laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data."

Transkripsi

1 penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang menyajikan lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV : Pembahaan Hasil Penelitian Pembahasan menguraikan tentang gambaran umum daerah penelitian yaitu Kota Denpasar, serta pembahasan yang menggunakan teknik analisis regresi linier berganda yang selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan. Bab V : Simpulan dan Saran Merupakan bab terakhir dimana akan dirangkum kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan bab empat yang kemudian diikuti saran sesuai dengan kesimpulan yang diperoleh. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 12

2 2.1 Landasan Teori Konsep Tenaga Kerja Istilah employment dalam bahasa inggris berasal dari kata to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadan orang yang sedang mempunyai pekerjaan. Penggunaan istilah employment sehari-hari biasa diyatakan dengan jumlah orang dan yang dimaksudkan adalah sejumlah orang yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan. Pengertian ini memiliki dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Jadi pengertian employment dalam bahasa inggris sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto, 1983:6-7). Menurut Simanjuntak (1998:1) tenaga kerja (man power) mengandung dua pengertian. Pertama tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 13

3 Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1998:16) angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut: (1) Pengangguran (open unemployment), yaitu orang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan. (2) Setengah pengangguran (underemployment), yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Setengah pengangguran kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan b. Setengah pengangguran tidak kentara yakni mereka yang produktivitas kerjanya dan pendapatannya rendah. (3) Bekerja penuh, yaitu keadaan dimana permintaan kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. a) Penawaran Tenaga Kerja Konsep penawaran dapat menyangkut penawaran terhadap barang dan jasa, maupun penawaran terhadap tenaga kerja. Menurut Bellante dan Jackson, dalam Marhaeni dan Manuati (2004:9) penawaran adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Apabila yang dibicarakan adalah penawaran suatu barang/komoditi, maka penawaran merupakan hubungan antara harga dan kuantitas komoditi tersebut yang siap disediakan oleh para pemasok. Sehubungan dengan tenaga kerja, penawaran adalah hubungan antara tingkat upah (harga tenaga kerja) dan jumlah tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakannya. 14

4 b) Permintaan Tenaga Kerja Konsep permintaan dapat menyangkut permintaan terhadap barang dan jasa, maupun permintaan tenaga kerja. Menurut Bellante dan Jackson, dalam Marhaeni dan Manuati (2004:48) permintan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Apabila yang dibicarakan adalah permintaan suatu komoditi, maka permintaan merupakan hubungan antara harga dan kuantitas komoditi yang para pembeli bersedia untuk membelinya. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah (harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan (dapat dikatakan dibeli) Konsep Pengangguran Menurut Undang-Undang R.I No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Taliziduhu, 1997:207). Sedangkan yang dimaksud pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sukirno, 2000:472). Nanga (2001:254) mendefinisikan pengangguran sebagai keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja, tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja adalah jumlah orang-orang yang bekerja dan tidak bekerja yang berada pada kelompok umur tertentu (15-64 tahun). Pada 15

5 prinsipnya pengangguran berarti hilangnya output dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja, pemborosan terhadap sumber daya ekonomi dan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk kompensasi pengangguran dan kesejahteraan. Simanjuntak (2002:5) mendefinisikan pengangguran sebagai orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu sebelum pencacahan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan. Pengertian pengangguran berbeda di setiap negara. Seseorang digolongkan sebagai penganggur di Amerika Serikat apabila (i) sedang mencari pekerjaan, tetapi selama 4 minggu sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan, (ii) masih belum bekerja tetapi akan mulai bekerja dalam masa 4 minggu, dan (iii) untuk sementara diberhentikan kerja akan tetapi akan digunakan lagi oleh majikannya dalam waktu 4 minggu (Sukirno,2000:473). Dalam membicarakan mengenai pengangguran yang diperhatikan bukanlah mengenai jumlah pengangguran, tetapi tingkat pengangguran yang dinyatakan sebagai persentase dari angkatan kerja. Golongan penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 sampai 64 tahun, kecuali (i) ibu rumah tangga yang lebih suka menjaga keluarganya daripada bekerja, (ii) penduduk muda dalam lingkungan umur tersebut yang masih meneruskan pelajarannya di sekolah dan universitas, (iii) orang yang belum mencapai umur 65 tahun tetapi sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi, dan (iv) pengangguran sukarela, yaitu golongan penduduk dalam umur tersebut yang tidak secara aktif mencari pekerjaan. Penduduk dalam lingkungan umur tahun dapat dipandang sebagai tenaga kerja potensial. Mereka sudah dapat digolongkan 16

6 sebagai tenaga kerja apabila benar-benar memilih untuk bekerja atau mencari kerja (Sukirno, 2000:474). Untuk di Indonesia, pada periode sebelum pencacahan tahun 2000 digunakan batasan Indonesia baru menggunakan konsep 15 + pada tahun 2000 yang disebabkan adanya Program Wajib Belajar 9 tahun. Menurut Marhaeni, dkk (2004) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pengangguran, yaitu sebagai berikut : 1) Tingkat upah, dimana tingkat upah memegang peranan yang sangat besar dalam kondisi ketenagakerjaan. Tiingkat upah yang berlaku akan mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja. 2) Teknologi, penggunaan teknologi yang tepat guna akan mengurangi permintaan tenaga kerja sehingga akan meningkatkan jumlah pengangguran. 3) Fasilitas modal, fasilitas modal mempengaruhi permintaan tenaga kerja melalui 2 sisi. Pengaruh substitutif, dimana bertambahnya modal akan mengurangi permintaan tenaga kerja. Pengaruh komplementer, dimana bertambahnya modal akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk mengelola modal yang tersedia. 4) Stuktur perekonomian, perubahan struktur ekonomi menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja anak dan tenaga kerja tidak terdidik. Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana 95 persen dari angkatan kerja dalam suatu waktu tertentu sepenuhnya bekerja. Pengangguran yang terdapat dalam kesempatan kerja penuh ini disebut tingkat pengangguran alamiah 17

7 (natural rate of unemployment). Sebagian ahli ekonomi lebih suka menggunakan istilah NAIRU (Non-Accelerated Inflation Rate of Unemployment ), yang dapat diartikan pengangguran yang tidak akan mempercepat inflasi. Menurut Nanga (2001:256), dilihat dari sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi : 1) Pengangguran friksional atau transisi adalah pengangguran yang timbul karena adanya perubahan dalam syarat-syarat tenaga kerja yang terjadi karena berkembangnya perekonomian. Pengangguran jenis ini dapat juga disebabkan karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, maupun melalui siklus kehidupan yang berbeda. 2) Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan struktur pasar tenaga kerja sehingga terjadi ketidakesesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Salah satu penyebab pengangguran struktural adalah kemajuan teknologi sehingga pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran teknologi. 3) Pengangguran alamiah adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan sama dengan tingkat inflasi aktual. Friedman (Nanga, 2001:255) mendefinisikan tingkat pengangguran alamiah sebagai tingkat pengangguran dimana baik tekanan ke atas maupun ke bawah terhadap inflasi dan upah berada dalam keadaan keseimbangan. Pengangguran 18

8 alamiah terdiri atas pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Para ahli ekonomi memperkirakannya berkisar antara 4,0-6,5 persen. 4) Pengangguran konjungtur dan siklis adalah jenis pengangguran yang terjadi karena merosotnya kegiatan perekonomian atau karena permintaan agregatif lebih kecil dibandingkan penawaran agregat. Para ahli ekonomi menyebut pengangguran ini sebagai demand deficient unemployment. Pengangguran ini akan berkurang apabila tingkat kegiatan ekonomi mengalami peningkatan (boom). Dengan kata lain, pengangguran siklis adalah pengangguran diatas tingkat alamiah atau pengangguran yang terjadi ketika output berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh. Menurut Nanga (2001:259), jenis pengangguran di negara-negara sedang berkembang dapat pula dibedakan sebagai berikut. 1) Pengangguran terselubung Pengangguran terselubung terjadi karena dalam suatu perekonomian jumlah tenaga kerja sangat berlebihan. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak kentara. Sebagai akibat kelebihan tenaga kerja tersebut, sebagian tenaga kerja dari kegiatan bersangkutan dialihkan ke kegiatan lain. Pengangguran terselubung banyak ditemukan di negara sedang berkembang, terutama di sektor pertanian. 2) Pengangguran musiman 19

9 Pengangguran musiman banyak ditemukan di sektor pertanian di sedang berkembang. Pengangguran musiman adalah pengangguran negara yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam waktu satu tahun. 3) Setengah pengangguran Kelebihan penduduk di sektor pertanian dan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi telah mempercepat prose urbanisasi. Kecepatan migrasi yang lebih tinggi dari kemampuan kota-kota di negara sedang berkembang untuk menciptakan lapangan kerja baru akan menyebabkan tidak semua orang memperoleh pekerjaan di kota. Hal ini menyebabkan banyak diantara mereka yang menganggur dalam waktu yang cukup lama atau memperoleh kerja dengan jam kerja yang lebih rendah dari jam kerja seharusnya. Pengangguran jenis ini disebut dengan setengah pengangguran. Menurut Simanjuntak (2001:22), karakteristik pengangguran di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Sebagian besar tenaga kerja terserap di sektor pertanian dan sektor informal. Mereka yang tidak tahan lama menganggur untuk terserap di sektor formal, terpaksa menerima pekerjaan apa adanya di sektor informal. 2) Tingkat setengah pengangguran cukup tinggi, berkisar antara 35 sampai 40 persen. Kondisi ini juga merupakan ciri negara agraris dan negara berkembang. Sebagian besar petani Indonesia memiliki lahan pertanian yang sempit, kurang dari satu hektar. Untuk mengolah lahan seperti itu, tidak perlu seluruh waktu kerja dicurahkan. Demikian juga para pekerja di sektor informal, pada umumnya mempunyai waktu kerja yang relatif pendek. 20

10 3) Tingkat pengangguran yang tinggi terdapat di kalangan kelompok berusia muda berumur tahun. Sebagian besar mereka merupakan angkatan kerja baru yang belum memiliki pengalaman kerja. 4) Tingkat pengangguran di kota lebih tinggi daripada tingkat pengangguran di desa, baik di kalangan laki-laki maupun di kalangan perempuan. Penduduk kota pada umumnya mencari pekerjaan di sektor formal dan untuk itu diperlukan waktu menunggu yang relatif lama. Penduduk desa pada umumnya dapat cepat bergabung dengan usaha keluarga sehingga tidak perlu lama menganggur. 5) Tingkat pengangguran di kalangan tenaga terdidik lebih tinggi daripada tingkat pengangguran di kalangan tenaga berpendidikan rendah. Tenaga berpendidikan tinggi mengusahakan bekerja di sektor formal, sementara tenaga berpendidikan rendah pada umumnya rela atau pasrah menerima pekerjaan di usaha keluarga, sektor pertanian dan sektor informal 6) Tingkat pengangguran di kalangan perempuan lebih tinggi daripada tingkat pengangguran di kalangan laki-laki untuk semua kelompok umur dan tingkat pendidikan. Hal ini disebabkan mobilitas laki-laki lebih tinggi daripada mobilitas perempuan terutama untuk mencari pekerjaan di luar daerah tempat tinggal. Pengangguran memiliki dampak yang buruk terhadap perekonomian maupun kepada individu. Menurut Nanga (2001:260) dampak yang ditimbulkan akibat pengangguran adalah sebagai berikut. 1) Dampak pengangguran terhadap perekonomian 21

11 Tingkat pengangguran yang tinggi tidak memungkinkan masyarakat untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang mantap. Akibat buruk pengangguran terhadap perekonomian adalah sebagai berikut. a) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang dicapai, karena pengangguran menyebakan pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai lebih rendah dari pendapaan nasional potensial. b) Pengangguran menyebakan pendapatan pajak pemerintah berkurang sehingga akan menghambat pembangunan. c) Pengangguran tidak menggalakkan perekonomian karena menyebabkan perusahaan kehilangan keuntungan dan tidak akan mendorong perusahaan untuk berinvestasi. 2) Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat Selain berdampak buruk terhadap perekonomian, pengangguran juga berdampak buruk terhadap individu dan masyarakat sebagai berikut. a) Pengangguran menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan pendapatan. b) Pengangguran menyebabkan hilangnya keterampilan. c) Pengangguran menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik. Melihat berbagai dampak yang ditimbulkan oleh pengangguran, maka perlu ditetapkan kebijakan untuk mengatasi pengangguran. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi pengangguran (Marhaeni, 2004:161), yaitu : 22

12 1) Memperbaiki sistem informasi sehingga dapat mempercepat pertemuan antara pencari kerja dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. 2) Dengan meringankan tarif pajak, sehingga akan memotivasi investasi. 3) Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan ketampilan para penganggur. 4) Adanya program transmigrasi, sehingga penyebaran penduduk menjadi lebih merata. 5) Mengembangkan usaha di sektor informal Konsep Pasar Kerja Pasar kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pelaku-pelaku ini terdiri atas (1) pengusaha yang membutuhkan tenaga, (2) pencari kerja, dan (3) perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan. Pasar kerja menyangkut seluruh penawaran dan seluruh permintaan akan tenaga kerja. Penawaran mencakup yang sudah bekerja dan pencari kerja. Permintaan mencakup jumlah pekerjaan yang sudah terisi dan lowongan pekerjaan yang belum terisi. Pasar kerja membicarakan hubungan penawaran dan permintaan akan tenaga kerja. Dimana mencakup aspek proses pengisian lowongan kerja dan orang-orang yang bekerja serta pekerjaan yang sudah terisi itu sendiri (Simanjuntak,2002). 23

13 Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja ternyata memerlukan waktu yang lama. Dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan kepada kenyataan bahwa : 1) Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi yang berbeda. Pada pihak lain setiap lowongan yang tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang berlainan. Oleh sebab itu, untuk mengisi lowongan yang berlainan, pengusaha memerlukan pekerja dengan pendidikan, keterampilan, kemampuan, bahkan mungkin sikap pribadi yang berbeda. Tidak semua pelamar kerja akan cocok untuk satu lowongan tertentu. Dengan demikian, tidak semua pelamar mampu dan dapat diterima untuk satu lowongan tertentu. 2) Setiap perusahaan atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda baik untuk keluaran (output), masukan (input), manajemen, teknologi, lokasi, pasar, dan lain-lain, sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial, dan lingkungan pekerjaan. Pencari kerja juga mempunyai produktivitas yang berbeda dan harapan-harapan mengenai tingkat upah dan lingkungan pekerjaan. Oleh sebab itu, tidak semua pencari kerja bersedia menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang berlaku di suatu perusahaan. Sebaliknya, tidak semua pengusaha mampu dan bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah dan dan harapan-harapan yang dikemukakan oleh pelamar tersebut. 24

14 3) Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan sebelumnya. Dari sekian banyak pelamar, pengusaha biasanya menggunakan waktu yang cukup lama melakukan seleksi guna mengetahui calon yang paling tepat mengisi lowongan yang ada Pengertian Lama Menganggur dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Lama Menganggur Menurut Tjiptoherijanto (1989 :153) lama menganggur berarti waktu menunggu seorang angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan. Dalam penelitian ini lama menganggur yang digunakan adalah lama menganggur secara terbuka, yaitu waktu menunggu seorang penganggur terbuka untuk memperoleh pekerjaan. Jangka waktu menunggu untuk memperoleh pekerjaan bagi seseorang dapat dipakai sebagai indikator kasar mengenai tingkat kekurangan tenaga kerja di bidang tertentu. Jangka waktu yang pendek menunjukkan permintaan yang cukup tinggi untuk pekerjaan tertentu dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia. Sebaliknya, bila jangka waktu menuggu untuk memperoleh pekerjaan cukup lama, berarti bahwa permintaan untuk tenaga kerja jenis tertentu lebih kecil dibandingkan dengan persediaan yang ada (Tjiptoherijanto, 1989 : 156). Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap lama menganggur seorang pencari kerja adalah pengalaman kerja, umur, status perkawinan, pendidikan, status migran, jenis kelamin, pendapatan rumah tangga, dan jenis pekerjaan (Tjiptoherijanto, 1989 : 305). 25

15 2.1.5 Konsep Pendidikan Pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan sumber daya manusia, dengan asumsi bahwa semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap pembentukan keluarga sejahtera. Dengan pendidikan yang cukup maka pengembangan investasi sumber daya manusia dapat dikembangkan dengan cepat. Selain pendidikan, perbaikan kesehatan dan program kependudukan diperlukan untuk pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat yang telah dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Hal tersebut merupakan landasan yang kuat bagi pemerintah untuk mencanangkan program wajib belajar. Program wajib belajar trsebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan. Program pendidikan tidak selamanya terselenggara di lingkungan sekolah, tetapi juga pendidikan berkelanjutan seperti kursus-kursus, pelatihan kerja, pendidikan dalam jabatan yang sejenisnya (Bappeda, 2007). Pendidikan berorientasi pada penyiapan tenaga kerja terdidik, terampil, dan terlatih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pendidikan dalam kaitannya dengan penyiapan tenaga kerja harus selalu lentur dan berwawasan lingkungan agar pendidikan keterampilan dan keahlian dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan jenis-jenis keterampilan serta keahlian profesi yang selalu berubah (Soeroto, 1992). 26

16 Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteran penduduk. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, dan semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Mulyadi, 2003). Pendidikan adalah suatu proses dalam suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif. Pendidikan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seseorang individu dan pendidikan itu juga sudah merupakan investasi yang terpadu pada diri seseorang. Seseorang dapat menjadi lebih efektif di dalam suatu komunitas masyarakat, baik sebagai produsen maupun konsumen, karena adanya investasi pendidikan tersebut. Pendidikan merupakan unsur penting yang menyusun serta dapat membangun kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, tingkat pendidikan sering kali dipakai sebagai standar komponen penentu bagi standar hidup manusia. Pendidikan akan berdampak pada kualitas pekerja itu sendiri dan prose produksi yang dikerjakan. Hal ini terjadi karena pendidikan mempengaruhi 27

17 kemampuan tenaga kerja secara mendalam bukan hanya secara fisik belaka (Simanjuntak, 2002) Hubungan Pendidikan Terhadap Lama Menganggur Pekerja Dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu seleksi untuk tenaga kerja terdidik daripada untuk tenaga kerja tak terdidik. Tenaga kerja terdidik berasal dari lulusan pendidikan yang lebih tinggi yaitu lulusan SMA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan tenaga kerja tak terdidik berasal dari lulusan pendidikan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, lamanya menganggur lebih panjang di kalangan tenaga terdidik daripada di kalangan tenaga tak terdidik. Pencari kerja terdidik selalu berusaha mencari pekerjaan dengan upah, jaminan sosial, dan lingkungan kerja yang lebih baik. Sebaliknya pencari kerja tenaga tak terdidik yang biasanya datang dari keluarga miskin, tidak mampu menganggur lebih lama dan terpaksa menerima pekerjaan apa saja yang tersedia (Simanjuntak, 2002). Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan dan lama menganggur Pengertian Pendapatan Pada dasarnya pendapatan dibedakan menjadi 2(dua) yaitu : Pendapatan Nasional dan Pendapatan Perorangan. Pendapatan Nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian (negara dalam waktu setahun). Pendapatan perorangan merupakan pendapatan yang 28

18 diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas faktorfaktor produksi yang dimiliki dan dari sumber lain. Dalam penelitian ini pendapatan yang digunakan adalah pendapatan rumah tangga, menurut Nanga (2001:17) pendapatan perorangan (personal income,pi) adalah merupakan pendapatan agregat (yang berasal dari berbagai sumber) yang secara aktual diterima oleh seseorang atau rumah tangga (household). Menurut Sukirno (1994:34), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu: 1) Cara pengeluaran. Dengan cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran/ perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa. 2) Cara produksi. Dengan cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan. 3) Cara pendapatan. Dalam perhitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima Hubungan Pendapatan Rumah Tangga Terhadap Lama Menganggur Pekerja Perbedaan pendapatan masyarakat mengakibatkan perbedaan dalam kesempatan mengenyam pendidikan. Bila satu keluarga telah mampu menyekolahkan anaknya beberapa tahun di Perguruan Tinggi, biasanya keluarga tersebut juga mampu membiayai anaknya menganggur selama satu sampai dua tahun lagi dalam proses mencari pekerjaan yang lebih baik. Dapat dikatakan bahwa semakin besar pendapatan rumah tangga pekerja, maka lama menganggur 29

19 pekerja tersebut semakin lama. Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendapatan rumah tangga dan lama menganggur Hubungan Pengalaman Kerja terhadap Lama Menganggur Pekerja Untuk mengisi suatu lowongan pekerjaan, pengalaman kerja sering kali menjadi prasyarat utama yang harus dimiliki pencari kerja. Hal ini mengakibatkan perbedaan lama menganggur antara pencari kerja baru yang belum memiliki pengalaman kerja dan pencari kerja lama yang sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja. Mazumdar dalam Tadjuddin dan Effendi (1996 : 36) mengatakan bahwa masa menganggur bagi mereka yang pernah bekerja sebelumnya lebih pendek daripada bagi pencari kerja pertama kali. Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengalaman kerja dan lama menganggur Hubungan Status Perkawinan Terhadap Lama Menganggur Pekerja Setelah seseorang menikah, tanggung jawab terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum menikah, menjadi tanggungan orang tuanya walaupun tidak sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah menikah pada dasarnya harus bekerja (Simanjuntak, 2002 : 48). Hal ini mengakibatkan pencari kerja yang telah menikah lama menganggurnya lebih pendek daripada orang yang belum menikah (Tadjuddin dan Effendi, 1996:201). Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengalaman kerja dan lama menganggur. Dapat 30

20 dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara status perkawinan dan lama menganggur Hubungan Umur Terhadap Lama Menganggur Pekerja Umur seorang pekerja sangat mempengaruhi lama menganggur pekerja. Dalam penelitian ini umur yang dimaksud adalah umur penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja, yaitu penduduk berusia 15 sampai 64 tahun. Pengangguran di kota-kota Indonesia merupakan suatu gejala yang terutama dialami kaum muda. Hal ini karena setelah menyelesaikan sekolah kaum muda yang menjadi angkatan kerja baru harus mencari pekerjaan dalam suatu pasar kerja yang kelebihan tenaga kerja. Akibat dari pertumbuhan angkatan kerja di kota yang pesat maka pencari kerja baru tersebut harus menunggu sampai mereka memperoleh pekerjaan. Mazumdar dalam Tadjuddin dan Effendi (1996 : 304) mengatakan bahwa masa menganggur paling lama terdapat pada kalangan usia muda. Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara umur dan lama menganggur Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Lama Menganggur Pekerja Lama menganggur juga dipengaruhi oleh jenis kelamin pekerja. Dalam masyarakat, seorang laki-laki bertugas untuk mencari nafkah dalam keluarga, sedangkan wanita dipandang sebagai pekerja sekunder/ marginal/ pekerja tambahan dalam keluarga. Hal ini mengakibatkan wanita akan lebih cenderung memilih pekerjaan, dimana mereka dapat bebas keluar masuk dari pekerjaan 31

21 tersebut. Bebas keluar atau masuk lagi ke pasar kerja berhubungan erat dengan siklus/ masa reproduksi dalam keluarga. Mazumdar dalam Tadjuddin dan Effendi (1996 : 305) mengatakan bahwa wanita mengalami masa menganggur lebih lama daripada laki-laki. Dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara jenis kelamin dan lama menganggur. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hal ini dilakukan agar memberi dasar yang kuat dalam penyajian materi, pemantapan variabel maupun konsep-konsep yang dipakai peneliti dalam penelitian ini. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yaya Jakaria (2007) dengan judul penelitian Meningkatkan kualitas Lulusan Perguruan Tinggi Dalam Mengantisipasi Peluang Kerja. Penelitian ini meneliti tentang rata-rata waktu menunggu hingga mendapat pekerjaan pertama pencari kerja yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa untuk rata-rata waktu menunggu yang diperlukan para lulusan hingga memperoleh pekerjaan pertama mereka, 70 persen menjawab mereka memperoleh pekerjaan setelah 3 bulan. Sedangkan sisanya 30 persen memperoleh pekerjaan pertama mereka sebelum 3 bulan setelah kelulusan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaya Jakaria adalah penelitian ini meneliti tentang pengaruh pendidikan, pendapatan rumah tangga, pengalaman kerja, status kawin, umur, dan jenis kelamin terhadap 32

22 lama menganggur secara terbuka pekerja di Kota Denpasar baik secara serempak maupun parsial. Selain itu teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian Yaya Jakaria, adalah kedua penelitian ini menggunakan lama menganggur sebagai variabel terikat. Penelitian kedua dilakukan oleh Astri (2008) dengan judul penelitian Analisis beberapa Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pekerjaan yang Diinginkan Pencari Kerja di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pendidikan, pendapatan rumah tangga, keterampilan, umur, dan jenis kelamin secara serempak dan parsial terhadap pekerjaan yang diinginkan pencari kerja di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pendidikan, pendapatan rumah tangga, keterampilan, umur, dan jenis kelamin berpengaruh secara serempak terhadap pekerjaan yang diinginkan pencari kerja di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Pendapatan rumah tangga, umur, dan keterampilan berpengaruh secara parsial terhadap pekerjaan yang diinginkan pencari kerja di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabel terikat yang digunakan, dimana penelitian ini menggunakan variabel lama menganggur secara terbuka sebagai variabel terikat. Persamaannya, kedua penelitian ini menggunakan variabel pendidikan, pendapatan rumah tangga, umur, dan jenis kelamin sebagai variabel bebas. 33

23 2.3 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji penelitian ini sebagai berikut. 1) Bahwa pendidikan, pendapatan rumah tangga, pengalaman kerja, status perkawinan, umur, dan jenis kelamin berpengaruh signifikan secara simultan terhadap lama menganggur secara terbuka pekerja di Kota Denpasar. 2) Bahwa pendidikan dan pendapatan rumah tangga berpengaruh signifikan dan positif terhadap lama menganggur secara terbuka pekerja di Kota Denpasar. 3) Bahwa pengalaman kerja, status perkawinan, umur, dan jenis kelamin berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama menganggur secara terbuka pekerja di Kota Denpasar. 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi.

Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi. Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi Oleh : Afwandi Perbedaan antara Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk Registrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan penjelasan teoritis sebagai basis atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian. Pembahasan ditekankan pada penjabaran disiplin keilmuan tertentu sesuai

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Perekonomian Indonesia Konsep Ketenagakerjaan Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Definisi Ketenagakerjaan Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESEMPATAN KERJA

BAB V KESEMPATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB V KESEMPATAN KERJA Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi PIEw12 1 PIEw12 2 Pengantar Ilmu Ekonomi PIEw12 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi PIEw12 4 Pengangguran Tingkat pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN Disusun Oleh : Anggota Kelompok 1 Kelas XI IPS 1 :Agit Olivia Ariswan Ahmad Fajar Ilma Destina Silvi Toni iskandar Yuniasari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PENANGGULANGAN PENGANGGURAN KARANG TARUNA EKA TARUNA BHAKTI DESA SUMERTA KELOD KECAMATAN DENPASAR TIMUR KOTA DENPASAR

EFEKTIVITAS PROGRAM PENANGGULANGAN PENGANGGURAN KARANG TARUNA EKA TARUNA BHAKTI DESA SUMERTA KELOD KECAMATAN DENPASAR TIMUR KOTA DENPASAR EFEKTIVITAS PROGRAM PENANGGULANGAN PENGANGGURAN KARANG TARUNA EKA TARUNA BHAKTI DESA SUMERTA KELOD KECAMATAN DENPASAR TIMUR KOTA DENPASAR Ni Wayan Budiani Ide ABSTRACT Unemployment Prevention Program of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia 1

Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia 1 Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia 1 1. Pendahuluan Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan ekonomi jangka pendek yang tidak

Lebih terperinci

A. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk

A. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 8. Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara MajuLatihan Soal 8.1 1. Pengangguran yang terjadi karena ketidaksesuaian antara jenis pekerjaan yang tersedia dengan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASLIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : HENDRI PRASETYO NIM : 11.12.5670 KELOMPOK : DEMOKRASI Dosen : Drs. M.idris P., MM Kata pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu

Lebih terperinci

[ OPISSEN YUDISYUS ]

[ OPISSEN YUDISYUS ] Ada pendapat yang mengatakan bahwa proses yang mempercepat pembangunan ekonomi adalah jumlah penduduk yang besar. Namun, ada yang berpendapat lain yaitu jumlah penduduk yang sedikit justru mempercepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan

Lebih terperinci

Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M.

Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M. Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M. Employment Not Labor Population Labor Not Force Labor Force Population Employee (Manpower) Population aged 10 years Bukan Tenaga kerja Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian-Pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan

Lebih terperinci

ekonomi KETENAGAKERJAAN Tujuan Pembelajaran

ekonomi KETENAGAKERJAAN Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI KETENAGAKERJAAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian ketenagakerjaan dan

Lebih terperinci

Masalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Masalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan Masalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan Demografi (Kependudukan) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Masalah kependudukan: o Pertumbuhan penduduk o Struktur umur dan penyebaran penduduk o Rasio beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH BAB 10 PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH KELOMPOK 9 DICKY 21216349 EZHA 21216363 NAUFAL 21216351 PENGANGGURAN PENGERTIAN PENGANGGURAN Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

Handout Pengantar Ekonomi Makro. A. Arti Definisi Dan Pengertian

Handout Pengantar Ekonomi Makro. A. Arti Definisi Dan Pengertian A. Arti Definisi Dan Pengertian adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Survival Secara umum, analisis survival merupakan kumpulan dari prosedur statistik untuk analisis data yang variabel hasilnya berupa waktu sampai mengalami kejadian

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi merupakan salah satu indikator penting di dalam kaitannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi merupakan salah satu indikator penting di dalam kaitannya dengan 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi Investasi merupakan salah satu indikator penting di dalam kaitannya dengan pendapatan nasional. Hubungan antara investasi dan pendapatan nasional itu sedemikian pentingnya,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Investasi Terhadap Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 1995-2014. Nama : I Nyoman Bayu Dirga NIM : 1215151004 ABSTRAK Pengangguran merupakan suatu ukuran

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : 1215151009 ABSTRAK Kemiskinan menjadi masalah besar di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia adalah masalah kependudukan, Indonesia memiliki penduduk yang begitu besar dari tahun ke tahun, begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Company LOGO PENGANGGURAN.

Company LOGO PENGANGGURAN. PENGANGGURAN DEFINISI PENGANGGUR ORANG YANG TERGOLONG DALAM ANGKATAN KERJA TETAPI TIDAK MEMPUNYAI PEKERJAAN/SEDANG MENCARI PEKERJAAN JENIS PENGANGGURAN Company PENGANGGURAN BERDASAR PENYEBABNYA BERDASAR

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun atau lebih yang melakukan kegiatan ekonomi dengan bekerja untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

Ekonomi Sumber Daya Manusia

Ekonomi Sumber Daya Manusia Modul 1 Ekonomi Sumber Daya Manusia Rossanto Dwi Handoyo, SE, M.Si. S PENDAHULUAN ebagian besar para ekonom menelaah ekonomi kesejahteraan (welfare economics) lebih banyak terpusat pada pasar tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Alokasi Waktu Wanita memiliki peran ganda dalam kehidupan, artinya wanita harus mampu berperan dalam kehidupan rumah tangga (sektor

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA 6 POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PEDESAAN : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik mencatat pengangguran terbuka di Indonesia dalam bulan Februari 2007 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*) PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Oleh: Iwan Setiawan*) ABSTRAKS Indonesia sedang dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut, sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tenaga Kerja (Manpower) Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Pembangunan ekonomi suatu bangsa juga merupakan pilar penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Pembangunan ekonomi suatu bangsa juga merupakan pilar penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

Policy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan. Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong

Policy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan. Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong Policy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong LATAR BELAKANG Globalisasi telah menciptakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah sosial ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah sosial ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi layak diperbincangkan karena berkaitan erat dengan masalah sosial ekonomi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sejak tahun 1997 sampai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Konsep Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci