaloid Dragendorff (terbentuk endapan coklat) + Mayer LP (terbentuk endapan coklat) + 2 Flavonoid Sitoborat(Fluoresensi kuning orange pada UV 366 nm) + 3 Polifenol FeCl 3 (abu-abu) + Skrinning fitokimia dilanjutkan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Senyawa polifenol dideteksi dengan FeCl 3. Suatu polifenol bila disemprot dengan FeCl 3 akan memberikan warna hijau, merah ungu, biru, kelabu atau hitam (Harborne, 996). Terbentuknya bercak berwarna abu-abu atau abu-abu kehitaman pada Rf 0,77 pada pengamatan visual, menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun srikaya mengandung polifenol. Adanya kandungan alkaloid pada daun srikaya ditandai dengan terbentuknya bercak kuning muda secara visual dan kuning kecoklatan setelah disemprot dengan reagen Dragendorff (Wagner, 984) pada Rf 0,26; 0,33; 0,60; 0,64; dan 0,84. Flavonoid akan membentuk komplek dengan asam borat dan jika dilihat di bawah lampu UV366 nm akan berfluoresensi kuning orange (Wagner, 984). Hasil uji ekstrak etanol daun srikaya menunjukkan adanya kandungan flavonoid ditandai dengan terbentuknya fluoresensi kuning orange pada UV 366 nm yaitu pada Rf 0,42; 0,49; 0,62 dan 0,82 (Gambar 7, Tabel 3).

2 8 5 2 0 8 7 5 4 3 2 0 6 4 3 0 7 5 2 9 6 4 3 A B C D E F Gambar 7. Hasil KLT Ekstrak Etanol daun srikaya dengan Fase Gerak hexan : etil asetat (6 : 4) dengan fase diam Silika gel GF 254 yang menunjukkan terdapat 0 senyawa dalam ekstrak etanol daun srikaya yaitu dari golongan alkaloid, flavonoid dan polifenol. Keterangan: A : visual B : deteksi UV 254 nm C : deteksi UV 366 nm D : deteksi pereaksi semprot FeCl 3 secara visual E : deteksi pereaksi semprot Dragendorff secara visual F : deteksi pereaksi semprot sitoborat Tabel 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Srikaya Bercak Rf UV 254 nm UV 366 nm visual FeCl3 Secara visual Dragendorff Sitroborat UV 366nm Perkiraan Senyawa 0,26 Pmd - 2 0,33 Pmd - muda muda - - alkaloid - kecoklatan - alkaloid 3 0,42 Pmd 4 0,49 Pmd F.Merah jingga F.Merah jingga 5 0,60 Pmd - - - - - - - muda - kecoklatan orange orange flavonoid flavonoid alkaloid 6 0,62 - F. orange - - - kuning orange Flavonoid 7 0,64 Pmd - - - kecoklatan - Alkaloid 8 0,77 Pmd - keabuan Abu - - 9 0,82 - - - - - 0 0,84 Pmd Biru gelap muda Hijau kebiruan Polifenol (tanin) flavonoid - coklat - alkaloid

22 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun srikaya memiliki efek sitotoksik yang kurang poten terhadap sel T47D dengan IC 50 44,44 µg/ml. Sementara hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun srikaya memiliki kandungan senyawa golongan alkaloid, flavonoid dan polifenol. Hasil-hasil tersebut mengindikasikan ekstrak etanol daun srikaya kurang berefek sitotoksik terhadap sel T47D karena kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rendahnya senyawa-senyawa dalam ekstrak etanol daun srikaya yang memiliki aktivitas antikanker termasuk senyawa asetogenin dan golongan alkaloid atau kemungkinan ekstrak etanol daun srikaya mempunyai efek toksik yang spesifik terhadap jenis sel kanker tertentu. Alkaloid merupakan salah satu senyawa kimia dalam daun srikaya yang dikenal memiliki aktivitas antikanker. Menurut Ahmad (2007) daun dan kayu tumbuhan srikaya merupakan sumber yang kaya akan alkaloid aporphine. Salah satu alkaloid golongan aporphine yang menunjukkan potensi antikanker adalah oksopurpureine yang diisolasi dari ekstrak etanol Annona purpurea (Annonaceae) dan aktif melawan tumor 9-KB (IC 50 5,2 µm) (Stevigny et al., 2005). Alkaloid lain dalam tanaman srikaya yang disebutkan mempunyai aktivitas antikanker yaitu Liriodenine (Rahayu et al., 993). Liriodenine yang diisolasi dari daun Michelia compressa dapat menginduksi ekspresi p53 pada sel kanker hepar (Hep G2 and SK-Hep-) sehingga menghambat proliferasi sel (TJ Hsieh et al). Lebrini et al., (200) menunjukkan kandungan alkaloid mayor liriodenine dan oxoanalobine tersari pada ekstrak HCl daun dan biji Annona squamosa yang dipurifikasi dengan CHCl 3. Namun, rendahnya aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun srikaya terhadap sel T47D ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kadar alkaloid pada daun srikaya yang berefek sitotoksik atau kekurangoptimalan dalam penyarian alkaloid.. Asetogenin yang terkandung dalam bangsa Annona terbukti mempunyai aktivitas sitotoksik melalui mekanisme penghambatan produksi ATP dengan mengganggu komplek I mitokondria (Pardhasaradi et al. (2004). Penelitian asetogenin telah banyak dilakukan pada biji tanaman srikaya. Ekstrak air dan ekstrak diklorometan biji srikaya mempunyai efek toksik pada sel tumor BC-8

23 yang menyebabkan apoptosis sel tumor secara signifikan melalui mekanisme peningkatan aktivitas caspase-3, penurunan ekspresi gen antiapoptosis Bcl-2 dan Bcl XL dan peningkatan intraseluler Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang berkorelasi dengan penurunan GSH (Phardhasaradhi et al., 2004). Penelitian ini belum dapat mendeteksi adanya kandungan asetogenin dalam ekstrak etanol daun srikaya sehingga belum dapat menunjukkan pengaruh asetogenin pada aktivitas sitotoksiknya. Dugaan spesifisitas efek toksik ekstrak etanol daun srikaya pada sel kanker ditunjukkan bahwa ekstrak etanol daun srikaya lebih poten pada sel HeLa dengan nilai LC 50 4,5467 (Djajanegara dan Wahyudi, 2009) dibandingkan pada sel T47D pada penelitian ini. Pernyataan ini diperkuat oleh Pardhasaradhi et al. (2005) yang menyebutkan bahwa ekstrak air dan ekstrak diklorometan dari biji srikaya menginduksi apoptosis pada sel kanker MCF-7 dan K-562 tetapi tidak pada sel COLO-205. Penelitian ini menunjukkan bahwa induksi apoptosis oleh ekstrak Annona squamosa bersifat selektif pada sel kanker tertentu (Pardhasaradhi et al., 2005). Fraksinasi pada ekstrak etanol daun srikaya bertujuan untuk menyederhanakan senyawa dalam ekstrak dan meningkatkan aktivitasnya. Uji sitotoksik fraksi nonpolar, semipolar dan polar ekstrak etanol daun srikaya pada sel T47D menunjukkan nilai IC 50 yang tidak jauh berbeda dari IC 50 ekstrak etanolnya. Fraksi nonpolar menunjukkan IC 50 sebesar 204,04 µg/ml (Christanto, 202), fraksi semipolar sebesar 84,49 µg/ml (Nugroho, 202), dan fraksi polar dengan IC 50 0,30 µg/ml (Meiningrum, 202). Ekstrak etanol daun srikaya maupun hasil fraksinya menunjukkan kurang berefek toksik terhadap sel T47D dengan IC 50 > 00 µg/ml. Uji aktivitas sitotoksik pada sel T47D juga dilakukan pada bagian biji dan kulit batang srikaya. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji srikaya yang paling poten terhadap sel T47D dengan nilai IC 50 60,79 µg/ml (Erlinaningrum, 202). Hal ini diduga senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas sitotoksik banyak terdistibusi ke bagian biji srikaya. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun srikaya kurang berefek toksik terhadap sel T47D. Kekurangtoksikan ini dapat

24 disebabkan karena rendahnya kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanol daun srikaya yang berefek toksik seperti asetogenin dan alkaloid atau karena spesifisitas ketoksikan terhadap sel kanker. Oleh karena itu, isolasi senyawa aktif terutama golongan alkaloid dan pengujian aktivitas sitotoksik pada jenis sel kanker perlu dilakukan.