DUKUNGAN KEMENTERIAN ESDM TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur MUSRENBANG PENYUSUNAN RKPD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Banjarbaru, 11 April 2016 1
Energi Sebagai Modal Pembangunan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perubahan paradigma energi 1. Kemandirian energi dicapai dengan menjadikan energi sebagai modal pembangunan 2. Mengoptimalkan pemanfatan energi, untuk: pembangunan ekonomi nasional penciptaan nilai tambah di dalam negeri penyerapan tenaga kerja. Pasal 6 dan 7 PP No.79/2014 Peningkatan porsi gas & batubara domestik dibanding ekspor Penurunan penerimaan (negara) dalam jangka pendek Multiplier effect ekonomi 2014 2019 Ekspor 0% Gas 57% 64% 2040 Batubara 20% 60% 2038 Mengurangi government take di hulu Berbagai insentif fiskal (tax holiday, tax allowance) Penerapan dynamic split Peningkatan: pertumbuhan ekonomi pertumbuhan industri Penyerapan tenaga kerja Penerimaan negara dari perpajakan 2
Paradoks Pengelolaan Energi (1/2) 2 Negara Net importir minyak. Perilaku konsumsi energi boros, tetapi terus disubsidi oleh negara... 3 Sejak 2008 menjadi Net Importir Migas, tapi masih merasa kaya migas... 4 Cadangan migas terus menurun, lifting tidak pernah mencapai target namun tidak melakukan eksplorasi secara serius... 1 Kita kaya dengan Sumber Daya Energi Baru, tapi fokus pada energi fosil yang cadangannya sudah pasti akan habis... 5 Cadangan batubara hanya 5,7% dari cadangan dunia, tetapi menjadi eksportir batubara terbesar di dunia... 7 Kebijakan Energi Nasional menempatkan energi sebagai modal pembangunan nasional (bukan komoditas), tetapi regulasi yang ada belum sepenuhnya berjalan 6 Banyak aspek harus dibenahi dalam pengelolaan energi kita. Tapi kita tenggelam dalam diskursus tentang harga BBM... 3
Paradoks Pengelolaan Energi (2/2) Perubahan Sejarah Energi Indonesia, dari Anggota OPEC menjadi Pengimpor Minyak Thsd bpd 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 Masa kejayaan minyak Indonesia Produksi Konsumsi minyak Era Impor Sumber: IEA dan EIA/AS 0 Thn '80 '82 '84 '86 '88 '90 '92 '94 '96 '98 '00 '02 '04 '06 '08 '10 '12 Jebakan wilayah nyaman: Kurang serius melakukan eksplorasi migas Lambat membangun infrastruktur Mengabaikan konservasi energi Hidup dalam rezim subsidi yang melenakan PEKERJAAN RUMAH KITA: Reserve Replacement Rate < 50% Produksi minyak 50% dari konsumsi Kapasitas pengolahan minyak hanya 50% dari konsumsi Cadangan operasional BBM < 30 hari Cadangan strategis minyak mentah dan BBM NOL 50% sistem ketenagalistrikan defisit 12.659 desa belum terlistriki dengan baik <3% potensi EBT yang dimanfaatkan Elastisitas energi > 1 < 20% konsumsi domestik batubara 4
Sasaran Kedaulatan Energi pada RPJMN 2015-2019 INDIKATOR Satuan 2015 2016 2017 2019 1. Produksi - Minyak Bumi ribu bpd 825 830 750 700 - Gas Bumi ribu boepd 1.221 1.155 1.150 1.295 - Batubara Juta ton 425 419 413 400 2. Penggunaan dalam negeri - Gas Bumi % 59 61 62 64 - Batubara % 24 26,5 29,3 60 3. Listrik - Kapasitas Pembangkit GW 53,1 b 58,4 b 64,8 86,6 a - Rasio Elektrifikasi % 87 90 92,75 97 4. Infrastruktur Energi - Kilang Minyak unit - - EPC & PMC 1 a - FSRU/Regasification unit/lng Terminal unit 1 2 1 7 a - Pipa Gas km 13.105 15.330 15.364 18.322 - SPBG unit 26 30 25 118 a - Jaringan gas kota SR 68.400 121.000 271.500 1,1 jt SR a 5. Porsi EBT dlm energy mix (%) % 10 13 15 16 a) Tambahan untuk 5 tahun b) Akhir tahun bersangkutan 5
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan 2019 PLT Bayu/Hybrid & Arus Laut 0,801 GW PLTS 1,2 GW PLT Bioenergi 5,1 GW PLTA/PLTMH 7,8 GW PLTP 3,7 GW Total 18,60 GW (16% BAURAN ENERGI PRIMER EBT) 39,2 MTOE Gigawat t 1. Mewujudkan birokrat bersih dan melayani; 2. Melengkapi regulasi; 3. Menyederhanakan perizinan; 4. Meningkatkan insentif; 5. Menyediakan subsidi EBT; 6. Membentuk PLN EBT & DKE; 7. Meningkatkan koordinasi dengan Pemda; 8. Menggalakkan kampanye hemat energi; 9. Memperbaharui data potensi EBT. 6
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pengalokasian mineral dan batubara untuk domestik Meningkatkan DMO dari 26% pada 2017 menjadi 29 tahun 2017 dan 60% pada 2019 Menyusun neraca mineral dan batubara nasional Peningkatan nilai tambah/hilirisasi mineral Mewujudkan Pembangunan Smelter Memfasilitasi Pemberian insentif dan kemudahan perizinan Peningkatan investasi Konservasi dan pengawasan pertambangan Peningkatan peran pertambangan bagi pembangunan daerah Peningkatan Eksplorasi Mempromosikan investasi dan penyederhanaan regulasi dan perizinan Meningkatkan kualitas pelayanan Menerapkan kegiatan penambangan yang berkelanjutan dan menjaga kualitas lingkungan Meningkatkan pengawasan pengelolaan pertambangan Meningkatkan peran perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat Meningkatkan Local Content Meningkatkan status sumberdaya dan cadangan terbukti Minerba Optimalisasi Penerimaan Negara Meningkatkan pengelolaan PNBP Meningkatkan pengelolaan dana bagi hasil kepada Daerah 7
GARIS BESAR PROGRAM PEMERINTAH 2015-2019 Membangun Kedaulatan Energi Dan Sumber Daya Mineral Akses Ketersediaan Kemampuan Daya saing Menangani Krisis 1. Subsidi BBM 2. Efisiensi pasokan 3. Keputusan penting yang tertunda 4. Kick off Program 35.000MW 5. Konsolidasi Organisasi 6. Stakeholder Manajemen 9 Program Strategis 1. Perbaikan bauran energi 25% @2025 2. Pembudayaan Konservasi Energi 3. Eksplorasi migas secara agresif 4. Peningkatan produksi dan lifting migas 5. Pembangunan infrastruktur migas 6. Pembangunan pembangkit 35.000 MW 7. Pembangunan industri penunjang sektor energi 8. Hilirisasi industri mineral dan batubara 9. Konsolidasi industri tambang Sinergi & Penguatan Kelembagaan 1. Penguatan KESDM 2. Perbaikan regulasi 3. Sinergi BUMN sektor energi 4. Transformasi PLN dan Pertamina 5. Kerjasama Pemerintah- Swasta 6. Kerjasama Internasional Kepemimpinan & sumber daya manusia: Peningkatan kepemimpinan dan profesionalitas SDM National Capacity Building: alih teknologi, keterlibatan industri nasional, informasi Tata kelola: Transparansi, akuntabilitas, fairness dan independensi 8
TRANSFORMASI ENERGI Hanya butuh APBN 260T dalam 10 tahun Fosil Habis pakai: cadangan minyak bumi diperkirakan habis 10-13 tahun lagi Polusi: berlawanan dengan semangat penurunan emisi dan pencegahan perubahan iklim Ketergantungan impor: mengimpor 800 ribu barel minyak per hari Mengeluarkan APBN 2.600T 10 tahun Bersih/Terbarukan Bersih: minimum dampak terhadap eksploitasi alam dan minimum emisi yang dihasilkan Jaringan ke daerah terpencil: energi dapat diakses tanpa memindahkan sumber daya secara terus menerus Percepatan: Mewujudkan target 23% EBT pada tahun 2025 Berkelanjutan: tidak akan habis jika terus digunakan Mandiri: energi dapat dikelola secara mandiri hingga komunitas terkecil 9
KEBIJAKAN PEMERINTAH DI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN 1 2 Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik : Dalam jumlah yang cukup Kualitas yang baik Harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pemanfaatan Sumber Energi Primer Sumber energi primer dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional untuk menjamin penyediaan tenaga listrik yang berkelanjutan Mengutamakan sumber energi baru dan energi terbarukan Sumber energi primer dalam negeri diutamakan untuk kepentingan ketenagalistrikan nasional DITJEN GATRIK - KESDM 10
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL 11 PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT MENIKMATI LISTRIK ENERGY MIX PP NO. 79 TAHUN 2014 PROGRAM PEMANFAATAN ENERGI FOSIL PROGRAM PEMANFAATAN EBT RUEN, RUKN, RUKD, & RUPTL PP NO. 14 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UU NO. 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN UU NO. 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI UUD 1945
PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA 12 NEGARA PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH PENGUASAAN Regulasi, kebijakan, dan standar Menyediakan dana untuk: Kelompok masyarakat tidak mampu; Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang; Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan; dan Pembangunan listrik perdesaan. PENGUSAHAAN PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL) BUMN* BUMD** SWASTA** KOPERASI** SWADAYA MASYARAKAT** * : Prioritas Pertama ** : Diberikan kesempatan sebagai penyelenggara UPTL terintegrasi untuk wilayah belum berlistrik
LANDASAN HUKUM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UU 30/2007 (Energi) UU 30/2009 (Ketenagalistrikan) PP 79/2014 (Kebijakan Energi Nasional) Disusun oleh Dewan Energi Nasional kemudian ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia PP 14/2012 jo PP 23/2014 (Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Disusun oleh Pemerintah berdasarkan Kebijakan Energi Nasional kemudian ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) Disusun dan ditetapkan oleh Menteri berdasarkan Kebijakan Energi Nasional setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Disusun oleh Badan Usaha dan disahkan oleh Menteri dengan memperhatikan Rencana Umum Ketenagalistrikan (RUK). Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan RUK dan RUPTL. *) RUK : RUKN dan RUKD DITJEN GATRIK - KESDM 13
GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL (2015) KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT 55.528 MW PLN: 38.310 MW IPP: 12.477 MW PPU: 2.349 MW IO non BBM: 2.392 MW PANJANG JARINGAN TRANSMISI 49.325 kms KONSUMSI TENAGA LISTRIK 228 TWh PANJANG JARINGAN DISTRIBUSI 925.312 kms kwh PER KAPITA 910 kwh DITJEN GATRIK - KESDM 14
RASIO ELEKTRIFIKASI 2015 (%) NAD 94,77 SUMUT 93,15 RIAU 89,19 JAMBI 85,32 KEPRI 73,53 KALBAR 82,38 KALTARA 73,48 KALTIM 95,41 SULTENG 79,56 GORONTALO 79,18 SULUT 89,17 MALUT 94,46 INFORMASI > 70 50-70 < 50 BABEL 99,97 SULBAR 76,91 PABAR 82,70 PAPUA 45,93 SUMBAR 83,20 BENGKULU 87,30 SUMSEL 80,44 DKI JAKARTA 99,80 JATENG 91,36 KALTENG 69,54 KALSEL 86,77 SULSEL 88,30 SULTRA 68,84 MALUKU 84,80 NASIONAL 88,30 LAMPUNG 84,71 BANTEN 95,64 JABAR 94,27 DIY 86,27 JATIM 86,69 BALI 89,19 NTB 72,77 NTT 58,64 Realisasi: 88,30 Realisasi Target DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA 15
KONDISI SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL Aceh Sumut (SBU) 1.754 MW 1,07 % Sumbar Riau Jambi (SBT) 1.339 MW 0,22 % Batam 297 MW 16,19 % Sumsel Bengkulu Lampung (SBS) 1.646 MW -6,70 % Tj, Pinang 50 MW 25,70 % Bangka 117 MW 11,55 % Belitung 31 MW 2,35 % Kaltim 499 MW 0,62 % Kalbar 331 MW 6,48 % Kalselteng 622 MW -14,87 % Palu 72 MW -29,03 % STATUS: Sulutgo 320 MW 3,09 % Kendari 74 MW -4,72 % Sulawesi Selatan + Poso-Tentena 979 MW 13,28 % : 2 Normal (Cadangan cukup) : 13 Siaga (Cad, lebih kecil dr pembangkit terbesar) : 8 Defisit (Pemadaman sebagian bergilir) Ternate + Maluku Isolated 102 MW -2,84 % Ambon 58 MW -17,83 % Sorong + Papua Isolated 158 MW 16,18 % 6 APRIL 2016 Jayapura 66 MW -9,52 % Jawa Bali 23.317 MW 3,91 % Lombok 210 MW 7,88 % Bima Sumbawa 70 MW 20,35 % NTT Isolated 93 MW -0,86 % Kupang 55 MW 7,22 % 1
ASUMSI, TARGET DAN PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK TAHUN URAIAN UNIT 2015 2019 2020 2024 2025 2029 2030 2031 2034 RATA-RATA 2015-2024 2015-2034 ASUMSI DAN TARGET Pertumbuhan Ekonomi *) % 5.7 8.0 8.0 8.0 8.0 7.6 7.5 7.4 7.3 7.7 7.6 Inflasi **) % 5.0 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.4 3.8 3.6 Pertumbuhan Penduduk ***) % 1.3 1.2 1.1 1.0 0.9 0.8 0.7 0.7 0.6 1.1 0.9 Rasio Elektrifikasi % 87.35 97.35 99.35 100 100 100 100 100 100 HASIL PROYEKSI Kebutuhan Tenaga Listrik TWh 239 347 381 558 616 776 819 865 1,017 Konsumsi Tenaga Listrik Per Kapita kwh 935 1,293 1,407 1,977 2,161 2,636 2,764 2,898 3,347 Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Listrik % 9.3 10.0 10.1 10.0 10.3 5.7 5.6 5.6 5.6 9.9 7.9 Elastisitas 1.6 1.3 1.3 1.3 1.3 0.8 0.7 0.7 0.8 1.3 1.1 Kebutuhan Tambahan GW 8 38 47 94 108 150 161 173 211 Kapasitas (Kumulatif) 9.4 ****) 10.6 ****) Kapasitas Pembangkit (DMN) GW 57 82 90 132 146 183 194 204 240 Sumber :*) APBN-P 2015, RPJMN 2015-2019, KEN **) APBN-P 2015, RPJMN 2015-2019, regresi dgn pertumbuhan ekonomi ***) Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas-BPS-United Nation Population Fund), 2013 ****) Bukan kumulatif DMN = Daya Mampu Netto
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Sistem Non PLN IPP & Excess Power PLN 784 PPU & IZIN OPERASI NON BBM (10%) 395 T Wh IPP & EXCESS POWER (75%) PLN (25%) WILAYAH USAHA PLN (90%) 201 5 202 0 KEBUTUHAN TAMBAHAN SISTEM NON PLN KEBUTUHAN TAMBAHAN IPP & EXCESS POWER 202 5 203 0 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2034 2 4 6 8 11 14 32 44 55 12 28 45 64 86 110 272 412 547 KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN 4 9 15 21 29 37 91 137 182 KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN SYSTEM 16 37 60 86 115 147 363 550 730 18 41 66 94 126 161 395 593 784 TOTAL KEBUTUHAN TAMBAHAN (TERHADAP 2014)
BAURAN ENERGI PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK BAURAN ENERGI PRIMER (Listrik dan Non Listrik) (Kebijakan Energi Nasional, PP No.79/2014) 23% 6% 23% 30% 41% 30% BAURAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK (Draft RUKN 2015-2034) 22% REALISASI 2013 TARGET 2025 25 % EBT Minyak Bumi Gas Batubara 53% 12% 11% 24 % 50% 1% 25% 24% REALISASI 2014 TARGET 2025 DITJEN GATRIK - KESDM 19
PROGRAM 35,000 MW Pembangunan Ketenagalistrikan 2015-2019 untuk Memenuhi Pertumbuhan Listrik dan target Rasio Elektrifikasi pada 2019 20 Kapasitas pembangkit saat ini baru dapat memenuhi kebutuhan listrik sekitar 88,30% rumah tangga, lebih rendah dari Singapore (100,0%), Brunei (99,7%), Thailand (99,3%), Malaysia (99,0%), dan Vietnam (98,0%) Dalam 5 (lima) tahun ke depan, kebutuhan listrik akan tumbuh rata-rata sekitar 8,7% per tahun, dengan target rasio elektrifikasi 97,35% pada akhir tahun 2019 RASIO ELEKTRIFIKASI DAN KAPASITAS KONDISI SAAT INI SATUAN JUMLAH ELEKTRIFIKASI % 87.88 KAPASITAS MW 54,725 RATIO ELEKTRIFIKASI 97.35% 95.15% 92.75% 90.15% 87.35% Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik dan target rasio elektrifikasi, diperlukan tambahan kapasitas terpasang sekitar 35.000 MW (di luar 7.400 MW yang dalam konstruksi) pada tahun 2015-2019 PROGRAM 35,000 MW FAKTOR DI LUAR CAKUPAN PROGRAM 35.000 MW NAMUN MEMPENGARUHI TUJUAN PROGRAM: 1 Perubahan asumsi yang berdampak pada perubahan kebutuhan listrik per tahun 2 Ketersediaan demand yang dapat menyerap ketersediaan listrik untuk mengembalikan investasi
KEBUTUHAN TAMBAHAN PEMBANGKIT 2015-2024 Termasuk Program 35.000 MW MW Tambahan Kapasitas : PLTU : 42,0 GW PLTP : 4,8 GW PLTGU : 9,2 GW PLTG/PLTMG : 5,0 GW PLTA/PLTM : 9,3 GW Lainnya : 0,1 GW Total tambahan kapasitas 2015-2024 sekitar 70,4 GW; Alokasi proyek pembangkit PLN dan IPP hanya untuk proyek-proyek pembangkit yang telah on going dan committed; Proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya disebut proyek Unallocated. Sumber: RUPTL PLN 2015-2024 21 DITJEN GATRIK - KESDM 21
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA 22 SEBARAN RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK 2015-2019 SUMATERA JUTA USD 11.327 MW 76 Pembangkit 14.282 19.305 kms 210 Transmisi 3.840 32.406 MVA 398 Gardu Induk 2.475 KALIMANTAN JUTA USD 2.852 MW 40 Pembangkit 4.000 7.883 kms 68 Transmisi 1.122 3.910 MVA 115 Gardu Induk 324 SULAWESI & NUSA TENGGARA JUTA USD 4.159 MW 83 Pembangkit 5.434 7.207 kms 90 Transmisi 1.169 5.620 MVA 165 Gardu Induk 412 TOTAL INDONESIA JUTA USD 42.940 MW 291 Pembangkit 53.663 46.597 kms 732 Transmisi 10.893 108.789 MVA 1.375 Gardu Induk 8.386 Total 72.942* *belum termasuk kebutuhan dana untuk tanah, Interest During Construction (IDC) dan pajak-pajak JAWA-BALI JUTA USD MALUKU & PAPUA JUTA USD 23.863 MW 49 Pembangkit 28.955 739 MW 43 Pembangkit 992 11.185 kms 349 Transmisi 4.615 1.017 kms 15 Transmisi 148 66.083 MVA 672 Gardu Induk 5.114 770 MVA 25 Gardu Induk 61 Legend: MW: Megawatt kms: Kilometer-sirkuit MVA: Mega-volt ampere
8 LANGKAH PERCEPATAN PEMBANGUNAN 35.000 MW PERMASALAHAN Penyediaan Lahan Penerapan UU No 2/2012 & Perpres 4/2016 Negosiasi Harga Proses Pengadaan dari IPP SOLUSI Menetapkan Harga Patokan Tertinggi untuk IPP dan Excess Power (Permen ESDM No.3/2015 ) Percepatan proses pengadaan melalui penunjukan langsung & pemilihan langsung untuk EBT, mulut tambang, gas marginal, ekspansi, dan & excess power (Permen ESDM No.3/2015) Proses Perizinan Kinerja Pengembang dan Kontraktor Manajemen Proyek Koordinasi Lintas Sektor RTRW dan Percepatan Pembangunan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di BKPM (Permen ESDM No. 35/2014) & Perpres 4/2016 Melakukan uji tuntas (Due Delligence) terhadap pengembang dan kontraktor, baik dari aspek teknis maupun aspek finansial (Permen ESDM No.3/2015) Membentuk Project Management Office (PMO) & menunjuk Independent Procurement Agent di PLN serta UP3KN di KESDM (Permen ESDM No. 3/2015 dan Kepmen ESDM No. 3066 K/73/MEM/2015) Membentuk Tim Nasional Lintas Kementerian (Kepmenko Bidang Perekonomian No.129/2015) Telah terbit Perpres No.4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan DITJEN GATRIK - KESDM 23
KEGIATAN EKONOMI PROGRAM 35,000 MW * 24 INVESTASI : 72,942 JUTA USD ** 291 PEMBANGKIT 732 SEGMEN TRANSMISI 75,000 SET TOWER 1375 UNIT GARDU INDUK 301,300 KM KONDUKTOR ALUMUNIUM 2,600 SET TRAFO 3.5 JUTA TON BAJA TENAGA KERJA LANGSUNG: 650 RIBU TIDAK LANGSUNG: 3 JUTA TKDN ~40% DARI INVESTASI (~29.2 JUTA USD) * Perkiraan ** belum termasuk kebutuhan dana untuk tanah, Interest During Construction (IDC) dan pajak-pajak
STATUS KEMAJUAN PROGRAM 35.000 MW IPP 25.253 MW 71% PLN 10.273 MW 29% Perencanaan 13.077 MW 37% Pengadaan 8.028 MW 22% Selesai PPA/ proses FC, Konstruksi, dan COD/SLO 14.426 MW 41% IPP 11.491 MW 80% PLN 2.935 MW 20% KEPEMILIKAN FASE TERKONTRAK/PPA 14.426 MW Sumber: PLN, Februari 2016 23
UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI KALIMANTAN SELATAN 24
GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KALIMANTAN SELATAN 25 Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar dipasok dari Sistem Barito, sedangkan sistem sistem isolated tersebar antara lain Sistem Kotabaru serta Unit Listrik Desa (ULD) dipasok dari PLTD setempat; Sistem Barito merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kv dan 70 kv, dipasok dari beberapa jenis pembangkit meliputi PLTA, PLTU, PLTD dan PLTG minyak termasuk excess power. Sistem Barito merupakan pemasok utama kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah; Sistem Kotabaru merupakan sistem isolated, terletak di Kabupaten Kotabaru. Sistem ini melayani kebutuhan listrik di Pulau Laut, yang terpisah dari daratan pulau Kalimantan dengan pasokan listrik dari PLTD setempat, terhubung ke beban melalui jaringan distribusi 20 kv. Sistem Kotabaru direncanakan akan dinterkoneksikan dengan sistem Barito melalui jaringan transmisi SUTT 150 kv dan kabel laut yang menghubungkan Batulicin dengan Kotabaru (Pulau Laut); ULD merupakan sistem kelistrikan kecil yang tersebar di daerah terpencil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa setempat dan bebannya masih rendah. Jumlah ULD adalah sebanyak 18 unit dengan daya terpasang 7,8 MW. Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK EXISTING KALIMANTAN SELATAN Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 26
PETA RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT 792 MW RENCANA PENGEMBANGAN TRANSMISI 1.000 KMS RENCANA PENGEMBANGAN GARDU INDUK 1.860 MVA Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 27
RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT KALIMANTAN SELATAN Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 DITJEN GATRIK KEMENTERIAN ESDM 28
RENCANA PENGEMBANGAN TRANSMISI KALIMANTAN SELATAN Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 29
RENCANA PENGEMBANGAN GARDU INDUK KALIMANTAN SELATAN (1/2) Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 30
RENCANA PENGEMBANGAN GARDU INDUK KALIMANTAN SELATAN (2/2) Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 31
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI KALIMANTAN SELATAN Sumber : Draft RUPTL PLN 2016-2025 32
www.esdm.go.id 35