PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

dokumen-dokumen yang mirip
METODA FOTO BACK-REFLECTION LAUE UNTUK MENENTUKAN ARAH SUMBU KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7 (x=0,4)

METODA FZ PADA PEMBUATAN KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7

PENGARUH KONSENTRASI x=0,35 TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK PADA KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7

SIFAT ELEKTRON ATOM Mn DI STRUKTUR PEROVSKITE PADA KRISTAL TUNGGAL La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7 (x= 0,40)

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Bab III Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

3 Metodologi penelitian

PENGARUH PEMAKAIAN GAS OKSIGEN PADA TAHAP PEMBUATAN MATERIAL Ba-Ca-Cu-O

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

3. Metodologi Penelitian

ANALISA HAMBAT JENIS LISTRIK PADA KAWAT SUPERKONDUKTOR DENGAN MEMAKAI ALAT CRYOGENIC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

Bab III Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PENGARUH DOPING NI TERHADAP RESISTIVITAS SENYAWA LA0.67SR0.33MN1-XNIXO3

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PERGESERAN SUHU KRITIS SUPERKONDUKTOR Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O PADA MEDAN MAGNET TINGGI

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

3 Metodologi Penelitian

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Departemen Fisika, Fakultas FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

Galuh Intan Permata Sari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

4 Hasil dan pembahasan

ANALISIS STRUKTUR DAN PEMODELAN KRISTAL CALCIUM MANGANESE OXIDE (CaMnO 3 )

PREPARASI DAN KARAKTERISASI SERBUK CALCIUM ALUMINA FERRITE (CaAl 4 Fe 8 O 19 ) SEBAGAI BAHAN KERAMIK MAGNETIK

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

Bab III Metodologi Penelitian

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

Transkripsi:

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL Agung Imaduddin Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Gd 470 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 E-mail : agungi@gmail.com Intisari Bahan oksida Mn telah lama diketahui mempunyai sifat magneto resistance (hambatan listrik dalam medan magnet) yang besar. Untuk dapat mempelajari sifat fisika dari elektronnya, diperlukan kristal tunggal dengan kualitas yang tinggi. (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n=2) yang mempunyai lapisan Mn-O yang berdekatan 2 lapis, mempunyai sifat magneto resistance yang terbesar dibandingkan grup n = 1, maupun n =. Pada penelitian ini telah dipelajari proses pembuatan batang pellet yang digunakan sebagai bahan penumbuh kristal tunggal. Batang pellet hasil proses kemudian dianalisa dengan DTA/DTG (Differential Thermal Analysis/Differential Thermal Gravimetry) dan XRD (X-Ray Diffraction). Kata kunci : La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O 7, Superkonduktor, Kristal tunggal, DTA/DTG Abstract Mn oxide has long been known having a large magneto resistance properties. In order to study the physical properties of the electron, high quality of single crystal is required. (La, Sr) 1 + nmn n O 3n +1 (n = 2) which has two layers of Mn-O, has the largest magneto resistance properties in comparison with group n = 1, and n =. In this research, manufacturing of pellet rod that will be used as a raw material for growing single crystal is studied. Then, pellet rod product is analyzed by using DTA/DTG (Differential Thermal Analysis/Differential Thermal Gravimetry) dan XRD (X-Ray Diffraction). Keywords : La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O 7, Superconductors, Single crystal, DTA/DTG PENDAHULUAN Sejak penemuan bahan oksida Cu superkonduktor yang mempunyai suhu kritis T C yang tinggi, perhatian dunia terhadap struktur perovskite ini juga semakin meningkat. Bahan oksida Mn yang mempunyai struktur perovskite juga mendapat perhatian untuk dilakukan penelitiannya. Bahan oksida Mn mempunyai struktur dasar perovskite, dimana atom Mn terletak di tengah dan dikelilingi 6 atom oksigen dan kemudian pada tiap-tiap sudut struktur perovskite itu, terletak atom La dan Sr. Bahan oksida Mn mempunyai rumus umum (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n = 1, 2, ), dimana n adalah jumlah layer Mn-O pada tiap molekulnya. Bahan ini telah lama diketahui mempunyai sifat magneto resistance (MR) [1,2,6]. Untuk mempelajari sifat fisika dari elektron pada ion Mn dalam (La, Sr) 1+nMn n O 3n+1, diperlukan sampel kristal tunggal dengan kualitas yang tinggi. Dan untuk membuat sampel kristal tunggal (terutama dengan mempergunakan metoda FZ (Floating Zone) [3-5], diperlukan adanya batang pellet (pellet rod material) yang homogen dan berbentuk lurus untuk menghindari penggumpalan ataupun terputusnya bahan saat penumbuhan kristal tunggal. Pada penelitian ini telah dibuat batang pellet untuk penumbuhan kristal tunggal dan kemudian dianalisa dengan DTA/DTG dan XRD.

PROSEDUR PERCOBAAN Tahap pembuatan batang pellet ialah menganalisa perubahan entropi dengan DTA/DTG pada pemanasan masing masing bahan (serbuk SrCO 3, Mn 3 O 4, dan La 2 O 3 ) untuk mengetahui suhu dimana masing masing masing bahan itu akan stabil. Setelah itu semua serbuk bahan dicampur dan diaduk dengan alat pengaduk selama sekitar 10 jam dan dipanaskan pada lingkungan udara. Kemudian diaduk lagi dengan alat pengaduk selama sekitar 10 jam. Setelah itu untuk membentuk bahan panjang dan lurus, serbuk dimasukkan kedalam balon karet, yang kemudian dipres dalam air dengan memakai alat CIP (Cold Isostatic Press) hingga tekanan 1,5 ton/cm 2. Kemudian karetnya dibuka hingga tertinggal bahan yang berbentuk panjang dan lurus. Setelah itu dipanaskan lagi pada lingkungan udara, terbentuklah batang pelet. Batang Pelet tersebut kemudian ditumbuhkan dengan metoda FZ [5]. Alur pembuatan batang pellet dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Alur pembuatan batang pellet untuk penumbuhan kristal tunggal HASIL DAN PEMBAHASAN DTA/ DTG (Differential Thermal Analysis/ Differential Thermal Gravimetry) Gambar 2 menunjukkan hasil dari analisa DTA pada serbuk SrCO 3, Mn 3 O 4, danla 2 O 3. Data diambil dari suhu ruangan sampai 1300 C. Serbuk alumina digunakan sebagai standar sampel dan diukur pada atmosfir gas argon dengan kecepatan kenaikan suhu 90 C/menit. Pada Gambar 2 terlihat bahwa untuk serbuk La 2O 3 terjadi reaksi penyerapan panas pada sekitar suhu 300 C dan 500 C. Sedangkan pada serbuk SrCO 3 terjadi pada suhu 950 C dan 1100 C, serta pada serbuk Mn 3 O 4 terjadi pada suhu 1150 C (Gambar 2). Serbuk La 2 O 3 mudah bereaksi dengan udara menjadi La(OH) 3. Untuk serbuk La 2 O 3, analisa DTA dilakukan sebelum dan setelah dipanaskan hingga suhu 1000 C selama 10 jam. Setelah pemanasan, penyerapan panas pada suhu 300 C terlihat mengecil dan pada suhu 500 C tidak terjadi reaksi penyerapan panas. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan hingga suhu 1000 C selama 10 jam dapat menghasilkan serbuk La 2 O 3 yang lebih stabil (Gambar 2). Bersamaan dengan analisa DTA, perubahan berat juga dianalisa. Gambar 3 menunjukkan hasil perubahan berat terhadap kenaikan suhu pada masing masing serbuk. Pada La 2O 3 sebelum pemanasan pada suhu 500 C terlihat perubahan berat secara drastis, sedangkan pada suhu diatas 500 C, La(OH) 3 nya menjadi La 2 O 3. Pada serbuk SrCO 3, ketika suhu sekitar 1100 C terlihat adanya penurunan berat yang sangat drastis (sekitar 48%), ini menandakan terlepasnya karbon pada suhu tersebut (Gambar 3). Gambar 4 dan 5 memperlihatkan serbuk yang telah dicampur dan telah dipanaskan pada suhu 1300 C. Pada data ini, serbuk La 2O 3 yang digunakan setelah dipanaskan pada suhu 1000 C selama 10 jam. Pada 54 Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58

Gambar 4 dan 5, terlihat pada suhu 1170 ºC, serbuk yang hanya dicampur saja yang mengalami penyerapan panas sebesar 5 kali, sedangkan pada suhu diatas 1170 C tidak ada perubahan. Pada serbuk yang telah dicampur dan kemudian dipanaskan pada suhu 1300 C, tidak terlihat lagi adanya reaksi penyerapan panas. Dari sini diketahui bahwa pada suhu pemanasan lebih dari 1200 C, bahan dasar serbuk (SrCO 3, Mn 3 O 4, La 2 O 3 ) bereaksi membentuk bahan yang ingin dibuat (Gambar 4-5). Gambar 4. Hasil pengamatan DTA pada bahan serbuk sebelum dikalsinasi dan bahan serbuk setelah dikalsinasi Gambar 2. Hasil pengamatan DTA pada serbuk berbahan dasar SrCO 3, Mn 3 O 4, La 2 O 3 Gambar 5. Hasil pengamatan perubahan berat terhadap perubahan suhu pada bahan serbuk sebelum dikalsinasi dan bahan serbuk setelah dipanaskan/ dikalsinasi Gambar 3. Perubahan berat pada masing-masing serbuk bahan dasar terhadap kenaikan suhu Pembuatan Batang Pelet../ Agung Imaduddin 55

XRD (X-Ray Diffraction) Untuk mendapatkan fasa tunggal pada batang pellet yang akan dibuat, campuran serbuk SrCO 3, Mn 3 O 4 dan La 2 O 3 dianalisa dengan memakai XRD (dilihat pada 2θ/θ) setelah pemanasan awal untuk melihat strukturnya. Suhu yang digunakan pada pemanasan awal antara 1200 C sampai 1450 C, dengan konsentrasi Sr, x=0,4. Pemilihan suhu pada 1200 C dikarenakan dari hasil uji dengan DTA, pada rentang suhu tersebut serbuk akan bereaksi membentuk hingga tidak adanya perubahan struktur. Hasil pengujian dengan XRD dapat dilihat pada Gambar 6 [4-5]. Pada suhu lebih rendah dari 1200 C, sebagian besar puncaknya adalah lapisan oksida Mn dari (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n = 2). Selain itu puncak dari n=1 juga terlihat (pada sudut 2θ = 33 ). Hal ini memperlihatkan tidak terbentuknya fasa tunggal. Setelah suhu dinaikkan puncak dari n=1 terlihat semakin mengecil, dan akhirnya pada suhu pemanasan 1450 C puncak itu tidak terlihat lagi, hal ini menandakan pada suhu 1450 C, hanya n=2 saja yang bereaksi membentuk fasa tunggal (Gambar 6). dalam dinding tabung kaca sehingga proses pemasukan serbuk bahan ke dalam balon karet dapat dilakukan dengan mudah. Setelah serbuk bahan dimasukkan, ujung balon karet diikat (Gambar 7). Gambar 6. Hasil analisa XRD serbuk, setelah pemanasan awal pada suhu 1200 C 1450 C (tanda arah bidang kristal pada puncak di suhu 1450 C adalah arah kristal untuk (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1, n=2). (sinar X yang dipakai adalah Cu Kα, λ=0,1542 nm) [7] Pembuatan Batang Pellet Berdasarkan analisa dengan DTA/DTG dan XRD, maka kemudian dibuat batang pellet dengan bahan serbuk La 2 O 3, SrCO 3, dan Mn 3 O 4 [4-5]. Masing-masing serbuk dipanaskan pada suhu 1300 C (lingkungan udara), selama 10 jam, kemudian dicampur untuk mendapatkan komposisi La 2-2x Sr 1+2x Mn 2 O 7 (x=0,4) dan diaduk selama 10 jam. Setelah diaduk, dilakukan pemanasan awal pada suhu 1450 C (lingkungan udara). Setelah itu serbuk diaduk lagi selama 10 jam. Kemudian dimasukkan kedalam balon karet. Proses pemasukan serbuk bahan kedalam balon karet. Proses pemasukan serbuk bahan ke dalam balon karet memakai cara seperti pada Gambar 7. Pompa vakum dipakai untuk membuat balon karet merapat ke Gambar 7. Pengisian serbuk bahan ke dalam balon karet (diameter dalam tabung kaca sekitar 2 cm) 56 Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58

Agar tidak terjadi perubahan bentuk dari batang pellet ketika dipres dalam air, sample dimasukkan ke dalam pipa tembaga (Gambar 8a), dan kemudian dipres dalam air hingga tekanan 1,5 ton/cm 2 (Gambar 8b). Setelah dipisahkan dari balon karet, kemudian dipanaskan lagi pada suhu 1300 C dengan cara menggantungnya dan digerakkan naik turun pada lingkungan udara selama 25 jam (Gambar 8c). Keuntungan cara penggantungan pada pemanasan ini ialah dapat meratakan suhu pemanasan pada seluruh batang pellet, dan mencegah perubahan bentuk ketika pemanasan, sehingga dapat dipakai untuk penumbuhan kristal tunggalnya secara stabil. Batang pellet yang diperoleh mempunyai diameter sekitar 0,5 cm dan panjang 14 cm. Untuk pengkristalisasian dengan metoda FZ [3-5] diperlukan 2 batang pellet bagian atas yang lebih panjang dan bagian bawah yang lebih pendek. Gambar 8. Tahapan pembuatan batang pellet (a) serbuk bahan dimasukkan ke dalam balon karet dan disangga dengan pipa tembaga, (b) kemudian dipress dengan memakai CIP, (c) dan kemudian dipanaskan di dalam tungku pemanas Analisa Akhir Batang Pelet dengan Memakai XRD Hasil analisa XRD setelah pemanasan pada batang pellet ditunjukkan pada Gambar 9. Arah kristal pada gambar tersebut adalah arah kristal pada fasa (La, Sr) 1+n Mn n O 3n+1 (n = 2). Gambar 9. Hasil XRD pada batang pellet KESIMPULAN Dari studi penelitian yang telah dilakukan pada pembuatan kristal tunggal dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Masing-masing bahan dasar yaitu SrCO 3, Mn 3 O 4, danla 2 O 3 tidak mengalami penyerapan ataupun pembebasan kalor yang memperlihatkan tidak terjadinya perubahan struktur pada pemanasan dengan suhu diatas 1200 C. 2. Setelah pemanasan pada suhu antara 1200 C sampai 1300 C, masih terlihat adanya fasa n=1 yang terbentuk. Sedangkan untuk suhu 1450 C, puncak dari fasa n=1 tersebut menghilang, yang menunjukkan terbentuknya fasa tunggal n=2. 3. Batang pellet berbahan dasar serbuk SrCO 3, Mn 3 O 4, dan La 2 O 3 berhasil dibuat dengan memakai CIP. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Yoshizawa dan seluruh anggota Yoshizawa lab. di Universitas Iwate, Jepang yang telah banyak membantu riset ini. DAFTAR PUSTAKA [1] T. Kimura, Y. Tomioka, H. Kuwahara, A. Asamitsu, M. Tamura, Interplane Pembuatan Batang Pelet../ Agung Imaduddin 57

Tunneling Magnetoresistance in a Layered Manganite Crystal, Science vol 274, 6 Dec 1996 hal 1698. [2] R. Suryanarayanan, J. Berthon, I. Zelenay, B. Martinez, X. Obradors, Semiconductor metal transition, thermoelectric power and giant magneto resistance of the double Mn perovskite La 1.5 Ca 1.5 Mn 2 O 7, Physica B 259-261 (1999) 837-838. [3] Agung Imaduddin, (2001) Growth and physical properties of La2-2xSr 1+2x Mn 2 O 7 single crystals, Iwate University. [4] H. Kanazawa, (2000), FZ method growth and appraisal of La2-2xSr 1+2x Mn 2 O 7 single crystals, Iwate University. [5] Agung Imaduddin, Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La2-2xSr 1+2x Mn 2 O 7, Metalurgi, April 2011, preprint. [6] A. Urushibara, Y. Moritomo, T,Arima, A. Asamitsu, G. Kido, Y. Tokura, (1995), Insulator-metal transition and giant magnetoresistance in La 1- xsr x MnO 3, Physical Review B, vol 51, 20, hal.14103. [7] J.A.M. van Roosmalen, P. van Vlaanderen, E.H.P. Cordfunke, (1995) Phase in the perovskite-type LaMnO 3+ Solid Solution and the La 2 O 3 -Mn 2 O 3 Phase Diagram, Journal of Solid State Chemistry 114, hal. 516-523. RIWAYAT PENULIS Agung Imaduddin lahir di Bandung, 29 September 1971. Menamatkan pendidikan bachelor di bidang metallurgy di Iwate University, Iwate-Japan pada tahun 1995. Menamatkan master dan doctor di bidang material science and engineering di Iwate University, Iwate-Japan pada tahun 1997 dan 2001. Saat ini aktif bekerja pada Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Puspiptek Serpong. 58 Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58