BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori penawaran, teori ekspor dan teori perdagangan internasional Teori Penawaran Banyaknya komoditi yang akan dijual oleh produsen disebut sebagai jumlah yang ditawarkan. Jumlah komoditi yang ditawarkan tidak harus selalu sama dengan jumlah yang berhasil dijual oleh produsen tersebut (Lipsey,1995). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah komoditi yang akan ditawarkan oleh produsen, yaitu : 1. Harga komoditi itu sendiri Hipotesis ekonomi menyatakan bahwa antara harga komoditi dengan jumlah yang ditawarkan terjadi hubungan positif, artinya semakin tinggi harga komoditi tersebut maka akan semakin besar jumlah yang ditawarkan, ceteris paribus. Bila harga komoditi tersebut meningkat maka keuntungannya akan bertambah. Itu sebabnya produsen akan menambah jumlah komoditi yang akan ditawarkan untuk memperbesar keuntungan yang diperoleh. Hubungan yang positif antara harga komoditi dengan jumlah yang ditawarkan akan membentuk suatu kurva yang dinamakan kurva penawaran. Kurva tersebut memiliki kemiringan positif karena antara harga dan jumlah yang ditawarkan juga terjadi hubungan yang positif. Bila terjadi perubahan pada harga komoditi, maka

2 akan mengakibatkan pergerakan sepanjang kurva penawaran komoditi tersebut, seperti pada Gambar Kurva Penawaran 120 z 100 y 80 x 60 w 40 v 20 0 u Harga faktor-faktor produksi Gambar 3. Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran Sumber : Lipsey, 1995 Semakin tinggi harga faktor-faktor produksinya maka semakin rendah jumlah komoditi yang akan diproduksi dan ditawarkan, ceteris paribus. Perubahan pada harga faktor produksi akan menggeser kurva penawaran komoditi tersebut. Kenaikan harga faktor produksi menggeser kurva penawaran ke kiri, artinya semakin sedikit jumlah yang ditawarkan. Sebaliknya, turunnya harga faktor produksi akan menggeser kurva penawaran ke kanan dimana jumlah yang ditawarkan semakin besar. 3. Tujuan produsen Produsen diasumsikan memiliki satu tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan. Untuk mencapainya, produsen akan memperbesar jumlah produksi dan jumlah yang ditawarkan sehingga kurva penawaran akan bergeser ke kanan.

3 4. Perkembangan teknologi Teknologi yang digunakan oleh produsen akan untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Artinya, semakin berkembang teknologi yang digunakan dalam suatu proses produksi maka semakin besar kemampuan memproduksi dan menawarkan komoditi tersebut, ceteris paribus. Perkembangan teknologi akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan dimana jumlah yang ditawarkan semakin besar. Perubahan faktor-faktor lain di luar harga komoditi itu sendiri akan menyebabkan pergeseran kuva penawaran ke kanan atau ke kiri, tergantung pada faktor apa yang mempengaruhi volume penawaran tersebut. Proses pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran Sumber : Lipsey, Teori Ekspor Pada awalnya, komoditi yang dihasilkan oleh produsen hanya ditawarkan di dalam negeri. Tapi seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan barang dan jasa, dan ada negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka negara yang dapat menghasilkan suatu komoditi dalam jumlah besar akan

4 mengekspornya. Menurut Amir (1989) ada tiga hal yang menjadi landasan dalam melakukan ekspor suatu komoditi, yaitu : 1. Komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi yang sama di negara lain. Suatu komoditi yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan memiliki potensi untuk diekspor ke negara-negara yang biaya produksinya lebih tinggi. 2. Komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri. 3. Komoditi tersebut diekspor dalam rangka pengamanan cadangan strategis nasional. Misalnya, suatu negara mengalami kekurangan beras, maka untuk menutupi kekurangannya negara tersebut mengekspor besar yang berkualitas tinggi dengan harga mahal dan pada saat yang bersamaan mengimpor beras dengan mutu lebih rendah dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri. Saat aktivitas ekspor sudah berjalan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara pengekspor,yaitu : 1. Persaingan dengan negara produsen yang lain, yang pada dasarnya berkisar pada masalah kemampuan pemasaran, tingkat efisiensi dan produktivitas produk serta mutu dari komoditi. 2. Taktik yang sering dilakukan oleh negara konsumen untuk memperoleh komoditi yang murah dan bermutu tinggi serta suplai yang berkesinambungan. 3. Campur tangan pemerintah di negara konsumen maupun pemerintah negara pesaing yang bersifat proteksionis.

5 4. Kemajuan teknologi negara konsumen dalam menciptakan barang subtitusi atau perkembangan teknologi di negara pesaing yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu komoditi Teori Perdagangan Internasional Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2002). Pada proses awalnya perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadinya transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara/internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko seperti saham, valuta asing dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak bahkan semua negara yang terkait didalamnya sehingga

6 memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka (Halwani, 2002). Menurut Nopirin (1991), perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan harga barang atau jasa di berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa tanah, biaya bahan mentah serta efisiensi dalam proses produksi. Untuk menghasilkan suatu jenis barang tertentu, antara satu negara dengan negara lain akan berbeda ongkos produksinya dan dengan demikian harga hasil produksinya. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut di dalam proses produksi. Perbedaan harga inilah yang menjadi pangkal timbulnya perdagangan antar negara. Perbedaan harga bukanlah hanya ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ongkos produksi, tetapi juga karena perbedaan dalam pendapatan serta selera. Untuk suatu barang tertentu, faktor selera dapat memegang peranan penting. Misalnya mobil dan pakaian, meskipun suatu negara tertentu telah dapat menghasilkan barang-barang tersebut, namun kemungkinan besar impor dari negara lain dapat terjadi. Hal ini dikarenakan faktor selera, dimana penduduk negara tersebut lebih menyukai barang-barang buatan negara lain (Nopirin, 1991). Selain selera, permintaan akan suatu barang ditentukan oleh pendapatan. Ada hubungan antara pendapatan suatu negara dengan pembelian barang luar negeri (impor), jika pendapatan naik, maka pembelian barang-barang dan jasa (dari dalam negeri ataupun impor) dapat mengalami kenaikan (Nopirin, 1991).

7 Analisis Keseimbangan Parsial Terjadinya Perdagangan Internasional Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat dari pada Gambar 5. Asumsi yang digunakan adalah : hanya ada dua negara yaitu negara 1 dan 2 dan hanya ada satu jenis komoditi yaitu komoditi X. Oleh karena itu analisis ini bersifat parsial (Salvatore, 1993). Kurva D X dan S X masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran komoditi X di negara 1 dan 2. Sumbu Y menunjukkan harga komoditi X (P X ), sedangkan sumbu X mengukur kuantitas komoditi tersebut. P X Pw P X Sx P 3 A A P 2 ekspor Sx E S B, E B E B* D Impor D X P 1 0 A Dx A* X X 0 0 Gambar i Gambar ii Gambar iii Gambar 5. Analisis Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1993 Gambar i memperlihatkan bahwa berdasarkan harga P 1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QS X ) sama dengan kuantitas yang diminta (QD X ) oleh konsumen negara 1, jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi tersebut sama sekali. Hal ini memunculkan titik A* pada kurva S di Gambar ii (yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Bila P x bergerak naik ke P 2, maka akan terjadi kelebihan penawaran bila dibandingkan dengan permintaannya, dan kelebihan itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan jumlah komoditi yang akan diekspor negara 1 pada tingkat harga P 2. BE sama dengan B*E* pada Gambar ii, X

8 dan disitulah terletak titik E* yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negara 1. Gambar iii memperlihatkan bahwa pada saat harga P 3, maka penawaran dan permintaan komoditi X di negara 2 akan sama besarnya (QD X =QS X ) sehingga tidak akan mengimpor komoditi tersebut sama sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A yang terletak pada kurva permintaan impor negara 2 (kurva D) yang ada pada Gambar ii. Bila harga bergerak turun ke P 2, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar B E. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X yang akan diimpor oleh negara 2. Jumlah B E sama dengan B*E* pada Gambar 3 dimana titik E* berada. Gambar ii menunjukkan bahwa berdasarkan harga P 2, jumlah impor komoditi X yang diminta negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan negara 1. Hal ini diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan antara dua negara. Apabila P X lebih besar dari P 2, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi itu akan turun sehingga pada akhirnya akan sama dengan P 2. Sedangkan bila P X lebih kecil dari P 2, jumlah impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan sehingga Px akan naik dan pada akhirnya sama dengan P 2. Jadi P 2 merupakan harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Bila harga yang berlaku di atas P 1, maka negara 1 akan memproduksi lebih banyak komoditi X daripada tingkat permintaan domestiknya. Kelebihan produksi ini selanjutnya akan diekspor ke negara 2. Dilain pihak, jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan yang

9 lebih tinggi daripada produksi dalam negerinya. Hal ini akan mendorong negara 2 mengimpor kekurangan kebutuhannya dari negara Analisis Keseimbangan Umum Terjadinya Perdagangan Internasional Analisis keseimbangan umum terjadinya perdagangan internasional menelaah semua pasar secara bersamaan bukan hanya pasar untuk komoditi X. Hal ini memang perlu dilakukan karena perubahan-perubahan dalam pasar untuk komoditi X pada kenyataannya senantiasa memberikan pengaruh terhadap pasarpasar yang lain. Demikian pula sebaliknya, pasar komoditi X tersebut juga dipengaruhi oleh apa yang terjadi di pasar-pasar lain (Salvatore, 1993). A. Ekuilibrium dalam Kondisi Isolasi Tanpa adanya perdagangan internasional (kondisi isolasi), suatu negara akan mencapai kondisi ekuilibrium apabila dapat menjangkau kurva indiferen yang tertinggi yang dimungkinkan oleh kurva batas kemungkinan produksi serta kurva indiferennya. Kondisi itu akan tercipta disuatu titik dimana kurva indiferen masyarakat menjadi tangen dari kurva batas kemungkinan produksi. Besaran sudut yang persis sama dari kedua kurva tersebut pada titik tangen menunjukkan posisi harga relatif ekuilibrium internal yang bersangkutan, dan sekaligus mencerminkan letak keunggulan komparatif yang selanjutnya akan menjadi landasan baginya dalam melakukan perdagangan internasional. Gambar 6 merupakan ilustrasi ekuilibrium dua negara (negara 1 dan negara 2) yang berada dalam kondisi isolasi.

10 Gambar 6. Ilustrasi Ekuilibrium dalam Kondisi Isolasi Sumber : Salvatore, 1993 Negara 1 akan mencapai posisi ekuilibrium, pada kondisi isolasi, dengan melakukan produksi dan konsumsi di titik A, yakni dimana kurva batas kemungkinan produksinya menjadi tangen terhadap kurva indiferen I yang merupakan kurva indiferen tertinggi bagi negara tersebut. Sedangkan negara 2 akan berada dalam kondisi ekuilibrium jika ia dapat menjangkau titik A, dimana kurva batas kemungkinan produksinya menjadi tangen terhadap kurva indiferen I. Harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X di negara 1 dapat dihitung berdasarkan besaran sudut dari titik tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi dan kurva indiferen I yang sama-sama terletak di titik A. Adapun harga relatif ekuilibrium tersebut dapat disimbolkan sebagai P A = ¼. Sementara itu bagi negara 2, tingkat harga yang menjadi harga relatif ekuilibrium internalnya adalah P A = 4. Karena harga relatif komoditi X di negara 1 lebih rendah daripada yang berlaku di negara 2, maka negara 1 memiliki keuntungan komparatif dalam produksi komoditi X, sedangkan sebaliknya keuntungan komparatif bagi negara 2 ada pada produksi komoditi Y (Salvatore, 1993).

11 B. Keuntungan Perdagangan Internasional dalam Kondisi Peningkatan Biaya Pada saat negara 1 dan 2 melakukan hubungan dagang, maka negara 1 akan berspesialisasi pada komoditi X karena punya keunggulan komparatif, sedangkan negara 2 akan berspesialisasi pada komoditi Y. Jumlah barang yang diproduksi di dalam negeri dibuat melebihi kebutuhan domestik dan sebagian diantaranya akan ditukarkan dengan komoditi dari negara tetangga (Gambar 7). Gambar 7. Keuntungan Perdagangan Internasional dalam Kondisi Peningkatan Biaya Sumber : Salvatore, 1993 Berlangsungnya hubungan dagang antar negara, menyebabkan produksi negara 1 akan bergerak ke bawah di sepanjang kurva batas kemungkinan produksinya, dari titik A ke titik B. Sedikit demi sedikit negara 1 mengalami peningkatan biaya oportunitas dalam produksi komoditi X. Hal tersebut dicerminkan oleh meningkatnya besaran sudut dari kurva batas kemungkinan produksinya. Di titik B, negara 1 akan menukarkan 60 unit komoditi X untuk memperoleh 60 unit komoditi Y dari negara 2 (segitiga BCE), sehingga pada akhirnya negara 1 akan berkonsumsi di titik E yang terletak pada kurva indiferen III. Dengan demikian, negara 1 memperoleh keuntungan berupa tambahan 20 unit

12 komoditi X dan 20 unit komoditi Y dari perdagangannya dengan negara 2. Demikian pula, negara 2 akan bergerak dari titik A menuju titik B dalam produksi. Itu berarti negara 2 dapat menukarkan 60 unit komoditi Y untuk memperoleh 60 unit komoditi X dari negara 1 (segitiga B C E ), sehingga pada akhirnya negara 2 dapat berkonsumsi di titik E dan memperoleh keuntungan tambahan dari perdagangan itu sebesar 20 X dan 20 Y. Proses spesialisasi dalam produksi pada salah satu jenis komoditi di kedua negara tersebut akan terus berlangsung sampai harga-harga relatif komoditi yang diperdagangkan (besaran sudut kurva-kurva batas kemungkinan produksi) menjadi sama besarnya di negara 1 dan negara 2. Harga relatif yang akan dihadapi oleh kedua negara tersebut (yakni yang diukur berdasarkan besaran sudut kurva kemungkinan produksi masing-masing) setelah terjadinya perdagangan akan berkisar antara dua harga relatif sebelum perdagangan itu terjadi yang berlaku di masing-masing negara, yakni antara ¼ hingga 4. Tercapainya harga relatif bersama itu merupakan elemen penentu dalam kesinambungan perdagangan internasional. Artinya hubungan dagang akan terus-menerus meningkat sampai tercapainya harga relatif yang sama diantara negara-negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut. Adapun harga relatif ekuilibrium, yakni harga yang akan menyeimbangkan perdagangan antara negara 1 dan negara 2 itu adalah P B = P B = 1 (Salvatore, 1993).

13 C. Harga Relatif Komoditi dalam Kondisi Ekuilibrium Setelah Berlangsungnya Perdagangan Kurva tawar-menawar suatu negara menunjukkan sejauh mana kesediaan negara itu mengimpor dan mengekspor pada berbagai tingkat harga relatif yang berlaku. Kurva tawar-menawar negara 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Analisis Keseimbangan Umum Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1993 Kurva tawar-menawar kedua negara tersebut berpotongan di titik E, dan titik itulah yang menunjukkan posisi harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium P B =1. Berdasarkan harga relatif tersebut, perdagangan antara negara 1 dan 2 akan mencapai posisi ekuilibrium karena negara 1 menghendaki penukaran 60X untuk 60Y, sedangkan negara 2 juga menghendaki penukaran 60Y untuk 60X. Namun jika harga relatif lebih kecil dari 1 atau lebih rendah dari harga ekuilibrium, maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan oleh negara 2 akan lebih kecil

14 daripada jumlah impor yang diminta negara 2. Pada akhirnya hal ini akan mendorong naiknya harga relatif komoditi itu mendekati atau persis sama dengan tingkat ekuilibriumnya. Hal sebaliknya akan terjadi seandainya harga relatif yang berlaku lebih besar dari 1 (Salvatore, 1993) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet Alam 1. Volume produksi karet alam domestik Pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang ekspor produk-produk perkebunan Indnesia, ada satu faktor yang selalu memberi pengaruh signifikan yaitu volume produksi dalam negeri. Hal ini terjadi karena ekspor baru dapat dilakukan bila ada komoditi yang diproduksi. Bila produksi karet alam domestik meningkat, maka semakin besar volume ekspornya, ceteris paribus. Sebaliknya bila produksi turun maka volume ekspor juga akan turun. 2. Konsumsi karet alam domestik Konsumsi karet alam domestik beberapa tahun belakangan ini mengalami pertumbuhan walaupun masih dalam jumlah kecil. Untuk memenuhi kebutuhannya, industri dalam negeri mendapat pasokan bahan baku berupa karet alam yang dihasilkan sendiri oleh Indonesia. Peningkatan konsumsi domestik ini akan mengurangi volume ekspor karena produsen akan memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, ceteris paribus. 3. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Ketika nilai tukar mata Rupiah mengalami pelemahan terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat, maka harga barang di dalam negeri relatif lebih murah dibanding harga di negara lain, sehingga lebih banyak barang yang akan diekspor ke luar negeri. Hal ini terjadi karena harga jual di luar negeri lebih tinggi daripada

15 harga domestik. Komoditi karet alam juga mengalami hal yang sama, akan lebih banyak karet alam yang diekspor bila nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika Serikat, ceteris paribus. Sebaliknya bila nilai tukar mengalami penguatan maka volume ekspor akan berkurang. 4. Volume ekspor karet alam bulan sebelumnya (lag ekspor) Berkembangnya industri berbasis karet alam di negara tujuan menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap bahan baku karet alam yang pada akhirnya akan menambah volume ekspor dari Indonesia. Bila volume ekspor bulan sebelumnya besar maka volume bulan berikutnya juga akan besar, ceteris paribus. 5. Harga karet alam domestik Sesuai dengan teori perdagangan internasional, bila harga karet alam domestik meningkat maka volume ekspornya akan berkurang, ceteris paribus. Hal ini terjadi karena produsen berharap akan memperoleh laba yang lebih besar. Sebaliknya, bila harga karet domestik lebih rendah dari harga dunia, maka Indonesia akan mengurangi penawaran di dalam negeri dan mengekspor karet alamnya dalam jumlah lebih besar. 6. Harga karet alam dunia Suatu hipotesis penawaran menyatakan bahwa harga komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara positif, dengan faktor lain tetap (ceteris paribus). Artinya, semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang ditawarkan untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin rendah harga maka semakin rendah jumlah yang ditawarkan (Lipsey, 1995). Bila teori tersebut diaplikasikan pada penelitian ini, maka bila harga karet alam dunia mengalami kenaikan maka jumlah karet yang ditawarkan untuk diekspor akan bertambah.

16 Begitu juga sebaliknya, bila harga karet alam dunia turun maka jumlah penawaran ekspor akan berkurang 7. Harga karet sintetis dunia Kenaikan harga barang substitusi akan menggeser kurva penawaran komoditi itu ke kanan artinya lebih banyak yang akan ditawarkan pada setiap tingkat harga. Barang substitusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet sintetis yang sifatnya dapat saling menggantikan dengan karet alam. Bila harga karet sintetis naik, maka penawaran terhadap karet alam juga meningkat, ceteris paribus. Hal ini disebabkan karena konsumen akan mencari produk substitusi dari karet sintetis yang harganya lebih murah dan pilihannya adalah karet alam. Kenaikan dan penurunan harga karet sintetis biasanya mengikuti perubahan pada harga minyak dunia. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Sebagai produsen dan pengekspor karet alam terbesar kedua di dunia, Indonesia menjadikan karet alam sebagai penghasil devisa terbesar kedua dari sektor perkebunan. Tapi ternyata produksi karet alamnya belum menyentuh angka optimal karena proses peremajaan yang kurang baik, belum banyak ditanam bibit karet dengan kualitas unggul serta ekstensifikasi yang belum maksimal. Bila peremajaan dilakukan dengan baik, dipilih bibit unggul untuk tanaman karet yang baru dan ekstensifikasi lahan maka diprediksi Indonesia akan menjadi pengekspor karet terbesar di dunia. Walaupun menjadi pengekspor karet alam terbesar kedua, Indonesia ternyata mengalami fluktuasi volume ekspor yang disebabkan oleh berbagai faktor baik

17 internal maupun eksternal. Menurut Mamlukat (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia secara signifikan yaitu volume produksi dan krisis moneter. Disisi lain, konsumsi karet alam dunia mengalami peningkatan terutama selama periode 2003 sampai Sebelum tahun 2000, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah konsumsi terbesar. Tapi sesudahnya, Cina menjadi konsumen terbesar diikuti Amerika Serikat, Jepang, India dan Korea Selatan. Dari lima negara konsumen terbesar karet alam dunia, empat diantaranya berada di kawasan Asia. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara kawasan Asia serta adanya relokasi industri berbasis karet alam khususnya industri ban, dari kawasan Amerika-Eropa ke Asia-Pasifik. Peningkatan konsumsi karet alam dunia tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia dengan cara memperbesar volume ekspornya. Karena ekspor Indonesia mengalami fluktuasi, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis tentang faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran ekspor karet alamnya, meliputi : volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, volume ekspor karet alam tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, dan harga karet sintetis dunia. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 9.

18 Produsen dan eksportir karet alam terbesar kedua di dunia Konsumsinya cenderung meningkat Indonesia Ekspor karet alam Negara-negara tujuan ekspor Volume ekspornya berfluktuasi Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor : 1. Volume produksi karet alam domestik 2. Konsumsi karet alam domestik 3. Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat 4. Volume ekspor karet alam bulan sebelumnya 5. Harga karet alam domestik 6. Harga karet alam dunia 7. Harga karet sintetis dunia Rekomendasi berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh signifikan Gambar 9. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

19 3.3 Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa volume ekspor karet alam Indonesia dipengaruhi oleh : 1. Volume produksi karet alam domestik Besarnya produksi karet alam Indonesia akan mempengaruhi volume ekspornya. Volume produksi diduga akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Semakin besar produksi maka semakin besar volume ekspor sedangkan bila produksi turun maka volume ekspor juga akan turun. 2. Konsumsi karet alam domestik Konsumsi karet alam domestik diduga akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Bila konsumsi karet alam domestik meningkat, maka volume ekspor akan berkurang. Sebaliknya, bila konsumsi karet alam domestik berkurang maka volume ekspor akan bertambah. 3. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Nilai tukar diduga akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Bila nilai tukar mengalami penguatan maka volume ekspor akan berkurang. Sebaliknya bila nilai tukar mengalami penurunan/pelemahan maka volume ekspor akan bertambah. 4. Volume ekspor karet alam bulan sebelumnya Volume ekspor bulan sebelumnya diduga akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia bulan ini. Bila volume ekspor bulan sebelumnya tinggi, maka volume ekspor bulan ini juga meningkat. Demikian sebaliknya bila volume ekspor bulan sebelumnya rendah maka volume ekspor bulan ini juga akan turun.

20 5. Harga karet alam domestik Hipotesis yang dibangun untuk variabel ini adalah harga karet alam domestik diduga akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Bila harga karet alam meningkat maka volume ekspor akan berkurang, sebaliknya bila harga karet alam turun maka volume ekspor akan bertambah. 6. Harga karet alam dunia Dilihat dari sisi penawaran, harga karet alam dunia diduga akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Bila harga karet alam dunia naik, maka volume ekspor juga meningkat. Sebaliknya bila harga karet alam dunia turun, volume ekspor juga turun. 7. Harga karet sintetis dunia Sebagai substitusi dari karet alam, harga karet sintetis diduga akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam. Bila harga karet sintetis naik, maka volume ekspor karet alam akan meningkat. Sebaliknya bila harga karet sintetis turun maka volume ekspor akan berkurang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI Dalam teori EKONOMI MIKRO yang dibahas adalah proses alokasi sumberdaya secara efisien di tingkat individu, perusahaan dan industri. EFISIENSI DITINGKAT MIKRO belum tentu baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.2.1 Tinjauan tentang Impor Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Kardono-nuhfil 1 II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Teori permintaan menjelaskan sifat para pembeli dalam permintaan suatu barang, sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat para penjual dalam penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PASAR DAN TERBENTUKNYA HARGA PASAR K-13 KTSP & K-13 A. PERMINTAAN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13

ekonomi Kelas X PASAR DAN TERBENTUKNYA HARGA PASAR K-13 KTSP & K-13 A. PERMINTAAN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 K-13 KTP & K-13 Kelas X ekonomi PAAR AN TERBENTUKNYA HARGA PAAR emester 1 KelasX MA/MA KTP & K-13 Tujuan Pembelajaran etelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Menjelaskan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro PERMINTAAN, PENAWARAN DAN EKUILIBRIUM

Ekonomi Mikro PERMINTAAN, PENAWARAN DAN EKUILIBRIUM Ekonomi Mikro PERMINTAAN, PENAWARAN DAN EKUILIBRIUM Permintaan Variabel penentu permintaan Hukum permintaan Fungsi permintaan skedul (daftar) permintaan Kurva permintaan Perbedaan perubahan permintaan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE.

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE. MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA 2011 Permintaan dan penawaran Konsep dasar dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Produksi Secara Umum Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Di susun oleh : RATNA INTANNINGRUM 3215076839 Pendidikan Fisika NR 2007 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

Pengaruh ekonomi internasional terhadap keseimbangan ekonomi. Hariyatno Meet-2

Pengaruh ekonomi internasional terhadap keseimbangan ekonomi. Hariyatno Meet-2 Pengaruh ekonomi internasional terhadap keseimbangan ekonomi Hariyatno Meet-2 Creat HRY 26 September 2011 1 Faktor pemicu permintaan / penawaran dunia A. Pertumbuhan ekonomi yang terus berlangsung B. Pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia

Lebih terperinci

HUKUM PENAWARAN. Sub Pembahasan : Pengertian Penawaran Hukum penawaran Kurva penawaran Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran Ekuilibrium

HUKUM PENAWARAN. Sub Pembahasan : Pengertian Penawaran Hukum penawaran Kurva penawaran Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran Ekuilibrium HUKUM PENAWARAN TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat memahami dan menjelaskan pengertian permintaan dan penawaran, keseimbangan pasar. TIK: Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kemakmuran bagi bangsa-bangsa atau negara yang bersangkutan (Sobri, 1977).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kemakmuran bagi bangsa-bangsa atau negara yang bersangkutan (Sobri, 1977). BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah transaksi dagang diantara para subyek ekonomi negara yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, maka setiap individu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, maka setiap individu melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemenuhan akan kebutuhan hidup memacu setiap manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, maka setiap individu melakukan berbagai usaha agar kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi antara permintaan dan penawaran akan menciptakan keseimbangan pasar terjadi apabila pada harga keseimbangan jumlah barang yang diminta konsumen sama persis

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Adanya perdagangan internasional, perekonomian akan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Pengantar Ilmu Ekonomi Pertemuan ke-lima Pokok bahasan pertemuan ke-5 Teori permintaan dan kurva permintaan. Efek Perubahan harga dan non harga

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci