PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK

PENDAHULUAN

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

Alternatif Perbaikan Perkuatan Lereng Longsor Jalan Lintas Sumatra Ruas Jalan Lahat - Tebing tinggi Km

I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan dan Metode Perbaikan Tanah. VI.Penutup (Kesimpulan dan

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

PERENCANAAN SISTEM PERBAIKAN TANAH DASAR TIMBUNAN pada JEMBATAN KERETA API DOUBLE TRACK BOJONEGORO SURABAYA (STA )

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

PERENCANAAN OPRIT FLY OVER PADA PROYEK BANYU URIP MOBIL CEPU LTD

BAB III METODA PERENCANAAN

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

Perencanaan Pondasi Jembatan dan Perbaikan Tanah untuk Oprit Jembatan Overpass Mungkung di Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono STA

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN PERKERASAN JALAN CAUSEWAY PENGHUBUNG DERMAGA TELUK LAMONG

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

PERENCANAAN PERKUATAN TANAH DASAR DI BAWAH KONSTRUKSI TANGGUL WADUK JABUNG, LAMONGAN

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN SIDOARJO - KRIAN (LINK 172) STA DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN PERKUATAN GEOTEKSTIL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta TUGAS AKHIR

PENERAPAN REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANK JATIM KEDIRI

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

Perencanaan Sistem Perbaikan Tanah Dasar Untuk Area Pembangunan Dan Jalan Pada Proyek Onshore Receiving Facilities Komplek Maspion - Gresik

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

TUGAS AKHIR - RC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

Alternatif Metode Perbaikan Tanah untuk Penanganan Masalah Stabilitas Tanah Lunak pada Areal Reklamasi di Terminal Peti Kemas Semarang

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

PERENCANAAN PERKUATAN TANAH PADA LERENG GUNUNG WILIS, DESA BODAG, KECAMATAN KARE, KABUPATEN MADIUN

BAB V EVALUASI. Tabel 5.1 Data Tanah Ruas Jalan Rembang - Bulu (Batas Jawa Timur) Optimum Maximum. Specific Water Dry Density

Pembimbing : Ir. Agung Budipriyanto, M.Eng,P.hD

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DAN PERBAIKAN TANAH DASAR PADA OPRIT KRIAN INTERCHANGE, JALAN TOL SURABAYA- MOJOKERTO. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

PERENCANAAN PERKUATAN TANGGUL UNTUK MENANGGULANGI LONGSOR DI TEBING SUNGAI SEGAH JALAN BUJANGGA, BERAU

ALTERNATIF KONSTRUKSI PELEBARAN JALAN SURABAYA - GRESIK (STA STA 7+000)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Disampaikan FAJAR ARIES PUTRA RACHMAD NUGROHO NRP NRP

Alternatif Perencanaan Gedung 3 Lantai pada Tanah Lunak dengan dan Tanpa Pondasi Dalam

TUGAS AKHIR RC

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konsep penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan dengan

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

ANALISIS SUSUNAN PERKERASAN JALAN PADA TIGA RUAS JALAN ARTERI DI SEMARANG

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

ALTERNATIF PERKUATAN LERENG PADA RUAS JALAN TRENGGALEK-PONOROGO KM

Transkripsi:

TUGAS AKHIR RC09-1380 PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK WILDAN HAMDI NRP 3106 100 7 Dosen Pembimbing Ir. Suwarno, M.Eng Prof. Ir. Indrasurya B Mochtar, MSc., Ph.D JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 010

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK Nama Mahasiswa : Wildan Hamdi NRP : 3106 100 7 Jurusan : Teknik Sipil FTSP - ITS Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, M.Eng Prof. Ir. Indrasurya B Mochtar, MSc., PhD. Abstrak Saat ini Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat sedang melaksanakan program untuk membangun jalan akses bandara Internasional Lombok. Salah satu dari tahapan pembangunan jalan akses tersebut pada ruas jalan Kuripan-Penujak. Namun pada daerah Kuripan, pembangunan jalan akses ini menemui kendala pada tanah dasarnya. Kondisi tanah dasar yang jelek berupa tanah lempung dengan konsistensi lunak sampai sedang inilah yang menyebabkan konstruksi jalan belum bisa dilaksanakan dengan mudah. Perlu dilakukan upaya perbaikan tanah dasar agar mampu mendukung beban konstruksi jalan dan tidak terjadi kerusakan pada jalan hingga umur rencana. Jalan akses bandara membutuhkan timbunan untuk mencapai level yang diinginkan. Dengan adanya timbunan tersebut harus pula dikontrol untuk kestabilan tanah timbunan agar tidak terjadi kelongsoran. Dengan kondisi angka keamanan (SF) yang belum memenuhi syarat yaitu sebesar 1,33 serta pemampatan yang terjadi sebesar 63 cm, maka timbunan tersebut memerlukan perkuatan untuk mencapai angka keamanan sebesar 1,50. Perkuatan tersebut akan menggunakan Cerucuk atau lapisan Geotextile. Setelah adanya perkuatan tanah dasar maka pembangunan konstruksi perkerasan jalan dilakukan. Dari kedua jenis alternatif perkuatan tersebut akan dibandingkan yang mana yang lebih baik, mudah dan praktis dalam pelaksanaannya. Hasil yang didapat dari perencanaan Tugas Akhir ini yaitu; tebal perkerasan jalan yang meliputi tebal lapisan permukaan sebesar 18 cm, lapisan pondasi atas (Base) sebesar 0 cm, lapisan pondasi bawah (Subbase) sebesar 0 cm. Untuk perbaikan tanah dengan Cerucuk digunakan kayu kelas kuat III dengan diameter 10 cm, panjang 00 cm didapatkan jumlah Cerucuk per meter panjang sebanyak 3 buah dengan jarak 30 cm. Perbedaan pemampatan yang terjadi setelah pemasangan Cerucuk sebesar 10 cm. Untuk perbaikan tanah dengan Geotextile, digunakan tipe UW-50 yang terdiri dari 1 lapisan dengan jarak 50 cm dan panjang Geotextile yang dibutuhkan untuk perbaikan tanah dasar sebesar 990 cm. Kata kunci: Lempung lembek, Jalan Akses Bandara Lombok,Tebal perkerasan lentur, Cerucuk, Geotextile.

1.1 Latar Belakang Dalam menunjang perkembangan suatu daerah, banyak faktor-faktor yang perlu dibenahi baik itu berupa sarana maupun prasarana pendukung. Salah satu faktor penunjang suatu perkembangan suatu daerah adalah keberadaan sistem transportasi yang memadai yang dapat mendukung mobilisasi penduduk, karena alasan itulah pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah merancang pembangunan Bandara baru bertaraf internasional sebagai pengganti Bandara Selaparang yang perlu ditingkatkan kapasitasnya. Keberadaan Bandara Internasional Lombok yang dibangun di Lombok Tengah memerlukan jalan akses yang dapat menghubugkan setiap kota ke lokasi Bandara, dengan demikian jarak tempuh menuju Bandara lebih singkat. Untuk itu dibangunlah jalan akses menuju Bandara. Upaya pembangunan jalan akses menuju Bandara dilakukan dengan membuat jaringan jalan baru yang melalui lokasi-lokasi yang dapat mempersingkat jarak dari pusat kota menuju lokasi bandara. Pembangunan jalan baru tersebut harus direncanakan dengan baik sehingga jalan dapat berfungsi hingga umur rencana yang ditetapkan. Salah satu ruas jaringan jalan akses bandara yaitu ruas Kuripan-Penujak dibangun diatas lokasi yang semula berupa areal persawahan. Ruas jalan akses Bandara Internasional Lombok ini memiliki panjang fungsional 11,50 Km yang dibangun secara bertahap. Pada tahun anggaran 009 pekerjaan segmen jalan pada STA 3+40 sampai dengan +690 telah dirampungkan. Kemudian pada tahun anggaran 010 pekerjaan akan dilanjutkan kembali mulai dari STA +690 sampai dengan STA 0+940 atai sepanjang 1,75 Km dengan anggaran biaya sebesar Rp. 8.38.484.000,00 (Delapan milyar tiga ratus dua puluh delapan juta empat ratus delapan puluh empat ribu rupiah). Dari hasil penyelidikan tanah dasar pada lokasi rencana pembangunan segmen berikutnya ini oleh Balai Pengujian Material Kontruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB didapatkan susunan tanah dasardari kedalaman 0 sampai dengan 1,5 m kemampuan daya dukung tanah setempat antara 0,40%-0,87%, dari kedalaman 1,5 sampai,0 m diatas 1% <,0% yang berupa tanah lempung murni berwarna hitam yang berpotensi mengembangnya sangat tinggi, sedangkan pada kedalaman >,0 m berupa lempung berbutir kasar berwarna keputihan yang berpotensi mengembangnya tinggi hingga sedang. Dari pengamatan pada ruas yang sama yang telah dibangun terlebih dahulu yaitu pada STA 3+40 sampai dengan STA +690 telah terjadi penurunan setempat permukaan jalan pada titik-titik tertentu yang mengakibatkan jalan bergelombang. Pada perencanaan pembangunan segmen berikutnya perlu dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan diatasnya sehingga penurunan permukaan jalan akibat settlement tanah dasar dapat dihindari. Untuk itu dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang perencanaan perbaikan tanah dasar lunak dengan pemakaian Cerucuk dan Geotextile untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Diharapkan dengan penerapan metode perbaikan tanah ini didapatkan konstruksi jalan yang stabil dan mampu mendukung beban diatasnya tanpa terjadi penurunan permukaan jalan yang mengakibatkan jalan menjadi cepat bergelombang. Dalam perencanaan Tugas Akhir ini akan dibahas cara menentukan kebutuhan masing-masing bahan alternatif perbaikan tanah berdasarkan beban konstruksi jalan yang diterimanya, kemudian ditentukan alternatif mana yang lebih cocok diterapkan untuk perbaikan tanah berdasarkan pertimbangan yang ada sehingga didapatkan konstruksi perkerasan jalan yang stabil (tidak longsor dan memampat). 1. Perumusan Masalahan Dari uraian diatas, maka masalah yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa tebal konstruksi perkerasan jalan yang dibangun berdasarkan lalu-lintas yang akan melewati ruas tersebut.. Berapa besar pemampatan tanah yang terjadi akibat konstruksi perkerasan jalan serta beban lalu-lintas yang ada pada ruas jalan tersebut. 3. Jika digunakan alternatif perbaikan tanah lunak dengan menggunakan Cerucuk kayu, berapa jumlah, panjang serta jarak pemasangan Cerucuk yang direncanakan untuk perbaikan tanah dasar. 4. Jika digunakan alternatif perbaikan tanah lunak dengan menggunakan Geotextile, berapa jumlah lembar, panjang dan tipe Geotextile yang akan dipasang untuk perbaikan tanah dasar. 5. Alternatif perbaikan tanah dasar mana yang lebih cocok diterapkan untuk perbaikan dan pertimbangan apa yang mendasarinya. 6. Berapa besar penambahan anggaran yang perlu disediakan jika dilakukan alternatif perbaikan tanah dasar. 1.3 Tujuan Tugas Akhir Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah dapat merencanakan dan menentukan tebal perkerasan serta alternatif perbaikan tanah dasar guna mencegah terjadinya penurunan setempat pada permukaan jalan akibat beban konstruksi perkerasan jalan diatasnya sehingga pada segmen permukaan jalan akses bandara STA 0+940 sampai dengan STA +690 tidak bergelombang.

1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan dilakukan pada Sta.0+940 sampai dengan Sta.+650.. Tidak membahas geometri dari jalan. 3. Data tanah dan data lalu lintas menggunakan data sekunder. 4. Umur rencana jalan adalah 10 tahun. 5. Konstruksi jalan direncanakan menggunakan perkerasan lentur metode Analisa Komponen Bina Marga. 1.5 Manfaat Perencanaan dalam Tugas Akhir ini dimaksudkan dapat menjadi alternatif perencanaan konstruksi perkerasan jalan dan perbaikan tanah pada akses Bandara Internasional Lombok yang dibangun diatas tanah lunak yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan di Pemda NTB. METODOLOGI START Studi Literatur Pengumpulan Data Sekunder 1.Data Penduduk dan Perekonomian.Data LHR 3.Data Timbunan dan CBR 4.Data Tanah Dsar 5.Data Spesifikasi Bahan parameter-parameter seperti: Jumlah penduduk, PDRB dan PDRB perkapita. Grafik hubungan tahun dengan tiap-tiap parameter dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4. dan Gambar 4.3. Jumlah penduduk 4400000 4350000 4300000 450000 400000 4150000 4100000 y = 7463.1x - 141134401.6 4050000 004 005 006 007 008 009 Tahun Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah penduduk dengan tahun (hasil analisa) PDRB 4500000 y = 348711.0x - 6965346.0 4000000 3500000 3000000 500000 000000 1500000 1000000 500000 0 004 005 006 007 008 009 Tahun Data Tanah Dasar Perhitungan Settlement Tanah Dasar Data Lalu-lintas Perencanaan Tebal Perkerasan Gambar 4. Grafik hubungan PDRB dengan tahun (hasil analisa) 100000 1000000 y = 11660.0x - 4337160.0 Stabilitas Timbunan NO Perhitungan Metode Perbaikan Tanah 1.Dengan Pemakaian Cerucuk.Dengan Pemakaian Geotextile PDRB perkapita 800000 600000 400000 OK FINISH Penentuan Alternatif Perbaikan Tanah 00000 0 003 004 005 006 007 008 009 Tahun DATA DAN ANALISA 4.1 Data Kependudukan dan Perekonomian Untuk mengetahui volume lalu-lintas yang akan melewati ruas Jalan Akses Bandara Lombok diwaktu yang akan datang maka dilakukan peramalan (forecasting) dari data kependudukan dan perekonomian untuk mendapatkan nilai pertumbuhan lalu-lintas. Pada Tugas Akhir ini digunakan data penduduk dan perekonomian karena keterbatasan data lalu-lintas tiap tahunnya. Untuk peramalan (forecasting) pertumbuhan penduduk dan perekonomian digunakan regresi linier dengan cara membuat grafik hubungan antara tahun dengan Gambar 4.3 Grafik hubungan PDRB perkapita dengan tahun (hasil analisa) Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik hubungan tahun dengan tiap-tiap parameter adalah ebagai berikut: Jumlah penduduk: y = 7463.1x 141134401.6 PDRB : y = 348711x 6965346 PDRB perkapita: y = 11660x 4337160 Pada perencanaan ini angka faktor pertumbuhan dicari sampai umur rencana 5 tahun dan 10tahun. Dengan menggunakan persamaan.4; faktor pertumbuhan pada tahun 010, 015, 00 dapat diperoleh, untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh perhitunga faktor pertumbuhan tahun

010 untuk bus di bawah ini dan diberikan pada tabel 4.4, tabel 4.5, tabel 4.6; untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Jumlah penduduk tahun 009 = 4443966 Jumlah penduduk tahun 010 = 451649 Faktor pertumbuhan( i ) untuk bus pada 010 = 451649 4443966 x 100% = 0.0163% 4443966 Tabel 4.4 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Bus Tahun Jumlah i (%) 009 4443966-010 451649 0.016 014 48068-015 4878745 0.015 019 5168597-00 541060 0.014 Tabel 4.5 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Truk Tahun Jumlah i (%) 009 4308050-010 4656760 0.081 014 6051610-015 640030 0.057 019 7795160-00 8143870 0.045 Tabel 4.6 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Kendaraan Pribadi Tahun Jumlah i (%) 009 1177780-010 199440 0.103 014 1786080-015 1907740 0.068 019 394380-00 516040 0.051 4. Data Lalu-Lintas Data lalu-lintas yang digunakan pada perencanaan ini adalah data primer tahun 009 yang didapatkan dari survey lapangan terhadap ruas jalan akses bandara lama yaitu Bandara Selaparang. Data lalu-lintas didasarkan pada jenis kendaraan yang melewati ruas jalan Akses Ampenan-Bandara Selaparang karena merupakan jalur terpadat yang dilalui kendaraan. Untuk mendapatkan LHR pada ruas jalan Ampenan-Bandara Selaparang dilakukan dengan menjumlahkan semua kendaraan yang melaluinya berdasarkan tipe kendaraan. Adapun hasil rekapitulasi jumlah kendaraan perhari semua arah berdasarkan data lalu-lintas disajikan pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Rekapitulasi Jumlah Kendaraan Perhari Semua Arah Selama 10 Tahun. Golongan Tahun 009 Sepeda Motor, Sekuter,sepeda 10035 kumbang dan roda 3 Sedan, Jeep,station dan taxi 075 Opelet Pick-up, Suburban,Combi,Mini 585 Bus (MPU dan Angkot) Pick-up, Micro Truk, Mobil Hantaran, dan 66 Truk Ban Belakang Bus Kecil 78 Bus Besar 343 Truk/Box, truk Tangki sumbu 3/4 18 Truk/Box, Truk Tangki sumbu 59 Truk/Box, Truk Tangki 3 Sumbu 7 Truk/Truk Tangki Gandeng 8 Truk Semi Treiler dan Truk Trailer 9 Total (kend/ arah) 13453 Untuk lebih memudahkan perhitungan, maka dilakukan penggolongan komposisi lalu lintas menurut sistem klasifikasi Bina Marga. Adapun LHR untuk ruas jalan akses Bandara Selaparang yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan tebal perkerasan untuk pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok didaerah Kuripan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Data LHR Tahun 009 Ampenan- Bandara Tahun 009 Bandara- Ampenan Total Semua Arah Jenis Kendaraan Kend/hari Kend/hari Kend/hari MC 751 53 10035 LV 19 1431 660 MHV 63 146 409 LB 49 9 78 T 1. H 96 3 18 T 1. 3 7 59 T 1. +. 16 11 7 T 1. 15 13 8 T 1. 9 0 9 Total 91 43 13453 Untuk perencanaan perkerasan jalan LHR yang digunakan dalam perencanaan adalah LHR semua ruas jalan yang di survey sebagai dasar untuk menghitung LHR pada awal dan akhir umur

rencana. Digunakan persamaan.14 untuk mendapatkan LHR pada awal dan akhir umur rencana jlan. Adapun data LHR pada awal dan akhir umur rencana dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 berikut: Tabel 4.10 Data LHR untuk Awal Tahun Umur Rencana Tahun 009 Tahun 010 Jenis Kendaraan Total Semua Arah Total Semua Arah Kend/hari Kend/hari MC 10035 11069 LV 660 934 MHV 409 451 LB 78 79 T 1. H 18 138 T 1. 59 64 T 1. +. 7 9 T 1. 8 30 T 1. 9 31 Dari tabel 4.10 diatas diberikan contoh perhitungan untuk kendaraan T1.H untuk sebagai berikut: Dari hasil perhitungan sebelumnya LHR pada tahun 009 untuk T1.H = 18 kendaraan/hari i tahun 010 = 8.1 % Volume tahun 010 = 18 x (1+ 8.1%) 1 = 138 kendaraan. Tabel 4.11 Data LHR untuk Akhir tahun Umur Rencana Tahun 009 Tahun 00 Jenis Kendaraan Total Semua Arah Total Semua Arah Kend/hari Kend/hari MC 10035 1650 LV 660 4374 MHV 409 673 LB 78 90 T 1. H 18 199 T 1. 59 9 T 1. +. 7 4 T 1. 8 43 T 1. 9 45 Dari tabel 4.11 diatas diberikan contoh perhitungan untuk kendaraan T1.H untuk sebagai berikut: Dari hasil perhitungan sebelumnya LHR pada tahun 009 untuk T1.H = 18 kendaraan/hari i tahun 00 = 4,5 % Volume tahun 010 = 18 x (1+ 4,5%) 10 = 199 kendaraan 4.3 Data Tanah Data tanah dasar yang digunakan pada penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder untuk lokasi jalan Akses Bandara Internasional Lombok di desa Kuripan pada STA 0+940 +650 yang diperoleh dari Balai Pengujian Material Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. 4.4 Data Timbunan Pada perencanaan pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok ruas Kuripan ini diperlukan timbunan diatas tanah dasar dikarenakan kondisi tanah dasar yang lembek. Data tanah timbunan merupakan data sekunder yang didapatkan dari Balai Pengujian Material Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. Data tanah timbunan yang didapat berupa sifat fisik timbunan. Adapun data timbunan yang digunakan pada perencanaan ini adalah sebagai berikut: Sifat fisik timbunan meliputi γt = 1,79 t/m 3, c = 0 dan Φ = 30 o H timbunan = 1,5 meter, lebar timbunan = 7 meter SF rencana = 1,5 Wc.Opt = 17,0 % CBR Max = 14,5 % 4.5 Data Cerucuk Kayu Data cerucuk kayu yang digunakan dalam perencanaan Tugas Akhir ini ditetapkan berdasarkan perencanaan. Adapun data spesifikasinya adalah sebagai berikut: D cerucuk = 10 cm L cerucuk ( dibawah bidang gelincir ) = 1,5 m Σ ijin = 190 kg/cm Kayu kelas kuat III 4.6 Data Spesifikasi Bahan Geotextile Perencanaan perbaikan tanah dasar pada ruas jalan akses bandara Internasional Lombok dilakukan dengan menggunakan geotextile sebanyak 1 lembar yang dipasang di antara tanah dasar dan tanah timbunan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dalam rangka mengetahui apakah 1 lembar geotextile tersebut mampu membantu tanah dasar untuk memikul tanah timbunan setinggi 1,5 meter. Geotextile yang digunakan pada perencanaan ini adalah jenis geotextile polypropylene woven, UW-50. Geotextile woven ini memiliki berat 50 gr/m dalam bentuk gulungan lebar 3, 4 m, panjang antara 150 00 m. Detail spesifikasi bahan disajikan pada Lampiran 6.

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DAN PERBAIKAN TANAH DASAR 5.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Seperti yang sudah dijelaskan pada analisa data bahwa perencanaan tebal perkerasan menggunakan perkerasan lentur metode Bina Marga. Sebelum melakkan desain terhadap perkerasan, perencanaan jalan ini direncanakan lajur arah (/ UD), dengan rincian sebagai berikut, -Lebar lalu lintas lajur arah = x 3,5 = 7 m -Lebar bahu jalan diperkeras = x 1 = m -Lebar trotoar = 1,5 x = 3 m + = 1 m 1.LHR pada Awal Umur Rencana jalan LHR pada awal umur rencana adalah LHR pada saat jalan akan dipergunakan yaitu pada tahun 010, dan LHR pada akhir umur rencana adalah LHR pada batas rencana jalan tersebut dirancang. Untuk perhitungan LHR pada Awal umur rencana disajikan pada Tabel 4.10. Hasil rekapitulasi total EAL pada tiap jenis kendaraan ditunjukkan pada tabel 5. : Tabel 5. Rekapitulasi Total EAL Tiap Kendaraan. Golongan Total EAL Sedan, Jeep,station dan taxi (1.1) 0,0035 Opelet Pich-up, Suburban,Combi,Mini Bus (MPU dan Angkot) (1.1) 0,0035 Pich-up, Micro Truk, Mobil Hantaran, dan Truk Ban Belakang (1.L) 0,77693 Bus Kecil (1. L) 0,77693 Bus Besar (1.) 0,383905 Truk/Box, truk Tangki sumbu 3/4 0,77693 (1.L) Truk/Box, Truk Tangki sumbu (1.H) 6,40056 Truk/Box, Truk Tangki 3 Sumbu (1.) 3,34 Truk/Truk Tangki Gandeng (1.+.) 5,886857 Truk Semi Treiler dan Truk Trailer 6,588069 (1.-) Truk Semi Treiler dan Truk Trailer (1.-) 13,8776 Sumber:hasil perhitungan.lintas Ekivalen Permulaan ( LEP ) Untuk menghitung besarnya LEP digunakan nilai LHR pada Awal Umur Rencana jalan (lihat Tabel 4.10). Untuk menghitung LHR kendaraan ditiap lajurnya nilai LHR rencana perlajur dikali dengan faktor distribusi kendaraan (C). Karena jalan yang direncanakan adalah lajur arah (/), maka nilai C adalah 0,5. Tabel 5.3 Lintas ekivalen permulaan (LEP) LHR Type awal Kendaraan Kend E C LEP /hari LV 934 0,0035 0.5 3.450384 MHV 451 0,77693 0.5 6.619771 LB 79 0,383905 0.5 15.16447 T 1. H 138 6,40056 0.5 44.983864 T 1. 64 3,34 0.5 103.431168 T 1.+. 9 5,886857 0.5 85.35946 T 1.- 30 6,588069 0.5 98.81035 T 1.- 31 13,8776 0.5 05.9608 3.Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Untuk menghitung besarnya LEA digunakan nilai LHR pada Akhir Umur Rencana jalan (lihat Tabel 4.11). Tabel 5.4 Lintas ekivalen akhir (LEA) LHR akhir Kend/j am E C LEA Type Kendaraan LV 4374 0,0035 0.5 5.14384 MHV 673 0,77693 0.5 93.443694 LB 90 0,383905 0.5 17.7575 T 1. H 199 6,40056 0.5 638.79557 T 1. 9 3,34 0.5 148.68304 T 1.+. 4 5,886857 0.5 13.63997 T 1.- 43 6,588069 0.5 141.643484 T 1.- 45 13,8776 0.5 98.9746 4.Lintas Ekivalen Tengah (LET) Untuk menghitung besarnya LET didapatkan dari penjumlahan LEP dan LEA kemudian dirata-rata. Tabel 5.5 Lintas ekivalen tengah (LET) Type LEP LEA LET Kendaraan LV 3.450384 5.14384 4.97104 MHV 6.619771 93.443694 78.031733 LB 15.16447 17.7575 16.19986 T 1. H 44.983864 638.79557 540.889718 T 1. 103.431168 148.68304 16.056736 T 1.+. 85.35946 13.63997 104.49171 T 1.- 98.81035 141.643484 10.359 T 1.- 05.9608 98.9746 5.467440 5.Lintas Ekivalen Rencana (LER) Untuk mendapatkan besarnya LER didapatkan dari perhitungan LET dan FP dimana FP = Umurr Re ncana 10 = = 1 10 10

Tabel 5.6 Lintas ekivalen rencana (LER) Type Kendaraan LET FP LER MP 4.97104 1 4.97104 MHV 78.031733 1 78.031733 Bus 16.19986 1 16.19986 T 1. H 540.889718 1 540.889718 T 1. 16.056736 1 16.056736 T 1.+. 104.49171 1 104.49171 T 1.- 10.359 1 10.359 T 1.- 5.467440 1 5.467440 Total 14.686688 6.Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Pembangunan perkerasan jalan akses bandara ini akan dilaksanakan diatas tanah timbunan. Untuk itu yang menjadi lapisan subgrade adalah CBR dari tanah timbunan, dari data yang didapatkan CBR timbunan sebesar 14,50%. Berdasarkan Gambar korelasai, nilai CBR tanah timbunan tersebut dikorelasikan dengan nilai DDT sehingga didapatkan nilai DDT sebesar 6,5. 7.Indeks Permukaan (IP) Dalam penentuan nilai IPt dan IPo harus dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lalu lintas. Untuk nilai Ipt didapatkan sebesar.5, hal ini karena perencanaan jalan akses bandara sebagai jalan penghubung diharapkan pada akhir umur rencana kondisi jalan masih cukup baik. Sedangkan untuk Ipo dipakai 4 dengan jenis lapisan perkerasan LASTON. 8.Faktor Regional (FR) Dalam menentukan FR berdasarkan Tabel.8 maka dipakai iklim II dengan kelandaian < 6%, dan kondisi LHR untuk kendaraan berat lebih dari 30% maka dipakai FR =.5 9.Koefisien Kekuatan Relatif (a) -Laston = 0,40 -Batu Pecah Kelas A CBR 100% = 0,14 -Sirtu kelas A CBR 50% = 0,1 10.Tebal Minimum lapis Perkerasan (Dmin) -Surface ( Laston) = 10 cm -Agregat kelas A = 0 cm -Sirtu kelas A = 0 cm 11.Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Untuk mendapatkan nilai ITP dengan LER > 500 maka ITP tidak didapatkan dengan nilai dari nomogram akan tetapi dengan memakai persamaan.3,.33 dan.34. Adapun perhitungannya sebagai berikut: IPo IPt Gt = Log IPo 1,5 4,5 = Log = - 0, 4 1,5 Wt 18 = LER x 365 x UR = 14,686688 x 365 x 10 = 4535806,41 Log Wt18 = 6,6566545 1.Menghitung Tebal Perkerasan Dilapangan Dalam perencanaan tebal perkerasan digunakan persamaan.3 yaitu: a 1. D 1 a. D a 3. D 3 Gambar 5. Susunan Lapisan Perkerasan Lentur Dalam Tugas Akhir ini berdasarkan data yang didapatkan untuk lapisan tanah subgrade telah ditentukan kedalamannya 100 cm karena termasuk urugan untuk perbaikan tanah lempung lunak. Perhitungan: ITP diatas Base = a 1. D 1 Parameter yang dipakai 4,5 - Gt = Log = - 0, 4 1,5 - CBR Base 100% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 100 ) + 1,7 = 10,3 1 1 - Log = Log = - 0,3979 FR,5 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah : 6,677 6,6566545 Dengan nilai ITP diatas Base = 6,9 ITP diatas Base = a 1. D 1 keatas) Surface Base Subbase 6,9 = 0,4. D 1 6,9 D 1 = = 17,5 cm 0,4 D 1 = 17,5 cm > Dmin (10 cm) Maka Dpakai = 17,8 cm (dibulatkan 1 cm Dpakai = 18 cm ITP diatas Subbase = a. D Parameter yang dipakai 4,5 - Gt = Log = - 0, 4 1,5 - CBR Subbase 50% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 50 ) + 1,7 = 9,01

1 1 - Log = Log = - 0,3979 FR,5 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah : 6,689866 6,6566545 Dengan ITP diatas Subbase = 8,1 ITP diatas Subbase = a 1. D 1 + a. D 8,1 = 0,4. 18 + 0,14. D 8,1 (0,4x18) D = = 6,4 cm 0,14 D = 6,4 cm < Dmin (0 cm) Maka Dpakai = 0 cm ITP diatas Subgrade = a 3. D 3 Parameter yang dipakai 4,5 - Gt = Log = - 0, 4 1,5 - CBR Subgrade 14,5% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 14,5 ) + 1,7 = 6,7 1 1 - Log = Log = - 0,3979 FR,5 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah : 6,657506 6,6566545 Dengan ITP diatas Subgrade = 10,5 ITP diatas Subgrade = a 1. D 1 + a. D + a 3. D 3 10,5 = 0,4. 18 + 0,14. 0 + 0,1. D 3 10,5 (0,4x18) (0,14x0) D 3 = = 4,17 cm 0,1 D 3 = 4,17 cm < Dmin (0 cm) Maka Dpakai = 0 cm Dari perhitungan tebal lapisan perkerasan diatas didapatkan hasil sebagai berikut: Surface Base Subbase Subgrade D 1 =18 cm D = 0 cm D 3 = 0 cm 100 cm Gambar 5.3 Tebal Lapisan Perkerasan Lentur 5. Perencanaan Elevasi Jalan Elevasi banjir tertinggi = 1 m Tambahan Elevasi = 0,5 m + Elevasi final (H final ) = 1,5 m Jadi elevasi jalan yang juga H final timbunan yang direncanakan adalah 1,5 m 5.3 Perhitungan Beban Pada perhitungan beban akibat lalu-lintas ada pengaruh dari beberapa beban yang bekerja pada tanah dasar. Beban yang berada diatas tanah dasar meliputi: 1. Beban Timbunan. Beban Perkerasan 3. Beban Traffic Dalam perencanaan Tugas Akhir ini, beban traffic (q traffic ) diasumsikan sebagai beban timbunan. Berdasarkan Gambar.14 untuk tinggi timbunan =1,5 m, maka didapatkan q traffic = 1,0 t/m. Jadi beban total untuk tanah dasar adalah: q timb = 1,5 x 1,79 =,685 t/m q perkerasan = 0,18 x,4 = 0,43 t/m q traffic = 1,0 t/m + q total = 4,117 t/m q total = 41,17 Kpa 5.4 Perhitungan Pemampatan / Settlement (Sc) Dalam perhitungna pemampatan konsolidasi, perhitungan dilakukan sampai kedalaman tanah medium stiff yaitu 3,5 m. Pada Tugas Akhir ini digunakan timbunan dengan bentuk persegi panjang dengan tanah dasar dikeruk sedalam 0,5 meter kemudian ditimbun dengan tanah yang lebih baik dengan tinggi timbunan setinggi 1,5 meter, settlement yang dihitung sedalam 3 meter yang dimulai dari kedalaman 0,5 meter sampai 3,5 meter. Untuk ketelitian perhitungan, tanah sedalam 3 meter tersebut kemudian dibagi menjadi 4 lapisan dengan ketebalan tiap lapis sebesar 1 m, untuk lapisan pertama digunakan ketebalan 1 meter. Prakiraan settlement pada lapisan tanah lempung dihitung sebagai akibat beban (q) konstan sebesar,685 t/m, beban lalu lintas = 1,0 t/m dan beban perkerasan jalan sebesar 0,43 t/m, maka beban (q) total 4,117 t/m. Untuk tanah lempung, besarnya pemampatan dihitung menggunakan Persamaan.3. Dari perhitungan didapatkan settlement total pada tanah dasar sebesar 0,63 m, 5.5 Perbaikan Tanah Dengan Cerucuk Kayu Dalam proyek pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok ruas Kuripan, direncanakan perbaikan tanah aksisting menggunakan cerucuk kayu. Cerucuk kayu yang digunakan pada kondisi eksisting adalah diameter 10 cm, panjang m. Pada penyusunan Tugas Akhir ini akan dicari jumlah dan jarak cerucuk yang dibutuhkan serta settlement yang terjadi setelah pemakaian cerucuk. Tanah dasar merupakan tanah lempung lembek dengan parameter tanah : Φ = 0, Cu = 0,089 kg/m. Untuk kayu kelas kuat III didapatkan nilai E = 509 kg/cm, σ lt = 190 kg/cm.adapun langkahlangkah perbaikan tanah dengan cerucuk kayu adalah sebagai berikut: 1. Menghitung faktor kekakuan relatif (T) Dalam menghitung faktor kekakuan relatif (T) digunakan persamaan.4, adapun perhitungannya adalah sebagai beraikut:

1 5 EI T = f I = ¼ x π x r 4 = ¼ x π x 5 4 = 490,65 cm 4 qu = x Cu = x 0,089 = 0,178 kg/cm = 0,18 tcf Dari gambar.4 didapatkan nilai f = tcf = 0,064 kg/cm 3 Maka didapatkan nilai T sebesar = = 5,50 cm. Perhitungan gaya horizontal yang mampu ditahan 1 buah cerucuk. Dengan menggunakan persamaan.6, dapat dilihat hasil perhitungan gaya horizontal adalah sebagai berikut: MP P = FM x T Mmax 1 cerucuk = Mp = w x σ lt W = c I ; c = ½ D = ½ x 10 = 5 cm 490,65 W = = 98,15 cm 3 5 Mmax 1 cerucuk = Mp = 98,15 x 190 = 18643,75 kg.cm Direncanakan L (dibawah bidang gelincir) =1,5m=150 cm L/T = 150/5,50 =,86 Z = 0 Dari Gambar.5 didapatkan nilai Fm = 1 355,1 kg 3. Menghitung kebutuhan cerucuk (n) Untuk menghitung kebutuhan cerucuk dibutuhkan data-data seperti: SF min, Mresistan dan R; semua data yang dibutuhkan didapatkan dari hasil STABL. Dari hasil STABL dengan menggunakan data tanah dasar Cu sebesar 0,089 kg/cm, didapatkan: SF min = 1,33 Mresisten = 454,5 KNm/m = 4545000 Kg cm/m R = 7,34 m = 734 cm Dari data diatas dengan menggunakan Persamaan.8, dapat diperoleh kebutuhan cerucuk sebagai berikut: ( SF yang diinginkan SF yang ada) x MD n = P max 1cerucuk x R Mres 4545000 MD = = = 34116 kg cm SF 1,33 (1,5 1,33) x 34116 n =, buah 3 355,1 x 734 Untuk jarak cerucuk direncanakan sebesar 0,3 m. 5.6 Perhitungan Settlament Setelah Pemakaian Cerucuk Setelah pemasangan cerucuk dilakukan perhitungan settlement untuk mengetahui besarnya settlement yang terjadi. Untuk perhitungan settlement setelah pemasangan cerucuk, dihitung dari tanah dibawah cerucuk. Dari hasil perencanaan yang telah dilakukan cerucuk dipasang sedalam meter, maka perhitungan settlement dihitung dari kedalaman,5 sampai dengan 3,5 meter karena tanah sedalam yang dipasang cerucuk dianggap sudah kaku dan lebih padat. Dengan pemberian beban yang sama seperti sebelum perbaikan tanah yaitu sebesar 4,117 t/m, dapat diperoleh besarnya settlement setelah pemasangan cerucuk dengan menggunakan persamaan.3. Dari hasil perhitungan diperoleh settlement total sebesar 0,101 meter. 5.7 Perbaikan Tanah Dengan Geotextile Perencanaan perbaikan tanah pada Tugas Akhir ini digunakan geotextile untuk perkuatan timbunan. Perkuatan dengan geotextile direncanakan bila tidak menggunakan perbaikan tanah dengan cerucuk. Untuk lebih jelasnya perhitungan kebutuhan geotextile dijelaskan dibawah ini dengan data perencanaan sebagai berikut: Dari hasil STABL diperoleh data sebagai berikut: A O 1 : 1 SF = Timbunan Z B Tanah C Gambar 5.4 Sketsa bidang longsor Koordinat dasar timbunan di Titik Z x z = 5 y z = 5 Angka keamanan : SF min = 1,33 Jari-jari kelongsoran : R (jari-jari) = 7,34 meter Koordinat pusat bidang longsor (Titik O pada Gambar ) x o = 3,40 y o = 1,08 Koordinat dasar bidang longsor (lihat Titik C pada Gambar) : x C = 3,48 y C = 4,75 Koordinat batas longsor (lihat Titik A dan B pada Gambar) : H inisial

x A = 1,5 y A = 5 x B = 5,45 y B = 5,04 Momen Penahan : M Rmin = 454,5 knm SF min = 1,33 Circle centre ; x = 3,40 y = 1,08 R (radius) = 7,34 m M resistan = 454,5 KNm Adapun langkah-langkah dalam perencanaan geotextile adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan nilai Momen dorong Mres 454, 5 M dorong = = = 341, KNm SF 1, 33. Perhitungan Mres (rencana) Mres (rencana) = Mdorong x Sfrencana = 341, x 1,5 = 511,83 KNm 3. Perhitungan ΔMR ΔMR = Mres(rencana) Mres(min) = 511,83 454,5 = 57,33 KNm 4. Menghitung Kekuatan Geotextile (T allow ) Kekuatan geotextile dihitung berdasarkan kuat tarik ultimate panjang geotextile (T) dan dipengaruhi oleh nilai angka keamanan dari beberapa faktor, antara lain: Angka keamanan untuk instalasi (Fsid) = 1,3 Angka keamanan untuk faktor rangkak (Fscr) = Angka keamanan untuk faktor kimiawi (Fscd) = 1, Angka keamanan untuk faktor biologi (Fsbd) = 1,1 T T allow = ( Fsid x Fscr x Fscd x Fsbd) Dalam perencanaan ini digunakan tipe geotextile UW-50 dengan kekuatan tarik sebesar 5 KN/m, maka dapat diperoleh kekuatan tarik ijin geotextile sebesar: 5 T allow = = 15,15 KN/m (1,3 x x 1, x 1,1) Internal Stability Kondisi internal stability tercapai bila tidak terjadi longsor pada lereng AC. Gambar 5.9 Gaya-gaya Pada Timbunan dengan Perkuatan Geotextile Syarat Tidak Terjadi Failure di Lereng AC ( BeratefektifABC) x tanδ P a 1 SF Dimana : δ = sudut geser antara tanah timbunan dan material geotextile Ø = 30 SF = 1, untuk jalan sementara = 1,5 untuk jalan permanen φ Ka = tan 45 1 ( γsat γw) ABxBCx tanδ P a 1 = γh Ka + γh Ka = 1 30.1,79.1,5.tan 45 + 1,79.1,5.tan ( 1,79 11,5 ) x1,5 x tan 30 P a1 =,01 t/m > 0,513 t/m...not OK Syarat Kekuatan Bahan P a1 S 1 45 Dimana : S 1 = kekuatan tarik material geotextile yang diijinkan (T allowable ) P a1 S 1,01 t/m > 1,13 t/m....not OK Maka diperlukan beberapa lapis geotextile. 5. Menghitung Panjang Geotextile di Belakang Bidang Longsor ΣFx = 0 TallowxFS = ( τ1 + τ ) xle xe TallowxFS Le = ( τ + τ )xe 1 30 dimana : L e = Panjang geotextile di belakang bidang longsor

τ 1 = Tegangan geser antar tanah timbunan dengan geotextile τ 1 = Cu 1 + σ v tanφ1 τ = Tegangan geser antar tanah dasar dengan geotextile τ = Cu + σ v tanφ E = efisiensi diambil E = 0.8 FS rencana = 1,5 H i = Tinggi timbunan di atas geotextile Dari perhitungan sebelumnya didapatkan : T allow = 15,15 kn/m Data timbunan : H i = 1,5 meter γ timb = 1,79 t/m 3 = 17,90 kn/m 3 σ V = γ timb x H i = 17,90 x 1,5 = 6,85 kn/m Cu 1 = 0 φ 1 = 30 o τ 1 = 0 + (6,85 x tan 30 o ) = 15,50 kn/m Data lapisan atas tanah dasar : γ = 1,67 t/m 3 = 16,7 kn/m 3 Cu = 8 kn/m φ = 0 o τ = 8 + (16,7 x tan 0 o ) = 8 kn/m Panjang geotextile di belakang bidang longsor : Tallow xfs Le = ( τ 1 + τ )xe 15,15 x1,5 = ( 15,50 + 8) x0. 8 = 1,1 meter 6. Menghitung Kebutuhan Geotextile Dengan rumus di atas didapatkan : M geotextile = T allow x T i dimana : T allow = Kekuatan Geotextile T i = Jarak vertikal antara geotextile dengan pusat bidang longsor (Titik O pada Gambar) Pada geotextile lapisan pertama (pada dasar timbunan) Hi 1 = H timbunan = 1,5 meter Ti 1 = y o y Z = 1,08 5 = 7,08 meter M geotextile = 15,15 x 7,08 = 107,6 knm Kebutuhan Geotextile ditentukan dari ΣMomen akibat pemasangan geotextile lebih besar dari momen tambahan yang dibutuhkan, ΣMomen > M R ΣM= M geotextile > M R 107,6 knm > 57,33 knm (OK) sehingga geotextile yang dibutuhkan dalam perencanaan ini sebanyak 1 lapis. 7. Menghitung Panjang Geotextile di depan bidang longsor (L D ) Panjang geotextile ini dihitung dengan bantuan out put dari program XSTABL dengan cara : L D = (koordianat-x bidang longsor lapisan i geotextile terpasang) (koordinat tepi timbunan lapisan i geotextile dipasang) Panjang geotextile di depan bidang longsor adalah sebagai berikut : Tabel 5.9 Tabel Hasil Perhitungan Panjang Geotextile di Koordinat Koordinat pakai Koordinat Ld Jumlah Y x y X tepi (m) 1 5 5,45 5,04 5 0,45 depan Bidang Longsor Sumber : hasil perhitungan 8. Menghitung Panjang Total Geotextile Panjang total geotextile 1 sisi = L e + L D + S v + L o = 1,1 + 0,45 + 0,5 + 0,5 =,66 m Panjang total geotextile sisi = x (L e + L D + S v + L o ) = x,66 = 5,3 m Untuk panjang total 1 sisi geotextile > ½ lebar timbunan maka untuk mempermudah pemasangan di lapangan, geotextile dipasang selebar timbunan sehingga panjang total geotextile adalah: Ltotal = L jalan + (L D + S v + L o ) = 7 +,9 = 9,9 m Jadi digunakan geotextile type UW-50 dengan pemasangan arah memanjang. Kebutuhan geotextile sebesar 9,9 per meter panjang. 5.8 Pemilihan Alternatif Perbaikan Tanah Dalam pelaksanaannya dilapangan akan dipilih jenis metode perbaikan tanah yang mudah dilaksanakan dan target hasil yang dicapai dapat mendukung kontruksi perkerasan jalan dalam jangka panjang. Adapun pertimbangan dalam pemilihan alternatif perbaikan tanah dasar yaitu sebagai berikut: 1. Pencegah Kelongsoran a.cerucuk Dalam perencanaan perbaikan tanah dasar Cerucuk akan dipasang pada bagian

timbunan yang kritis mengalami kelongsoran saja. Dengan pemakaian Cerucuk pada bidang longsor dari tanah dasar, maka kelongsoran timbunan dapat dicegah. b.geotextile Dalam perencanaan perbaikan tanah dasar Geotextile akan dipasang pada bagian timbunan yang kritis mengalami kelongsoran. Dengan pemakaian Geotextile pada bidang longsor dari tanah timbunan, maka kelongsoran timbunan dapat dicegah.. Pencegah Pemampatan Tanah Dasar a.cerucuk Agar dapat mencegah pemampatan tanah dasar akibat beban timbunan konstruksi jalan, maka Cerucuk harus dipasang disepanjang lebar bentang dari ruas jalan. Hal ini bisa saja dilakukan akan tetapi memakan waktu yang lama dalam penginstalan Cerucuk disepanjang bentang jalan. b. Geotextile Agar dapat mencegah pemampatan tanah dasar akibat beban timbunan konstruksi jalan, maka Geotextile harus dipasang disepanjang lebar bentang dari ruas jalan. Dalam pelaksanaanya hal ini mudah dilakukan karena Geotextile merupakan lembaran yang tinggal dihamparkan dalam penginstalannya sehingga tidak akan memakan waktu yang lama dalam proses pekerjaan perbaikan tanah dengan Geotextile. Jadi Cerucuk dan Geotextile sama-sama dapat digunakan untuk mencegah kelongsoran timbunan, namun dalam hal mencegah pemampatan tanah dasar Geotextile bergunan sebagai separator yang dapat mencegah bercampurnya timbunan pilihan dengan tanah dasar yang jelek. Geotextile juga lebih mudah dalam pelaksanaannya dibandingkan Cerucuk dan tidak memakan waktu yang lama dalam penginstalannya. Sehingga dalam perencanaan ini dipilih penggunaan Geotextile sebagai alternatif perbaikan tanah dasar. 5.9 Analisa Biaya Alternatif Perbaikan Tanah Pada subbab ini akan dibahas berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam penginstalan alternatif perbaikan tanah yang dipilih. Dalam perencanaan ini ditentukan alternatif perbaikan tanah berupa penggunaan Geotextile. Untuk biaya instalasi Geotextile per m dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut: Tabel 5.10 Pemasangan Geotextile Woven No URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH 1 Bahan - Geotextile Woven m 1.000 Rp 9,000.00 Rp 10,800.00 Upah - Mandor oh 0.000 Rp 51,10.00 Rp 1,0.40 - Pekerja oh 0.1800 Rp 8,800.00 Rp 5,184.00 - Tukang oh 0.0180 Rp 43,00.00 Rp 777.60 3 Alat Bantu - Alat bantu 0,06 x upah pekerja Ls 0.0600 Rp 5,184.00 Rp 311.04 T O T A L Rp 18,095.04 Dari tabel diatas dapat diketahui anggaran pemasangan Geotextile per m - sebesar Rp 18.095,04 Luas pemasangan Geotextile keseluruhan yaitu: 1750 m x 9,9 m = 1735 m Total biaya penginstalan Geotextile yaitu: 1735 m x 18.095,04 = Rp 313.496.568,00 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu: Dari perencanaan yang ada diperoleh data sebagai berikut: a. Tebal Perkerasan Jalan - Lapisan permukaan =18 cm - Lapisan Pondasi Atas = 0 cm - Lapisan Pondasi Bawah = 0 cm - Urugan Pilihan = 100 cm b. Pemampatan Dibawah Timbunan Besar total pemampatan di bawah timbunan adalah 0,63 m pada lapisan tanah lempung. c. Stabilitas Timbuan Berdasarkan hasil perhitungan dengan program STABL didapatka besarnya angka keamanan (SF) = 1,33 < SF rencana 1,5 maka perlu dilakukan perbaikan tanah dasar. d. Desain Perkuatan dengan Cerucuk Kayu Jumlah Cerucuk yang dibutuhkan per meter panjang adalah 3 buah dengan jarak 0,3 m. Dengan adanya perkuatan dengan Cerucuk Kayu maka besar pemampatan di bawah Cerucuk kayu dapat dihitung, dalam hal ini besarnya adalah 0,101 m pada lapisan tanah lempung. e. Desain Perkuatan dengan Geotextile Didapatkan jumlah lembar Geotextile yang terpasang sebanyak 1 lapisan dengan panjang total adalah 9,90 m f. Penanganan yang perlu dilakukan di lapangan Dalam Tugas Akhir ini perbaikan tanah dilakukan dengan pemasangan Geotextile mengingat lebih banyak keunggulannya daripada pemasangan Cerucuk kayu. g. Total anggaran tambahan untukpelaksanaan perbaikan tanah dasar yaitu Rp. 313.496.568,00 6. Saran a. Untuk dapat mencapai target pekerjaan yang diinginkan serta hasil yang maksimal, maka perlu digunakan alternatif perbaikan yang lebih cepat

dalam pelaksanaannya serta dapat mendukung beban konstruksi perkerasan jalan, maka dalam proyek ini digunakan perkuatan berupa Geotextile. b.dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi Geotextile, perlu dilakukan pengawasan oleh ahli yang berpengalaman dalam hal instalasi Geotextile agar hasilnya sesuai dengan spesifikasi. DAFTAR PUSTAKA Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah 1 (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Diterjemahkan oleh Noor Endah dan Indrasurya B. Mochtar. Jakarta. Erlangga. Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Diterjemahkan oleh Noor Endah dan Indrasurya B. Mochtar. Jakarta. Erlangga. Mochtar, Indrasurya B. 000. Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan Pada Tanah Bermasalah (Problematic Soil). Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Endah, Noor. 009. Handout Kuliah Metode Perbaikan Tanah. Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS.