IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN"

Transkripsi

1 IV. PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 4.1. Identifikasi Penggunaan Lahan Identifikasi penggunaan lahan di Citra Lansat dilakukan dengan membuat contoh (training area) penggunaan lahan yang mewakili tiap kelas klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Kelas penggunaan lahan diklasifikasikan sesuai dengan keadaan di lapang, yaitu : (1) Hutan, menurut Undang - Undang RI No. 41 Tahun 1999 didefinisikan sebagai kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, (2) Sawah, merupakan lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija atau tanaman pangan lainnya (kementerian pertanian), (3) Semak belukar, tipe vegetasi kecil atau kerdil yang tumbuh tidak lebih tinggi daripada perdu dan tidak bernilai komersial (Kementerian Kehutanan), (4) Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah. Terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang sangat ditentukan oleh jenis tanah, iklim dan fluktuasi permukaan air bawah tanah (Arsyad, 1989), (5) Kelapa, areal kebun kelapa disini adalah areal lahan perkebunan kelapa rakyat dimana berdasarkan definisinya adalah usaha tanaman perkebunan yang dimiliki dan atau diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan/tidak berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25 hektar atau pengelola tanaman perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas minimum asaha (BMU), (6) Perkampungan, daerah-daerah di dalam citra yang ditutupi bangunan dan perumahan, (7) Karet, areal pertanaman karet yang dimaksud disini merupakan areal yang ditanami karet dalam skala perkebunan negara, swasta maupun perkebunan rakyat, (8) Kelapa Sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat yang dimaksud disini adalah usaha perkebunan yang dimiliki dan atau diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan/tidak berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25 hektar atau pengelola tanaman

2 44 perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas minimum usaha (BMU). Klasifikasi citra dimulai dengan menganalisis secara visual kenampakan citra untuk menetapkan lokasi sebagai contoh kelas. Piksel-piksel yang telah diketahui jenis tutupannya di lapangan dikelompokkan sesuai kelas klasifikasinya. Contoh kelas area tersebut diberi nama pada atribut sesuai dengan nama kategori yang mewakilinya (Gambar 9). Pengujian area contoh kelas perlu dilakukan untuk menghindari pengulangan pada area contoh yang mempunyai nilai yang sama. Setelah semua kategori telah terwakili oleh daerah contoh maka dilakukan proses klasifikasi untuk mengelompokan piksel di seluruh daerah penelitian. Sebagai kunci keberhasilan tersebut adalah rincian dari kategori tutupan yang dapat dipisahkan secara spektral. Hasil akhir dari proses klasifikasi citra untuk daerah penelitian di delta Berbak Jambi diperoleh data tampilan sebaran penggunaan lahan dan data luasan setiap tipe penggunaan lahan. Dalam interpretasi citra untuk area contoh diperoleh gambaran visual untuk Citra Landsat sebagai berikut (Gambar 9) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 8) Gambar 9 Penampakan visual untuk area contoh Citra Landsat (1=hutan, 2=semak belukar, 3=sawah, 4=kebun campuran, 5=kelapa dan 6=pemukiman, 7=sawit, 8= karet). Dalam proses klasifikasi Citra Landsat dilakukan dengan Software ENVI. Untuk citra 2008 dibantu dengan transformasi Tesseled Cap dengan menggunakan formula Tasseled cap (Tabel 7). Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa rata-rata ketepatan semua contoh (Overall accuracy) klasifikasi adalah 95,8% dengan nilai Koefisien Kappa (Kappa Coefficient) adalah 0,95. Dengan nilai Overall accuracy sebesar 95,8 persen berarti dalam masing-masing area contoh tipe penggunaan lahan sudah cukup teliti. Dalam klasifikasi masih terdapat kelas sawah yang masuk dalam kelas pemukiman dimana di beberapa tempat pemukiman dekat

3 45 dengan sawah. Hal sama terjadi pada kelas sawah dan kelapa dimana pada kebun kelapa yang masih kecil masih ditanami padi seperti yang terjadi di Nipah Panjang dan Harapan Makmur (Tabel 8). Tabel 7 Formula Transformasi Tasseled Cap Landsat Band Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 7 Komponen Brightness Greenness Wetness 0,3561-0,3344 0,2626 0,3972-0,3544 0,2141 0,3904-0,4556 0,0926 0,6966 0,6966 0,0656 0,2286-0,0242-0,7629 0,1596-0,2630-0,5388 Besarnya kelas kelapa sawit yang masuk ke dalam kelas kebun campuran yaitu mencapai 11,1 persen (Tabel 8) dapat dipahami bahwa beberapa tempat terdapat kebun kelapa sawit yang tidak terurus sehingga menghasilkan reflektan seperti kebun campuran. Tabel 8 Hasil matrik klasifikasi kelas penggunaan lahan No Kelas Pixel Awa sw krt sw 1 Klp kc klp 1 klp 2 Pmk Swt null sw Awan Sawah Karet Sawah Kelapa Kebun campuran Kelapa Kelapa Pmk Kelapa Sawit Null Sawah Overall accuracy = 95,8 % Kappa Coefficient = 0,95 Keterangan : awan = awan; sw = sawah; krt = karet; Klp = kelapa; Pmk = pemukiman; swt = kelapa sawit; null = tidak dikalifikasi Ketelitian klasifikasi citra untuk tahun 2008 dari hasil pengecekan lapang sebanyak 130 titik pengecekan, terdapat tiga lokasi yang tidak tepat dengan area contoh yaitu: (1) pemukiman menjadi sawah yang berlokasi di Nipah

4 46 Panjang, (2) pemukiman menjadi kelapa, (3) kebun campuran menjadi kelapa sawit. Ketiga lokasi tersebut tidak terlalu luas. Hal inilah yang disebut sebagai omisi dan komisi dalam klasifikasi citra. Jika dihitung ketelitian klasifikasi adalah 97,69% Penggunaan Lahan Awal Reklamasi Tahun 1973 Keadaan penutupan lahan pada tahun 1973 diwakili oleh peta penggunaan lahan tahun1973 (IPB 1973) (Gambar 10). Penentuan peta tahun 1973 sebagai awal penelitian karena mulai tahun tersebut dimulainya reklamasi lahan pasang surut di Provinsi Jambi dalam skala luas oleh pemerintah. Berdasarkan peta penggunaan lahan survey IPB tahun 1973 dan disepadankan dengan hasil interpretasi foto udara 1976 menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada awal reklamasi dapat dikelompokkan dalam tiga (3) kelompok, yaitu ; (1) Hutan (belum dibuka), (2) Sawah (perladangan), (3) semak belukar (ditinggalkan). Pada waktu itu penggunaan lahan didominasi oleh hutan seluas ,6 ha atau sekitar 58% dari seluruh areal ,7 ha. Adapun daerah yang sudah dibuka untuk sawah seluas ,3 ha atau 39,9% dari seluruh area. Namun sudah terdapat semak belukar yang merupakan lahan sawah yang ditinggalkan oleh petani lokal seluas 569,7 ha atau dua persen dari seluruh luasan. Perkampungan hanya tersebar sedikit dalam areal yang kecil yaitu Nipah Panjang dan untuk perkampungan transmigran berada sepanjang tanggul dekat saluran dengan jarak antar rumah sekitar 100 m dan 250 m. Kelompok hutan dapat berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.), yang mendominasi di daerah pantai delta Berbak yaitu Nipah Panjang, Sungai Ular (IPB 1973). Untuk di bagian tengah area studi didominasi oleh hutan tropis yang didominasi oleh Colophylum sp., pada tanah gambut yang tipis dan Eugenia sp., Alstonia sp., Dyera sp., Shorea sp., Kompassia malacesis Maing, Calamus sp., Daemanorops sp. dan Areca sp. pada lahan yang memiliki lapisan gambut tebal. Luasnya lahan sawah pada waktu itu memang pemerintah sengaja membuka lahan pasang surut untuk penggunaan sawah bagi warga transmigrasi. Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) yang

5 47 Gambar10Petapenggunaanlahantahun1973.

6 48 dibuka oleh petani transmigran dan bagian utara lokasi studi dan tepi (leevi) sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang yang dibuka oleh petani lokal (Melayu dan Bugis). Penggunaan lahan sawah oleh petani lokal sering ditanami tanaman kelapa dengan jarak 15 m x 15 m. Diantara tanaman kelapa ditanami padi sawah sekali dalam satu tahun. Sementara semak belukar terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani lokal yang umumnya berada di pinggir sungai Pamusiran Penggunaan Lahan Tahun 1989 Berdasarkan hasil interpretasi Citra Landsat tahun 1989 diperoleh tipe penggunaan lahan yang dapat dikelompokkan dalam enam kelompok, yaitu ; (1) Hutan, (2) Sawah, (3) semak belukar, (4) Kebun campuran, (5) Kelapa, (6) Perkampungan (Peta 4). Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya, Rantau Karya, Harapan Makmur, Rantau Makmur dan Bandar Jaya. Penggunaan lahan sawah yang dominan ini merupakan hasil program pemerintah yang diperuntukkan bagi petani transmigran. Lokasi lain penyebaran lahan sawah adalah bagian utara lokasi studi dan dekat tepi sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang, Nipah Panjang dan Sungai Dusun yang dibuka oleh petani lokal (Melayu dan Bugis). Penggunaan lahan sawah pada tahun 1989 mencapai luasan ,9 ha (65,8%). Hutan setelah pembukaan tahun 1989 hanya tinggal seluas 1.704,3 ha (6,07%). Kelompok hutan masih sedikit hanya terdapat di pinggir pantai berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.) dan menyebar di bagian pinggir sungai Batanghari dan Batang Berbak di daerah Rasau Desa dan desa Simpang. Penggunaan lahan kebun campuran tahun 1989 mencapai 4.126,2 ha (14,70%) yang umumnya terdapat pada daerah yang relatif lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, dan desa Bandar Jaya. Menurut informasi masyarakat (Komunikasi Pribadi, Oman, 2008 [tokoh masyarakat desa Rantau Rasau II], Jumadi, 2008 [tokoh masyarakat desa Sungai Dusun] dan Hamdani, 2008 [pensiunan pegawai Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah kabupaten

7 49 Gambar11Petapenggunaanlahantahun1989. Peta 4. Peta Penggunaan lahan 1989

8 50 Tanjung Jabung Timur]), tanaman yang diusahakan pada kebun campuran berupa tanaman jengkol, pinang (Areca sp), kelapa (Cocos sp), durian (Durio sp), nangka (Artocarpus integrifolia L.), jeruk (Citrus sp.), pisang (Musa parasidiaca), ubi kayu (Monihot sp.) dan ubi jalar (Ipomea sp.). Semak belukar terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani lokal yang umumnya berada di pinggir sungai Pamusiran mencapai 1.144,3 ha (4,08%). Penggunaan lahan untuk kebun kelapa mencapai 2.504,7 ha (8,92%) dari seluruh areal seluas ,7 ha. Penggunaan lahan kebun kelapa menyebar di daerah yang dibuka oleh petani lokal terutama Bugis dan Melayu yaitu pada daerah sebelah utara lokasi penelitian dekat Nipah Panjang. Kelapa yang diusahakan berupa kelapa lokal dengan sistem budi daya secara tradisional tanpa adanya usaha pemupukan. Perkampungan relatif tersebar sedikit dalam areal yang kecil yaitu Nipah Panjang, Puding, Simpang dan untuk pemukiman transmigran berada sepanjang tanggul dekat saluran. Pemukiman Trasmigran diatur menurut lahan yang dimiliki. Untuk Desa Rantau Rasau II, pemukiman ditempatkan pada suatu kelompok di sepanjang SK 16 dan Parit 1, 2, 3, 4, 5 dan parit 6, dimana setiap rumah menempati areal pekarangan dan lahan usaha berada di lokasi yang lain. Sementara untuk desa lainnya pemukiman transmigran tersebar sesuai masingmasing lahan yang dimiliki yaitu 2 ha per kepala keluarga yang mencakup lahan pekarangan dan lahan usaha Penggunaan Lahan Tahun 1998 Berdasarkan Gambar 12 hasil interpretasi Citra Landsat tahun 1998, tipe penggunaan lahan sama dengan tahun 1989, namun terdapat perbedaan luasan dari masing-masing tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan sawah masih mendominasi dengan luasan ,6 ha (37,80%). Penggunaan lahan sawah menyebar di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau Makmur, Bangun Karya, Rantau Rasau II, Harapan Makmur, dan Bandar Jaya yang termasuk dalam wilayah petani transmigran. Sebelah utara lokasi studi dan dekat tepi sungai Batanghari seperti di desa Rasau Desa dan desa Simpang, Puding dan Sungai Dusun masih terdapat lahan sawah. Penggunaan lahan sawah

9 51 Peta 5. Peta Penggunaan lahan 1998 Gambar12Petapenggunaanlahantahun1998

10 52 oleh petani lokal sering ditanami tanaman kelapa. Tanaman padi ditanam diantara pohon kelapa sekali setahun sampai tanaman kelapa berumur 4 tahun atau sampai tajuk kelapa sudah bertemu sehingga pencahayaaan tidak cukup untuk tanaman padi. Adapun semak belukar merupakan penggunaan lahan terluas ke-3 yaitu 6.274,8 ha (22,35%) yang tersebar di desa Bandar Jaya, Harapan Makmur dan sebagian Rantau Makmur yang berbatasan dengan Rantau Rasau II. Luasnya lahan semak belukar ini terjadi setelah kemarau panjang tahun Menurut informasi masyarakat hal itu karena masamnya tanah, tanaman padi tidak bisa tumbuh dengan baik dan gagal panen, sehingga petani banyak yang meninggalkan lahan usaha mereka. Penggunaan kebun kelapa masih mendominasi di sebelah utara lokasi penelitian dekat Nipah Panjang dan sungai Dusun dekat sungai Pamusiran. Luas penggunaan lahan kelapa mencapai 5.584,6 ha (19,9%). Kelapa yang diusahakan berupa kelapa lokal dengan sistem budi daya secara tradisional tanpa adanya usaha pemupukan. Penggunaan lahan berupa kebun campuran mencapai 4.953,2 ha (17,65%) yang umumnya terdapat pada daerah yang relatif lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau I dan Rantau Jaya. Kebun campuran merupakan alternatif bagi petani untuk daerah yang relatif lebih tinggi. Tanaman yang diusahakan berupa tanaman pisang (Musa paradisiaca), nangka (Artocarpus integrifolia L.) dan beberapa tanaman umbi-umbian seperti ubi kayu (Monihot sp.) & ubi jalar (Ipomea sp.). Perkampungan mulai berkembang seperti Nipah Panjang, Puding, Simpang dan pasar Rantau Rasau. Sedangkan untuk pemukiman transmigran tidak begitu berkembang bahkan banyak petani yang meninggalkan lahannya kecuali pada areal yang berpotensi sawah seperti Rantau Makmur, Bangun Karya dan Harapan Makmur. Penggunaan lahan berupa hutan pada tahun 1998 hanya tersisa seluas 186,5 ha (0,66%) dan hanya terdapat di pesisir berupa mangrove (Avicenia officinalis L. dan Rhizophora sp.).

11 Penggunaan Lahan Tahun 2008 Berdasarkan hasil interpretasi citra dan pengecekan lapang tahun 2008 terdapat delapan tipe pengunaan lahan, yaitu : (1) Hutan, (2) Sawah, (3) semak belukar, (4) Kebun campuran, (5) Kelapa, (6) Perkampungan, (7) Karet dan (8) Kelapa Sawit (Peta 6). Sawah mendominasi penggunaan lahan pada tahun 2008 dengan luasan mencapai ,5 ha (44,26%). Penggunaan lahan sawah menyebar di daerah bagian bawah (selatan) mencakup desa Rantau Makmur, Harapan Makmur, Bandar Jaya, Sungai Dusun, dan Bangun Karya. Pengunaan lahan sawah juga menyebar di Nipah Panjang bagian utara lokasi studi yang mana pada areal tersebut terjadi penebangan tanaman kelapa yang sudah tua agar areal dapat ditanami padi kembali. Penggunaan lahan kebun kelapa masih mendominasi di Nipah Panjang dan sungai Dusun, namun di desa Rantau Rasau I petani sudah mulai menanam kelapa seperti pada SK 21, SK 22 dan SK 23. Luas penggunaan lahan kelapa mencapai 9.526,7 ha (33,94%) dan merupakan terluas kedua setelah sawah. Semak belukar hanya terdapat di daerah yang ditinggalkan oleh petani transmigran yang umumnya terdapat di desa Pematang Mayan (Pemekaran desa Rantau Makmur dan Rantau Rasau II) dan di Bandar Jaya. Semak belukar memiliki luasan 1.351,5 ha (4,81%). Adapun untuk kebun campuran mencapai 729,6 ha (2,60%) yang terdapat di desa Pematang Mayan dan Bandar Jaya pada lahan yang relatif lebih tinggi. Tipe penggunaan lahan pada tahun 2008 bertambah dengan adanya penggunaan lahan untuk kebun karet dan kelapa sawit. Penggunaan lahan kebut karet seluas 1.046,66 ha (3,73%) dan kelapa sawit 2.625,4 ha (9,35%). Penggunaan lahan karet menyebar di lahan yang relatif lebih tinggi seperti Rantau Rasau II dan Rantau Rasau I, sedangkan kelapa sawit menyebar hampir seluruh desa tapi yang lebih banyak terdapat di desa Rantau Jaya, Rantau Rasau II dan Rantau Makmur. Penggunaan lahan berupa hutan mangrove (Avicenia officinalis L. and Rhizophora sp.) tahun 2008 adalah masih seluas 186,5 ha (0,66%), hanya terdapat di daerah pantai delta berbak yaitu Nipah Panjang, sungai Ular. Adapun

12 54 Gambar13Petapenggunaanlahantahun2008.

13 55 perkampungan mulai menyebar dan berkembang yaitu Nipah Panjang I dan Nipah Panjang II, Bandar Jaya, Simpang dan sungai Dusun. Pemukiman transmigran masih tetap sepanjang tanggul dekat saluran dengan jarak antar rumah sekitar 100 m dan 250 m Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 1973 (IPB 1973) dan hasil interpretasi citra diperoleh perubahan penggunaan lahan dari periode 1973 sampai 2008 seperti pada Tabel 9 dan Gambar 14. Pada awal reklamasi pada tahun 1973 penggunaan lahan didominasi hutan diikuti penggunaan lahan sawah masing-masing mencapai ,6 ha dan ,3 ha. Sementara semak belukar hanya 569,8 ha. Namun pada tahun 1989 terjadi perubahan yang sangat besar yaitu penggunaan lahan hutan berkurang menjadi 1.704,3 ha. Penggunaan lahan sawah meningkat menjadi ,9 ha. Perubahan tersebut dapat dipahami dimana lahan hutan dibuka untuk dijadikan lahan sawah sebagai implementasi kebijakan pemerintah dalam program transmigrasi. Namun pada tahun 1989 terdapat kebun campuran seluas 4.126,2 ha yang tersebar di tempat yang relatif tinggi di desa Bandar Jaya, Rantau Rasau II dan Rantau Rasau I. Penggunaan lahan kelapa mencapai 2.504,7 ha lebih dominan di daerah Nipah Panjang. Tabel 9 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973, 1989, 1998 dan 2008 Tahun No Penggunaan Lahan 1973* 1989** 1998** 2008*** Luas (Hektar) 1. Hutan , ,3 186,5 166,7 2. Sawah , , , ,5 3. Semak Belukar 569, , , ,5 4. Kebun Campuran 4.126, ,2 729,6 5. Kelapa 2.504, , ,7 6. Perkampungan 133,2 461,0 198,7 7. Karet 1.046,7 8. Kelapa Sawit 2.625,4 Jumlah , , , ,7 Sumber : Hasil Pengolahan Data * Data Survey Delta Berbak 1973 dan Foto Udara ** Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani *** Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani serta pengamatan di lapangan

14 56 Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar dari tahun 1989 ke tahun 1998 yang besar adalah peningkatan penggunaan lahan semak belukar dari 1.144,3 ha menjadi 6.274,8 ha dan penggunaan lahan kelapa dari 2.504,7 ha menjadi 5.584,6 ha. Sementara itu terjadi penurunan pengunaan lahan sawah dari ,9 ha menjadi ,6 ha. Hal ini dapat dipahami dimana banyak lahan sawah yang ditinggalkan menjadi semak belukar dan sebagian penggunaan lahan sawah telah berubah menjadi pengunaan lahan kelapa dimana tanaman kelapa yang sudah besar tidak bisa ditanami padi. Perubahan penggunaan lahan dari tahun 1998 ke tahun 2008 yang cukup signifikan adalah penurunan penggunaan lahan semak belukar, kebun campuran dan hutan, serta terjadinya peningkatan luasan lahan budi daya kelapa dan lahan sawah. Pada periode ini muncul penggunaan lahan baru yaitu karet dan kelapa sawit. Gambar 14 Grafik perubahan penggunaan lahan. Perubahan fungsi lahan yang terjadi pada periode tahun 1998 ke tahun 2008 di mana sekitar tahun 2004 diantaranya dilatarbelakangi oleh ketertarikan masyarakat terhadap tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu komoditas karet dan kelapa sawit. Ketertarikan ini diduga disebabkan adanya kejadian atau fenomena baik di beberapa tempat di daerah rawa dapat ditanami kelapa sawit dan karet. Daya tarik dari komoditas kelapa sawit dan karet tersebut menyebabkan sebagian petani melakukan alih fungsi lahan dari lahan semak

15 57 belukar, kebun campuran dan sawah menjadi penggunaan lahan perkebunan karet dan kelapa sawit Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1973 ke Tahun 1989 Perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 1973 sampai 1989 yang paling besar adalah perubahan lahan yang belum dibuka (hutan) menjadi sawah seluas ,7 ha diikuti oleh penggunaan lahan kebun campuran seluas 1.199,7 ha (Tabel 10). Besarnya perubahan hutan menjadi sawah disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah untuk membuka lahan sawah (percetakan sawah). Perubahan tersebut terjadi pada lokasi penempatan transmigrasi yaitu Rantau Rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya dan Bandar Jaya. Pada periode terjadi perubahan penggunaan lahan sawah menjadi kebun campuran seluas 1.199,7 ha terutama di daerah yang lebih tinggi seperti di desa Rantau Rasau II, dimana sebelumnya merupakan sawah yang hanya memanfaatkan air hujan sehingga petani mengalihkan untuk menjadi kebun campuran. Perubahan sawah menjadi kelapa seluas 2.163,3 ha dominan terjadi di daerah Nipah Panjang dimana sebelumnya lahan sawah ditanami kelapa dan bila sudah tinggi lahan tersebut tidak bisa ditanami padi Tabel 10 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973 ke tahun 1989 No Penggunaan Lahan Hutan Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS Sawah Semak Belukar Kebun Campuran Kelapa Pemukiman Jumlah HT SW SB KC KLP KP Belum , , Dibuka HT 1.704, , ,7 337,1 0,0 8 Perladan , gan SW 0, ,3 397, , ,3 133,2 2 Ditingga lkan SB 0,0 433,0 75,1 57,5 4,3 0,0 569,8 Jumlah 1.704, , , , ,7 133, , Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1989 ke Tahun 1998 Berdasarkan hasil tumpang tindih peta penggunaan lahan tahun 1989 dengan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh perubahan penggunaan lahan seperti pada Tabel 14. Periode tahun perubahan terbesar adalah

16 58 perubahan lahan sawah menjadi semak belukar seluas 3.869,7 ha diikuti kebun kelapa seluas 3.435,1 ha dan menjadi kebun campuran seluas 3.065,9 ha. Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar dan kebun campuran terjadi pada daerah lokasi yang relatif tinggi dimana air pasang tidak bisa masuk sehingga tanah menjadi masam. Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar, kebun campuran dan kelapa terjadi di daerah Rantau Rasau II, Nipah Panjang & Bandar Jaya dan Harapan Makmur & Rantau Rasau I. Pada periode masih terjadi pembukaan lahan hutan untuk dijadikan lahan sawah seluas 1.051,25 ha. Perubahan tersebut terjadi di daerah pinggir sungai di daerah Pematang Mayan dan desa Simpang yang dilakukan oleh petani lokal. Tabel 11. Perubahan penggunaan lahan tahun 1989 ke tahun 1998 No Penggunaan Lahan Hutan Sawah Semak Kebun Kelapa Pemu- Belukar Campuran kiman Jumlah HT SW SB KC KLP KP 1. Hutan HT 170, ,3 0,0 480,5 2,2 0, ,3 2. Sawah SW 0, , , , ,1 360, ,9 3. Semak SB 16,1 225,6 797,9 104,7 0,0 0, ,3 Belukar 4. Kebun KC 0, , , ,2 148,2 0, ,2 Campuran 5. Kelapa KLP 0,0 379,3 60,0 98, ,8 16, ,7 6. Pemukiman KP 0,0 0,0 0,0 0,0 49,3 84,0 133,3 Jumlah 186, , , , ,6 461, ,7 Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1998 ke Tahun 2008 Pada periode , Luas sawah bertambah 1.814,8 ha sehingga sawah mendominasi seluas ,5 ha (44,3%) dan semak belukar berkurang 4.923,2 ha. Berkurangnya semak belukar disebabkan lahan telah menunjukkan perbaikan kesuburan dan dapat ditanami padi kembali dan sebagian disebabkan oleh tingginya minat masyarakat terhadap kelapa sawit dan karet terutama pada lahan yang lebih tinggi. Bertambahnya luas lahan kelapa 3.942,1 ha terutama karena perubahan lahan sawah yang ditanami kelapa dan ketika kelapa telah tumbuh besar, lahan tidak bisa ditanami padi.

17 59 Tabel 12 Perubahan penggunaan lahan tahun 1998 ke tahun 2008 Semak Kebun N Penggunaan Hutan Sawah Beluka Campura Kelapa Pemukiman Sawit Karet Kelapa Jumla o Lahan r n h HT SW SB KC KLP KP KRT SWT 1 Hutan HT 166,7 19,1 0,0 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 186,5 2 Sawah S 0, ,1 62,1 105, ,5 1,5 333, , ,7 W 3 Semak SB 0, , ,7 537, ,3 34,3 280,9 488, ,8 Belukar 4 Kebun K 0,0 962,0 45,7 87, ,0 47,8 431,9 868, ,2 Campuran C 5 Kelapa KLP 0, ,7 0,0 0, ,0 7,8 0,0 5, ,6 6 Pemukima KP 0,0 338,5 0,0 0,0 15,9 106,6 0,0 0,0 461,0 Jumlah 166, , ,5 729, ,7 198, , , ,7 Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS Berdasarkan Tabel 15, perubahan terbesar adalah perubahan penggunaan lahan semak belukar menjadi sawah mencapai 2.099,1 ha, perubahan kelapa menjadi sawah seluas 1.292,70 ha. Perubahan semak belukar menjadi sawah tersebut disebabkan adanya keyakinan petani bahwa lahan mereka menjadi lebih baik dan dapat ditanami padi karena kemasaman tanah sudah bisa dikendalikan dengan membuat tata air mikro di lahan.

Perubahan Penggunaan Lahan Pasang Surut Setelah Reklamasi Di Delta Berbak, Jambi

Perubahan Penggunaan Lahan Pasang Surut Setelah Reklamasi Di Delta Berbak, Jambi Perubahan Penggunaan Lahan Pasang Surut Setelah Reklamasi Di Delta Berbak, Jambi (Land Use Change on Tidal Swamp Area After Reclamation in Berbak Delta, Jambi) Asmadi Sa ad 1, Supiandi Sabiham 2, Atang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan pada lahan pasang surut Batang Berbak - Pamusiran Laut, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Lokasi ini

Lebih terperinci

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B Tabel 5 Matriks Transformed Divergence (TD) 25 klaster dengan klasifikasi tidak terbimbing 35 36 4.1.2 Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Objek di Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu : Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Titik pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan No. Kelas 1 Hutan lahan kering primer dataran rendah 2 Hutan lahan kering primer pegunungan rendah 3 Hutan lahan kering sekunder dataran

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Parakasak Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak didominasi oleh kebun campuran. Selain kebun campuran juga terdapat sawah dan

Lebih terperinci

CITRA AMELIA dan SANTA AGNESIA. Kata Pengantar

CITRA AMELIA dan SANTA AGNESIA. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Y.M.E, karena atas berkat dan kuasanya kami dapat menyelesaikan laporan hasil pelatihan praktek lapangan kami di Kecamatan Rantau-Rasau tepatnya

Lebih terperinci

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan 1 A. GAMBARAN UMUM 1. Nama Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 2. Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Terletak di Kawasan a. Jumlah Transmigran (Penempatan) Penempata 2009 TPA : 150 KK/563

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Desa Dabung

Bab III Karakteristik Desa Dabung Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH: PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH: Studi Kasus Daerah Eks PLG 1 Juta Hektar di Kalimantan B. Mulyanto, B Sumawinata, Darmawan dan Suwardi Pusat Studi Lahan Basah, Institut Pertanian Bogor Jl.

Lebih terperinci

Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014

Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014 Luas dan Penggunaan Lahan Kabupaten Mamuju Tahun 2014 Nomor Katalog : 3311021.7604 Nomor Publikasi : 76043.1501 Ukuran Publikasi Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21,5 cm x 28,5 cm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

5. SIMPULAN DAN SARAN

5. SIMPULAN DAN SARAN 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Citra ALOS PALSAR dapat digunakan untuk membangun model pendugaan biomassa di ekosistem transisi yang telah mengalami transformasi dari hutan sekunder menjadi sistem pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan Pengamatan tutupan lahan di lapangan dilakukan di Kecamatan Cikalong yang terdiri dari 13 desa. Titik pengamatan yang digunakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS). TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004 53 5.1.3 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi data Citra Landsat dilakukan untuk pengelompokan penutupan lahan pada tahun 2004. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised Classification).

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten

Lebih terperinci

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo) KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo) Oleh: IB Ketut Wedastra Sr. Officer Conservation Spatial Planning WWF Indonesia PENGINDERAAN JAUH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk 1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan manusia dimana fungsi hutan adalah sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen untuk keberlanjutan hidup umat manusia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN VI. PERPETAAN HUTAN Perpetaan Kehutanan adalah pengurusan segala sesuatu yang berkaitan dengan peta kehutanan yang mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi kehutanan terutama dalam bentuk peta,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kepadatan Titik Panas Berdasarkan data titik panas yang terpantau dari satelit NOAA-AVHRR dapat diketahui bahwa selama rentang waktu dari tahun 2000 hingga tahun 2011, pada

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Karang Citra Landsat 7 liputan tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan Gunung Karang terdiri dari hutan, hutan tanaman

Lebih terperinci

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s 11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Tahun 2009 Peta penutupan lahan dihasilkan melalui metode Maximum Likelihood dari klasifikasi terbimbing yang dilakukan dengan arahan (supervised) (Gambar 14).

Lebih terperinci

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011 Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim Surakarta, 8 Desember 2011 BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 20 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Kondisi Umum Desa Desa Simpang Nungki adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Desa ini berbatasan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN Katalog:3311006.6102 Katalog:3311006.6102 STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BENGKAYANG 2015 Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Bengkayang 2015 ISSN : 2540-8488 No Publikasi : 61020.1639 Katalog :

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX 69 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX Kabupaten Kubu Raya merupakan pemekaran dari kabupaten Pontianak pada tahun 2009. Kabupaten Kubu Raya terletak

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2018 Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta 1. K O N D I S I GEOGRAFI WILAYAH 1.1 Gambaran umum Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 53 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA HUTAN TANAMAN (IHT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan perkotaan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008. Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci