Belanja Publik Aceh 2013; Mengulang Kekeliruan www.belanjapublikaceh.org Prof. Raja Masbar Banda Aceh, 28 November 2013 Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T Diperkirakan sekitar Rp 100 T Dana Otsus akan diterima oleh Aceh pada akhir 2027. Dan pada akhir 2027, secara keseluruhan Aceh akan menerima lebih Rp.650 T. 1
Aceh telah menerima Rp 25,5 Trilliun (prov/kabkota), dan akan terus bertambah di masa mendatang. Dana Otonomi Khusus dan DAU menyumbangkan sebesar 80 % dari penerimaan. Penerimaan dari Bagi Hasil Migas menurun dengan tajam dan PAD hanya menyumbangkan sebesar 6% dari penerimaan. 30 Rp Triliun (riil = 2010) 25 20 15 11 T 15,7 T 18 T 25,5 T 10 5 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* DBH Pajak/SDA DAU DAK PAD Lainnya Otsus/Migas Nominal *Anggaran BELANJA DAERAH Alokasi belanja yang tepat dan konsisten berdasarkan analisis, merupakan syarat utama pembangunan yang efektif 2
Belanja pemerintahan umum terbesar, 31 persen. Sedangkan sektor infrastruktur sedikit meningkat. Provinsi: Belanja barang dan jasa meningkat tajam sejak tahun 2011. (Permendagri, 37/2010) Kabupaten: Belanja pegawai terus meningkat, dari 49% di tahun 2008 menjadi 60% tahun 2013 Rp Triliun 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 24% 20% 16% 30% 23% 9% 48% 20% 49% 55% 42% 42% 48% 25% 19% 14% 11% 15% 20% 18% 13% 15% 13% 11 % 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pegawai Barang dan Jasa Modal Lainnya Rp Triliyun 16 14 12 10 8 6 4 2 6% 9% 8% 17% 10% 5% 8% 16% 19% 10% 21% 29% 19% 16% 17% 15% 29% 17% 14% 16% 17% 60% 56% 59% 56% 61% 45% 46% 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pegawai Barang dan Jasa Modal Lainnya 3
ANALISIS SEKTORAL (kesehatan) Alokasi belanja kesehatan Aceh peringkat ke 4 di Indonesia, 2013 Pembiayaan kesehatan terus meningkat, mencapai Rp.2,8 T tahun 2013 4
Paradox 1. Tidak terdapat korelasi antara besaran belanja perkapita dengan AKI/AKB (2011) AKI AKB Paradox 2; Bidan memadai, namun AKI (Angka Kematian Ibu) semakin tinggi AKI (2011); 158/100,000 Target Nasional (2014); 112/100,000 AKI (2012); 191/100,000 5
Kekeliruan 1; Program yang beruhubungan dengan AKI/AKB masih tetap rendah dari tahun ke tahun Kekeliruan 2; Porsi belanja preventif semakin rendah, hanya 2% sedangkan kuratif terus meningkat. Rata rata anggaran program preventif ; 30%, ( Survey NHA Indonesia, 2009 2010) 6
ANALISIS SEKTORAL (Infrastruktur) Belanja infrastruktur meningkat, terutamanya akibat reorganisasi tata kerja dinas provinsi (Qanun 15/2012). 7
Aceh termasuk daerah yang memiliki belanja infrastruktur terbesar di Indonesia, (ranking ke 7, 2012) Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur DI Jokjakarta Banten NTB Bali Sul. Selatan NTT Lampung Sul. Barat Sum. Utara Nasional Sul. Tengah Gorontalo Sum. Barat Sul. Tenggara Kal. Barat Maluku Sul. Utara Bengkulu Kal. Selatan Sum. Selatan DKI Jakarta Jambi Babel Kep. Riau Aceh Maluku Utara Riau Kal. Tengah Papua Papua Barat Kal. Timur 132 358 736 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 2,627 h d Paradox; Meski kondisi infrastruktur (jalan) relatif lebih baik; akses terhadap daerah terpencil, pusat pertanian masih minim. Masih relatif sama dengan kondisi tahun 2010. 8
Kekeliruan 1; Pembangunan Sarana Infrastruktur belum mempertimbangkan kebutuhan jalan dan populasi. kuadran I yang kebanyakan terletak di bagian barat selatan Aceh, seperti Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tenggara memiliki tingkat rasio kepadatan populasi yang tinggi dan ketersediaan jalan yang rendah. Alokasi dana Otsus berdasarkan populasi, 2013 Kekeliruan 2; Perencanaan anggaran belum berdasarkan data. Sebagian jalan wilayah barat Aceh dalam kondisi rusak namun belum menjadi prioritas dalam anggaran 9
ANALISIS SEKTORAL (Pendidikan) Pembiayaan pendidikan cenderung meningkat, namun alokasi pendidikan di tingkat provinsi menurun. Rp Trilliun (riil=2010) 7 6 5 4 3 2 1 0 6,6 4,4 4,3 82% 2,0 77% 77% 89% 11% 24% 23% 16% 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Provinsi Kabupaten/kota Nominal *Anggaran 10
Aceh merupakan salah satu daerah dengan belanja pendidikan tertinggi di Indonesia. (Rangking ke 4, tahun 2012) Paradox 1; Aceh merupakan daerah dengan tingkat ketidak lulusan Ujian Nasional (UN) SMA tertinggi 2013 5 Provinsi dengan persentase ketidaklulusan UN SMA/MA Terbanyak, 2013 3,11 2,85 2,32 2,21 1,75 0,52 Aceh Papua Sulteng Maluku NTT Nasional 11
Paradox 2; Sebagian besar guru tidak layak mengajar tingkat SD, 2012. 100 91,7 80 68,2 60 40 44,2 20 0 Menurut UU No.14/2005; bahwa semua guru sekurang kurangnya harus memiliki pendidikan S1/D IV Kekeliruan 1; Meski ruang kelas sudah memadai sejak tahun 2010, pembangunan masih berorientasi kepada pembangunan fisik. Pemb. Gedung Sekolah & RKB Pemb. Sarana Prasarana Sekolah Pelatihan Guru / Tenaga Kependidikan Pemb. Pagar Sekolah Administrasi dan Perkantoran Alat Pendukung Belajar Mengajar Alat Pendukung Sekolah Gaji dan Tunjangan PNS Lainnya Minat dan Bakat Siswa Perencanaan Fisik Pembinaan Sekolah dan KKG Operasional Sekolah Rehabilitasi Sarana Sekolah 2% 1% 3% 3% 3% 5% 4% 7% 9% 9% 8% 10% 14% 22% 0 50 100 150 200 250 Rp Miliar 12
Kekeliruan 2; Upaya peningkatan mutu: Program peningkatan kompetensi guru belum searah dengan kebutuhan. Simeulu, indeks mutu rendah, namunalokasidanarendah (Kuadran1) 12.000 Gayo Lues Alokasi Dana Peningkatan Mutu Guru (Rp Juta) Tahun 2013 10.000 K II K III 8.000 6.000 Aceh Jaya 4.000 Abdiya Aceh Besar 2.000 K I Banda Aceh K IV Simeulue Sabang 0 20 30 40 50 60 Indeks Mutu Guru, Tahun 2012 Kesimpulan Besaran sumber daya fiskal (akibat dana otsus) memberikan peluang bagi Aceh untuk meningkatkan sarana infrastruktur, taraf kesehatan masyarakat, dan mutu pendidikan. Kekeliruan terhadap perencanaan terus terjadi setiap tahunnya. Diperlukan terobosan baru dalam meningkatkan kualitas perencanaan yang menjawab kebutuhan dan tantangan. Kekeliruan perencanaan juga terjadi akibat kegagalan menterjemahkan prioritas kebutuhan pembangunan (berdasarkan data), dengan cita cita serta kepentingan lainnya. Analisis yang tepat belum menjadi dasar kebijakan dalam belanja anggaran. 13
Rekomendasi Perbaikan kualitas perencanaan. Belanja publik harus berdasarkan analisis yang tepat terhadap kebutuhan dan tantangan, sehingga meminimalisir kekeliruan belanja. Di perlukan komitmen politik yang kuat antara eksekutif dan legislatif. Tingkatkan disiplin dan efektifitas belanja publik. Bauran beberapa program yang tepat dan konsisten akan menghasilkan dampak lebih besar. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (perencana) serta ketersediaan data merupakan kunci utama peningkatan kualitas perencanaan. TERIMA KASIH www.belanjapublikaceh.org 14