STUDI IKLIM MIKRO (Studi kasus: Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor) Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI IKLIM MIKRO (Studi kasus: Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor) Oleh :"

Transkripsi

1 STUDI IKLIM MIKRO (Studi kasus: Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor) Oleh : Andi Handoko S¹ (E ), Rizki Kurnia Tohir 1 (E ), Yanuar Sutrisno 1 (E ), Dwitantian H Brillianti 1 (E ), Dita Tryfani 1 (E ), Putri Oktorina 1 (E ), Prima Yunita 1 (E ), Ai Nurlaela Hayati 1 (E ) ¹Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor andihandoko61@gmail.com ABSTRAK Arboretum ARL IPB memiliki luas ± 4 Ha, dengan batas fisik tapak terdiri dari batas timur dan batas utara dengan ketinggian antara mpdl. Letak arboretum yang dikelilingi oleh jalan raya memiliki peran yang sangat tinggi sebagai penyerap polusi udara. Arboretum ARL memiliki vegetasi yang terdiri dari 114 jenis pohon yang termasuk kedalam 43 famili diantaranya Anacardiaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Bombacaceae dan sebagainya. Perbandingan suhu diluar dan didalam arboretum tidak terlalu besar. Pada pagi dan siang hari suhu didalam dan diluar Arboretum sama. Suhu pada siang hari meningkat sebesar 31 o C dan terjadi penurunan pada sore hari sebesar o C. Kondisi kelembaban udara pada siang hari menurun sebesar 68-75% dibandingkan dengan pagi dan sore hari. Perbedaan kelembaban pada siang hari sekitar 7% dan pada sore hari sekitar 8 %. Perbedaan kelembaban diluar dan didalam arboretum disebabkan oleh adanya kondisi vegetasi di dalam arboretum menyebabkan penguapan terhambat sehingga kandungan air tidak menguap banyak berbeda dengan kawasan diluar Arboretum yang memiliki vegetasi sedikit yang menyebabkan penguapan tinggi. THI yang didapatkan di arboretum ARL sebesar 26,51 untuk di dalam naungan dan 26,55 diluar naungan. THI dipengaruhi oleh elemen iklim mikro yaitu suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, radiasai matahari dan persipitasi. Kata kunci : Arboretum, Kelembaban, Suhu, THI Latar Belakang PENDAHULUAN Perluasan wilayah di wilayah perkotaan memiliki suatu pengaruh terhadap kondisi di perkotaan tersebut seperti berubahnya kondisi iklim mikro dan memburuknya kondisi lingkungan (Oliveira et al. 2011). Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah kota harus menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. RTH memberikan manfaat dalam aspek ekologi, sosial, budaya, ekonomi, estetika, dan iklim mikro. Proporsi RTH minimal 30% dari luas wilayah kota dengan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. Pembangunan gedunggedung di Kampus IPB Darmaga, Bogor lambat laun semakin banyak dilakukan. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan tutupan lahan. Terjadinya perubahan tutupan lahan yang awalnya dari bervegetasi menjadi lahan yang tidak bervegetasi menjadikan tingkat kenyamanan manusia yang berada di sekitarnya merasa terganggu atau bisa disebut iklim mikro yang dirasakan mengalami perubahan. Menurut Handoko (1993) menyatakan bahwa iklim mikro merupakan iklim yang membahas atmosfer sebatas ruang antara perakaran hingga sekitar puncak tajuk tanaman atau sifat atmosfer disekitar tanah. Oleh karena itu keberadaan hutan

2 kota di Kampus IPB Darmaga dapat mempengaruhi iklim mikro. Hutan kota merupakan salah satu dari bentuk lahan bervegetasi. Hutan kota adalah kumpulan tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang keberadaannya memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam perbaikan lingkungan salah satunya ameliorasi iklim mikro. Salah satunya yaitu Arboretum Lanskap. Iklim mikro di dalam dan di luar arboretum dianalisis untuk mengetahui perbedaannya. Effendy et al. (2006) menjelaskan bahwa perluasan wilayah di sebuah kota yang menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau akan mempengaruhi kondisi iklim mikro di wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa terjadi peningkatan suhu udara pada wilayah yang mengalami penurunan RTH. Perubahan suhu yang semakin meningkat akan mempengaruhi kenyamanan manusia yang tinggal di wilayah tersebut. Perubahan wilayah bervegetasi, suhu, dan kenyamanan manusia akan saling berkaitan. Gomez et al. (2004) menjelaskan bahwa areal bervegetasi memiliki peranan penting dalam mempengaruhi albedo dan nilai dari radiasi surya yang sampai ke wilayah perkotaan. Hal tersebut berkorelasi positif terhadap kenyamanan manusia jika dilihat dari indeks kenyamanan yang dihasilkan. Setyowati (2008) menjelaskan bahwa kurangnya tegakan vegetasi (pohon perindang) yang ditanam di sepanjang jalan menyebabkan keadaan iklim mikro yang cukup panas dan kering. Tursilowati (2007) dengan metode yang sama juga menunjukkan bahwa pengurangan ruang terbuka hijau (RTH) di daerah Surabaya sebesar 9.2% dari tahun 1994 sampai 2002 mengakibatkan terjadinya peningkatan daerah yang memiliki kondisi tidak nyaman dari Ha pada tahun 1994 menjadi Ha pada tahun Tujuan 1) Mengetahui kondisi vegetasi di lokasi pengamatan 2) Menganalisis perbandingan suhu di dalam arboretum dengan diluar arboretum 3) Menganalisis perbandingan RH di dalam arboretum dengan diluar arboretum 4) Menentukan indeks kenyamanan di lokasi tersebut METODE Lokasi dan Waktu Pengamatan Praktikum dilaksanakan di kawasan Arboretum Lanskap, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2015 dalam tiga kali waktu pengulangan yaitu pagi, siang, dan sore hari. Bahan dan Alat Alat yang digunakan selama pengamatan adalah tallysheet, alat tulis, termometer drywet, dan air aquades, sedangkan bahan yang digunakan yakni kondisi suhu dan kelembaban antara di luar dan di dalam kawasan Arboretum. Metode pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan yaitu mengukur suhu dan kelembaban udara (RH) dilakukan tiga kali (pagi hari pukul Wib, siang hari pukul Wib, sore hari pukul Wi) dan plot pengambilan data dillakukan dengan menentukan dua titik pengukuran suhu yaitu, di dalam dan di luar kawasan arboretum. Analisis data Perhitungan Rata-rata suhu dan kelembaban udara dihitung dengan rumus menurut Tjasjono (1999), digunakan untuk mengukuran Indeks Kenyamanan yang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut: Rata-rata suhu: Tr = [ (Tpagi x 2)+(Tsiang)+(Tsore)] 4 Kelembaban udara dengan rumus: [ (RHpagi x 2)+(RHsiang)+(RHsore)] RHr = 4 Keterangan: Tr = Rata-rata suhu udara harian ( o C) T = Suhu bola kering ( o C) RHr = Rata-rata kelembaban udara harian (%) RH = Kelembaban udara (%) Indeks Kenyamanan

3 Data suhu dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk menghitung Temperature Humidity Indeks (THI) untuk daerah tropis dengan menggunakan rumus dari Nieuwolt and Mc Gregor (1998). THI = 0.8 t + (RH x t)/500 Keterangan : THI = Temperature Humidity Indeks ( C) T = Suhu Udara ( C) RH = Kelembaban Udara (%) Tabel 1 Kriteria tingkat kenyamanan daerah tropis No Kriteria Nilai indeks ( C) 1 Nyaman Sedang Tidak nyaman >26 Sumber: Nieuwolt and Mc Gregor (1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Vegetasi Arboretum Lanskap (ARL) IPB Hutan merupakan suatu kawasan yang memiliki tutupan lahan berupa pepohonan dan menghasilkan banyak manfaat bagi kehidupan manusia baik bagi sandang, pangan, papan termasuk ilmu pengetahuan. Suatu kawasan hutan yang memiliki kawasan relatif kecil dan digunakan sebagai kawasan kajian penelitian untuk keperluan keilmuan biasanya disebut arboretum. Menurut Taman (1995), Arboretum merupakan taman pohon-pohonan atau kayu-kayuan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu kehutanan. Sedangkan menurut Tohir (1985), Arboretum sebagai kebun kolaksi tanaman, biasanya tanaman hutan. Pengamatan yang dilakukan di Kawasan Arboretum Artitekstur Lanskap Kampus (ARL) IPB Darmaga, Bogor merupakan salah satu bagian dari Kawasan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Kawasan Arboretum ARL IPB memiliki luas ± 4 Ha, dengan batas fisik tapak terdiri dari batas timur dan batas utara. Jalan Ramin IPB sebagai batas utara, dan Jalan Raya Bogor Jasinga merupakan batas timur dari Arboretum ARL IPB. Secara administratif terletak di Desa Babakan, Kec. Darmaga, Kab. Bogor, Propinsi Jawa Barat. Letak Geografis antara 06º31-06º45 dan 106º30-106º30-106º45 BT. Ketinggian tempat antara m pdl (tergolong dataran rendah). Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kawasan IPB Darmaga termasuk ke dalam kawasan beriklim tropis basah dengan curah hujan tipe A (Mulyani (1985) dalam Dewi (2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga (2014), suhu rata rata di kawasan IPB Darmaga selama penelitian ºC dengan curah hujan sedang (20 mm) (Indriyana 2014). Kondisi vegetasi di Arboretum ARL IPB memiliki sekitar 114 jenis pohon diantaranya yaitu Bouea macrophylla, Dracontomelon dao, Mangifera caesia, Mangifera odorata, Alstonia scholaris, Cerbera manghas dan sebagainya. 114 jenis pohon tersebut termasuk kedalam 43 famili diantaranya Anacardiaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Bombacaceae dan sebagainya. Keanekaragaman jenis di arboretum ARL dengan luasan ± 4 Ha tergolong tinggi sehingga tutupan lahan pada arboretum ARL ini cukup rapat. Terdapat lapangan terbuka pada bagian tengah Arboretum ARL yang hanya memiliki hamparan rumput. Lokasi Arboretum ARL IPB dikelilingi oleh Jalan Raya memiliki peran yang sangat tinggi sebagai penyerap kebisingan dan polusi udara. Tutupan lahan dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Peta Kawasan Arboretum Arsitekstur Lanskap, IPB. Perbandingan Suhu di dalam Arboretum dengan di luar Arboretum ARL IPB Pengukuran suhu dilakukan didalam arboretum dan diluar arboretum sebanyak 3 kali dalam satu hari yaitu pagi jam (07.30), siang (12.00) dan sore (15.30). Hasil pengambilan data dapat dilihat pada gambar 2. Perbedaan suhu baik dari segi waktu

4 pengamatan maupun dari perbedaan tempat pengukuran. Hal ini merupakan salah satu ciri bahwa Arboretum memiliki iklim mikro yang berbeda dari kawasan disekitarnya. Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan, karena kondisi udara pada skala mikro ini yang akan berkontak langsung dengan makhluk hidup. Perbandingan Kelembadan Udara (RH) di dalam dengan di luar Kawasan Arboretum ARL IPB Gambar 2 Diagram Perbandingan suhu Arboretum Arsitekstur Lanskap, IPB. Berdasarkan hasil pengambilan data suhu udara di Arboretum ARL, dapat dilihat pada Gambar 2. Didapatkan fluktuasi suhu antara pagi, siang dan sore hari, terjadi peningkatan suhu pada siang hari sebesar 31 o C dikarenakan terjadinya variasi suhu diurnal karena pada saat siang hari akan terjadi radiasi surya maksimum yang terjadi antara pukul dan terjadi penurunan pada sore hari sebesar o C dikarenakan radiasi surya sudah dipancarkan kembali ke atmosfir (Handoko 1994). Perbandingan suhu di luar dan di dalam Arboretum tidak terlalu besar. Pada pagi dan siang hari suhu didalam dan diluar Arboretum sama hal ini dikarenakan bentuk dan letak Arboretum ARL IPB (lihat gambar 1) yang memanjang dan diapit oleh jalan raya yang mengakibatkan luasan Arboretum ARL IPB yang terkena efek dari kegiatan manusia dari jalan raya sangat besar, sehingga tidak terjadinya perbedaan suhu. Terjadinya perbedaan suhu didalam dan diluar Arboretum ARL IPB pada sore hari dengan suhu tertinggi diluar Arboretum ARL IPB dengan perbedaan sebesar 1 o C. Hal ini dikarenakan radiasi surya pada sore hari kecil dan pendinginan suhu udara didalam arboretum cepat karena adanya vegetasi. Menurut Maimun (2007), setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara (AC), yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan. Kelembaban udara merupakan kandungan uap air di udara yang dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, relative, maupun defisit (Handoko 1994). Kelembaban ini berbanding terbalik dengan suhu udara, jika suhu naik maka kelembaban berkurang disebabkan kandungan air akan menguap dan sebaliknya. Hasil pengamatan di Arboretum ARL IPB (lihat gambar 3) terjadi penurunan kelembaban udara pada siang hari, sebesar 68-75% hal ini sesuai dengan keadaan suhu pada siang hari yang tinggi dengan radiasi matahari maksimum menyebabkan penguapan tinggi dan kelembaban rendah. Kondisi kelembaban pada pagi hari dan sore hari tinggi hal ini dikarenakan penguapan rendah karena radiasi surya menurun. Gambar 3 Diagram Perbandingan Kelembaban Udara ( RH ) Arboretum ARL, IPB. Perbedaan kelembaban udara di dalam dan di luar Arboretum terjadi pada siang dan sore hari, sedangkan pada pagi hari tingkat kelembaban sama. Perbedaan kelembaban pada siang hari sekitar 7% dan pada sore hari sekitar 8 %, kelembaban yang dihasilkan lebih tinggi di dalam Arboretum. Adanya perbedaan kelembaban diluar dan didalam arboretum disebabkan oleh adanya kondisi vegetasi di dalam arboretum menyebabkan penguapan terhambat

5 sehingga kandungan air tidak menguap banyak berbeda dengan kawasan di luar Arboretum ARL IPB yang memiliki vegetasi sedikit yang menyebabkan penguapan tinggi. Terpeliharanya kelembaban mikro di dalam Arboretum ARL IPB akan menguntungkan banyak pihak termasuk vegetasi yang ada didalamnya, mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan tumbuhan sehingga akan berpengaruh terhadap pengatur iklim global dan menyeimbangkan bumi dari kondisi peningkatan suhu muka bumi karena kegiatan manusia. Indeks Kenyamanan Arboretum Arsitekstur Lanskap IPB Menurut Niewolt (1975), kenyamanan merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan yang dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui hubungan kelembaban udara dan suhu udara yang disebut Temperature Humidity Index (THI), selang THI Indonesia berkisar antara Hasil penelitian lain telah dilakukan juga oleh Mulyana et al. (2003) yang menyatakan bahwa indeks kenyamanan pada kondisi nyaman berada pada kisaran THI Dari hasil pengamatan di arboretumm lanskap diperoleh Temperature Human Indeks (THI) sebesar 26,51 untuk di dalam naungan dan 26,55 diluar naungan (Tabel 1). Berdasarkan kriteria nilai THI dari pernyataan Emmanuel Temperaure Human Indeks sebesar 26,51 dan 26,55 termasuk kategori sedang. Berikut hasil pengukuran THI di Arboretum lanskap. Tabel 1 Temperaure Human Indeks di Arboretum Lanskap. Penentuan Penetapan THI dapat ditentukan dari nilai shu udara dan kelembaban dengan persamaan (Nieuwolt 1975) THI =(0,8 x Ta) + ((Rh x Ta)/500) Keterangan : THI = Temperature Humanity Indeks ( C) T = Suhu udara ( 0 C) RH = Kelembaban udara (%) Berikut merupakan klasifikasi nilai THI menurut Emmanuel (2005) Tabel 2 Klasifikasi nilai THI (Temperature Humidity Index). Nilai THI Kelas Kenyamanan < 19 Sangat nyaman 19 < THI < 22 Nyaman 23 < THI < 26 Sedang > 27 Tidak nyaman Menurut Brown dan Gillespie 1995, kenyamanan termal (thermal comfort) dipengaruhi oleh elemen iklim mikro yaitu suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, radiasai matahari dan persipitasi. Keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota membantu terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik akibat adanya proses evaporasi dan transpirasi yang dilakukan oleh vegetasi dalam hutan kota. Kondisi ini dapat memberikan efek yang baik bagi kondisi lingkungan sekitarnya baik dalam menjamin sistim hidrologi maupun bagi kesehatan udara di lingkungan sekitar. Dari hasil pengamatan suhu udara dan kelembaban diperoleh THI sebesar 26,51 dan 26,55. Menurut pernyataan Emmanuel (2005), hal ini menunjukkan bawa tingkat kenyamanan di arboretum lanskap termasuk klasifikasi sedang sedangkan menurut Mulyana termasuk kategori nyaman. Kenyamanan dapat ditinjau dari beberapa aspek, untuk daerah tropis dengan iklim panas dan lembab, kenyamanan thermal berdasarkan efek sejuk atau rasa panas sangat memmpengaruhi aktivitas manusia di perkotaan. Faktor-faktor pembentuk kenyamanan pada hutan kota adalah kesejukan atau efek sujuk (secara termal) sebagai faktor utama dan fakor lainnya adalah keindahan, ketenangan, kesegaran, aom, suara satwa dan pengembangan imajinasi. Menurut Carpenter et al (1988), fungsi tanaman dalam lanskap adalah sebagai kontrol visual, pembatas atau pemisah, pengontrol iklim pengontrol erosim habitat satwa dan estetika. Tanaman lanskap berfungsi sebagai pengontrol iklim akan memberi efek kenyamanan secara termal. Tanaman juga berfungsi sebagai habitat satwa dan estetika dapat mempengaruhi

6 kenyamanan secara umum. Zona rasa nyaman seseorang memang sangat bervariasi tergantung pada kesenangan seseorang, karakteristik fisik, psikologi, dan aktifitas seseorang. Selain itu, usia dan kebudayaan juga sangat mempengaruhi masyarakat dalam menyatakan rasa nyaman di daerah hutan kota. SIMPULAN Praktikum yang dilakukan di Arboretum Artitekstur Lanskap Kampus IPB Darmaga dilakukan selama 3 kali pengamatan berturut-turut (pagi, siang, sore) untuk mengetaui kondisi kelembaban dan suhu diluar dan didalam arboretum. Keanekaragaman vegetasi yang terdapat di arboretum ARL tergolong tinggi sehingga tutupan lahan pada arboretum cukup rapat. Arboretum ARL ini memiliki sekitar 114 jenis pohon diantaranya Bouea macrophylla, Dracontomelon dao, Mangifera caesia, Mangifera odorata, Alstonia scholaris, Cerbera manghas dan sebagainya. Hasil yang didapat selama pengamatan memiliki perbadingan suhu diluar dan didalam arboretum tidak terlalu besar. Pada pagi dan siang hari suhu didalam dan diluar Arboretum sama. Suhu pada siang hari meningkat sebesar 31 o C dan terjadi penurunan pada sore hari sebesar o C. Kondisi kelembaban udara pada siang hari menurun sebesar 68-75% dibandingkan dengan pagi dan sore hari, hal ini sesuai dengan keadaan suhu pada siang hari yang tinggi dengan radiasi matahari maksimum menyebabkan penguapan tinggi dan kelembaban rendah. Perbedaan kelembaban pada siang hari sekitar 7% dan pada sore hari sekitar 8 %. Perbedaan kelembaban diluar dan didalam arboretum disebabkan oleh adanya kondisi vegetasi di dalam arboretum menyebabkan penguapan terhambat sehingga kandungan air tidak menguap banyak berbeda dengan kawasan diluar Arboretum yang memiliki vegetasi sedikit yang menyebabkan penguapan tinggi. THI yang didapatkan di arboretum ARL sebesar 26,51 untuk di dalam naungan dan 26,55 diluar naungan. DAFTAR PUSTAKA Brown RD & GiLlespie TJ Microclimatic Lanscape Design-Creating Thermal Comfort and Energy Effeciency, John inc, USA. Carpenter Pl, Walker TD & lanphear FO Plant in the Lanscape. Illinious USA. Waveland press. Effendy S, Bey A, Zain AFM, Santosa I Peranan Ruang Terbuka Hijau dalam Mengendalikan Suhu Udara dan Urban Heat Island Wilayah JABOTABEK. J Agromet Indonesia 20(1): Emmanuel R Thermal Comfort Implications of Urbanization in a Warm-humid City: The Colombo Metropolitan Region (CMR), Sri Lanka. J Building and Evironment 40: Gomez F, Gil L, Jabaloyes J Experimental Investigation on the Thermal Comfort in the City: Relationship with the Green Areas, Interaction with the Urban Microclimate. J Building and Environment 39: Handoko Klimatologi Dasar Edisi kedua. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Institut Pertanian Bogor. Indriyana. N. D Analisis Biomassa Dan Kandungan Karbon Pada Jenis Serasah Daun Tanaman Hutan Kota Di Arboretum Arsitektur Lanskap Ipb, Bogor [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Maimun Hutan Untuk Mahlukn Hidup. [Diakses 07 Desember 2015]. Mulyana M, Laras T, Budi SH Impact of urban Development on the Climate and Environment. Bandung : ITB Press. Niewolt S Tropical Climatology, an Introduction to The Climate Low Lattitude. Nieuwolt S, McGregor GR Tropical Climatology. England (UK) :John Wiley & Sons Ltd.

7 Oliveira S, Andrade H, Vaz T The Cooling Effect of Green Spaces as a Contribution to the Mitigation of Urban Heat: A Case Study in Lisbon. J Building and Enivironment 46: Rofiqo Siti N, Irwan, Khairudin Studi Kenyamanan Untuk Aktivitas di Lanskap Hutan Kota UGM studi kasus : Klaster Agro UGM. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 4 (2): Setyawati DL Iklim Mikro dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang. J Manusia dan Lingkungan. 15(3): Taman, I,M, 1995, Arboretum Jompi di Pulau Muna (Sulawesi Tenggara) Rimba Indonesia, 6(1-2): Tjasjono B Klimatologi Umum. Bandung (ID) : ITB Press. Tohir, A.K Butir-butir tata lingkungan, sebagai masukan untuk arsitektur lanskap dan pembangunan berwawasan lingkungan, Penerbit Bina aksara. Jakarta. 304 p. Tursilowati L Use of Remote Sensing and GIS to Compute Temperature Humidity Index as Human Comfort Indicator Relate with Land Use-Land Cover Change (LULC) in Surabaya. The 73rd International Symposium on Suistainable Humanosphere :

KAITAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN KENYAMANAN TERMAL PERKOTAAN THE RELATIONSHIP OF GREEN OPEN SPACE WITH HUMAN COMFORT IN URBAN AREAS

KAITAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN KENYAMANAN TERMAL PERKOTAAN THE RELATIONSHIP OF GREEN OPEN SPACE WITH HUMAN COMFORT IN URBAN AREAS Available online at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/agromet J. Agromet 28 (1): 23-32, 2014 ISSN: 0126-3633 KAITAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN KENYAMANAN TERMAL PERKOTAAN THE RELATIONSHIP OF GREEN OPEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL. Erwin Hermawan.

FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL. Erwin Hermawan. FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL Erwin Hermawan Abstrak Secara umum, UHI mengacu pada peningkatan suhu udara,

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan Menurut Santosa (1986), kepadatan penduduk kota yang cukup tinggi akan mengakibatkan bertambahnya sumber kalor sebagai akibat dari aktifitas dan panas metabolisme

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN INDEKS KENYAMANAN (Studi Kasus: Kota Yogyakarta) FERDY APRIHATMOKO

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN INDEKS KENYAMANAN (Studi Kasus: Kota Yogyakarta) FERDY APRIHATMOKO ANALISIS HUBUNGAN ANTARA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN INDEKS KENYAMANAN (Studi Kasus: Kota Yogyakarta) FERDY APRIHATMOKO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penghitungan Aspek Kependudukan Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota Kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas, terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Pada kenyataannya kota merupakan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Permukaan Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu terluar suatu obyek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali

Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali ROHMAN HADI *) KOMANG ARTHAWA LILA I GUSTI ALIT GUNADI Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK HUTAN KOTA DI KOTA KISARAN

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK HUTAN KOTA DI KOTA KISARAN TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK HUTAN KOTA DI KOTA KISARAN THE LEVEL OF ENVIRONMENTAL COMFORT OF URBAN FOREST AREA BASED ON THE CHARACTERISTICS OF URBAN FOREST

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI i PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO (Studi Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) PIRKA SETIAWATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Penelitian dibagi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari Santi (1), Siti Belinda (2), Hapsa Rianty (3) linda.amri@gmail.com (1) Kelompok Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

Studi Hubungan Ruang Terbuka Hijau, Temperatur Lingkungan Perkotaan dan Kebutuhan Konsumsi Oksigen Dengan Sistem Informasi Geografis

Studi Hubungan Ruang Terbuka Hijau, Temperatur Lingkungan Perkotaan dan Kebutuhan Konsumsi Oksigen Dengan Sistem Informasi Geografis Studi Hubungan Ruang Terbuka Hijau, Temperatur Lingkungan Perkotaan dan Kebutuhan Konsumsi Oksigen Dengan Sistem Informasi Geografis Dedy Kurnia Sunaryo 1 1) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut OLEH NAMA : ANA MARIYANA BR SINAGA NPM : E1B009024 HARI / TANGGAL : RABU, 03 NOVEMBER 2010 KELOMPOK : IV CO-ASS : GATRA BAYU JAGA NOVA SAMOSIR PENDAHULUAN Suhu

Lebih terperinci

PULAU BAHANG KOTA (URBAN HEAT ISLAND) DI YOGYAKARTA HASIL INTERPRETASI CITRA LANDSAT TM TANGGAL 28 MEI 2012

PULAU BAHANG KOTA (URBAN HEAT ISLAND) DI YOGYAKARTA HASIL INTERPRETASI CITRA LANDSAT TM TANGGAL 28 MEI 2012 PULAU BAHANG KOTA (URBAN HEAT ISLAND) DI YOGYAKARTA HASIL INTERPRETASI CITRA LANDSAT TM TANGGAL 28 MEI 2012 Oleh : Suksesi Wicahyani 1), Setia Budi sasongko 2), Munifatul Izzati 3) 1) Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI. PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota adalah pusat pertumbuhan yang ditandai dengan perkembangan jumlah penduduk (baik karena proses alami maupun migrasi), serta pesatnya pembangunan sarana dan

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kenyamanan Di DKI Jakarta Berdasarkan Indeks THI (Temperature Humidity Index)

Analisis Tingkat Kenyamanan Di DKI Jakarta Berdasarkan Indeks THI (Temperature Humidity Index) 2017 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 15 Issue 1 (2017) : 57-63 ISSN 1829-8907 Analisis Tingkat Kenyamanan Di DKI Jakarta Berdasarkan Indeks THI (Temperature

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN IKLIM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PERBEDAAN IKLIM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU ISSN 1978-5283 Putri, M.RG., Zulkarnaini., Anita, S 2016 : 10 (2) ANALISIS PERBEDAAN IKLIM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN PENGUNJUNG PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU Miranti Putri Ridwan Gucci Alumni

Lebih terperinci

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life Klasifikasi Iklim Klimatologi Klasifikasi?? Unsur-unsur iklim tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Terdapat kecenderungan dan pola yang serupa apabila faktor utama

Lebih terperinci

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I Hidrometeorologi Pertemuan ke I Pengertian Pengertian HIDROMETEOROLOGI Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur unsur meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan timbal balik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah dirasakan pada hampir seluruh wilayah di dunia dan salah satu dampak yang dirasakan oleh manusia adalah pemanasan global (Dipayana dkk, 2012; DNPI,

Lebih terperinci

PENGARUH TIPE TUTUPAN LAHAN TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA BITUNG. Yorri Yotam Junam Sanger Johannes E. X. Rogi Johan Rombang

PENGARUH TIPE TUTUPAN LAHAN TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA BITUNG. Yorri Yotam Junam Sanger Johannes E. X. Rogi Johan Rombang Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907 4298, Volume 12 Nomor 3A, November 2016: 105-116 PENGARUH TIPE TUTUPAN LAHAN TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA BITUNG Yorri Yotam Junam Sanger Johannes E. X. Rogi Johan Rombang

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo Nursery di Kota Gorontalo 285 Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo 1 Ekawaty Prasetya, 2 Hermawansyah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA MAKASSAR

PENGARUH KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA MAKASSAR PENGARUH KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA MAKASSAR Andi Muhammad Zubair [1] Prof. Dr.Eng. H.Muh.Wihardi Tjaronge, ST.M.Eng [2] Dr. Eng. M. Isran Ramli, ST.MT [1] Mahasiswa

Lebih terperinci

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO DI KOTA MALANG JAWA TIMUR DEDY SETIAWAN

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO DI KOTA MALANG JAWA TIMUR DEDY SETIAWAN PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO DI KOTA MALANG JAWA TIMUR DEDY SETIAWAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KAWASAN KAMPUS IPB DRAMAGA NURUL FAHMI

DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KAWASAN KAMPUS IPB DRAMAGA NURUL FAHMI DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KAWASAN KAMPUS IPB DRAMAGA NURUL FAHMI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Kajian Upaya Penurunan Dampak Urban Heat Island di Kota Tanjungpinang The Study of The Reducing Effort on Urban Heat Island s Impact in Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU

ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2 September 2012 ISSN 1412-4645 ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU Relationship Analysis of Green Open Space Area and Temperature

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN DI KABUPATEN BANDUNG

PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN DI KABUPATEN BANDUNG PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN DI KABUPATEN BANDUNG Green Open Space Development Based on Distribution of Surface Temperature in Bandung Regency Siti Badriyah Rushayati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota Kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara khusus, yaitu suatu bentuk pemerintah daerah yang merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administratif

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan 5.1.1 Penutupan lahan Kabupaten Sidoarjo Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Tanah Abang, merupakan wilayah yang padat di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Di samping padat akan pemukiman penduduknya, Tanah Abang adalah kawasan bisnis

Lebih terperinci

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH. Sugiasih 1

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH. Sugiasih 1 FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 24 33 RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH Sugiasih 1 1 Badan Pertanahan Nasional Abstract Index of discomfort can be determined, this value is to accommodate everyone

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian Kota Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang berkembang pada wilayah pesisir. Keberadaan pelabuhan dan bandara menjadikan Jakarta

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

EVALUASI KENYAMANAN TAMAN JALUR HIJAU DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : JALAN RAYA DARMO)

EVALUASI KENYAMANAN TAMAN JALUR HIJAU DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : JALAN RAYA DARMO) EVALUASI KENYAMANAN TAMAN JALUR HIJAU DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : JALAN RAYA DARMO) COMFORTABLE EVALUATION OF GREEN LINE PARK IN SURABAYA CITY (CASE STUDY : RAYA DARMO ROAD) Arachis Ratnasari Sumarsono

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung

Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung Surjamanto Wonorahardjo M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan Prodi Arsitektur SAPPK Institut Teknologi Bandung E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan merupakan unsur terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi, karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hutan juga

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Iklim dan Cuaca Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian, khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan

Lebih terperinci

PENENTUAN INDEKS KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BOGOR SITI HAWA

PENENTUAN INDEKS KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BOGOR SITI HAWA PENENTUAN INDEKS KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BOGOR SITI HAWA DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA PATRIOT BINA BANGSA KOTA BEKASI (THE COMFORT LEVEL OF PATRIOT BINA BANGSA URBAN FOREST IN BEKASI CITY)

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA PATRIOT BINA BANGSA KOTA BEKASI (THE COMFORT LEVEL OF PATRIOT BINA BANGSA URBAN FOREST IN BEKASI CITY) TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA PATRIOT BINA BANGSA KOTA BEKASI (THE COMFORT LEVEL OF PATRIOT BINA BANGSA URBAN FOREST IN BEKASI CITY) Audy Evert, Slamet Budi Yuwono, dan Duryat Jurusan Kehutanan, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)

Lebih terperinci

Amellia Firdaus Zahra *), Sitawati dan Agus Suryanto

Amellia Firdaus Zahra *), Sitawati dan Agus Suryanto EVALUASI KEINDAHAN DAN KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) ALUN-ALUN KOTA BATU THE EVALUATION OF BEAUTY AND COMFORT AT GREEN OPEN SPACE BATU CITY SQUARE Amellia Firdaus Zahra *), Sitawati dan Agus Suryanto

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU Cecep Kusmana Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

Pengaruh Tata Vegetasi Horizontal terhadap Peningkatan Kualitas Termal Udara pada Lingkungan Perumahan di Malang [Kosong 14]

Pengaruh Tata Vegetasi Horizontal terhadap Peningkatan Kualitas Termal Udara pada Lingkungan Perumahan di Malang [Kosong 14] Pengaruh Tata Vegetasi Horizontal terhadap Peningkatan Kualitas Termal Udara pada Lingkungan Perumahan di Malang [Kosong 14] Ahmad Zakkisiroj 1, Damayanti Asikin 2 dan Rr. Haru Agus Razziati 3 1, 2, 3

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Hujan Tropis Hujan hujan tropis adalah daerah yang ditandai oleh tumbuh-tumbuhan subur dan rimbun serta curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun. Hutan hujan tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kota yang sangat besar bagi penduduk desa mendorong laju urbanisasi semakin cepat. Pertumbuhan penduduk di perkotaan semakin pesat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. js1 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar ruangan yang ramah lingkungan. Sistem pengabut air yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR VEGETASI TERHADAP IKLIM MIKRO DI BERBAGAI LAND USE DI KOTA JAKARTA NEFALIANTI DESTRIANA

PENGARUH STRUKTUR VEGETASI TERHADAP IKLIM MIKRO DI BERBAGAI LAND USE DI KOTA JAKARTA NEFALIANTI DESTRIANA PENGARUH STRUKTUR VEGETASI TERHADAP IKLIM MIKRO DI BERBAGAI LAND USE DI KOTA JAKARTA NEFALIANTI DESTRIANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci