ANJAK PIUTANG ATA 2014/2015 M4/IT /NICKY/

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBAHASAN II.1 PENGERTIAN ANJAK PIUTANG

Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk: ANJAK PIUTANG

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 116

EKSISTENSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) DARI SISI YURIDIS DAN EKONOMIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

CASH and RECEIVABLES

Akuntansi Anjak Piutang PSAK No.43 Akuntansi Anjak Piutang PSAK No.43

PERAN ANJAK PIUTANG DALAM EKONOMI

TUGAS LEMBAGA KEUANGAN ANJAK PIUTANG (FACTORING)

MODAL VENTURA & ANJAK PIUTANG NUR DODY ZAKKI, SE., M.SM

01 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi beserta pengungkapan transaksi anjak piutang baik bagi factor maupun bagi klien.

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

PENGANTAR BISNIS CHAPTER 18 MANAJEMEN KEUANGAN (FINANCE MANAGEMENT)

ANJAK PIUTANG SEBAGAI ALTERNATIF PERMODALAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DENGAN PENETAPAN DUA METODE BIAYA BUNGA

Chapter 14 Audit terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

1. ACCOUNT RECEIVABLE (PIUTANG DAGANG)

BUKTI PENERIMAAN KAS BUKTI SETORAN KAS

Irsan Lubis, SE.Ak,BKP

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

Trade Debt & Other Debt AUDIT

JASA DAN LAYANAN PERBANKAN DALAM LALU LINTAS KEUANGAN. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

22/10/2016. Syarat-syarat dalam factoring. Hubungan hukum para pihak dalam factoring PENGERTIAN FACTORING HUKUM PERBANKAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis

Bab 7 Manajemen Piutang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Piutang (Receivable)

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA

Kas Piutang Dagang Piutang Wesel Sediaan Investasi Jangka Pendek Beban Dibayar Dimuka

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG

BAB II LANDASAN TEORI

PERKIRAAN PENGHUBUNG (ACCOUNT INTERFACE)

PIUTANG. Slide 4-1. Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting

STIE DEWANTARA Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

Account Receivable Management

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ

Jurnal Khusus (Special Journals)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

TingkatBunga EfektifPinjamanKredit Dengancara Diskonto Uang yang akan diterima = [ Rp10 juta / (1 + 0,2)] 90 / 360 = Rp

Kuesioner Peranan Pemeriksaan Operasional (Auditor Internal) No Deskripsi Ya Tidak Keterangan

MENGELOLA KARTU PIUTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL 4 Account Receivable

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI PIUTANG DALAM PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini semakin meningkatkan

Modul ke: Manajemen Keuangan 11FEB. Sumber Pembiayaan Jangka Pendek. Fakultas. Luna Haningsih, ME dan Aty Herawati, MSi. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

- 2 - b. kualitas piutang pembiayaan; c. rentabilitas; dan d. likuiditas.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dasarkan atas tipe atau jenis barang yang ada di PT.Supra Sumber Cipta.

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laba yang optimal dapat diperoleh melalui peningkatan pendapatan

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ke dalamnya integrasi dari perangkat keras, perangkat. lunak dan proses

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

Wenda Purnama Sari Program Studi Akuntansi, Jurusan Manajemen Bisnis Politeknik Negeri Batam Jl. Ahmad Yani, Batam Center, Batam, 29461, Indonesia

LATAR BELAKANG. 1 Budi Rachmat, Anjak Piutang Solusi Cash Flow Problem,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm.

Universitas Sumatera Utara

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

Anjak Piutang: Sebuah Alternatif Memperoleh Dana Usaha

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas

Transkripsi:

1. PENGERTIAN ANJAK PIUTANG ANJAK PIUTANG Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988,perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan atas anjak piutang adalah jasa pembiayaan dan jasa non pembiayaan atas piutang. Pada kenyataannya kedua jenis ini tidak harus selalu ada dalam perjanjian anjak piutang,perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan ada juga yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya pilihan atas jenis jasa yang akan diberikan tergantung pada kesepakatan antar pihak factor dan pihak klien. Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa Kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan atau pengurusan piutang atau penagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pernyataan ini dipertegas oleh SK Menteri Keuangan Nomor 172/ KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pengalihan dan pembelian serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. manfaat dari anjak piutang: a. perusahaan yang kesulitan dana akan segera memperoleh dana tunai sehingga terdapat aliran kas masuk yang bisa dipergunakan untuk modal kerja usaha. b. tugas perusahaan dalam pengelolaan adminsitrasi penjualan dapat dialihkan ke lembaga anjak piutang karena lembaga ini membantu mengelola administrasi penjualan. c. perusahaan tidak ragu dalam penjualan produknya terutama kepada custumer baru karena resiko tagihan macet bisa ditanggung bersama d. anjak piutang dapat memperbaiki sistem penagihan sehingga piutang tepat saat jatuh tempo dan sebisa mungkin penagihan tidak merusak hubungan klien dan custumer. 2. KEGIATAN ANJAK PIUTANG Berkaitan dengan definisi anjak piutang tersebut, dalam kegiatan anjak piutang yang dilakukan di indonesia terdapat beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi, yakni: 1. Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, anjak piutang dengan pembiayaan (financing activity), yaitu dalam bentuk pembelian dan pengalihan piutang dan,anjak piutang non pembiayaan (non financing activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan. 2. Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan domestik (anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara atau ekspor/impor (anjak piutang international) 3. Objek pembiayaan anajak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. 4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukan kepada individual atau orang perorangan. Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada supplier dengan cara membeli piutang atau tagihan kepada nasabahnya atau costumer nya. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah pemberian kredit itu diberikan oleh supplier kepada pembeli, hanya saja proses penagihannya dilimpahkan kepada factor yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian anjak piutang. perbedaan antara anjak piutang dengan bank dapat dilihat sebagai berikut: bank Factoring transaksi utang piutang penjualan barang secara proses utang ke aktiva aktiva produktif beralih ke kas produktif memakan lebih cepat waktu Aktiva pasiva Kas dan utang Piutang berubah kas bertambah Analisis kredit 1 pihak aja (nasabah) 2 pihak(supplier dan pembeli) Agunan Wajib Tidak mutlak Tingkat resiko Tinggi (resiko nasabah) Lebih tinggi(resiko klien dan 1

nasabah) Biaya Bunga dan provisi Service dan discount charge Bantuan jasa Pembiayaan Pembiayaan dan non pembiayaan Penanggung resiko Bank Supplier/factor 3. PIHAK YANG TERLIBAT DAN FASILITAS YANG DIBERIKAN OLEH PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG Pihak yang terkait dalam kegiatan anjak piutang meliputi: a. Perusahaan jasa anjak piutang (factor). Factor adalah pihak yang memberikan jasa anjak piutang. b. Klien (client). Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang dan menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah. c. Nasabah (customer). Nasabah adalah pihak yang membeli barang atau jasa dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka pendek kepada klien. Anjak piutang merupakan perjanjian antar factor dan klien mewajibkan : a. Pihak factor untuk memberikan jasa berupa: Pembiayan atas piutang usaha yang dimiliki oleh klien. dan.non pembiayaan berupa antara lain penagihan piutang dan administrasi penjualan. b. Pihak klien untuk: Menjual atau menjaminkan piutangmya kepada pihak factor. dan.memberikan balas jasa financial kepada factor. Dua Pokok Produk Anjak Piutang Produk dan jasa anjak piutang yang dapat diberikan kepada klien minimal dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok yang mendasar. Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 172/KMK.06/2002 Tentang perubahan atas perubahan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK. 017/2000 tentang perusahaan pembiayaan, yaitu: A. ANJAK PIUTANG NON-FINANCING Pengertian jasa anjak piutang non-financing berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku adalah penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang usaha klien. Jasa anjak piutang ini meliputi jasa credit management, sehingga klien tidak perlu menyelenggarakan pembukuan/pencatatan atas tagihannya, karena perannya tersebut sudah diambil alih oleh factor, dimana factor akan memberikan laporan secara berkala mengenai hal-hal berikut: a. Bonafiditas para customer b. Laporan posisi piutang dagang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang sangat berguna bagi klien dalam merencanakan penjualan kredit untuk periode berikutnya. c. Account Statement kepada customer, bagi customer statement of account yang diterima dari factor membantu yang bersangkutan untuk melakukan rekonsiliasi atas pembayaran-pembayaran yang telah dilaksakannya dan untuk mengetahui posisi piutang pertanggal laporan berikut jatuh temponya. d. Apabila customer gagak membayar pada waktunya, factor secara aktif melakukan penagihal sesuai prosedur yang berlaku dengan sebaik-baiknya, tanpa merusak hubungan baik antara customer dan client. Dalam non recourse factoring, factor menjamin pembayaran yang beratalian, namun hanya terbatas pada insolvery saja (nondisputes). Dalam hal terjadi perselisihan dagang antara customer dan client, factor tidak menjamin pembayarannya, resiko bad debt tetap ditanggung oleh client. Adapun jasa yang dapat diberikan dalam anjak piutang non-financing ini meliputi jasa-jasa sebagai berikut: 1. Credit Investigation Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu tagihan, harus terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang bonafiditas buyer, reputase dan mainline of bussines dari buyer, dan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan dibayarnya piutang. 2. Sales Ledger Administration Jasa yang diberikan oleh factor kepada client dalam bentuk administration pembukuan atas penjualan yang dilakukan secara kredit, dapat mingguan, dua mingguan, bulanan atau yang lainnya disesuaikan dengan kebutuhan client. 3. Credit control termasuk Collection Factor dapat melakukan aktivitas pembiayan juga memantau transaksi-trasaksi penjualan yang dilakukan oleh client dengan baik, termasuk menetapkan 2

prosedur penagihan agar piutang yang dijaminkan dapat diterima pada waktunya, ini sangat diperlikan bagi transaksi gadang yang berkesinambungan. 4. Protection again st Credit Risk Dalam jasa ini factor juga mengusahakan cara-cara untuk mengamankan resiko tidak tertagihnya suatu piutang yang telah dibiayai oleh factor. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan jasa anjak piutang non-financing ini, factor berperan sebagai credit department dari perusahaan clientnya. Client tidak perlu mempunyai credit department sendiri dalam organisasi perusahaannya, karena fungsi credit deartement telah diambil oleh factor. Perkembangan jasa anjak piutang non-financing di Indonesia saat ini belum berkembang dengan baik dibandingkan dengan kegiatan anjak piutang financing. Berdasarkan pengamatan kami, terdapat beberapa sebab yang mengakibatkan kurang berkembangnya usaha anjak piutang non-financing, yaitu: 1) Masih terdapat misinformasi tentang keberadaan anjak piutang dalam masyarakat bahwa anjak piutang hanya bersifat financing saja. 2) Takut rahasiapenjualan perusahaan terbongkar. 3) Kekhawatiran client akan dibocorkannya data-data penjualan perusahaan kepada pesaingnya. 4) Tingkat keterbukaan client/perusahaan masih rendah. 5) Memelihara hubungan baik antara customer. B. ANJAK PIUTANG FINANCING Anjak piutang Financing berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku disebutkan sebagai kegiatan pembelian atau pengalihan piutang jaqngka pendeng dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pengertian ini memberikan latar belakang bahwa aktivitas pembiayaan terjadi dalam transaksi anjak piutang. Seperti yang kita ketahui bersama, piutang dagang selalu diklasifikasakan sebagai liquid atau Quick asset dalam laporan keuangan perusahaan. Sistem klarisifikasi ini baru dapat dinyatakan benar apabila piutang/tagihan berlaku sampai dengan jatuh temponya, setelah lewat jatuh waktu tersebut, piutang dagang tidak dapat dikategorikan sebagai liquid asset, karena telah berubah menjadi bad debts. Melalui transaksi pembiayaan anjak piutang dengan factor, dimana factor dapat memberikan pre-financing sampai dengan 80% atau bahkan sampai dengan 90% dari jumlah piutang dagang segera setelah penyerahan bukti transaksi dapat dilakukan atas dasar Recourse financing, dimana resiko bad debts tetap pada client, atau factoring Without Recourse, dimana perusahaan factor mengambil alih resiko bad debts. Jadi client dapat memutar kembali Instant Cash yang diperoleh dengan meningkatkan omset penjualan dan memanfaatkan potongan harga tertentu yang diberikan leh supplier dengan membeli bahan baku dan lain-lain secara tunai. Trasaksi factoring dikaitkan dengan volume penjualan. Dengan meningkatkan penjualan, kredit limitpun dapat dinaikkan pula. Praktis tidak ada batas transaksi Factoring, sehingga kredit limit dapat diartikan sebagai fungsi penjualan. Untuk menambah pengertian anjak piutang financing, Gatot Wardoyo, mengemukakan bahwa jasa anjak piutang financing dalam hukum Indonesia mengandung 2 aspek penting yaitu: 1. Transaksi Penjualan Tagihan Tagihan yang dijual, dialihkan kepada factor walaupun pembayaran belum 100% atau belum lunas, dalam prakteknya customer cukup diberi tahu atas pengalihan tersebut dan diminta untuk melakukan pembayaran kepada factor. 2. Transaksi Pemberian piutang Pembayaran dimuka oleh factor kepada clien dianggap sebagai pinjaman, sedangkan tagihan yang diterima oleh factor dari client diberlakukan sebagai jaminan. Penjelasan ini menambah pengertian kepada kita bahwa aktifitas anjak piutang yang bersifat financing, dapat diterima dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam melakukan transaksi anjak piutang, terutama anjak piutang financing, tidak semua transaksi dagang dapat dibiayai oleh factor. Factor biasanya memberikan transaksi dagang secara terbuka (open account) yang bersifat sederhana, berkesinambungan, dan bersifat angsung antara client dan customer, sehingga factor dapat meakukan hal-hal sebagai berikut atas piutang dagang yang berasal dari penjualan barang dan jasa: 3

1. Pembelian piutang dagang untuk diuangkan secara seketika. 2. Mengusahakan pembukuan dan administrasi penjualan yang berhubungan dengan piutang dagang. 3. Menagih piutang yang dialihkan. 4. menanggung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak dibayarnya piutang dagang (nonrecourse) Selain itu, masih terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh factor sebelum melakukan pembiayaan anjak piutang, hal ini seperti dikemukakan oleh Sachaimi El Haitammy dalam tulisannya yang berjudul, Factoring Alternatif Pengembangan Produk Baru, Yaitu : 1. Historikal Financing statement; 2. Forecasted financing statement 3. A customer list; 4. Average size sales invoices; 5. A projection of each customer peak exposure; 6. The standard term of sales and any special term offered selcted customers; 7. Historicals sales return, allowance and disputes; 8. Merchandise offered for sales 9. An account receivable aging. Untuk itu, biasanya factor akan menghindari ataupun tidak bersedia melakukan pembiayaan anjak piutang jika transaksi dagang antara client dan curtomer, mempunyai bentuk-bentuk transaksi dagang dalam negeri sebagai berikut: 1. Transaction with down payment ( Penjualan dengan uang muka) Transaksi penjualan dengan uang muka, biasanya dilakukan antara penjual dengan pembeli dimana barang/jasa yang akan diserahkan kepada pembeli masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Untuk memberikan kepastian, pembeli biasanya akan memberikan tanda jadi uang muka sebagai ikatan terhadap kontrak jual beli tersebut. Penjual selanjutnya akan menyelesaikan pesanan barang/jasa sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan setelah selesai maka pembeli akan membayar sisa pembayaran kepada penjual. Apabila trasaksi ini dibiayai oleh factor, maka posisi factor sangat lemah atau kurang menguntungkan.hal ini dimungkinkan apabila terjadi pembelian yang tidak dilanjutkan kembali oleh pembeli atau terjadi keterlambatan penyerahan barang yang pada akhirnya akan terjadi keterlambatan pembayaran serta cacatnya perjanjian jual beli. 2. Consigment sales (Penjualan sistem konsinyasi) Dalam transaksi ini, penjual akan menitipkan barang kepada pembeli dengan perjanjian apabila barang yang dititipkan terjual, maka pembeli akan membayarkannya kepada penjual sedangkan sisa barang akan dikembalikan kepada penjual. Transaksi dagang seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi factor jika dia dibiayai, karena factor akan menghadapi ketidakpastian apakah barang sudah laku terjual sedangkan factor saat menerima pengalihan piutang dari client menerima secara keseluruhan. 3. Progres payment Transaction (Pembayaran Bertahap) Transaksi dagang jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan kontrator dalam membuat proyek-proyek pembangunan dimana pemilik proyek baru akan membayar apabila kontraktor tersebut bisa melaksanakan pembangunan proyek secara bertahap sesuai dengan tahapan-tahapan pekerjaan. Jenis trasaksi dagang seperti ini sangat menyulitkan factor untuk melakukan pembiayaan karena factor tidak mengetahui seberapa jauh pekerjaan proyek sudah dapat diselesaikan oleh kontraktor. 4 Returnable Sales (barang dapat dikembalikan) Dalam melakukan pembiayaan anjak piutang, factor selalu berasumsi bahwa trasaksi dagang antara klien dan custumer sudah selesai dengan baik dengan telah diterimanya buktinpenerimaan barang/jasa. Apabila model trasaksi ini dilakukan oleh factor maka nilai dari tagihan sudah tidak utuh lagi akibat pengembalian barang. 5. Pre-invoicing Unfinished Delivery (Penagihan sebelum penagihan selesai) Transaksi dagang seperti ini akan menyulitkan factor untuk menagih kepada curtomer apabila barang atau jasa yang dibuat mengalami kerusakan atau kegagalan ataupun keterlambatan penyerahan barang jasa sehingga client akan mengajukan klaim kepada customer yang pada akhirnya nilai tagihan atau faktur yang dibiayai menjadi berkurang sedangkan pada saat awal factor menilai secara penuh sebagai dasar factor pembiayaan yang dilakukan. 4

6. Counter sales/back to Back Sales (Sistem Barter) Transaksi dagang dengan sistem back to back sales yang dilakukan oleh clien atau customer biasanya lebih bersifat transaksi fiktif atau bersifat transfer pricing, sehingga factor berada dalam posisi sangat sulit untuk melakukan tagihan terutama apabila client dan costumer mengalami ketidakcocokan dalam melakukan transaksi. 7. Credit Term More Than 180 Days (pembayaran lebih dari 180 hari) Transaksi dagang yang mempunyai tenggang waktu yang terlampau lama harus di antisipasi oleh factor. Hal ini penting untuk di analisis untuk mengetahui mengapa client dan curtomer melakukan trasaksi ini. Sebab secara umum transaksi perdagangan dengan tenggang pembayaran begitu lama jarang terjadi, kecuali trasaksi fictive ataupun transaksi antar perusahaan dalam satu grup perusahaan. 8. Transaction With parties In the Same group Of Companies ( Penjualan kepada Perusahaan dalam Grup Sendiri) Transaksi antar client dan customer dalam satu grup perusahan dagang perlu diperhatikan oleh factor karena transaksi ini sering dijadikan transaksi fiktif untuk kepentingan grup perusahaan tersebut dan juga untuk transper pricing antar satu grup perusahaan. Selain kesepuluh bentuk transaksi dagang yang selalu dihindari oleh factor seperti diatas, masih terdapat bentuk transaksi dagang yang kurang cocok dengan jiwa transaksi anjak piutang, yaitu penjualan yang tidak menginginkan adanya pengalihan piutang ( non-assignable clause) dan penjualan lainnya dimana kepastian pembayaran oleh customer/pembeli masih tergantung syaratsyarat lainnya. Sedangkan khusus untuk transaksi export/anjak piutang internasional, terdapat beberapa transaksi export yang tidak dapat difactorkan ataupun selalu dihindari oleh factor untuk dibiayai, yaitu: 1. bila transaksi memuat persyaratan progress payment, part payment, retention, atau deposit oleh importir; 2. Bila ada persyaratan contra sale, consignment sale dengan return arrangement. 3. Bila credit term melampaui 180 hari; 4. Bila mayoritas export ditujukan kepada pemerintah dari Negara tujuan. 5. Bila mayoritas export ditujukan kepada importer yang ada kaitannya dengan exporter (Importir adalah associated atau related companies dari expotir) 9. Sales to Individual End User/ General Public ( Penjualan kepada Individual/ perorangan sebagai End User) Transaksi jenis ini, apabila dibiayai oleh factor, di mana antara klien dan customer tidak mempunyai hubungan timbale balik yang berkesinambungan, akan membahayakan factor apabila customer mengalami kelalaian pembayaran. 10. Hit and Run, One Time, Incidental Transaction (Penjualan yang bersifat Insidental/ sekali-sekali) Transaksi yang dilakukam oleh klien dan customer yang bersifat Hit and Run atau sekali-sekali dilakukan atau transaksi yang besifat incidental perlu diwaspadai factor, karena transaksi jenis ini biasanya mengandung bahaya dan kemungkinan tidak tertagih besar. 5