Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita Puspitasari Jarot Yuliyanto Hestiani Page 1
Outline 1 2 3 4 5 6 7 8 Monetisasi Pedesaan, Kredit Mikro Pedesaan Upah Pekerja dalam Sektor Pertanian Meningkatnya Lapangan Pekerjaan Nonpertanian Pedesaan Upah dan Pendapatan di Pasar Tenaga Kerja Pedesaan Supply Pekerja: Migrasi dan Ekonomi Urban Sekolah, Pelatihan, dan Transisi kepada Pasar Tenaga Kerja Memberi jaringan keamanan sosial untuk mengurangi kerentanan Perhatian untuk tenaga kerja pedesaan dan migrasi: kebutuhan perhatian kebijakan Kesimpulan Page 2
Outline 1. Monetisasi Pedesaan, Kredit Mikro Pedesaan 2. Upah Pekerja dalam Sektor Pertanian 3. Meningkatnya Lapangan Pekerjaan Nonpertanian Pedesaan 4. Upah dan Pendapatan di Pasar Tenaga Kerja Pedesaan 5. Supply Pekerja: Migrasi dan Ekonomi Urban 6. Sekolah, Pelatihan, dan Transisi kepada Pasar Tenaga Kerja 7. Memberi jaringan keamanan sosial untuk mengurangi kerentanan 8. Perhatian untuk tenaga kerja pedesaan dan migrasi: kebutuhan perhatian kebijakan Page 3
Monetisasi Pedesaan, Kredit Mikro Pedesaan Oleh: Ulfa Maulidya 10/299785/EK/18058 Page 4
Pendahuluan Wilayah pedesaan di negara sedang berkembang menghadapi masalah ketenagakerjaan Pasar tenaga kerja pedesaan menyediakan lapangan kerja di sektor pertanian dan nonpertanian, wirausaha, dan tenaga kerja upahan Tenaga kerja sebagai aset utama kaum miskin merupakan sumber utama pendapatan bagi mereka yang tidak memiliki lahan atau berlahan sempit. Kebijakan yang aktif bagi pasar tenaga kerja pedesaan dapat menurunkan kemiskinan di pedesaan dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Page 5
Tenaga kerja pedesaan: sebuah tantangan yang menakutkan Gap antara jumlah pekerja baru di pedesaan dan jumlah pekerjaan baru di sektor pertanian terus melebar. Sektor pertanian tidak akan mampu mengatasi masalah tenaga kerja di pedesaan, nonpertanian pedesaan harus menjadi sumber utama pekerjaan baru. Page 6
Pertanian tidak bisa menyerap semua angkatan kerja baru di pedesaan Page 7
Sumber Pendapatan Masyarakat Desa Page 8
Lapangan kerja di pedesaan berdasarkan sektor aktivitas, negara-negara tertentu (% orang dewasa) Page 9
Upah Pekerja dalam Sektor Pertanian Oleh: Adrian Page 10
Hubungan Antara Pendapatan per Kapita dengan Jumlah Pekerja Bayaran terhadap Lapangan Kerja Pertanian Page 11
Perihal pertanian yang mempengaruhi permintaan dan tenaga kerja Musiman Risiko produksi pertanian Masalah agensi Page 12
Kondisi kerja di pertanian tidak kondusif Pekerja di pertanian menghadapi masalah keamanan dan risiko lingkungan, karena kurang dilindungi hukum Menurut ILO, pertanian salah satu lapangan kerja yang paling berbahaya (355k korban per tahun) Page 13
Mengadaptasi regulasi tenaga kerja dalam kondisi pertanian pedesaan Tujuan utama kebijakan adalah untuk menguntungkan pekerja, khususnya yang miskin, dan lapangan kerja bagi tenaga kerja kurang terampil Tujuan kedua untuk menguatkan sektor formal Page 14
Mengadaptasi regulasi tenaga kerja dalam kondisi pertanian pedesaan (2) Namun, aturan upah minimum mengurangi permintaan tenaga kerja dan meningkatkan sektor informal Page 15
Perubahan sumber lapangan kerja akibat revolusi nilai-tinggi Meningkatkan tenaga kerja di sektor pertanian masih penting untuk negara dengan sektor pertanian yang besar Salah satunya gerakan Asian Green Revolution Penanaman holtikultura lebih menyerap tenaga kerja dibanding bahan pokok Page 16
Meningkatnya Lapangan Pekerjaan Nonpertanian Pedesaan Oleh: Ade Bayu Erlangga 10/299797/EK/18060 Page 17
Persen dari total pekerjaan utama Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia, 2008-2012 100% 90% 80% 70% 60% 60% 62% 64% 65% 60% 50% 40% 30% 20% 40% 40% 38% 36% 35% 10% 0% 2008 2009 2010 2011 2012 Persen Nonpertanian Persen Pertanian Tahun Lapangan pekerjaan telah mengalami diversifikasi di luar sektor pertanian. Dari total angkatan kerja di Indonesia sebesar 110.808.154 jiwa pada 2012, 35% diantaranya masih bekerja di bidang pertanian. Persentase tersebut menunjukkan tren yang menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sumber: BPS (2013) Page 18
Perkembangan Proporsi Pekerja Sektor Pertanian di Indonesia, 1990-2010 Sumber: Sensus BPS (2010) Selama kurun waktu 1990-2010, proporsi pekerja laki-laki di sektor pertanian mengalami tren penurunan yang lebih cepat daripada proporsi pekerja perempuan di sektor pertanian Page 19
Usaha-usaha Nonpertanian Pedesaan, Fokus Perdagangan Sumber: WDR (2008) Perdagangan ritel kebanyakan dilakukan untuk bekerja sendiri, dan jasa terutama merupakan pekerjaan upahan. Sektor manufaktur biasanya kecil, terbatas pada pengolahan hasil-hasil pertanian, tetapi makin membesar manakala aktivitas pedesaan nonpertanian menguat dan hubungan Page kotadesa 20 berkembang.
Distribusi Pekerjaan di Indonesia, 2005 Usaha nonpertanian pedesaan mampu mentransformasi struktur pekerjaan di wilayah pedesaan. Sebagian besar usaha itu bersifat kecil dengan 80-90 persen secara eksklusif mengandalkan tenaga kerja yang dimiliki keluarga. Sumber: WDR (2008) Page 21
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas di Pedesaan yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Status Pekerjaan Utama, Indonesia. Sumber: Sensus Penduduk (2010) Page 22
Hambatan penilaian Iklim Investasi Pedesaan Hambatan Iklim Investasi Pedesaan Akses kredit buruk dan mahal Pasokan listrik kurang Infrastruktur buruk Biaya operasi peralihan mahal Struktur pemerintahan lemah Sumber: WDR (2008) Page 23
Upah dan Pendapatan di Pasar Tenaga Kerja Pedesaan Oleh: Vincentia Anggita Puspitasari 10/299764/EK/18055 Page 24
Wages are much higher in rural nonfarm employment than in agricultural employment in India,Mexico, and Uganda Page 25
For workers with no education, wages in agricultural and rural nonfarm employment are not so different across sectors Page 26
Upah di sektor pertanian menurun di Amerika Latin, meningkat di Asia Page 27
Upah Pertanian Menurun di sebagian besar Amerika latin Page 28
Upah Pertanian Meningkat di sebagian besar Asia dan Afrika Page 29
Labor productivity in rural nonfarm self-employment is heterogeneous in Indonesia Page 30
Supply Pekerja: Migrasi dan Ekonomi Urban Oleh: Vincentia Anggita Puspitasari 10/299764/EK/18055 Page 31
Growth of manufacturing and service employment in Mexico is a function of distance to an urban center with more than 250,000 inhabitants Page 32
Migrasi-ekonomi pedesaan nonpertanian sebagai jembatan Migrasi keluar dari kemiskinan Migrasi tekanan pada kenaikan upah kenaikan upah ini dapat memiliki efek positif pada partisipasi angkatan kerja non-migran karena kebutuhan untuk menggantikan pekerja migran. Di sisi lain, pengiriman uang dapat menciptakan insentif untuk mengurangi penawaran tenaga kerja non-migran dengan meningkatkan upah reservasi mereka. Secara khusus, pengiriman uang dapat mengurangi partisipasi angkatan kerja perempuan dalam mendukung produksi rumah. Page 33
Sekolah, Pelatihan, dan Transisi kepada Pasar Tenaga Kerja Oleh: Jarot Yuliyanto Page 34
Garis pemisah utama antara pekerjaan yang bergaji tinggi dan bergaji rendah adalah keterampilan dan pendidikan. Orang dewasa yang berpendidikan cenderung memilki gaji dari sektor non-pertanian, karena mereka lebih memilih bermigrasi dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan. Pasokan tenaga kerja untuk sektor pertanian yang terlampaui besar di beberapa wilayah adalah akibat dari ketidakmampuan pekerja sektor pertanian untuk pindah ke pekerjaan yang lebih mengutamakan pada keterempilan Page 35
Daerah Pedesaan Menunjukkan Buruknya Pendidikan. (1) Page 36
Daerah Pedesaan Menunjukkan Buruknya Pendidikan. (2) Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja di pedesaan cenderung memperbanyak generasi yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Kemiskinan mempengaruhi kemampuan untuk melanjutkan pendidikan, sehingga kemiskinan dan rendahnya pendidikan akan berlangsung selama turun-temurun jika tanpa adanya kenaikan pendapatan mereka Page 37
Investasi dalam Pendidikan Memutus Siklus Kemiskinan Banyaknya permintaan untuk bersekolah dari kalangan tidak mampu direspon dengan penurunan biaya sekolah (biaya semesteran, seragam, buku, dsb). Penghapusan biaya sekolah untuk pendidikan dasar di Kenya dan Uganda direspon dengan meningkatnya jumlah pendaftar di sekolah tersebut. Tapi biaya pendidikan dasar gratis tersebut mungkin tidak cukup bagi anak-anak miskin untuk bersekolah karena ada biaya lainnya. Page 38
Memberi jaringan keamanan sosial untuk mengurangi kerentanan Oleh: Hestiani 10/304380/EK/18113 Page 39
Memberi jaringan keamanan sosial untuk mengurangi kerentanan Jaring pengaman sosial sering kali diarahkan bagi pihakpihak dengan kepemilikan yang serba terbatas termasuk tenaga kerja rumah tangga. Jaring pengaman sosial harus efisien, fleksibel, dan tepat sasaran. Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan jaring pengaman ketika perlu naik dengan cepat, program tersebut harus sudah berjalan baik sebelum suatu guncangan terjadi. Tiga kendala utama dari program jaring pengaman sosial di negara berkembang Ketersediaan informasi - Informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan sasaran jaring pengaman sosial Kemampuan administratif - kemampuan untuk mengelola program yang kompleks cenderung sangat terbatas. Pendanaan - Pengeluaran publik di negara berkembang sangat rendah dan rentan terhadap persaingan dalam pembagian dana untuk berbagai investasi pembangunan Page 40
Memberi jaringan keamanan sosial untuk mengurangi kerentanan (1) Gunakan pembiayaan jaring pengaman untuk mendanai investasi yang dapat meminimalkan hambatan untuk pertumbuhan dalam jangka panjang. Harus selektif dalam memberikan transfer. Dengan mengidentifikasi sub-kelompok dari yang sangat miskin atau kelompok tertentu yang disetujui oleh semua masyarakat untuk dibantu Untuk jangka panjang, jaring pengaman sosial perlu evaluasi saat guncangan atau krisis berakhir maupun evaluasi program secara teratur sangat diperlukan, untuk menilai dampaknya dan melakukan perubahan jika dianggap perlu. Page 41
Perhatian untuk tenaga kerja pedesaan dan migrasi: kebutuhan perhatian kebijakan Oleh: Hestiani 10/304380/EK/18113 Page 42
Perhatian untuk tenaga kerja pedesaan dan migrasi : kebutuhan perhatian kebijakan Perhatian kebijakan yang diberikan pada struktur, operasi, serta kinerja pasar tenaga kerja pedesaan dan bagaimana pasar tersebut dapat memudahkan peralihan keluar dari pertanian sangat terbatas. Di sisi permintaan pasar tenaga kerja dibutuhkan intervensi, khususnya iklim investasi yang lebih baik, dan pada jaring pengaman sosial bagi mereka yang kurang beruntung. Page 43
Kesimpulan (1) Meningkatnya jumlah penduduk di pedesaan tidak diikuti dengan peningkatan lapangan kerja di pedesaan. Persoalan lapangan kerja tidak bisa diselesaikan hanya dengan sektor pertanian, tetpai juga non pertanian. Page 44
Kesimpulan (2) Jaring pengaman sosial harus efisien, fleksibel, dan tepat sasaran. Dibutuhkannya Perhatian kebijakan pada struktur, operasi, serta kinerja pasar tenaga kerja pedesaan. salah satu prospek terbaik untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan adalah potensi penduduk pedesaan untuk berpartisipasi dalam perekonomian perkotaan dengan komuter Page 45
REFERENSI World Development Report.2008. World Bank World Bank.2006. Jaring Pengembangan Manusia Perlindungan Sosial, Jaring Pengaman Sosial (online). (http://www.worldbank.org/safetynets), diakses tanggal 10 Mei 2013. Page 46