BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

BAB II PENYEARAH DAYA

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG PADA PANTAI KUWARU, DUSUN KUWARU, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

KAJI ULANG DIMENSI DAN MATERIAL KONTRUKSI PEMECAH GELOMBANG METODE GROIN PADA KONTRUKSI AMPIANG PARAK PESISIR SELATAN

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

BAB III METODE ANALISIS

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

BAB V RENCANA PENANGANAN

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

Contoh 1. = 3, 75 cm 3 Ditanya : m Jawab : m = ρv = 19,3 x 3,75 = 27,375 gra m

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

Bab III Metode Penelitian

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

PERENCANAAN DIMENSI GROIN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU ALAM PANTAI PASIR BARU DISISI BARAT KABUPATEN PADANG PARIAMAN

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

UJIAN NASIONAL TAHUN AJARAN 2004/2005 MATEMATIKA IPA (P16) D10 UTAMA 24 AGUSTUS 2005

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun oleh : DHANANG SAMATHA PUTRA L2A DWI RETNO ANGGRAENI L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : November 2009

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

(Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal)

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

BAB II STUDI PUSTAKA II-1

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB II LANDASAN TEORI

I - 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

DESAIN DAN PERHITUNGAN STABILITAS BREAKWATER

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Transkripsi:

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut eliputi paraeter geoorfologi dan paraeter hidrooseanografi pantai. Paraeter-paraeter tersebut dapat ditentukan berdasarkan perhitungan pada bab sebelunya aupun dari hasil penelitian dan literatur yang telah ada sebelunya. Paraeter-paraeter yang digunakan dala perencanaan ini adalah : 1. Panjang lokasi perencanaan adalah ± k (Peerintah Kota Pekalongan, Dinas Pekerjaan Uu, 5). Kelerengan dasar pantai, α 1,7 (Badan Penelitian dan Pengebangan Propinsi Jawa Tengah, 4) 3. Gelobang doinan berasal dari arah Utara yang ebentuk sudut sebesar 6 terhadap garis pantai 4. Nilai gelobang signifikan ( 33 ) dan periode gelobang signifikan (T 33 ) adalah : Tinggi gelobang signifikan ( 33 ) 3,711 Periode Gelobang signifikan (T 33 ) 1,3 dt 5. Elevasi uka air laut berdasarkan analisa pasang surut pada bab sebelunya adalah : a. Muka air laut tinggi tertinggi, W adalah + 55 c b. Muka air laut tinggi rata-rata, MW adalah +35 c c. Muka air laut rata-rata, MS adalah ± d. Muka air laut rendah rata-rata, MW adalah -35 c e. Muka air laut randah terendah, W adalah -55 c 6. Dala perencanaan ini digunakan durasi angin selaa 4 ja. al ini dikarenakan intensitas terjadinya durasi angin selaa 4 ja pali sering. 8

Untuk perencanan breakwater perlu ditentukan terlebih dahulu spesifikasi breakwater sebagai acuan dala perencanaan selanjutnya. Spesifikasi-spesifikasi tersebut adalah : 1. Breakwater erupakan suberged breakwater lepas pantai yang terdiri dari beberapa segen yang dipisahkan oleh sebuh celah. Breakwater enggunakan konstruksi tupukan batu dengan keiringan dinding 1 : 3. Gelobang transisi aksiu adalah 1 eter 4. Elevasi puncak breakwater didisain,5 eter dibawah perukaan air laut 5. Batu lindung enggunakan batu pecah bersudut kasar sebanyak lapis dengan berat jenis batu, γr,7 Ton/ 3 6. Berat jenis air laut, γw 1,3 Ton/ 3 7. Tingkat kerusakan struktur pada akhir uur rencana (S) adalah (ulai rusak) Potongan elintang breakwater yang direncanakan dapat dilihat pada gabar 5.1. berikut ini : Gabar 5.1. Potongan elintang breakwater 5.. GEOMBANG PECA Sebelu endesain struktur breakwater, terlebih dahulu harus diketahui letak atau kedalaan dari gelobang pecah. Kedalaan gelobang pecah ini sangat penting dala perencanaan letak breakwater. Kedalaan dan tinggi gelobang pecah dapat dihitung dengan enggunakan ruus- ruus pada bab II serta dengan enggunakan bantuan tabel A-1 pada halaan lapiran. Kedalaan dan tinggi gelobang pecah dapat dihitung dengan easukan nilai dari kedalaan dasar laut (h) dengan cara coba- 81

coba yang keudian diasukan ke dala ruus-ruus tersebut. Sedangkan untuk nilai tanh(kh), h/, dan n dapat dicari dengan enggunakan tabel A-1. Kedalaan dan tinggi gelobang pecah untuk gelobang signifikan harian ( 33 ) dapat dilihat pada tebel dibawah diana: T 3,711 1,3 detik 165,5 h Tabel 5.1. Perhitungan kedalaan dan tinggi gelobang pecah untuk gelobang signifikan harian ( 33 ) Tabel 5.1. Perhitungan kedalaan dan tinggi gelobang pecah untuk gelobang signifikan harian ( 33 ) Dari tabel tersebut dapat digabarkan sebuah grafik yang enunjukkan hubungan antara kedalaan dasar laut dengan tinggi gelobang. Dari tabel tersebut keudian ditentukan kedalaan gelobang pecah yaitu pada saat tinggi gelobang () saa dengan tinggi gelobang pecah ( b ). Tinggi Gelobang () 6 5 4 3 1 3 4 5 6 7 Kedalaan aut () b 8

Gabar 5.. Grafik hubungan antara kedalaan dan tinggi gelobang pecah untuk gelobang signifikan harian ( 33 ) Dari grafik diatas, diketahui gelobang pecah untuk kondisi gelobang signifikan harian ( 33 ) terjadi pada kedalaan (h b ) 3,4 dengan tinggi gelobang pecah ( b ) 3,. 5.3. AY-OUT BREAKWATER Untuk enghindari kerusakan struktur akibat serangan gelobang, suberged breakwater harus ditepatkan pada daerah diana gelobang telah pecah. Dala perencanaan ini breakwater ditepatkan pada kedalaan 3 eter atau pada jarak ± 1 eter dari pantai. Tinggi gelobang pada kedalaan ini adalah sebagai berikut : 1,56T 1,56.1,3 165, 5 165,5 C 16,68 / dt T 1,3 d 3 165,5,1867 d Dari tabel A-1 didapat, 139 K s,4883 C 14,3 1,361 dt T 1,3 / 3 14, 3,139 Arah datang gelobang pada kedalaan 3 dihitung dengan enggunakan persaaan berikut : C sinα C sinα 1,361 o sin α sin 6,75 16,68 o α 4,9 83

Koefisien refraksi K r cosα cosα K r o cos 6 cos 4,9 o,686 Tinggi gelobang pada lokasi bangunan K s K r,4883.,686.3,711 1, 43 Berdasarkan konsep Uda et al (1988) untuk suberged breakwater, hubungan antara panjang breakwater ( B ), lebar celah (G B ), dan jarak breakwater dari pantai (X B ) dapat dilihat sebagai berikut : B /X B 1 sapai 3 B /G B > 4 Dengan X B 1, aka B dan G B dapat dihitung dengan enggunakan persaaan diatas. b / X B x1 B B / G B 5 G / 5 B 4 84

Gabar 5.3. ayout suberged breakwater ebar puncak breakwater dapat dicari berdasarkan grafik dari Tanaka pada gabar 5.5. di bawah. Dengan tinggi gelobang pada lokasi bangunan sebesar 1.43, dan gelobang transisi aksiu 1 serta puncak bangunan berada pada kedalaan,5 dibawah perukaan air, aka dapat dihitung nilai dari nilai dari koefisien transisi dan elevasi relatif puncak bangunan. t i 1.8.8 h c o,5,4 1,43 Sedangkan panjang gelobang pada lokasi breakwater dapat dicari dengan enggunakan ruus berikut : gt πh tanh π diana : panjang gelobang pada kealaan h () T periode gelobang (dt) h kedalaan lokasi () Dengan enggunakan persaaan diatas, panjang gelobang ( ) dapat dicari dengan etode iterasi (coba-coba). Panjang gelobang pada kedalaan 3 adalah 54,8. 85

1 : Gabar 5.4. Koefisien transisi untuk gelobang regular pada breakwater tupukan batu (Tanaka 1976) Dari grafik diatas diketahui nilai B/,5. Dengan sebesar 54,8 aka B 1.37 5.4. DIMENSI BREAKWATER 5.4.1. APIS INDUNG 1. Berat butir lapis lindung Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Van Der Meer, stabilitas lapis lindung pada kedalaan yang terbatas lebih baik digunakan nilai karakteristik tertinggi dari distribusi tinggi gelobang ( % ) dari pada s. sedangkan nilai dari % / s adalah 1,4. ζ tanα π gt s Untuk gelobang plunging (pada air dangkal) : D % n5 8,7P,18 S N, ζ,5 Untuk gelobang surging (pada air dangkal) : D % n5 1,4 P,13 S N, tanα ζ,5 86

Dala perencanaan ini dipakai tipe plunging ζ,9. π.3,711,187 9,18 x1,3 S adalah tingkat kerusakan struktur dengan nilai desain S, dan P adalah faktor pereabilitas sebesar,4 karena struktur yang digunakan adalah struktur batu ala dengan perukaan kasar. 7 13 1 1,61 N adalah julah dari serangan gelobang pada struktur yaitu : N stror duration 4.6.6 1398,58 kali kali wave period 1,3 1398 Sehingga diaeter batu yang dipakai adalah 1,4.3,711,18, 8,7.,4,187 5, 35 1,61D n 5 1398, Sehingga didapat nilai D n5,35 dengan berat 115.76 kg 1 kg Untuk kontruksi, dipakai batu dengan diaeter,35 (berat 1 kg) sapai dengan,57 (berat 5 kg).. Tebal lapis lindung Tebal dari lapis lindung dapat diencanakan dengan enggunakan persaaan ruus (SPM, 1984) : t a n. K.D n5 diana : t a tebal lapis lindung () K koefisien dari tebal lapis lindung D n5 diaeter noinal batu (,57 ) n julah dari lapis lindung 87

Pada perencanaan ini, koefisien tebal lapis lindung untuk lapis batu ala kasar adalah 1,15 sehingga di dapat : t a.1,15.,57 1, 3 5.4.. INTI Untuk ukuran dan berat batu inti yang terdapat dibawah lapis lindung enurut SPM (1984) adalah eiliki nilai antara 1/1 sapai dengan 1/15 M 5A dari lapis lindung, dengan nilai : M 1 1 c M 5a 5 1 1 5 ( 1 s/ d 5) 1 kg s/ d kg dari berat tersebut didapat diaeter dengan ukuran : 1/ 3 1 s/ d 5 D n 5 c.16 s/ d, 6 7 5.4.3. PEINDUNG KAKI 1. Berat butir pelindung kaki Diaeter batu pelindung kaki (D n5 T ) D D n5 A n5t D D n5t D n5 A,57 n 5 T,85, 3 Dengan diaeter batu sebesar,3, aka berat butir batu pelindung kaki 7,9 kg 75 kg. ebar puncak pelindung kaki ebar puncak ber pelindung kaki saa dengan lebar dari tiga butir batu pelindung yang disusun berdapingan (n 3). B n K D n 5T B 3.1,15.,3 1,4 1, 1 88

3. Tebal pelindung kaki Untuk tebal lapis ber dengan julah susunan batu, n t n K D n 5T t.1,15.,3,69, 7 89