Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN LUAS TUTUPAN LAHAN BERVEGETASI TERHADAP PENYERAPAN GAS CO 2 DI KOTA PONTIANAK

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis Penghitungan Komponen Penduduk

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB V SUMBER DAYA ALAM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH YANG BEBAS DIUNDUH UNTUK MENDAPATKAN BEBERAPA PARAMETER LAHAN. T.M. Basuki & N. Wahyuningrum BPTKPDAS

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III. METEDOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BERDASARKAN SERAPAN GAS CO 2 DI KOTA PONTIANAK

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. 23 LAMPIRAN

Interpretasi Citra dan Foto Udara

KONDISI SOSIAL EKONOMI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

53 5.1.3 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi data Citra Landsat dilakukan untuk pengelompokan penutupan lahan pada tahun 2004. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised Classification). Sebelum melakukan proses klasifikasi terbimbing (Supervised Classification), terlebih dahulu dibuat Training Areanya (Signature) kemudian dideliniasi dengan menggunakan AOI tools sampel-sampel wilayah tiap kategori kelas yang akan diklasifikasi. Dari hasil klasifikasi diperoleh pembagian kelas dan luas areal. Klasifikasi penutupan lahan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004 Kecamatan Klasifikasi Penutupan Lahan (hektar) Hutan Perkebunan Permukiman Semak Rumput Lahan Terbuka Pekanbaru Kota 0 0,353 249,202 0 0 25,740 0 Senapelan 0 3,173 175,332 0 0 56,328 3,085 Limapuluh 0.529 48,747 345,992 0,970 0 109,131 34,996 Sukajadi 0,353 1,499 476,103 0 0 53,155 0 Sail 3,438 25,123 234,746 0,088 0 90,443 0,353 Rumbai 2.279,492 7.115,182 259,163 160,523 41,783 8.450,755 586,820 Bukit Raya 2.572,594 15.724,167 1.142,258 431,146 201,160 11.261,884 320,605 Tampan 407,698 2.689,482 622,874 23,536 19,305 6.966,824 9,873 Total 5.264,103 25.607,725 3.505,670 616,262 262,249 27.014,260 955,731 Sumber : Hasil Analisis Luas total penutupan lahan berjumlah 63.226 hektar. Penutupan lahan dikelaskan menjadi tujuh kelas yaitu : 1. Hutan, polanya dengan bentuk bergerombol diantara semak dan permukiman, ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan tekstur relatif kasar dengan luas berdasarkan klasifikasi adalah sekitar 5.264,103 hektar. 2. Perkebunan, memiliki karakter bentuk dan pola bergerombol hingga menyebar terletak diantara hutan dan lahan-lahan terbuka, terkadang bercampur dengan kawasan permukiman, mempunyai luas sekitar 25.607,725 hektar. 3. Pemukiman, memiliki tekstur halus sampai kasar, warna magenta, ungu kemerahan, pola di sekitar jalan utama, luas sekitar 3.505,670 hektar. 4. Semak, tekstur yang relatif lebih halus daripada hutan lebat, berwarna hijau agak terang dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara perkebunan dan ada juga yang berbentuk spot dengan luas sekitar 616,262 hektar. Air

54 5. Rumput mempunyai tekstur yang lebih halus daripada semak. Berwarna hijau lebih terang dibandingkan dengan semak tidak terlalu luas, terdapat diantara perkebunan dan menyebar berbentuk spot dengan luas sekitar 262,249 hektar. 6. Lahan terbuka mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di antara hutan, pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga merah jambu dengan tekstur halus dengan luas sekitar 27.014,260 hektar. 7. Tubuh air berwarna biru, untuk sungai dengan bentuk yang berkelok-kelok (meander), danau dengan bentuk mengumpul dan relatif besar, genangangenangan air berbentuk spot dengan luas sekitar 955,731 hektar. Persentase masing-masing kelas penutupan lahan untuk Kota Pekanbaru disajikan pada Gambar 15. 1.51% 8.33% 42.73% 40.50% 0.41% 0.97% 5.54% Hutan Perkebunan Permukiman Semak Rumput Lahan Terbuka Air Gambar 15. Persentase Kelas Penutupan Lahan Tahun 2004 di Kota Pekanbaru Kawasan yang mempunyai banyak vegetasi terdapat pada daerah yang mempunyai sedikit permukiman. Keberadaan vegetasi dimungkinkan karena perkembangan kota masih memusat pada kawasan yang berada pada pusat kota. Daerah pemukiman terdapat pada pusat aktifitas kota dengan bentuk bergerombol. Pemukiman pada kecamatan lain yang berbatasan dengan kecamatan di pusat kota, polanya mengikuti bentuk pemukiman yang ada pada pusat kota yaitu bergerombol dan menyebar pada kawasan yang lainnya. Penutupan lahan yang diperoleh dari analisis citra di Kota Pekanbaru pada tahun 2004 di masing-masing kecamatan disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Peta Penutupan Lahan Tahun 2004 55

56 5.1.4 Akurasi Klasifikasi Hasil uji klasifikasi area contoh seluruh piksel anggota kelas perkebunan terdapat 953 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 18 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 30 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 7 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas hutan 323 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 2 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 16 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 57 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas permukiman 1 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 3 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 340 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 14 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas lahan terbuka 249 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 47 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 402 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 1 piksel masuk ke dalam kelas semak, dan 34 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas rumput 65 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 1 piksel ke dalam kelas permukiman, 13 piksel ke dalam kelas lahan terbuka, dan 3 piksel ke dalam kelas semak. Anggota kelas semak 3 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 1 piksel ke dalam kelas permukiman, 15 piksel ke dalam kelas lahan terbuka, dan 3 piksel ke dalam kelas rumput. Anggota kelas air 1 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 16 piksel ke dalam kelas hutan, 2 piksel ke dalam kelas permukiman, dan 5 piksel ke dalam kelas lahan terbuka. Nilai persentase untuk akurasi klasifikasi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Matrik Kesalahan Classified Data Perkebunan Hutan Permukiman Lahan Terbuka Rumput Semak Air Row Total Producer's accuracy Perkebunan 28.327 953 18 30 0 0 7 29.335 96,56 Hutan 323 9.976 2 16 0 0 57 10.374 96,16 Permukiman 1 3 12.296 340 0 0 14 12.654 97,17 Lahan Terb 249 47 402 10.790 0 1 34 11.523 93,64 Rumput 65 0 1 13 380 3 0 462 82,25 Semak 3 0 1 15 3 115 0 137 83,94 Air 1 16 2 5 0 0 3.056 3.080 99,22 Column Total 28.969 10.995 12.722 11.209 383 119 3.168 67.565 User's accuracy 97,78 90,73 96,65 96,26 99,22 96,64 96,46 Over all accuracy : 96,11 Sumber: Hasil Analisis

57 Hasil perhitungan akurasi menunjukkan bahwa overall accuracy sebesar 96,11 %. Nilai kappa accuracy yang diperoleh sebesar 94,63 %. Nilai akurasi di atas 85% berarti hasil klasifikasi dapat diterima dengan tingkat kesalahan kurang atau sama dengan 15%. Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS) telah memberikan syarat untuk tingkat ketelitian/akurasi sebagai kriteria utama bagi sistem klasifikasi penutupan lahan yang disusun. Tingkat ketelitian klasifikasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%. 5.2 Analisis Serapan Karbon Dioksida Penghitungan perkiraan serapan karbon dioksida dilakukan melalui pendekatan dengan proses klasifikasi Citra Landsat TM untuk mendapatkan sebaran dan luas areal yang bervegetasi pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru. Kecukupan vegetasi untuk menyerap emisi karbon dioksida dari kebutuhan energi akan didapatkan berdasarkan hasil sebaran emisi karbon dioksida untuk masingmasing kecamatan. Serapan karbon dioksida yang ada dalam bentuk vegetasi akan dihitung pada analisis kesesuaian antara serapan dan emisi karbon dioksida. Nilainilai luas kelas vegetasi yang telah diklasifikasi disajikan pada Tabel 11, dengan menggunakan data-data sekunder yaitu kemampuan serapan berdasarkan kelas vegetasi maka dapat diketahui kemampuan exsisting condition vegetasi untuk menyerap karbon dioksida. Nilai serapan karbon dioksida yang dianalisis merupakan keadaan vegetasi saat ini yang dianalisis dari Citra Landsat. Nilai ini perlu diketahui untuk melihat berapa perbedaan sebaran dan luas vegetasi berdasarkan Citra serta jumlah dan sebaran vegetasi berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru tahun 2004. Kemampuan vegetasi untuk menyerap karbon dioksida menurut Iverson, et al. 1993 yaitu untuk vegetasi rumput 3,2976 ton karbon dioksida/ha/tahun, semak belukar 3,2976 ton karbon dioksida/ha/tahun, perkebunan 52,3952 ton karbondioksida/ha/tahun, dan hutan 58,2576 ton karbondioksida/ha/tahun. Pendekatan perkiraan serapan karbon dioksida menggunakan studi literatur sehingga akan diperoleh nilai serapan vegetasi untuk masing-masing kecamatan

58 yang ada di Kota Pekanbaru pada tahun 2004. Penghitungan serapan karbon dioksida oleh tipe vegetasi disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan data pada Tabel 13, perkiraan serapan karbon dioksida oleh vegetasi terbesar terdapat pada Kecamatan Bukit Raya yaitu sekitar 975.829,119 ton karbon dioksida. Serapan terbesar di Kecamatan Bukit Raya disebabkan jumlah areal bervegetasi di Kecamatan ini masih banyak yaitu dengan luas 18.929,067 hektar dengan perincian 2.572,594 hektar untuk hutan, 15.724,167 hektar untuk perkebunan 431,146 hektar untuk semak dan 201,160 hektar untuk rumput. Secara administratif, Kecamatan Bukit Raya merupakan kecamatan yang paling luas di Kota Pekanbaru yaitu 29.908 hektar. Aktifitas kegiatan masyarakat juga masih terfokus pada pusat kota, sehingga kawasan hijau masih dapat terjaga meskipun untuk perkembangan kota selanjutnya kawasan hijau tersebut dapat dikonversi menjadi kawasan lain. Tabel 13. Serapan Karbon Dioksida dengan Tipe Vegetasi Serapan CO 2 Dengan Tipe Vegetasi (Ton)/Tahun Kecamatan Hutan Perkebunan Semak Rumput Total Pekanbaru Kota 0 18.496 0 0 18.496 Senapelan 0 166.250 0 0 166.250 Limapuluh 30.818 2,554.109 3.199 0 2,588.126 Sukajadi 20.565 78.540 0.000 0 99.105 Sail 200.290 1,316.325 0.290 0 1,516.904 Rumbai 132,797.733 372,801.384 529.341 137.784 506,266.241 Bukit Raya 149,873.152 823,870.875 1,421.747 663.345 975,829.119 Tampan 23,751.507 140,915.947 77.612 63.660 164,808.727 Total 306,674.065 1,341,721.925 2,032.189 864.789 1,651,292.968 Sumber: Hasil Analisis Perkiraan total karbon dioksida yang dapat diserap adalah sebesar 1.651.292,968 ton. Serapan karbon dioksida yang mampu dilakukan oleh vegetasi di masing-masing kecamatan secara berurutan adalah Kecamatan Bukit Raya dengan perkiraan total serapan vegetasi sebesar 975.829,119 ton karbon dioksida. Kecamatan Rumbai dengan perkiraan total serapan vegetasi sebesar 506,266.241 ton karbon dioksida, Kecamatan Tampan dengan perkiraan serapan sebesar 164,808.727 ton karbon dioksida, Kecamatan Limapuluh dengan perkiraan serapan sebesar 2,588.126 ton karbon dioksida, Kecamatan Sail dengan perkiraan serapan sebesar 1,516.904 ton karbon dioksida, Kecamatan Senapelan dengan

59 perkiraan serapan sebesar 166.250 ton karbon dioksida, Kecamatan Sukajadi dengan perkiraan serapan sebesar 99.105 ton karbon dioksida, dan Kecamatan Pekanbaru Kota dengan perkiraan serapan sebesar 18.496 ton karbon dioksida. Perkiraan jumlah total karbon dioksida yang dapat diserap dengan tipe vegetasi berdasarkan exsisting condition vegetasi adalah sekitar 1.651.292,968 ton. Lima kecamatan yang berada pada pusat kota mempunyai perkiraan serapan sangat kecil. Luas kecamatan juga lebih kecil sehingga sulit mendapatkan ruang tempat tumbuhnya vegetasi. Sebagian besar vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami. Bentuknya yaitu pepohonan dalam kesatuan ekosistem hutan, pembukaan hutan yang menjadi areal perkebunan dan semak belukar dan rumput. Grafik perkiraan serapan emisi karbon dioksida disajikan pada Gambar 17. Ton CO2 1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 Pekanbaru Ko ta Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Bukit Raya Tampan Hutan Perkebunan Semak Rumput Gambar 17. Grafik Serapan Emisi Karbon Dioksida Oleh Vegetasi 5.3 Analisis Emisi Karbon Dioksida Emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari kebutuhan energi (listrik, minyak tanah, premium, dan solar) di Kota Pekanbaru diperoleh dengan perhitungan tabulasi data yang menggunakan data-data konsumsi. Data yang diperlukan diperoleh dari PT. PLN (Persero) Wilayah Riau Cabang Pekanbaru dan PT. Pertamina (Persero) Cabang Pemasaran Pekanbaru, dengan acuan data-data sekunder yang disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 mengenai faktor emisi.