I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja
|
|
- Devi Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi perkembangan industri di daerah perkotaan. Proses tersebut dianggap menguntungkan secara sosial karena sumberdaya manusia berpindah dari tempat yang produk marjinal sosial (social marginal product)nya rendah ke tempat yang produk marjinal sosialnya tinggi, dan bertumbuh secara cepat akibat adanya akumulasi kapital dan kemajuan teknologi (Todaro, 1998). Kenyataan yang terjadi di negara berkembang kini bertolak belakang dengan pandangan tersebut. Todaro (1998), mengungkapkan bahwa tingkat migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, selalu lebih besar daripada tingkat penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan. Relatif rendahnya kemampuan kota untuk menyerap pertambahan angkatan kerja di sektor formal, karena pengusaha sektor formal, dalam upayanya meraih keuntungan sebesarbesarnya, cenderung menginvestasikan kembali keuntungan yang diperolehnya untuk membeli alat-alat produksi atau mesin -mesin canggih (padat modal), yang sangat hemat tenaga kerja, untuk meningkatkan produktivitas usahanya. Dalam studi tentang mobilitas, khususnya migrasi desa-kota, McGee (1977) mengamati fenomena migrasi yang berfokus pada sudut pandang regional Asia Selatan dan Tenggara. Kawasan ini memiliki masalah serupa seperti yang dihadapi negara berkembang pada umumnya dengan timbulnya urban involution ; kota secara terus menerus mengalami peningkatan dalam menyerap
2 tenaga kerja dari desa sekalipun hasil akhirnya sering berupa pemerataan produktivitas yang rendah dan pemerataan kemiskinan (shared poverty ). Walaupun sesampainya di kota kebanyakan dari migran ini hidup dengan produktivitas yang rendah, namun proses mobilitas desa-kota tetap terus berlangsung. Dalam penelitiannya tentang migran di Wonosobo dan Cilacap, Sutomo (1995), mendapatkan kondisi kehidupan awal migran yang datang ke kota sangat miskin, namun lambat laun keadaan sosial ekonomi mereka semakin berkembang. Di kota-kota negara berkembang setidaknya ada tiga sektor ekonomi yang terlihat jelas dengan makin derasnya arus migrasi, yaitu sektor tradisional, yang mencakup bentuk-bentuk kegiatan ekonomi pra-industri, sektor moderen, yang meliputi sebagian besar bentuk-bentuk organisasi ekonomi dan fungsi ekonomi abad XX yang umumnya diimpor dari negara maju, dan sektor peralihan atau informal, yang menjadi jembatan antara sektor moderen dan sektor tradisional (Hauser dan Gardner, 1982). Oleh karena itulah Widarti (1984), menemukan bahwa di daerah perkotaan yang kemudian berkembang bukan sektor sekunder, melainkan sektor tersier yang mengelompok dalam subsektor perdagangan dan jasa pelayanan. Kedua subsektor ini mencapai 86,9% dari keseluruhan sektor tersier. Hampir separuh (46,1%) dari kesempatan kerja sektor tersier di perkotaan tertampung dalam berbagai jenis usaha sektor informal. Karena itu migrasi yang terjadi di negara berkembang dicirikan oleh mengalirnya tenaga kerja dari perdesaan yang menunjukkan tingkat produktivitas marjinal yang rendah ke sektor informal-perkotaan yang memiliki
3 produktivitas yang rendah pula. Sehingga dengan demikian migrasi adalah proses pemerataan produktivitas rendah desa -kota. Sektor informal di daerah perkotaan memperlihatkan dinamika ekonomi yang sangat tinggi, baik dalam bentuk dan sifat usahanya, dalam memberikan kesempatan kerja bagi para migran. Oleh karena itu, untuk dapat memahami bahwa proses migrasi dari desa ke kota akan terus berlangsung meskipun kesempatan kerja di sektor formal terbatas, maka dipandang perlu melakukan penelitian tentang sektor informal dan migran yang bekerja di dalamnya. Sektor informal 1 menjadi salah satu alternatif dalam mencari lapangan kerja, karena sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, bahwasanya aktivitas ekonomi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri daripada memperoleh kesempatan investasi (penanaman modal) dalam peningkatan pendapatan. Sebagaimana dipostulatkan oleh Todaro dan Harris, bahwa motivasi migran desa-kota adalah bukan hanya karena perbedaan besarnya upah, tetapi juga pada luasnya kesempatan memasuki berbagai macam segmen ekonomi yang memberikan harapan yang besar untuk dapat mengubah taraf hidup mereka (Koyano, 1996). Sektor informal umumnya terpusat di wilayah kota, dimana merupakan tempat singgah pertama kaum migran baru di kota. Jadi sektor informal yang sering kali dianggap sebagai golongan rendah dalam kehidupan ekonomi dan sosial itu, sebenarnya merupakan sektor peralihan baik dalam tata ekonomi maupun tata sosial. Oleh sebab itu sektor peralihan ini dapat dipandang sebagai bidang yang mengandung kesempatan untuk membangun ekonomi dan 1 Sethuraman.Sektor informal adalah semua jenis usaha yang tidak mencantumkan labanya dan struktur pengendalian dan organisasinya tidak formal, tidak mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah. Bulletin of Concerned Asian Scholars. Vol. IV., 1985.
4 melakukan perubahan sosial menuju kehidupan modern (Hauser dan Gardner, 1982). Sektor informa l kawasan perkotaan dapat juga dilihat sebagai suatu bagian dari mekanisme ekonomi modern, sebagai tempat terciptanya kegiatan ekonomi baru, yang sebelumnya terlewatkan. Seperti sampah plastik dan kertas bekas tempat makanan dan minuman serta barang rongsokan, dapat dijadikan komoditas ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya permintaan ketersediaan pada kebutuhan bahan baku industri daur ulang dengan biaya yang rendah, dalam pengelolaannya membutuhkan tenaga kerja. Tersedianya layanan jasa (service) yang semakin komplit mulai dari jasa menjinjing barang belanjaan sampai jasa pemindahan perabot rumah tangga dan kantor, yang sebelumnya dapat dilakukan sendiri, sekarang merupakan kegiatan yang bernilai ekonomi. Penawaran jasa ini lahir karena kehidupan kota yang modern membutuhkan pelayanan serba praktis, sehingga oleh sebagian orang terutama orang yang membutuhkan penghasilan untuk hidup, penawaran pelayanan adalah pekerjaan pantas. Menurut Koyano (1996), orang-orang yang beralih ke sektor informal tidak banyak yang mengalami pengangguran, karena kesempatan memperoleh pekerjaan di sektor informal sangat banyak, umumnya didasarkan pada hubungan sosial di antara migran. Hubungan sosial memegang peranan penting dalam mengatasi penghidupan di kota, yang mencipt akan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadikan sektor informal berkembang sangat cepat di kota, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Karena kesempatan berusaha untuk memperoleh penghasilan tidak terbatas oleh jumlah jenis pekerjaan.
5 1.2. Perumusan Masalah Ciri demografi Indonesia seperti jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, struktur penduduk yang cenderung berusia muda, dan distribusi penduduk yang tidak merata dipandang masih merupakan faktor penghambat dalam usaha memecahkan masalah ketenagakerjaan dewasa ini. Pesatnya pertumbuhan ekonomi kota besar yang jauh melebihi kota -kota kecil, merupakan faktor penarik utama terjadinya aliran tenaga kerja. Terutama kota yang basis ekonominya adalah sektor industri. Berdasarkan PDRB periode tahun , didapatkan bahwa sektor industri sangat menonjol perkembangannya di Kota Tangerang. Kota Tangerang karena lokasinya yang berbatasan dan berdekatan dengan DKI Jakarta, merupakan daerah belaka ng (hinterland ) dari DKI Jakarta, sesuai dengan teori Von Thunen (Dicken dan Lloyd, 1990). Akibat pesatnya perkembangan pembangunan DKI Jakarta, maka terjadi pergeseran penduduk ke daerah belakang (Kota Tangerang), karena DKI Jakarta mengalami keterbatasan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan. Kota Tangerang mendapat tambahan jumlah penduduk dari limpahan penduduk DKI Jakarta, yang sebagian di antaranya bekerja di Jakarta, atau sedang mencari pekerjaan di Jakarta. Dengan demikian dapat dikatakan, besarnya arus migrasi ke Jakarta, akan mempengaruhi tingginya perpindahan penduduk Jakarta ke wilayah sekitarnya, termasuk Kota Tangerang. Selain itu sebagai kota seribu industri yang sedang berkembang, potensi Kota Tangerang, merupakan daya tarik tersendiri bagi para migran untuk mencari
6 kerja. Akibatnya tiap tahun jumlah penduduk Kota Tangerang meningkat pesat. Pada tahun 2002 laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang sangat tinggi (sebesar 4,62%) dengan kepadatan penduduk yang tinggi (8.611 jiwa/km 2 ), khususnya di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Ini mengindikasikan tingginya tingkat migrasi ke kota ini. Rustiadi dan Panuju (1999), menemukan bahwa jumlah migran di Kota Tangerang sekitar 10 persen dari jumlah penduduknya, dimana le bih dari separuhnya (5.3 persen) merupakan limpahan dari DKI Jakarta. Karena aktivitas penduduk Kota Tangerang paling banyak di sektor industri, menyusul sektor jasa informal, maka keadaan ini menunjukkan bahwa, sebagian dari migran ini (terutama yang baru masuk) menciptakan pekerjaan sendiri atau bekerja pada perusahaan-perusahaan kecil yang dimiliki keluarga. Orang-orang yang bekerja ini mencari ikhtiarnya sendiri dalam berbagai kegiatan mulai dari penjaja, pedagang kaki lima, penulis surat, pengasah pisau, dan pengumpul barang-barang bekas sampai pada penjual petasan, penjual obat, dan permainan ular, sebagian lainnya menemukan pekerjaan mekanik, tukang cat, pengrajin kecil, tukang cukur, dan pembantu rumah tangga. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah pencari kerja mengalami lonjakan. Pada tahun , jumlah pencari kerja naik sekitar 38 persen. Bahkan pada tahun 2002 berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Tangerang, jumlah pencari kerja melonjak hingga mencapai 68 persen. Tinggin ya pencari kerja itu belum dapat diimbangi dengan jumlah kesempatan kerja yang ada. Sepanjang tahun 2002, misalnya jumlah lowongan kerja yang terdaftar mencapai orang, dan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja
7 adalah sektor industri. Saat ini, rasio lowongan pekerjaan dan pencari kerja di wilayah Kota Tangerang mencapai 1: 3 (Republika, 2004). Selama kurun waktu proporsi tenaga kerja di sektor formal menurun dari 23,55% menjadi 19,83%, sementara di sektor industri meningkat perlahan dari 29,43% menjadi 33,78%. Di sektor informal pun tenaga kerja yang terserap melonjak dari 23,55% menjadi 28,18%. Hal ini menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah tenaga kerja yang memasuki sektor pekerjaan informal di kota Tangerang. Hal ini terlihat dari pangsa (share) tenaga kerja di sektor informal 28,18% per tahun dengan peningkatan sebesar 0,58% per tahun, sedangkan sektor industri adalah 0,54% per tahun, dan sektor jasa formal memperlihatkan penurunan (-3,21% per tahun). Sektor informal di kota Tangerang memperlihatkan kecenderungan yang meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduknya. Kebanyakan pekerja yang memasuki sektor informal adalah para migran baru dari desa yang tidak mendapatkan tempat di sektor formal. Motivasi mereka biasanya untuk mendapatkan penghasilan agar bisa hidup (survive) dan bukan untuk mendapatkan keuntungan (Todaro, 1988). Akan tetapi jika hanya dipandang sebagai tempat mendapatkan penghasilan untuk sekedar bertahan hidup di kota, mengapa jumlah pelaku ekonomi informal semakin meningkat, sejalan dengan semakin berkembangnya ekonomi suatu wilayah perkotaan. Relatif masih tingginya pangsa (share) dan pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja di sektor informal di Kota Tangerang, dengan tingkat produktivitas yang rendah, serta persaingan usaha yang tinggi, maka dipandang perlu untuk melakukan pengkajian bagaimana strategi migran dalam mempertahankan
8 keberadannya di kota, baik pada tahap awal yang merupakan periode paling kritis bagi mereka untuk berjuang mempertahankan hidup (survival), maupun tahap pengembangan yang merupakan periode setelah saat kritis tersebut dilampaui, untuk dapat meningkatkan status sosial ekonomi migran. Meskipun kebanyakan migran yang memasuki sektor informal di perkotaan pa da awalnya mendapati dirinya hidup dalam produktivitas yang rendah, namun kemudian keadaan sosial ekonomi mereka menunjukkan perkembangan. Artinya ekonomi informal menawarkan kesempatan yang luas pada pelakunya untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik daripada sebelumnya. Namun dari pengamatan di lapangan tingkat pendapatan pada setiap pelaku ekonomi informal berbeda, meskipun jenis usahanya sama dan berada pada lokasi yang sama. Untuk itu maka perlu penelahaan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran pelaku ekonomi informal. Untuk mengetahui itu semua, maka hal-hal yang harus diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apa yang menarik bagi migran untuk datang ke Kota Tangerang, dan bagaimana strategi untuk mempertahankan kehidupannya di kota. 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan (pendapatan) 2 migran, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran di sektor informal. 2 Tingkat kesejahteraan yang diukur dalam tingkat pendapatan; Rata-rata penerimaan hasil usaha di sektor informal setelah dikurangi dengan biaya operasional dan modal, yang dihitung dalam per orang per bulan, dengan menjumlahkan hasil perolehan dalam sebulan.
9 1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menelaah faktor utama yang menarik migran dan strategi migran sektor informal dalam mempertahankan keberadaaannya di kota. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran sektor informal Kegunaan Penelitian Dengan memahami perilaku pelaku ekonomi sektor informal, diharapkan dapat mengembangkan kekuatan ekonomi masyarakat kaum marginal, dimana aktivitas ekonomi informal ini memperlihatkan perilaku ekonomi yang sama terjadi pada sektor formal.
ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN
ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Menurut teori Lewis (Todaro, 1988), tingkat pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat akumulasi
Lebih terperinciIV. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA TANGERANG Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang. Tangerang pada tahun 2002 sebesar jiwa.
IV. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA TANGERANG 4.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Dalam kurun waktu 1995 2002 pertumbuhan penduduk Kota Tangerang sangat pesat, yaitu sebesar 4,62 % per tahun, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional dalam proses produksi yang bertindak sebagai faktor produksi. Sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara-negara berkembang, Indonesia masih menghadapi pertumbuhan penduduk yang tinggi. Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi membawa konsekwensi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BPS Kota Tangerang dalam Angka. Badan Pusat Statistik, kota Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA Atika, D. 1999. Analisis Ekonomi dan Keputusan Migrasi Kembali Rumahtangga Migran Sektor Informal (Tesis).Program Studi Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Achmad, Z. 2003. Analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinciVII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK
VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciBAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang
BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE TAHUN 1980 2009 Oleh : JEFFRI MINTON GULTOM NBP. 07 151
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang bekerja dan berusaha bagi sejumlah penduduk yang semakin bertambah masih perlu diatasi dengan sungguh-sungguh. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)
LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sektor pertanian
Lebih terperinciAnalisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi
Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal, yang pertumbuhannya sudah melebihi sektor formal (Manning, yang tidak terserapdi sektor formal (Effendi, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat urbanisasi tertinggi di Asia Tenggara, 32 persen orang miskin tinggal di wilayah perkotaan (Morrel, 2008).Sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat
Lebih terperinci2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pembangun ekonomi masih terus berlangsung, sudut pandang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini perdebatan pengaruh sektor informal dalam perannya sebagai pembangun ekonomi masih terus berlangsung, sudut pandang yang mendukung berpendapat bahwa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. Industri manufaktur dipandang sebagai pendorong atau penggerak perekonomian daerah. Seperti umumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara
BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara begitu juga dengan Indonesia. Pembangunan Ekonomi adalah usaha dan kebijaksanaan yang akan dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : RISA NIKEN RATNA TRI HIYASTUTI L2D 002 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN ATAS HASIL ANALISIS KEBIJAKAN. VII.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebijakan
BAB VII PEMBAHASAN ATAS HASIL ANALISIS KEBIJAKAN VII.1 Pembahasan Hasil Analisis Kebijakan Berdasarkan hasil analisis kebijakan yang telah dipaparkan pada Bab VI, maka pada Bab ini dilakukan pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN
ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan cenderung membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengangguran merupakan suatu fenomena yang terjadi di semua negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus
Lebih terperinciPENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008 Candra Mustika Dosen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciPENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang (NSB) termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah memperluas kesempatan kerja dalam hal ini meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan mengarahkan
Lebih terperinciBab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita
Lebih terperinci