ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250) Achmad Darozi Madjri, Prof. Ir. Indrasurya BM, M.Sc, Ph.D, Prof.Ir. Noor Endah M.Sc, Ph.D Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institute Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya indrasurya@ce.its.ac.id, noor_endah@ce.its.ac.id Kabupaten Berau adalah sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ,47 km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Saat ini sedang berlangsung pembangunan pelebaran jalan akses menuju bandara. Yang dalam pelaksanaannya ternyata mengalami kendala bahwa terjadi kelongsoran pada ruas jalan yang akan dilebarkan. Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa stabilitas lereng tersebut, dan mencari tahu penyebab kelongsoran, kemudian merencanakan alternatif perkuatan lerengnya. Metode yang digunakan adalah menganalisa factor keamanan lereng terhadap kelongsoran menggunakan metode irisan Bishop dengan bantuan program DX-STABLE , kemudian akan dilakukan perencanaan perkuatan untuk mengantisipasi agar lereng tidak longsor. Dari hasil analisa didapatkan adanya factor keamanan yang kurang dari persyaratan. Dari permasalahan tersebut diberikan tiga buah alternative perkuatan lereng. Pada alternative pertama dengan mengunakan alternatif Micropile beton dimana Micropile beton yang digunakan berupa tiang pancang beton berdiameter kecil untuk menahan bidang longsor. Alternatif kedua yaitu Pipa Baja Diameter 50 cm dimana pada alternative ini bahan yang digunakan berupa Pipa baja. Alternatif ketiga yaitu Sheetpile dimana pada Sheetpile ini juga hampir sama dengan Micropile san pipa yaitu Sheetpile di asumsikan juga sebagai cerucuk. Berdasarkan hasil analisa, dengan berdasarkan volume bahan yang digunakan dan ketersediaan bahan yang digunakan dari tiap-tiap alternative dengan kemudahan maka dipilih alternatif dengan mengunakan perkuatan Sheetpile dikombinasikan dengan Pipa baja. Dikarenakan kondisi tanah yang labil maka digunakan perkuatan menggunakan bahan dari baja. Kata kunci :Berau, lereng, kelongsoran, Micropile, Sheetpile, Pipa baja. I. PENDAHULUAN Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Berau Kalimantan Timur Berencana memperluas akses jalan Menuju Bandara Tanjung redep,kabupaten Brau,Kalimantan Timur.Perluasan Jalan akses ke Bandara Tanjung redep sangat diperlukan untuk mempermudah akses ke Bandara Tanjung redep yang sekarang dinilai belum layak karena hanya memiliki 2 lajur jalan saja. Dengan adanya perluasan jalan ini maka jalan akes ke Bandara Menjadi 4 lajur. Dengan bertambahnya lajur jalan untuk akses ke Bandara Tanjung redep diharapkan akses untuk Menuju ke Bandara menjadi lancar dan nyaman. Proyek perluasan jalan akses bandara tanjung redep telah berlangsung, tiba-tiba mengalami kelongsoran saat diguyur hujan, khususnya pada sta s/d sta yang mengalami kelongsoran terparah. Kondisi curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyabab kelongsoran karena terjadinya peningkatan derajat kejenuhan tanah dapat mengakibatkan meningkatnya tegangan air pori tanah sehingga tegangan efektif tanah berkurang dan kuat geser tanah juga berkurang. Dengan jenis Tanah dasar yaitu tanah lempung yang mempunyai sifat kembang susut maka perlu mendapat perhatian khusus untuk metode perbaikan tanah dasarnya. Sebab apabila tanah dasar mengalami kembang susut maka lapisan timbunan di atas tanah dasar akan mengalami kerusakan. Akibatnya akan berpngaruh pada dengan struktur jalan tersebut. Yang akan dibahas pada proposal ini adalah menganalisa penyebab terjadinya kelongsoran dan merencanakan perbaikan tanah dasar agar tidak terjadi kelongsoran lagi. Dalam hal ini dianalisis stabilitas lereng pada badan jalan dan perlu direncanakan perkuatan dinding penahan tanah yang akan digunakan untuk meningkatkan kestabilan lerang. Diharapkan nantinya akan didapatkan metode perkuatan yang bias dijadikan sebagai solusi unuk menanggulangi kelongsoran lereng yang terjadi di ruas jalan Marsma Iswahyudi Kabupaten Brau Kalimantan timur. Jenis perkuatan lereng yang akan dijadikan alternative dalam tugas akhir ini adalah geotextile, Micro Pile, sheet pile. Sehingga dapat dipilih konstruksi penahan tanah yang aman dan efisien, yang nantinya dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada perencanaan pembuatan jalan lainnya. II. METODOLOGI Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada gambar 1.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) START STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA : - DATA PERENCANAAN - DATA TANAH IDENTIFIKASI JENIS TANAH DAN ANALISA STABILITAS LERENG > rencana CEK KESIMPULAN DAN SARAN FINISH < rencana MICROPILE Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir LERENG DIPERKUAT SHEET PILE PEMILIHAN JENIS PERKUATAN YANG PALING EFISIEN DENGANN PERTIMBANGAN : 1.Kemudahan dalam pelaksanaan 2. Kemudahan mendapatkan materia yang dibutuhkan 3. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dijalan yang ada PIPA BAJA III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Data Tanah Dalam memperoleh data tntang karakteristik tanah dilapangan,dilakukan pnyelidikan tanah yang terdiri dari test boring dan. Dari test yang dilakukan dilapangan ini akan didapatkan klasifikasi tanah, susunan lapisan tanah pada tiap- tanah. tiap kedalaman tertentudan tingkat kpadatan Data tanah yang digunakan pada pnyusunan tugas akhir ini merupakan lokasi klongsoran pada ruas jalan Marsma Iswahyudi yang diperoleh dari dinas PU pemerintah kabupatn Berau, Kalimantan Timur. Titik-tik yang ditinjau adalah STA s/d STA B. Penyelidikan lapisan Tanah Pada penyelidikan lapisan tanah diambil didaerah yang trdekat dengan perencanaan. Dimana dari hasil bordalam diperoleh gambaran lapisan seprti yang terlihat pada gambar 4.2. Dari hasil laboratorium tersebut maka diambil BH-4 STA 0+20 ( Perencanaan P0 P4) ), BH-3 STA (Perencanaan P5-P7), BH-2 STA (Perencanaan P8 - P11), BH-4 STA (Perencanaan P12-P15). Pada tabel dibawah ini merupakan hasil rekapitilasi dari hasil laboratorium dilokasi perencanaan. (t/m (koreksi) ø Cu Pakai ) Tabel 1. Rekapitulasi Test tanah BH-4 (STA 0+20) (t/m (koreksi) ø Cu Pakai ) Tabel2. Rekapitulasi Test tanah BH-3 (STA 0+103) Kedalaman γ sat (t/m 2 ) Bore Log (koreksi) ø Shear Strength Cu Pakai Tabel 3. Rekapitulasi Test tanah BH-2 (STA 0+197) Gambar1. Area yang mengalami kelongsoran

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) (koreksi) ø Cu Pakai (t/m 2 ) Tabel 4. Rekapitulasi Test tanah BH-4 (STA 0+241) C. Perencanaan Perkuatan Lereng Pada perencanaan awal sebelum longsor telah direncanakan perkuatan lereng dengan menghitung turap berjangkar. Setelah direncanakan dengan asumsi turap metode konvensional ternyata tebing sungai yang telah direncanakan mengalami kelongsoran setelah hujan deras. Untuk mengetahui penyebab kelongsoran maka perlu dilakukan evaluasi dari perencanaan awal. Apakah asumsi yang digunakan telah memenuhi overall stability atau belum. Berikut evaluasinya adalah sebagai berikut : Evaluasi jika menggunakan metode perhitungan turap konvensional Evaluasi jika menggunakan metode perhitungan turap diasumsikan sebagai cerucuk E. Alternatif Perkuatan Micropile 30x30 Pipa Baja diameter 50cm Perkuatan lereng dengan Sheet Pile Mdorong Mrencana ΔMR Pusat Lingkaran kn-m rencana kn-m kn-m x (m) y (m) Micropile 30x30 Pipa Baja Turap Tipe-U Diameter 50cm FSP-III Tabel 5. Hasil Perencanaan Perbaikan P0-P4 (daerah yang tidak longsor) Mrmin (kn-m) Mrmin (kn-m) Mdorong Mrencana ΔMR Pusat Lingkaran kn-m rencana kn-m kn-m x (m) y (m) Table 6. Hasil Perencanaan Perbaikan P5-P15 (daerah yang longsor) R Micropile 30x30 Perkuatan Perkuatan Pipa Baja Turap Tipe-U Diameter 50cm FSP-III R Gambar 2. Lereng longsor pada overall stablity D. Analisa Penyebab Kelongsoran Lereng Pada data tanah asli dilakukan analisa secara keseluruhan lereng dengan program DX-Stable. Maka didapatkan permodelan permukaan bidang lereng yang telah mengalami kelongsoran. Hasil analisanya sebagai berikut : Kondisi Lapisan Tanah Yang Relatif Jelek Dari analisa diatas diketahui bahwa pada lereng yang memiliki lapisan tanah lunak lebih dalam memiliki (Safety Factor) yang lebih kecil dibandingkan dengan lereng yang memiliki lapisan tanah lunak yang relatif dangkal. Kondisi Tebing Yang Curam Dari analisa diatas diketahui bahwa landai dan curamnya elevasi lereng mempengaruhi kestabilan lereng. Kondisi Pasang Surut Muka Air Sungai F. Rekomendasi Perencanaan Berdasarkan hasil analisa diatas telah dipilih metode dengan menggunakan kombinasi antara Turap Baja Tipe-U FSP-III dengan Pipa Baja Diameter 50cm. Dikarenakan dalam pemakaiannya volume baja yang dipakai lebih ringan dibandingkan dengan volume beton. Dan Kedalaman dari turapnya harus mencapai kedalaman dibawah lingkaran kelongsoran yang terbesar yang masih memungkinkan (,Safety Factor = 1,00). Bila kedalaman turap terlalu dangkal, dan ada lingkaran kelongsoran yang melewati dasar turap, dapat dipastikan bahwa turapnya dapat mudah mengalami kelongsoran. Berikut hasil jika perkuatan dipasang dengan 1 (satu) Turap dikombinsikan dengan perkuatan menggunakan Pipa Baja Diameter 50cm dan dipasang dengan 2 (dua) Turap dikombinasikan dengan perkuatan Pipa Baja diameter 50cm. Untuk Perencanaan P0-P4 tempat turap yang tidak longsor (Sta s/d Sta ) Kajian stabilitas jalan dan tebing sungai pada ruas Sta s/d Sta yang tidak mengalami kelongsoran. Kajian ini diwakili oleh titik Bor B4 Sta dengan 2 (dua) kondisi kelandaian tebing sungai.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Didapatkan perkuatan dengan Turap Tipe-U FSP-III dikombinasikan dengan Pipa Baja diameter 50cm. Berikut penyajian gambar perencanaannya. dengan menggunakan 2 (dua) Turap Tipe-U FSP-III dikombinasikan dengan 2 (dua) Pipa Baja Diameter 50cm. akan ditampilkan Gambar 3. Hasil perencanaan STA s/d STA0+035 (P0- P4) daerah yang tidak mengalami kelongsoran Gambar 5. Hasil perencanaan STA s/d STA0+250 (P5- P15) daerah yang mengalami kelongsoran ( Tipe-2b. ) Untuk Perencanaan P5-P15 tempat turap yang longsor (Sta s/d Sta ) Kajian stabilitas jalan dan tebing sungai yang mewakili daerah yang longsor antara Sta s/d Sta hasil kajian ini mewakili kondisi perkuatan tebing sungai yang longsor. Didaptkan tiga tipe perkuatan diantaranya : a. Tipe 2a. Tipe-2a menggunakan asumsi jika dipasang 1 (satu) turap, maka didapatkan perkuatan tebing sungai dengan menggunakan 1 (satu) Turap Tipe-U FSP- III dikombinasikan dengan 3 (tiga) Pipa Baja Diameter 50cm. akan ditampilkan c. Tipe 2c. Tipe-2c menggunakan asumsi jika dipasang semuanya menggunakan Turap baja tipe-u FSP-III, didapatkan perkuatan tebing sungai dengan menggunakan 3 (tiga) Turap baja tipe-u FSP-III. akan ditampilkan pada gambar Gambar 6. Hasil perencanaan STA s/d STA0+250 (P5- P15) daerah yang mengalami kelongsoran ( Tipe-2c. ) Gambar 4. Hasil perencanaan STA s/d STA0+250 (P5- P15) daerah yang mengalami kelongsoran ( Tipe-2a. ) b. Tipe 2b. Tipe-2b menggunakan asumsi jika dipasang 2 (dua) turap, maka didapatkan perkuatan tebing sungai G. Metode Pelaksanaan Pada pelaksanaan pekerjaan perbaikan pemasangan turap pada proyek pelebaran jalan Marsma Iswahyudi, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur memerlukan metode pelaksanaan yang efektif. Dikarenakan jalan yang digunakan lokasi proyek masih beroperasi dan mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan. berikut metode pelaksanaannya Tahap pembersihan Lahan Yang harus dilakukan pertama kali adalah membersihkan lahan dari bekas bekas kelongsoran dan

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) mencabut turap-turap yang telah mengalami kelongsoran. Pada saat mencabut turap yang harus diperhatikan adalah tingkat kelabilan kondisi lapisan tanah. Agar lapisan tanah tidak berubah atau semakin longsor. Tahap persiapan alat dan material Kemudian memulai mempersiapkan alat-alat untuk proses pelaksanaan pemasangan turap yang baru. dikarenakan kondisi tanah yang masih labil akibat longsor maka segala sesuatu seperti material turap dan pipa baja tidak dapat diletakkan di daerah yang telah longsor. Sehingga proses pelatakkan alat-alat berat dan material harus berada di sungai. Diletakkan di atas perahu atau menaruh material ditempat yang tidak longsor. Alat-alat berat seperti Crane dan Vibratory Hammer di kondisikan agar dapat beroperasi di atas sungai. Tahap pemasangan material Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memasang turap dan pipa baja adalah dengan meletakkan turap atau pipa baja ditempat yang telah direncanakan dengan menggunakan Crane untuk mengangkat turap atau pipa baja. Kemudian turap atau pipa baja diletakkan ditempat yang telah direncanakan dan dipancang menggunakan Vibratory Hammer, sedangkan ada pekerja yang mengecek apakah turap dipancang tertancap lurus menggunakan Waterpass dan memastikan apakah turap atau pipa baja telah tertanam sesuai kedalaman yang di inginkan. Tahap penyelesaian Setelah turap atau pipa baja telah tepasang semua seusuai dengan spesifikasi maka harus dilakukan pengecekan terhadap tiap-tiap turap yang telah terpasang. Jadi dengan perencanaan yang menggunakan perhitungan turap berjangkar metode konvensional pada ruas jalan yang longsor tidak banyak berguna untuk menambah kestabilan lereng dikarenakan kondisi tanah lunak yang tebal, karena prinsip kekuatan lereng ini tidaklah berdasarkan sistem turap berjangkar. Kestabilan lereng di Proyek ini ternyata lebih sesuai bila didekati dengan perhitungan sistem cerucuk. Berdasarkan hasil analisa pada perkuatan yang telah dilakukan pertama-tama disarankan bagi pembaca untuk mencoba melakukan percobaan terlebih dahulu. Dengan membuat perencanaan dengan metode dan parameter yang berbeda-beda agar dapat memperoleh tahanan terhadap kelongsoran yang lebih optimal. Dan bagi pembaca harus melakukan pengecakan awal tentang data-data yang berhubungan dengan perencanaan perkuatan karena bisa saja terjadi perubahan atau ketidak cocokan antara data hasil pengujian yang terjadi dilapangan, sehingga dari masalah itu dapat menghasilkan hasil yang mendekati dengan apa yang terjadi sebenarnya. V. DAFTAR PUSTAKA Das, B.M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), jilid 1, Surabaya, Das, B.M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), jilid 2, Surabaya, Mochtar, I.B., Teknologi Perbaikan Tanah Dan Alternatif Perencanaan Pada Tanah Bermasalah(Problematic Soils), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan ITS, Surabaya, Sunggono, Kh Mekanika Tanah, Nova, Bandung, 1984 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Penyebab kelongsoran adalah terutama akibat kondisi tanah yang tidak menguntungkan (tanah lunak sangat tebal), kemiringan tebing sungai yang terlalu curam, dan kedalaman penancapan turap yang kurang dalam. Dikarenakan lokasi jalan terletak didaerah belokan sungai sehingga kemiringan lereng cukup curam dibeberapa lokasi, khususnya dilokasi dimana terjadi kelongsoran Apabila ditemukan bahwa ada tebing yang tidak longsor dan turapnya masih berdiri itu dikarenakan kondisi tanahnya relatif lebih baik atau kemiringan tebing sungai yang tidak curam.