ANALISIS PERBEDAAN IKLIM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali

IV KONDISI UMUM TAPAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK HUTAN KOTA DI KOTA KISARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat Provinsi

KAITAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN KENYAMANAN TERMAL PERKOTAAN THE RELATIONSHIP OF GREEN OPEN SPACE WITH HUMAN COMFORT IN URBAN AREAS

Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Peta lokasi studi

ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN INDEKS KENYAMANAN (Studi Kasus: Kota Yogyakarta) FERDY APRIHATMOKO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

PENGARUH TIPE TUTUPAN LAHAN TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA BITUNG. Yorri Yotam Junam Sanger Johannes E. X. Rogi Johan Rombang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA PATRIOT BINA BANGSA KOTA BEKASI (THE COMFORT LEVEL OF PATRIOT BINA BANGSA URBAN FOREST IN BEKASI CITY)

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

TINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA)

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

NILAI EKONOMI WISATA TAMAN KOTA BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI PEKANBARU

STUDI IKLIM MIKRO (Studi kasus: Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor) Oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL. Erwin Hermawan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 4 No.3, Juli 2016 ( ) KAJIAN IKLIM MIKRO DI BAWAH TEGAKAN RUANG TERBUKA HIJAU UNIVERSITAS LAMPUNG

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. The McGraw-Hill Companies, Inc. 4 Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

Sustainable Green Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB IV ANALISA TAPAK

POLA RUANG LUAR KAWASAN PERUMAHAN DAN KENYAMANAN THERMAL DI SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ISSN 1978-5283 Putri, M.RG., Zulkarnaini., Anita, S 2016 : 10 (2) ANALISIS PERBEDAAN IKLIM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU Miranti Putri Ridwan Gucci Alumni Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. Zulkarnaini Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. Sofia Anita Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina widya Panam KM 12.5 Pekanbaru Analysis of Microclimate Distinction to Comfort Visitors on Green Open Space in Pekanbaru. ABSTRACT The aim of this study was to analyze differences in microclimate, the comfort index and the perception of comfort of visitors in each of the green open space. Location of the study are in three different green open space that is City Forest, City Park and Polytechnic Caltex Riau Park (PCR). The method used was a survey and observation. The sampling method is purposive sampling. The result showed that the average temperature of City forest reached 27.35ºC with 72.12% an average of humidity and 9274.67 Lux intensity of light. Furthermore, comfort index in the city forest was uncomfortable and perception comfort of visitors in good categories the day while, the lack of good are in the afternoon. The average temperature of the city park was 27.83ºC with 71.55% an average of humidity and at 6239.33 Lux intensity of light. Comfort index in the city park was also in the category of comfortable and perceived the comfort of visitors in the category of being there during the day and poor in the afternoon. The average temperature, humidity, intensity of light in the PCR Park were, 30.61ºC, 64.30%, and 16567.67 Lux, respectively. The comfort index in PCR Park was uncomfortable. Nevertheless, the perception of visitors comfort was better in the morning and poor during the day. Key word: Open Public Space, Microclimate, Visitors Comfort 112

PENDAHULUAN Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota. Keberadaan RTH memberikan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Banyak fungsi yang dapat diberikan RTH baik ekologis, sosial budaya maupun estetika yang memberikan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro. Manfaat yang diperoleh dari keberadaan ruang terbuka Hijau (RTH) baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung dalam jangka panjang dan bersifat intangible. Proporsi RTH pada ruang wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota (Pasal 29 UU Nomor 26 tahun 2007). Sedangkan luas kebutuhan RTH per penduduk ditetapkan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 yaitu 20 m 2 /penduduk. Dari banyaknya fungsi RTH itu sendiri, fungsi terhadap lingkungan yang paling diinginkan.menurut Andjelicus (2008), salah satu dari beberapa fungsi RTH yaitu sebagai pengatur iklim mikro. Keadaan iklim mikro antara RTH yang satu dengan RTH yang lainnya tentu akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi RTH itu masing-masing. Unsur-unsur iklim mikro yang mempengaruhi keadaan RTH tersebut meliputi suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya (Bunyamin dan Aqil, 2010). Unsurunsur yang mempengaruhi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pada kenyamanan pengunjungan yang berada disana. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32.4 C 33.1 C dan suhu minimum berkisar antara 23.0 C 24.2 C (BMKG Pekanbaru, 2013). Namun suhu udara tersebut tidak dapat diprediksi akan tetap sama sepanjang tahunnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh pemanasan global yang telah dirasakan oleh seluruh belahan dunia manapun saat ini.pada Tahun 2010, BMKG Pekanbaru mencatat suhu udara maksimum pada bulan Oktober mencapai 34.2 C - 36.5 C.Melihat kondisi iklim Kota Pekanbaru tersebut tentunya keberadaan RTH dapat memberikan kontribusi sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro (Departemen Kehutanan, 2005).Kota Pekanbaru saat ini memiliki luas wilayah sebesar 63.226 Ha, baru memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau sebesar 8.113,49 Ha, yang terdiri dari RTH yang bersifat publik sebesar 1.790,89 Ha atau sekitar 2,83% (Putra, 2013). Beberapa RTH yang terdapat di Kota Pekanbaru tersebut berfungsi sosial yaitu dijadikan sebagai open public space untuk tempat berinteraksi sosial dalam masyarakat seperti tempat rekreasi, sarana olahraga dan atau area bermain. Banyaknya minat pengujung yang menjadikan RTH sebagai open public space tersebut ditentukan oleh persepsi kenyamanan pengunjung terhadap RTH itu sendiri. Beberapa RTH yang banyak diminati oleh pengunjung diantaranya yaitu Hutan Kota (Jl. Thamrin), di Taman Kota (Jl. Diponegoro), dan Taman Politeknik Caltex (Jl. Umbansari). Ketiga RTH tersebut memiliki kondisi yang berbeda-beda.akses yang mudah dijangkau oleh masyararakat membuat ketiga RTH di atas menjadi tempat yang ramai didatangi setiap minggunya. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis perbedaan iklim mikro (suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya) di setiap RTH. Menganalisis indeks 113

kenyamanan pada masingmasing RTH.Menganalisis persepsi kenyamanan pengunjung di masing-masing RTH. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015 di tiga titik lokasi RTH yaitu hutan kota (jl.thamrin), taman kota (Jl. Diponegoro), dan Taman PCR (Jl. Umbansari). Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode survey yaitu dengan melakukan wawancara dengan responden yang terdapat pada masing-masing RTH kemudian melakukan observasi dengan melakukan pengukuran terhadap ketiga unsur iklim mikro (suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya) di masing-masing lokasi RTH pada waktu pengamatan yang berbeda untuk mendapatkan data primer, sedangkan untuk mendapatkan data sekunder diperoleh dengan melakukan pencatatan dokumen dari dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertamanan dan Kebersihan, Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Pekanbaru (BMKG). HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks Kenyamanan (THI) Hutan Kota. Nilai THI di hutan kota tentunya akan berbeda dengan THI di dua RTH lainnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh keadaan hutan kota itu sendiri. Pohon-pohon yang cukup rapat juga menjadikan THI di hutan kota menjadi agak berbeda (Tabel 4.). Kualitas RTH umumnya berkaitan dengan banyaknya jumlah pohon yang rindang.semakin banyak jumlah pohon yang rindang di RTH maka semakin baik kondisi RTH tersebut. Tabel 4. Data Indeks Kenyamanan (THI) Hutan Kota Tanggal T ( C) RH (%) Nilai THI Kondisi Intensitas Cahaya (Lux) Lokasi Titik I II III Sabtu 01/08/15 26.80 75.60 25.50 + 8030 9285 2420 Minggu 02/08/15 26.60 71.60 25.05 + 8373 9220 2426 Sabtu 08/08/15 26.90 75.60 25.60 + 8055 9254 2395 Minggu 09/08/15 28.10 65.30 26.10-8430 9266 2460 Sabtu 15/08/15 26.80 75.30 25.50 + 8150 9279 2441 Minggu 16/08/15 28.90 69.30 27.10-8156 9344 2438 Rata-rata 27.35 72.12 25.80 + 8199 9274.67 2430 Keterangan : + : Nyaman, - : Tidak Nyaman Pada Tabel 4. terlihat THI paling besar yaitu hari Minggu Tanggal 16 Agustus 2015 yaitu 27.10. Pada tanggal 16 Agustus tersebut tercatat suhu udara tertinggi yaitu 28.9 C dengan kelembaban udara 69.3%. Selain itu nilai THI terendah yaitu pada tercatat pada hari Minggu tanggal 2 Agustus 2015 yaitu 25.05 dengan suhu 26.6 C dan kelembaban 71.6%. Diena (2009) menyatakan bahwa indeks kenyamanan (THI) yang nyaman dan ideal dengan kondisi manusia Indonesia yaitu berada pada kisaran THI 20-26. 114

Berdasarkan data hasil pengamatan (Tabel 4.) nilai THI rata-rata di hutan kota dalam 3 minggu berturut-turut pada bulan Agustus 2015 secara keseluruhan masuk dalam kondisi nyaman yaitu 25.8. Pada dasarnya faktor yang paling menentukan dalam menentukan indeks kenyamanan (THI) pengunjung yaitu suhu udara. Naik turunnya suhu udara setiap harinya juga dapat mempengaruhi indeks kenyamanan (THI) itu sendiri. Menurut Lippsmeier (1994) dalam Talarosha (2005), batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19 C - 26 C. Pada temperatur 26 C umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26 C -30 C. Indeks Kenyamanan (THI) Taman Kota. Taman Kota tentunya memiliki perbedaan dengan indeks kenyamanan (THI) di Hutan kota. Kondisi umum taman kota yang tidak memiliki banyak pohon di setiap sudutnya tentunya akan mempengaruhi indeks kenyamanan (THI) taman kota itu sendiri. Namun hal itu tidak menyurutkan minat pengunjung untuk terus berdatangan dan menikmati akhir pekan bersama keluarga. Fasilitas juga menjadi alasan untuk pengujung datang ke taman kota. Adapun data indeks kenyamanan (THI) Taman Kota dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Indeks Kenyamanan (THI) Taman Kota Tanggal T ( C) RH (%) Nilai THI Kondisi Intensitas Cahaya (Lux) Lokasi Titik I II III Sabtu 01/08/15 27.03 73.30 25.60 + 6235 4321 3760 Minggu 02/08/15 27.30 75.30 26.00 + 6248 4410 3840 Sabtu 08/08/15 27.40 71.00 25.80 + 6216 4335 3866 Minggu 09/08/15 28.70 70.00 27.00-6244 4324 3872 Sabtu 15/08/15 27.70 69.00 26.00 + 6227 4346 3816 Minggu 16/08/15 28.90 70.70 27.20-6266 4412 3921 Rata-rata 27.83 71.55 26.20 Keterangan : + : Nyaman, - : Tidak Nyaman + 6239.3 3 4358 3845.83 Pada Tabel 5. tercatat bahwa suhu yang tertinggi yaitu pada hari Minggu 16 Agustus 2015 yaitu 28.90 C. Menurut Purbowaseso (2004), suhu udara tergantung kepada intensitas panas atau penyinaran matahari, sehingga terlihat dari beberapa hari dilakukan pengukuran pada hari minggu ke-3 suhu udara cukup meningkat dari harihari yang lain. Untuk indeks kenyamanan (THI) di taman kota masih dalam kategori nyaman yaitu dengan rata-rata nilai THI yaitu 26.20. Indeks Kenyamanan (THI) Taman PCR. Taman PCR jauh lebih tinggi dari pada THI di hutan kota dan taman kota. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh kondisi Taman PCR itu sendiri.taman PCR merupakan RTH yang kebanyakan dimanfaatkan oleh pengunjung sebagai tempat olahraga dan rekreasi.disana terdapat pohon namun tidak rapat. Letak pohon kebanyak terdapat di pinggir-pinggir taman cenderung 115

mengelilingi sehingga bagian tengah dari taman tidak tertutup oleh vegetasi apapun. Kurangnya vegetasi tersebut tentunya akan memberikan efek terhadap suhu, kelembaban serta intensitas cahaya pada tempat tersebut. Vegetasi yang tidak terlalu banyak tentunya akan membuat suhu meningkat, kelembaban menurun dan intensitas cahaya yang masuk akan relatif lebih banyak. Tingginya suhu dan menurunnya kelembaban tentunya akan berdampak terhadap THI tempat tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor tingginya THI Taman PCR ini dibanding dengan Hutan kota dan Taman kota seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data Indeks Kenyamanan (THI) Taman PCR Tanggal T ( C) RH (%) Nilai THI Kondisi Intensitas Cahaya (Lux) Lokasi Titik I II III Sabtu 01/08/15 30.06 64.3 27.9 _ 3276 16732 12376 Minggu 02/08/15 29.5 67 27.5 _ 3286 16604 12411 Sabtu 08/08/15 31.1 65.6 28.9 _ 3293 16662 12405 Minggu 09/08/15 30.9 61.3 28.5 _ 3259 16433 12389 Sabtu 15/08/15 31 61.6 28.6 _ 3263 16570 12387 Minggu 16/08/15 31.1 66 28.9 _ 3255 16405 12433 Rata-rata 30.61 64.30 28.3 _ 3272 16567.67 74407 Keterangan : + : Nyaman, - : Tidak Nyaman Kondisi Taman PCR yang kurang memiliki penutupan membuat suhu meningkat dan kelembaban menurun (Tabel 6.) sehingga rata-rata THI di Taman PCR pun menjadi tinggi dibanding dengan kedua RTH lainnya yaitu 28.3, dimana rata-rata THI di hutan kota hanya 25.8 dan rata-rata THI di Taman kota 26.2. THI di Taman PCR termasuk dalam kategori tidak nyaman. Hal ini juga terlihat pada intensitas cahaya matahari yang masuk cukup tinggi dibanding dengan kedua RTH lainnya. Hal ini juga diperkuat oleh Mulyana., et.al (2003) dalam Kurnia., et.al (2010), tumbuhan yang memiliki tajuk rapat akan dapat menaungi dan mempengaruhi iklim mikro dan mampu mengurangi radiasi sinar matahari yang mencapai tanah sehingga suhu lingkungan di bawah pohon yang tajuknya rapat akan lebih rendah dari pada yang bertajuk jarang. Keterkaitan suhu dengan kelembaban relatif di bawah tajuk atau naungan pohon yaitu suhu yang semakin rendah dan kelembaban relatif yang lebih tinggi dan pengurangan sinar matahari yang melewati tajuk pohon (Georgi dan Zafiriadis, 2006). Maka dari itu jika suhu tinggi dan kelembaban cenderung rendah maka akan berdampa kepada nilai THI suatu RTH itu sendiri. Persepsi Kenyamanan Pengunjung di Hutan Kota. Hutan kota merupakan salah satu RTH yang berada di Kota Pekanbaru yang memiliki banyak pengunjung setiap harinya. Hutan kota memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh RTH lainnya. Salah satunya yaitu keadaan dari hutan kota itu sendiri. Pepohonan yang cukup rindang membuat pengunjung mendapatkan kenyamanan yang berhubungan dengan keadaan psikologi pengunjung.keadaan pohon yang cukup rapat membuat pengunjung 116

merasakan kenyamanan yang sulit didapatkan lagi di Kota Pekanbaru saat ini.waktu berkunjung tentunya akan meberikan kesan yang berbeda kepada para pengunjung yang datang. Pada Tabel 7. terlihat bahwa terdapat perbedaan kategori persepsi kenyamanan yang diberikan pengunjung pada pagi, siang dan sore hari. Tabel 7. Kategori kenyamanan pengunjung di Hutan Kota Waktu Kategori Persepsi Kenyamanan Pengamatan Baik Sedang Kurang Baik Pagi 15(27.78%) 22(40.7%) 17(31.48%) Siang 21(38.89%) 15(27.78%) 18(33.39%) Sore 4(7.41%) 25(46.29%) 25(46.29) Jumlah 100% 100% 100% Pada Tabel 7. kategori kenyamanan baik yaitu terdapat pada siang hari. Sebesar 38.89% pengunjung secara tidak langsung pengunjung menunjukan kenyamanannya berada di hutan kota pada saat siang hari. Hal ini diduga juga dipengaruhi oleh keadaan pepohonan di hutan kota itu sendiri yang dapat memberikan kenyamanan pada saat siang hari.kemudian kategori kenyamanan yang kurang baik yaitu terdapat pada sore hari yaitu sebesar 46.30%. Kondisi hutan kota pada sore hari cukup gelap. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya pepohonan. Walaupun terdapat lampu namun tidak cukup terang untuk menerangi hutan kota pada sore hari. Diduga hal ini juga yang mempengaruhi kurang nyamannya pengunjung berada di hutan kota pada sore hari. Keberadaan pepohonan juga membuat lingkungan merasa lebih nyaman. Disamping dapat memperindah, pohon juga dapat memodifikasi unsur-unsur iklim, khususnya keadaan iklim mikro yang terdapat di hutan kota itu sendiri. Pepohonan memang tidak dapat mengubah unsur-unsur iklim secara drastis, namun perubahan kecil yang ditimbulkannya akan terasa sekali bagi pengunjung. Kondisi uadara di bawah pohon yang rindang saat matahari bersinar penuh tentunya kan terasa lebih sejuk dan lembab. Rasa teduh tersebut dikarenakan intensitas cahaya matahari yang sebagian besar tidak dapat menembus kanopi pepohonan tesebut.rasa sejuk yang dirasakan disebabkan oleh berkurangnya masukan energi cahaya untuk memanaskan udara dan permukaan di bawah kanopi pohon (Setyowati, 2008). Persepsi Kenyamanan Pengunjung di Taman Kota. Pada hakikatnya RTH memiliki 2 aspek penting yang memberikan dampak terhadap lingkungan.aspek yang pertama yaitu aspek estetika. Aspek estetika suatu RTH yaitu sebagai sarana penunjang keindahan kota dan sarana pembingkai pemandangan untuk melembutkan kesan kaku dari bangunan kota. Kemudian yang kedua yaitu aspek kenyamanan. Aspek kenyamanan pada RTH yaitu kemampuan dari RTH itu sendiri untuk meperbaiki iklim mikro kota sehingga masyarakat nyaman untuk beraktivitas di sekitar RTH (Gunawan, 2005). Pada taman kota di Jalan Diponegoro, kedua aspek tersebut telah memiliki kedua aspek tersebut. Lokasi taman kota yang berada di tengah-tengah perkantoran dapat menjadi sarana penunjang keindahan kota. Selain itu iklim mikro yang dihasilkan juga dapat memberikan rasa nyaman kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas seperti 117

berolahraga, bersantai bersama keluarga, dan lain-lain yang biasanya dilakukan pada pagi, siang ataupun sore hari seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kategori kenyamanan pengunjung di Taman Kota Waktu Kategori Persepsi Kenyamanan Pengamatan Baik Sedang Kurang Baik Pagi 10(18.51%) 31(57.40%) 13(24.07%) Siang 1(1.85%) 39(72.23%) 14(25.92%) Sore 12(22.23%) 22(40.74%) 20 (37.03%) Jumlah 100% 100% 100% Dari ketiga ketegori pada Tabel 8.terlihat bahwa pengujung lebih tertarik untuk datang pada saat siang hari dengan kategori sedang yaitu sebesar 72.23%. Didukung oleh fasilitas yang lengkap seperti musholla, wc, tempat sampah, tempat duduk, gazebo, fasilitas bermain anak, jogging track, waduk kecil, serta penjual yang menjual makanan membuat minat pengunjung menjadi semakin bertambah. Persepsi Kenyamanan Pengunjung di Taman PCR. Taman PCR Rumbai merupakan salah satu taman kota yang sering dikunjungi oleh masyarakat Pekanbaru. Lokasi yang mudah dijangkau dan dilengkapi dengan fasilitas yang olahraga dan lainnya membuat minat pengunjung semakin meningkat.pengunjung yang datang bukan hanya dari kalangan muda, tapi juga untuk keluarga yang ingin membawa putra putri mereka untuk sekedar bermain ataupun menghabiskan waktu diakhir pekan.berikut pada Tabel 9.terlihat kategori kenyamanan pengunjung di Taman PCR Rumbai. Tabel 9. Kategori kenyamanan pengunjung di Taman PCR Rumbai Kategori Persepsi Kenyamanan Baik Sedang Kurang Baik Pagi 30(55.56%) 14(25.93%) 10(18.52%) Siang 8(14.82%) 27(50%) 19(35.18%) Sore 29(53.70%) 16(29.62%) 9(16.67%) Waktu Pengamatan Jumlah 100% 100% 100% Pada Tabel 9. terlihat bahwa sebanyak 30 orang memberikan persepsi dengan kategori baik pada angka 55.56% saat pagi hari. Kondisi udara yang masih bersih pada pagi hari membuat pengunjung banyak berdatangan pada pagi hari. Adanya fasilitas bermain anak juga membuat taman ini menjadi salah satu tujuan yang diminati masyarakat Pekanbaru. Selain pagi hari, pada saat sore hari pun kebanyakan dari pengunjung menyukai kunjungan pada waktu ini. Bukan karena kondisi udaranya melainkan semakin sore semakin banyak pengunjung yang berdatangan yang membuat taman semakin meriah. Selain itu banyaknya pedagang yang menjual makanan serta minuman juga menjadi suatu hal yang diminati oleh masyarakat. Adanya pasar malam yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan hiburan bagi anak-anak lainnya juga 118

menjadikan taman PCR Rumbai semakin banyak dikunjungi masyarakat sampai saat malam hari. Selain itu kategori kurang baik yaitu yaitu sebesar 35.18% terdapat pada siang hari.suhu yang cukup panas juga diduga menjadi alasan kenyamanan pengunjung menjadi berkurang.sedikitnya penjual yang berjual pada saat siang hari juga mempengaruhi kenyamanan pengunjung. Persepsi Kenyaman berdasarkan Pembagian Waktu Pengamatan. Pengamatan pada tiap-tiap RTH dilakukan pada tiga waktu setiap akhir minggu.tiga waktu tersebut yaitu saat pagi hari, siang dan sore hari. Disetiap pembagian waktu pengamatan ini tentunya akan terlihat perbedaan persepsi kenyamanan pengunjung pada masing-masing RTH. Pada hasil output one way(lampiran 9a.) Uji Anova pagi hari bahwa signifikansi sebesar 0.079 yang artinya 0.05 sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kenyamanan pengunjunjung baik di Hutan kota, Taman kota, maupun di Taman PCR pada waktu pengamatan di pagi hari.kemudian untuk waktu siang hari hasil output one wayuji Anova (Lampiran 9b.) dapat dikatakan bahwa H 0 ditolak. Hal ini di karenakan pada kolom signifikansi juga muncul angka 0.000 dimana 0.000 0.05 sehingga terdapat perbedaan nyata keyamanan pengunjung di ketiga RTH tersebut pada waktu pengamatan siang hari.begitu pula yang terjadi pada Uji Anova yang dilakukan pada sore hari, signifikansi yang muncul yaitu sebesar 0.000 dimana 0.000 0.05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga RTH tersebut. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu rata-rata di hutan kota mencapai 27.35ºC dengan rata-rata kelembabannya yaitu 72.12% serta intensitas cahaya 9274.67 Lux. Indeks kenyamanan di hutan kota dalam kategori nyaman dan persepsi kenyamanan pengunjung dalam kategori baik terdapat pada siang hari sedangkan kurang baik terdapat pada sore hari. Pada taman kota suhu rata-rata mencapai 27.83ºC dengan ratarata kelembabannya 71.55% serta intensitas cahaya 6239.33 Lux. Indeks kenyamanan di taman kota juga dalam kategori nyaman dan persepsi kenyamanan pengunjung dalam kategori sedang terdapat pada siang hari dan kurang baik pada saat sore hari. Kemudian di Taman PCR dengan suhu rata-rata 30.61ºC dan kelembabannya 64.30% serta dengan intensitas cahaya sebesar 16567.67 Lux. Indeks kenyamanan di Taman PCR termasuk dalam kategori tidak nyaman, begitu juga dengan persepsi kenyamanan pengunjungnya dalam kategori baik pada saat pagi hari dan kurang baik pada saat siang hari. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada StaffBidang Pembibitan dan Penghijauan Dinas Pertamanan dan Kebersihan serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam masa terlaksananya penelitian ini. 119

DAFTAR PUSTAKA Bunyamin, Z. Dan Aqil, M. 2010. Analisis Iklim Mikro Tanaman Jagung (Zea mays L) pada Sistem Tanaman Sisip. Prosiding Pekan Serealia Nasional 2010. Putra, Juwanda. 2013. RTH di Lingkup Universitas, Bisakah diakses untuk KhalayakUmum??.http://juwandaputra.blogspot.com/2013/03/rth-di-lingkupuniversitas-bisakah.html. Diakses pada Tanggal 27 April 2015. Kurnia, R., Effendy, S., Tursilowati, L. 2010. Identifikasi Kenyamanan Termal Bangunan (Studi Kasus: Ruang Kuliah Kampus IPB Baranangsiang dan Darmaga Bogor). Jurnal Agromet. Vol.24 No.1:14-22 Setyowati, D.L. 2008.Iklim Mikro dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang.Universitas Negeri Semarang.Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.15 No.3. Gunawan, A. 2005. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. 1(1):77-80. 120