III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

DAMPAK KEBIJAKAN IMPOR DAN FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN BAWANG MERAH DI INDONESIA

III. KERANGKA TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR

[SOAL LATIHAN PERMINTAAN PENAWARAN DAN HARGA KESEIMBANGAN LS001]

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA TEORITIS. 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

Pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar. Sri Nurmi Lubis, S.Si

3 KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

III. KERANGKA PEMIKIRAN

FUNGSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN MATEMATIKA BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

VI. PERILAKU PRODUSEN DAN KESEIMBANGAN PASAR

Pertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

Transkripsi:

19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi produksi, fungsi permintaan, harga, teori perdagangan internasional, permintaan impor, surplus produsen dan surplus konsumen, dampak tarif terhadap kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi adalah suatu proses mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan suatu output yang diinginkan. Fungsi produksi merupakan hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan (Lipsey, et al., 1987). Proses produksi mengasumsikan bahwa produsen bertindak rasional yaitu selalu memaksimumkan keuntungan. Fungsi produksi bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut: QBM = f (ABM, LBM, NBM).... (3.1) dimana: QBM = Produksi bawang merah (Ton) ABM = Luas areal bawang merah (Ha) LBM = Tenaga kerja (HOK) NBM = Input produksi lainnya (Unit) Sehingga persamaan biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut: C = C 0 + Pa*ABM + Pl*LBM + Pn*NBM..(3.2) Dimana C adalah biaya total, C 0 adalah biaya tetap sedangkan Pa, Pl, Pn adalah harga lahan, upah tenaga kerja, dan harga input lain.

20 Keuntungan didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan dan biaya produksi, jika PBM adalah harga bawang merah maka fungsi keuntungan petani bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut: π = PBM*QBM C π = PBM * f (ABM, LBM, NBM) (C 0 + Pa * ABM + Pl * LBM + Pn*NBM).(3.3) Fungsi keuntungan maksimum akan tercapai apabila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol, maka diperoleh: δπ/ δabm = PBM*MP ABM Pa = 0 maka PBM* MP ABM = Pa..(3.4) δπ/ δlbm = PBM* MP LBM Pl = 0 maka PBM* MP LBM = Pl.. (3.5) δπ/ δnbm = PBM* MP NBM Pm = 0 maka PBM* MP NBM = Pn...(3.6) Berdasarkan syarat order pertama, keuntungan petani akan maksimum jika pada suatu tingkat produksi tertentu diperoleh nilai produk marjinal masingmasing input sama dengan harga yang harus dibayarkan untuk memperoleh input tersebut. Selanjutnya fungsi (3.4), (3.5), dan (3.6) dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: MP ABM = Pa/PBM. (3.7) MP LBM = Pl/PBM...(3.8) MP NBM = Pn/PBM. (3.9) Berdasarkan fungsi (3.7), (3.8), dan (3.9) dapat diperoleh fungsi permintaan masing-masing inputnya, yaitu berturut-turut ABM d, LBM d, NBM d adalah permintaan terhadap lahan, tenaga kerja, dan input lain. ABM d = a (Pa, PBM, Pl, Pn)..... (3.10) LBM d = l (Pl, PBM, Pa, Pn)..........(3.11) NBM d = n (Pn, PBM, Pa, Pl)...........(3.12)

21 Substitusi fungsi permintaan input ke dalam fungsi produksi (3.1) dapat menghasilkan fungsi produksi bawang merah sebagai berikut: QBM = f (PBM, Pa, Pl, Pn)......(3.13) Persamaan (3.13) menunjukkan bahwa jumlah produksi bawang merah merupakan fungsi dari harga bawang merah (PBM) dan harga input seperti lahan, tenaga kerja dan input lainnya. Harga lahan tidak tersedia dalam kurun waktu penelitian, sehingga harga lahan tidak diperhitungkan. Produksi bawang merah pada suatu periode waktu merupakan perkalian antara luas areal panen dengan hasil produksi per satuan luas (produktivitas). Fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: QBM = ABM * YBM.....(3.14) dimana : QBM ABM YBM = Produksi bawang merah (Ton) = Luas areal panen bawang merah (Ha) = Produktivitas bawang merah (Ton/Ha) Henderson dan Quant (1982) dalam Tentamia (2002) mengemukakan bahwa secara teoritis tingkat produksi dipengaruhi oleh harga output, harga output alternatif, dan harga input. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah luas areal tanam bawang merah, karena data luas areal tanam tidak tersedia maka didekati dengan luas areal panen. Luas areal panen selain dipengaruhi harga output itu sendiri juga dipengaruhi oleh harga output komoditas alternatifnya. Komoditas alternatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah komoditas cabe merah karena cabe merah dapat dibudidayakan pada kondisi agroekosistem yang

22 sama dengan bawang merah. Fungsi luas areal panen dapat dirumuskan sebagai berikut: ABM t = a (PBM t, Pl t, PP t, PCM t )...... (3.15) dimana: ABM t PBM t Pl t PP t PCM t = Luas areal panen bawang merah pada tahun ke-t (Ha) = Harga bawang merah pada tahun ke-t (Rp/Kg) = Upah tenaga kerja pada tahun ke-t (Rp/HOK) = Harga pupuk pada tahun ke-t (Rp/Kg) = Harga cabe merah pada tahun ke-t (Rp/Kg) 3.1.2. Fungsi Permintaan Permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Fungsi permintaan merupakan sebuah representasi yang menyatakan bahwa kuantitas yang diminta tergantung pada harga, pendapatan, dan preferensi (Nicholson, 2002). Menurut Koutsoyiannis (1979) fungsi permintaan diturunkan dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan dengan kendala tingkat pendapatan tertentu. Fungsi utilitas konsumen dapat dirumuskan sebagai berikut: U = u (Q, R).....(3.16) dimana: U Q R = Total utilitas mengkonsumsi bawang merah = Jumlah konsumsi bawang merah (Ton) = Jumlah konsumsi komoditas lain (substitusi/komplementer) (Unit) Konsumen yang rasional akan selalu memaksimumkan kepuasannya terhadap konsumsi suatu komoditas pada tingkat harga yang berlaku dan pada

23 tingkat pendapatan tertentu. Tingkat pendapatan merupakan kendala dalam memaksimumkan fungsi utilitas yang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: Y = PBM * QBM + PR * R... (3.17) dimana: Y = Tingkat pendapatan konsumen (Rp) PBM = Harga bawang merah per unit (Rp/Kg) PR = Harga komoditas lain per unit (Rp/Unit) Dari persamaan (3.17) dan (3.18) dapat dirumuskan fungsi kepuasan yang akan dimaksimumkan dengan kendala pendapatan sebagai berikut: Z = U (Q, R) + λ (Y PBM*QBM PR*R)......(3.18) Dimana λ adalah lagrangian multiplier. Untuk memaksimumkan fungsi Z, maka turunan dari fungsi tersebut sama dengan nol. Dengan memasukkan syarat tersebut maka: δz/ δqbm = δu/ δqbm λ PBM = 0 atau MU QBM = λ PBM...(3.19) δz/ δr = δu/ δr λ PR = 0 atau MU R = λ PR....(3.20) δz/ δ λ = Y PBM*QBM PR*R = 0....(3.21) Dengan menyelesaikan persamaan (3.20) dan (3.21) maka diperoleh nilai: λ = MU QBM /PBM = MU R /PR atau MU QBM /MU R = PBM/PR... (3.22) dimana MU QBM dan MU R masing-masing adalah utilitas marjinal komoditas QBM dan R. Persamaan (3.20), (3.21), dan (3.22) menunjukkan bahwa PBM, PR, dan Y merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi permintaan bawang merah. Dengan demikian, fungsi permintaan bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut:

24 QBM d = d (PBM, PR, Y). (3.23) Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang berfungsi sebagai bumbu utama yang tidak dapat digantikan sehingga bawang merah tidak memiliki komoditas substitusi. Oleh karena itu, harga komoditas substitusi tidak termasuk sebagai salah satu faktor yang menentukan jumlah permintaan bawang merah. Menurut Lipsey, et al. (1987) selain dipengaruhi oleh harga komoditas tersebut dan pendapatan, permintaan suatu komoditas dipengaruhi oleh selera, distribusi pendapatan di antara rumahtangga, dan besarnya populasi. 3.1.3. Harga Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu unit komoditas. Teori harga secara sederhana dikembangkan dalam konteks harga konstan (Lipsey, et al., 1987). Menurut Nicholson (2002) harga barang yang diperdagangkan baik di pasar input maupun output ditentukan oleh penawaran dan permintaan. PerpoTongan kurva permintaan dengan kurva penawaran suatu barang dalam suatu pasar menentukan harga pasar (harga keseimbangan) untuk barang tersebut. Pada kondisi tersebut, kuantitas barang yang diminta oleh pembeli adalah sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual. Harga pasar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai (Nicholson, 2002): 1) pemberi sinyal/informasi bagi produsen mengenai berapa banyak barang yang seharusnya diproduksi untuk mencapai laba maksimum dan 2) penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasan maksimum. Kenaikan dalam permintaan menyebabkan keseimbangan harga meningkat sehingga permintaan mempengaruhi harga secara positif. Penawaran

25 mempengaruhi harga secara negatif, dimana jika penawaran meningkat maka harga akan cenderung turun. Hal ini disebabkan kuantitas barang yang ditawarkan produsen lebih besar daripada yang dibutuhkan atau yang diinginkan oleh konsumen 3.1.4. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas antar negara (Lipsey, et al., 1987). Meningkatnya taraf hidup dan kebutuhan masyarakat, kemajuan teknologi dan komunikasi, serta terjadinya perubahan politik di dunia menyebabkan tidak ada satu negara atau kelompok manapun yang terisolasi dari negara lain. Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi produksi. Menurut Lipsey, et al. (1987) perdagangan internasional memberikan dua sumber manfaat bagi negara-negara yang melakukan perdagangan. Sumber manfaat tersebut antara lain adalah: 1. Perbedaan dalam hal iklim dan kekayaan alam yang dimiliki masingmasing negara di dunia mengakibatkan adanya keunggulan dalam memproduksi barang-barang tertentu dan kelemahan dalam memproduksi barang yang lain. 2. Penurunan biaya produksi di masing-masing negara yang disebabkan oleh meningkatnya skala produksi karena adanya spesialisasi. Perdagangan internasional juga dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran suatu negara. Negara akan cenderung mengimpor suatu barang jika persediaan dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi

26 permintaan serta biaya produksi di dalam negeri relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Teori perdagangan internasional menunjukkan bahwa suatu negara akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih baik dengan melakukan spesialisasi terhadap barang yang memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor barang yang mempunyai kerugian komparatif. Negara pengimpor Hubungan perdagangan Negara pengekspor Internasional P S M P P P 3 S D D X ekspor S x P 2 = P W P 1 impor O Q O Q O Q Q s M Q d M D M Keterangan: Q D = Q M d - Q M s = Q X X s - Q d Sumber: Lindert dan Kindleberger (1993) Q D Gambar 3. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional Gambar 3. menunjukkan bahwa sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara pengekspor sebesar P 1 sedangkan harga di negara pengimpor sebesar P 3. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar daripada P 1, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P 3. Ketika harga internasional sama dengan harga P 2, maka di negara pengimpor terjadi kelebihan permintaan (excess demand) dan di negara pengekspor akan terjadi kelebihan penawaran (excess supply). Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara pengekspor dan kelebihan permintaan di negara pengimpor akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu sebesar P 2. Perdagangan D D Q d X Q s X

27 menyebabkan besarnya komoditas yang diperdagangkan di pasar internasional sama dengan besarnya komoditas yang ditawarkan negara pengekspor dan besarnya komoditas yang diminta negara pengimpor. 3.1.5. Permintaan Impor Impor merupakan aktifitas perdagangan dimana suatu negara membeli barang dari luar negeri. Pembelian barang ini disebabkan oleh produksi barang dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi, suatu negara tidak dapat memproduksi dengan baik akibat adanya keterbatasan teknologi dan iklim, barang tersebut sangat penting dalam proses kehidupan sehingga terpaksa harus diimpor, serta suatu negara mempunyai teknologi tapi tidak mempunyai bahan baku untuk produksi dan diekspor kembali. Permintaaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negera pengimpor (excess demand). Menurut Lindert dan Kindleberger (1993) kurva permintaan impor oleh suatu negara di pasar internasional adalah selisih antara permintaan dan penawaran akan komoditas bersangkutan di negara tersebut. Permintaan impor bawang merah dapat dirumuskan sebagai berikut: Mt = Qd Qb...(3.24) dimana: Mt Qd Qb = Impor bawang merah (Ton) = Permintaan bawang merah (Ton) = Produksi bawang merah domestik (Ton) 3.1.6. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Kebijakan perdagangan dunia, seperti pengenaan tarif dan kuota impor untuk kasus negara pengimpor atau subsidi ekspor untuk negara pengekspor

28 merupakan suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam melindungi produsen maupun konsumen domestik. Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebijakan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan teori ekonomi kesejahteraan (welfare economic) yaitu dengan konsep pengukuran surplus konsumen dan surplus produsen. Surplus konsumen dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh pembeli dari mengkonsumsi suatu barang dikurangi dengan sejumlah uang yang sebenarnya dibayarkan. Surplus produsen adalah sejumlah uang yang diterima oleh produsen dari suatu produk yang dihasilkannya dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk memproduksi barang itu (Mankiw, 2001). Harga P 2 S P e SK SP E P 1 0 Qe D Jumlah Sumber: Mankiw (2001) Gambar 4. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen pada Kondisi Keseimbangan Pasar Surplus produsen dan konsumen secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 4. Jika diasumsikan tidak ada perdagangan ke luar negeri, maka pada keadaan keseimbangan (Pe dan Qe), surplus konsumen adalah P 2 EPe dan surplus produsen adalah PeEP 1. Kelemahan pengukuran surplus konsumen dengan kurva permintaaan biasa adalah tidak mempertimbangkan efek pendapatan akibat perubahan harga, sehingga konsep surplus konsumen kurang menggambarkan kondisi keinginan konsumen untuk membayar atau menerima. Secara matematis,

29 surplus produsen dan konsumen diukur dengan mengintergralkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan sebagai berikut (Chiang, 1984 dalam Hidayat, 2012): ( )....(3.25) ( ). (3.26) dimana: Qd Qs SK SP Pe P 2 P 1 = Fungsi Permintaan = Fungsi Penawaran = Nilai surplus konsumen (Rp) = Nilai surplus produsen (Rp) = Harga keseimbangan (Rp) = Harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga (Rp/Unit) = Harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga (Rp/Unit) 3.1.7. Dampak Tarif terhadap Kesejahteraan Tarif (tariff) adalah pajak yang dirancang untuk meningkatkan harga barang-barang dari luar negeri (Lipsey, et al., 1987). Menurut Lindert dan Kindleberger (1993) pengenaan tarif hampir selalu menurunkan kesejahteraan dunia meskipun akan membantu kelompok-kelompok yang ada kaitannya dengan produksi barang substitusi impor. Tarif akan bernilai penting apabila Indonesia menjadi negara pengimpor bawang merah setelah menjalin hubungan dagang dengan negara-negara lain.

30 Harga (P) Penawaran dalam negeri P 2 P 1 = P w G C A D B E F Q s 1 Q s 2 Q d 2 Q d 1 Keseimbangan tanpa perdagangan Harga domestik tarif Harga dunia Permintaan dalam negeri Jumlah (Q) Sumber: Mankiw (2001) Gambar 5. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor Gambar 5 memperlihatkan situasi pasar bawang merah di Indonesia. Jika perdagangan bebas dimungkinkan, maka harga domestik akan sama dengan harga dunia. Penerapan tarif akan memperbesar harga bawang merah impor melebihi harga dunia dan kelebihannya itu sama dengan besaran tarif yang diterapkan. Petani bawang merah dengan adanya tarif dapat menjual bawang merah dengan harga yang sama dengan harga dunia plus tarif ke pasar domestik, sehingga penjual domestik diuntungkan sedangkan pembeli mengalami kerugian. Perubahan harga ini tentu saja mempengaruhi perilaku penjual dan pembeli domestik. Tarif menyebabkan kuantitas permintaan bawang merah domestik turun dari Q d 1 menjadi Q d 2, sedangkan kuantitas penawaran domestik naik dari Q S 1 menjadi Q S 2. Dengan demikian, penerapan tarif menurunkan kuantitas impor dan mendorong pasar domestik mendekati kondisi equilibrium tanpa perdagangan. Guna mengetahui berapa besar dampak adanya kebijakan tarif, maka perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

31 Tabel 4. Perubahan Kesejahteraan sebagai Akibat Pemberlakuan Tarif Uraian Sebelum tarif Setelah tarif Perubahan Surplus konsumen A + B + C + D + E + F A + B -(C + D + E + F) Surplus produsen G C + G + C Penerimaan pemerintah Tidak ada E + E Total surplus A + B + C + D + E + F + G A + B + C + E + G -(D + F) Sumber : Mankiw (2001) 3.1.8. Dampak Kuota Impor terhadap Kesejahteraan Kuota impor (import quota) adalah pembatasan jumlah barang-barang yang berasal dari luar negeri untuk dijual di dalam negeri (Mankiw, 2010). Kebijakan kuota impor digunakan oleh negara pengimpor untuk menetapkan jumlah maksimum komoditas tertentu yang boleh diimpor setiap tahun. Harga (P) Keseimbangan tanpa perdagangan Penawaran dalam negeri Kuota Penawaran dalam negeri + impor A P 2 P 1 = P w 0 G C D Q S 1 Q S 2 B E E Impor dengan kuota Q D 2 F Q D 1 Keseimbangan setelah adanya kuota Harga dunia Permintaan dalam negeri Jumlah (Q) Sumber: Mankiw (2001) Impor tanpa kuota Gambar 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor Gambar 6 menunjukkan situasi pasar bawang merah di Indonesia setelah dan sebelum adanya kebijakan kuota impor. Jika perdagangan bebas dimungkinkan, maka harga domestik akan sama dengan harga dunia. Penerapan kuota impor akan mengurangi jumlah impor bawang merah sehingga harga bawang merah impor meningkat melebihi harga. Petani bawang merah dengan adanya kuota impor dapat menjual bawang merah dengan harga yang sama

32 dengan harga dunia setelah adanya kuota impor, sehingga penjual domestik diuntungkan sedangkan pembeli mengalami kerugian. Perubahan harga ini tentu saja mempengaruhi perilaku penjual dan pembeli domestik. Kuota impor menyebabkan jumlah permintaan bawang merah domestik turun dari Q d 1 menjadi Q d 2, sedangkan kuantitas penawaran domestik naik dari Q S 1 menjadi Q S 2. Dengan demikian, penerapan kuota impor menurunkan jumlah impor dan mendorong pasar domestik mendekati kondisi equilibrium tanpa perdagangan. Guna mengetahui berapa besar dampak adanya kebijakan kuota impor, maka perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perubahan Kesejahteraan sebagai Akibat Pemberlakuan Kuota Uraian Sebelum kuota Setelah kuota Perubahan Surplus konsumen A + B + C + D + E + E + F A + B -(C + D + E + E + F) Surplus produsen G C + G + C Penerimaan kuota Tidak ada D + E + (D + E ) Total surplus A + B + C + D + E + E + F A + B + C + E + -(E + F) + G E + G Sumber : Mankiw (2001) 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian mengenai dampak kebijakan impor dan faktor eksternal bawang merah di Indonesia berangkat dari pemahaman bahwa bawang merah merupakan komoditas utama dalam prioritas pengembangan sayuran dataran rendah Indonesia. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang digunakan dalam rumahtangga sebagai bumbu/penyedap masakan sehari-hari. Usahatani bawang merah memiliki peluang pasar yang cukup luas, baik sebagai konsumsi rumahtangga dan industri pengolahan, baik pasar domestik maupun ekspor. Seperti yang diilustrasikan pada bagan kerangka pemikiran operasional pada Gambar 7, bahwa permintaan bawang merah terus berkelanjutan setiap waktu, sedangkan produksi bawang merah nasional masih bersifat musiman

33 sehingga belum mampu memenuhi permintaan bawang merah nasional. Oleh karena itu, untuk menjaga ketersediaan bawang merah dalam negeri perlu dilakukan impor. Liberalisasi perdagangan menyebabkan perekonomian bawang merah Indonesia semakin buruk. Penerapan hambatan tarif impor terhadap komoditas bawang merah yang selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun diduga memberikan dampak terhadap tingginya impor bawang merah yang masuk ke Indonesia. Dampak tingginya impor bawang merah terhadap harga domestik dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani bawang merah menjadi perhatian utama pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan analisis pengaruh kebijakan tarif impor bawang merah terhadap harga domestik dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Skenario yang dibangun dalam penelitian ini adalah peningkatan dan penurunan besarnya tarif impor, kuota impor, dan faktor eksternal. Analisis penelitian ini diharapkan dapat menjawab faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor bawang merah serta pengaruh perubahan kebijakan tarif impor, kuota impor, dan faktor eksternal terhadap variabel endogen dan kesejahteraan sehingga dapat diperoleh rekomendasi kebijakan perdagangan bawang merah yang efektif di Indonesia.

34 Produksi bawang merah bersifat musiman Impor bawang merah meningkat Permintaan bawang merah berkelanjutan Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan, dan impor bawang merah (metode 2SLS) Pengaruh terhadap penawaran, permintaan, harga, surplus produsen dan surplus konsumen bawang merah Simulasi historis dengan menggunakan skenario kebijakan impor dan faktor eksternal Rekomendasi kebijakan perdagangan bawang merah di Indonesia Gambar 7. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional