KERANGKA TEORITIS. 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA TEORITIS. 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet"

Transkripsi

1 III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet Fenomena ekonomi dari industri komoditi kelapa sawit dan karet merupakan suatu sistem yang saling terkait atau terintegrasi vertikal maupun horizontal antar variabel-variabel. Model yang dibangun secara sederhana dibagi dalam 4 blok yaitu: blok Indonesia, blok importir utama, blok dunia, dan blok sisa dunia. Pada blok Indonesia dapat dijelaskan keterkaitan antar variabel dalam hal ini antara kelapa sawit dan komoditi karet dapat dibagi atas subblok produksi dan subblok pasar domestik. Subblok produksi terdiri atas: (a) pasar input (lahan), yang menggambarkan permintaan dan penawaran input lahan, (permintaan lahan di pasar input terdiri atas permintaan lahan untuk komoditi kelapa sawit, dan komoditi karet), (b) kurva produksi kelapa sawit (QTBS), menggambarkan fungsi total produksi kelapa sawit terhadap input, (c) kurva kemungkinan produksi yang menggambarkan produksi kelapa sawit dan komoditi karet, terhadap input tetap lahan, dan (d) kurva pembantu, menggambarkan produksi tandan buah segar kelapa sawit perkalian antara produktivitas per hektar dan arealnya (Q= YP*AP). Subblok pasar domestik terdiri atas penawaran minyak sawit (CPO) dan permintaan terhadap CPO dan harga CPO domestik pada Gambar 2, menggambarkan produksi CPO merupakan perkalian produksi TBS domestik dengan rendemen sebagai kurva pembantu, penawaran ekspor CPO, penjumlahan produksi, impor, dan stok.

2 24 Blok importir utama tersusun atas impor dari negara pengimpor komoditi CPO dan karet alam. Negara importir utama CPO Indonesia adalah, India, Belanda, China. Negara importir karet alam Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, China. Blok pasar dunia tersusun atas ekspor CPO dunia (WCPOX), impor CPO dunia (WCPOM) harga kesimbangan dunia. Blok dunia merupakan blok yang menghubungkan eksportir (Indonesia) dengan importir. Blok sisa dunia terdiri atas produksi CPO, konsumsi CPO, ekspor CPO dan impor CPO. Blok ini merupakan blok yang tidak termasuk dalam blok Indonesia dan blok importir utama. Blok Indonesia (Subblok produksi) menggambarkan perilaku petani/ pengusaha dalam menghadapi berbagai alternatif komoditi yang akan diusahakan atau diproduksi dan sekaligus menghadapi keterbatasan atau kendala-kendala dalam menggunakan input-input produksi, terutama sumber daya lahan. Secara teoritis berbagai variabel yang termasuk ke dalam subblok produksi dapat dijelaskan berdasarkan perilaku produsen yakni pengambilan keputusan petani pada pasar input, pasar output, dan fungsi produksi dari masing-masing komoditi dan kurva kemungkinan produksi sehingga dapat diturunkan fungsi penawaran output multi komoditi tanaman perkebunan dan fungsi permintaan input multi komoditi tanaman perkebunan Blok pasar domestik meliputi permintaan dan penawaran komoditi di pasar domestik. Permintaan komoditi di pasar domestik dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, tingkat pendapatan konsumen dan jumlah populasi. Penawaran komoditi di pasar domes-

3 25 SDCPO WCPOX PWCPO HCPO WCPOM Pasar Domestik DDCPO QCPO QCPO Pasar Internasional QCPO Kurva Pembantu QCPO Rendemen CPO QCPO QTBS QTBS TP Kurva Produksi Kurva Kemungkinan Produksi QRET Kurva Pembantu QTBS PInput Ret S D Wit Pasar Input QInput QRET QRET QRET TP Kurva Produksi Input P Kurva Pembantu QRET WRETX P Rendemen QRETA SDRET PW HRET WRETM DDRET QRETA QRETA Pasar Internasional Pasar Domestik Gambar 2. Kerangka Keterkaitan Variabel Ekonomi dari Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet

4 26 tik adalah penjumlahan produksi domestik, impor dan stok tahun sebelumnya. Umumnya komoditi pertanian sebelum masuk kedalam pasar domestik terdapat kegiatan pengolahan, sehingga digunakan koefisien konversi atau rendemen. Blok pasar dunia digambarkan oleh keseimbangan jumlah ekspor dan impor komoditi negara-negara pengekspor dan pengimpor di pasar dunia. Ekspor CPO Indonesia merupakan sebagai bagian dari total ekspor CPO dunia, ekspor karet alam Indonesia merupakan sebagai bagian dari total ekspor karet alam dunia. Dengan demikian keterkaitan berbagai variabel ekonomi industri komoditi tanaman perkebunan Indonesia merupakan keterkaitan antar blok Indonesia (subblok produksi, pasar input), blok importir utama Indonesia, blok dunia dan blok sisa dunia dalam suatu sistem. Sehingga kebijakan ekonomi baik pada subblok produksi pasar domestik maupun pasar dunia yang disimulasikan dapat dipelajari pengaruhnya terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen, penerimaan pemerintah dan penerimaan devisa. 3.2 Fungsi Produksi Produksi adalah suatu kegiatan untuk mengubah suatu input menjadi suatu output. Sedangkan input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan. Henderson dan Quant (1980) merumuskan secara matematis fungsi produksi dan keuntungan maksimum sebagai fungsi permintaan faktor-faktor produksi, dimana permintaan faktor produksi menjelaskan fungsi penawaran produk atau komoditi yang bersangkutan.

5 27 Di pasar produk dan pasar input yang bersaing sempurna, fungsi penawaran merupakan kuantitas produk yang ditawarkan sebagai fungsi dari harga produk dan harga harga input. Suatu fungsi penawaran perusahaan yang memaksimumkan keuntungan dapat diturunkan dari fungsi keuntungan yang dicapai melalui dua syarat yaitu syarat orde satu (first order condition) dan syarat orde kedua (second order condition). Berdasarkan syarat pertama, fungsi keuntungan akan maksimum jika turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol, yang berarti nilai produk marginal masing-masing input sama dengan harga masing-masing input yang digunakan. Syarat kedua terpenuhi jika turunan kedua dari fungsi tersebut lebih kecil dari nol atau jika Hessian Determinant lebih besar dari nol, yang berarti fungsi produksi cembung kearah titik origin (Henderson and Quant, 1980; Koutsoyiannis, 1975). Pada tingkat teknologi tertentu fungsi produksi suatu komoditi dapat dituliskan sebagai berikut:...(3.1), Q = jumlah produksi komoditi, A = luas areal tanaman, L = jumlah tenaga kerja, Z = input lainnya. Jika harga masing-masing untuk harga input lahan, tenaga kerja dan input produksi lainnya asing masing adalah PA, PL, PZ, maka persamaan biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:...(3.2)

6 28 dimana: C = biaya total, = biaya tetap. Fungsi keuntungan didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan dan biaya. Dengan demikian fungsi keuntungan produsen suatu komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut: Atau... (3.3) dimana: = keuntungan, =harga komoditi. Dengan asumsi berperilaku rasional, produsen suatu komoditi berproduksi pada tingkat yang memberikan keuntungan maksimum. Fungsi keuntungan (3.3) maksimum tercapai jika syarat orde satu dari fungsi tersebut sama dengan nol. Turunan pertama dari fungsi (3) adalah:... (3.4)... (3.5)... (3.6) dimana masing-masing adalah produk marginal dari faktor-faktor areal (A), tenaga kerja (L) dan faktor lainnya (Z). Jadi dapat dilihat bahwa menurut syarat orde satu, keuntungan maksimum jika tingkat produksi tertentu nilai marginal masing-masing faktor sama dengan harga yang harus dibayar untuk memperoleh faktor-faktor tersebut.

7 29 Dari fungsi (3.4), (3.5), (3.6) diketahui bahwa faktor-faktor produksi (A, L, Z) merupakan peubah endogen sedangkan harga komoditi dan harga faktorfaktor ( merupakan peubah eksogen, sehinggga fungsi permintaan faktor dapat dirumuskan sebagai berikut:...(3.7)...(3.8)...(3.9) dimana, merupakan permintaan akan faktor lahan, tenaga kerja, dan faktor lainnya. Dengan mensubsitusikan fungsi (3.7), (3.8), (3.9) ke fungsi produksi (3.1), maka penawaran komoditi pada waktu tertentu ( ) dapat dirumuskan sebagai berikut:...(3.10) Beberapa peubah penting yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi, antara lain adalah harga komoditi tersebut, harga komoditi lain, biaya faktor produksi, tujuan perusahaaan, tingkat teknologi, pajak, subsidi, harapan harga, dan keadaan alam (Dollan, 1974) 3.3 Respon Areal Tanaman Komoditi kelapa sawit dan karet merupakan tanaman tahunan (parennial crops), dimana ada perbedaan antara masa penanaman dan masa berproduksi. Dengan demikian perubahan-perubahan yang terjadi tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh faktor-faktor yang ada pada saat yang bersamaan. Produksi dari masing masing komoditi pada suatu periode waktu dapat didefenisikan sebagai perkalian antara luas areal tanam dan produktivitasnya.

8 30... (3.11) dimana, = produksi komoditi x pada tahun ke t, = luas areal tanam komoditi x yang menghasilkan pada tahun ke t, = produktivitas komoditi x pada tahun ke t. 3.4 Fungsi Produktivitas Fungsi produktivitas komoditi (kelapa sawit dan karet) dapat diturunkan dengan memasukkan peubah luas areal (At) di samping peubah harga (Pt) dan peubah lainnya (Zt), yaitu: harga pupuk, upah tenaga kerja dan tingkat bunga, sebagai peubah-peubah yang mempengaruhi produktivitas(yt). Pendekatan yang digunakan adalah model penyesuaian parsial dari Nerlove (Koutsoyiannis, 1977) yaitu:... (3.12)... (3.13) Dengan mensubsitusikan persamaan (3.3) ke dalam persamaan (3.4) maka diperoleh: [ ]... (3.14) dalam bentuk sederhana ditulis:... (3.15) dimana Dari persamaan (3.6) dapat dihitung elastisitas produktivitas dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap perubahan harga, luas areal, dan peubah lainnya dengan pendekatan rata-rata melalui formula sebagai berikut:

9 31 Elastisitas jangka pendek: ( )... (3.16) ( )... (3.17) ( )... (3.18) Elastisitas jangka panjang:...(3.19)...(3.20)...(3.21) dimana masing-masing adalah elastisitas produktivitas jangka pendek terhadap perubahan harga, areal, dan peubah lainnya. Y adalah nilai rata-rata produktivitas dalam periode pengamatan, = yaitu koefisien penyesuaian dan masing-masing adalah elastisitas produktivitas jangka panjang terhadap perubahan harga, areal, dan peubah lainnya. 3.5 Respon Produksi Total Melalui pendekatan respon areal dan produktivitas, produksi total (Qt) dapat dihitung berdasarkan perkalian luas areal dan produkrivitas....(3.22) karena At dan Yt merupakan fungsi dari harga produk, maka respon produksi total terhadap perubahan harga produk dapat dihitung melalui tiga cara (Hadi dan Tweeten, 1962) dalam Nainggolan dan Suprapto (1987) yaitu (a) secara langsung dari fungsi penawaran produk, (b) secara tidak langsung melalui penurunan

10 32 elastisitas permintaan input dan elastisitas produksi, dan (c) melalui komponenkomponen produksi. Melalui pendekatan tidak langsung dengan asumsi bahwa luas areal dan produktivitas responsif terhadap perubahan harga produk serta produktivitas responsif terhadap perubahan luas areal, Nainggolan dan Suprapto (1987) memperoleh bentuk hubungan antara ketiga bentuk elastisitas sebagai berikut:... (3.23) dimana: = elastisitas produksi total terhadap harga produk, = elastisitas produksi terhadap harga produk, = elastisitas luas areal terhadap harga produk, = elastisitas produksi terhadap luas areal. 3.6 Fungsi Permintaan Industri Domestik Komoditi (kelapa sawit dan karet) merupakan bahan baku untuk industri pengolahan maka fungsi permintaan dapat diturunkan melalui fungsi permintaan turunan (derived demand), yaitu melalui fungsi keuntungan. Secara rasional produsen berproduksi pada tingkat dimana keuntungan yang diperolehnya dalam keadaan maksimum (Henderson dan Quant, 1980) dalam kondisi ini input yang digunakan dalam jumlah optimal. Bila P adalah harga output Q, adalah harga input, dan adalah keuntungan maka persamaan keuntungan dapat ditulis sebagai berikut: )... (3.24) dengan menggunakan syarat ordinari pertama, maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

11 33 =0 =0 atau... (3.25) dimana: = harga input i, PM i = produk marginal input i, P.PM i = nilai produk marginal dari input i. Berdasarkan persamaan di atas, penggunaan input yang optimal ditunjukkan oleh kondisi nilai produk marginal sama dengan harga input tersebut. Sehingga permintaan suatu input dipengaruhi oleh harga input yang bersangkutan (Yi), harga output (Pi), dan teknologi produksi (PMi). Di samping itu, permintaan suatu input dapat pula dipengaruhi oleh harga input subsitusi dan faktor lain yang dapat mendistorsi pasar. Permintaan bahan baku komoditi sawit dan karet sebagai input untuk industri domestik selain dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut, harga output (hasil pengolahan) industri tersebut, harga input alternatif, dan tingkat suku bunga. Sehingga persamaan konsumsi industri domestik masing masing komoditi dapat dituliskan sebagai berikut: )...(3.26) dimana: Dt P1 P2 P3 = konsumsi industri domenstik, = harga input, = harga output, = harga input lain,

12 34 = permintaan industri domestik tahun sebelumnya. Dengan fungsi permintaan input seperti pada persamaaan (3.26) maka elastisitas permintaan input dapat diturunkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang... (3.27) Elastisitas permintaan input dapat dilihat dari perubahan harga sendiri (own price elasticity), terhadap harga input lain (cross price elasticity), terhadap harga output, dan terhadap peubah lain yang mempengaruhi permintaan. Secara umum elastisitas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Elastisitas jangka pendek: ( )... (3.28) ( )... (3.29) ( )... (3.30) ( )... (3.31) Elastisitas jangka panjang:... (3.32)... (3.33)... (3.34)... (3.35) dimana: masing-masing adalah elastisitas permintaan input jangka pendek terhadap harga input itu sendiri, harga output, input lain, dan terhadap tingkat bunga. Sedangkan masing-masing adalah elastisitas permintaan input industri domestik jangka

13 35 panjang terhadap harga input input itu sendiri, harga output, input lain, dan terhadap tingkat bunga. Elastisitas permintaan harga sendiri dari suatu input dapat diartikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input dibagi dengan persentase peubahan harga input itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan dimana kurva permintaan mempunyai slope negatif, maka elastisitas permintaan juga harus mempunyai tanda negatif. Elastisitas permintaan harga silang didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan satu persen harga input lainnya. Melalui koefisien dari elastisitas harga silang, dapat didefenisikan hubungan antar input. Dua input akan bersifat subsitusi, komplementer, dan independen jika koefisien elastisitas harga silang input tersebut masing-masing positif, negatif, dan nol ( Tomek dan Robinson, 1990) Elastisitas permintaan terhadap harga output didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input sebagai akibat dari perubahan yang sangat kecil harga output. Secara teori, kenaikan harga output merangsang produsen untuk meningkatkan jumlah output, oleh karena itu permintaan terhadap input juga akan meningkat. Dengan demikian maka koefisien elastisitas akan bertanda positif. Elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input akibat perubahan tingkat bunga. Tingkat bunga mencerminkan nilai dari kapital. Tingkat bunga yang rendah dapat mendorong produsen meningkatkan kapital melalui kredit dari lembaga keuangan, sehingga ketersediaan kapital untuk pengadaan input akan semakin besar. Oleh

14 36 karena itu, perubahan tingkat bunga akan berpengaruh terhadap permintaan input dan koefisien elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga adalah negatif. 3.7 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional terjadi karena adanya saling ketergantungan (interpendence) antara suatu negara dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi (resources) yang dibutuhkan. Suatu negara mungkin memiliki sumberdaya alam yang melimpah tetapi tidak memiliki teknologi dan modal untuk memprosesnya. Sebaliknya negara lainnya miskin sumber daya alam (SDA) tetapi memiliki teknologi yang mampu menjadikan SDA tersebut lebih dekat pada penggunaan akhir dan memiliki nilai guna yang lebih tinggi (Salvatore et al. 1990). Pada umumnya perdagangan internasional terjadi karena keinginan suatu negara untuk meningkatkan penerimaan devisa dan memperluas komoditas ekspor. Perdagangan internasional secara prinsip seharusnya mendatangkan manfaat dan keuntungan (mutual gaining) bagi semua pihak yang melakukan pertukaran. Prinsip ini pula yang melatarbelakangi mengapa suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain. Walaupun kedua belah pihak memperoleh keuntungan, tetapi yang menjadi persoalan adalah pihak yang mana yang lebih diuntungkan. Masalah ini pula yang menjadi agenda pembahasan terpenting pada organisasi perdagangan dunia WTO, yang menyangkut rasa keadilan (fairness) terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang dalam kepemilikian faktor produksi.

15 Penawaran Ekspor Suatu negara mengekspor suatu komoditi disebabkan oleh adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia (Kindleberger dan Lindert,1982). Jika harga domestik lebih rendah dari harga dunia akan mendorong suatu negara untuk mengekspor sebagai kelebihan kuantitas penawaran (excess supply). Jumlah kuantitas yang ditawarkan pada pasar dunia adalah sebesar selisih antara jumlah yang ditawarkan oleh produsen dan jumlah yang diminta konsumen di pasar domestik. Analisis mengenai penawaran ekspor dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik dengan suatu komoditas tertentu. Pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana kurva penawaran ekspor diturunkan. P 2 Price S* Price 2 XS P 1 1 P*A D* D 2 D 1 S 1 S 2 Quantity S 1 -D 1 S 2 -D 2 Sumber : Krugman dan Obsfeld, Quantity Gambar 3. Penurunan Kurva Penawaran Ekspor Keterangan: P A = tingkat harga saat penawaran produsen sama dengan permintaan konsumen di negara domestik,

16 38 P 1, P 2 = tingkat harga suatu komoditi negara domestik, D 1, D 2 = jumlah permintaan konsumen negara domestik, S 1, S 2 = jumlah penawaran produsen negara domestik. Misalkan penawaran ekspor dilakukan oleh negara domestik. Pada saat harga P 1, penawaran produsen domestik sebesar S 1 sementara itu permintaan domestik hanya sebesar D 1. jadi jumlah dari seluruh penawaran yang mungkin diekspor adaalah S 1 -D 1. Pada tingkat harga P 2 terjadi peningkatan jumlah penawaran oleh perusahaan domestik menjadi S 2 dan jumlah permintaan konsumen domestik menjadi turun sebesar D 2. Jumlah total yang mungkin diekspor adalah sebesar S 2 -D 2. Pada saat harga P A jumlah penawaran sama dengan jumlah yang diminta artinya jumlah yang diekspor adalah nol (tidak ada perdagangan). Jadi kurva penawaran ekspor dimulai pada saat tingkat harga P A Permintaan Impor Suatu negara mengimpor suatu komoditi disebabkan oleh adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia. (Kindleberger dan Lindert,1982). Jika harga domestik lebih tinggi dari harga dunia akan mendorong suatu negara untuk mengimpor suatu komoditi karena kelebihan jumlah yang diminta (excess demand). Jumlah kuantitas yang diminta pada pasar dunia adalah sebesar selisih antara jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan oleh produsen di pasar domestik. Pada Gambar 4 menunjukkan bagaimana kurva permintaan impor diturunkan dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik dengan suatu komoditas tertentu

17 39 P A P 2 Price S* Price A 2 P 1 1 D* MD S 1 S 2 D 2 D 1 Quantity D 2 -S 2 D 1 -S 1 Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003 Keterangan: Gambar 4. Penurunan Kurva Permintaan Impor P A = tingkat harga saat penawaran produsen sama dengan permintaan konsumen di negara domestik, P 1, P 2 = tingkat harga suatu komoditi, D 1, D 2 = jumlah permintaan konsumen, S 1, S 2 = jumlah penawaran produsen. Misalkan permintaan impor dilakukan negara lain, saat tingkat harga suatu komoditi P 1, permintaan konsumen negara lain adalah D 1, sedangkan penawaran produsen hanya sebesar S 1, sehingga permintaan impor negara lain adalah sebesar D 1 -S 1, jika harga naik menjadi P 2, permintaan konsumen negara lain sebesar D 2 dan penawaran produsen negara lain meningkat menjadi S 2, sehingga permintaan impor negara lain turun sebesar D 2 -S 2. Kombinasi harga dan jumlah produk yang dijelaskan dengan poin 1 dan 2 pada gambar sebelah kanan. Kurva permintaan impor negara lain MD digambarkan downward sloping karena kenaikan harga, jumlah permintaan impor turun. Pada saat tingkat harga P A penawaran dan

18 40 permintaan negara lain sama dengan tidak ada perdagangan (permintaan impor sama dengan nol) pada saat harga P A Perdagangan Antar Negara Keadaan yang mendorong terjadinya ekspor dan impor suatu komoditi oleh suatu negara karena adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik dibandingkan dengan harga dunia (Kindleberger dan Lindert,1982). Jika negara A mempunyai harga barang yang lebih rendah dari negara B maka negara A yang menjual barang ke negara B. Negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh manfaat tambahan yang disebut sebagai gain of trade (Krugman dan Obstfeld, 2003). Terjadinya perdagangan antara negara dapat dijelaskan melalui Gambar 5. P P B P XS P 1 SB SA P W x y 3 2 P A z DB MD DA.. Qax Qay Negara A (Eksportir) Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003 Q Qw... Q Qb3 Qb2 Pasar Dunia Negara B (Importir) Q Gambar 5. Proses Perdagangan Dua Negara Keterangan: P A = harga barang di negara A,

19 41 P B = harga barang di negara B, P W q x,q y q 3, q 2 XS MD = harga dunia, = kelebihan penawaran, = kelebihan permintaan, = penawaran ekspor dunia, = permintaan impor dunia. Diasumsikan hanya ada dua negara yaitu: negara A dan negara B serta satu komoditas dalam perdagangan, tidak ada biaya transportasi dan pasar dalam kondisi pasar persaingan sempurna. Gambar 5 menjelaskan bahwa di negara A mempunyai harga domestik yang yang relatif murah (P A ) dan negara B memiliki harga yang relatif tinggi yaitu P B. sedangkan harga dunia lebih tinggi dari harga di negara A dan lebih rendah dari negara B. Hal ini menyebabkan negara A melakukan ekspor dan negara B melakukan impor. 3.8 Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet Tingkat Suku Bunga Suatu investasi diperlukan suatu perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau aset. Adapun yang menjadi tujuan investasi adalah untuk meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan melalui penggunaan mesin-mesin, pabrik atau melalui perluasan kebun yang dimiliki. Jika perusahaan melakukan peminjaman atau kredit pada suatu bank untuk melakukan suatu investasi, maka investor akan membayar bunga setiap bulan/tahun. Tigkat suku bunga merupakan biaya pinjaman. Nilai bunga ditentukan oleh bank sentral dan dianggap sebagai tanda sikap pemerintah terhadap perekonomian. Hal ini pada

20 42 gilirannya akan mempengaruhi nilai pinjaman di sektor swasta. Semakin tinggi suku bunga maka semakin banyak perusahaan harus membayar biaya atas pinjaman tersebut setiap tahunnya. Biaya bunga akan mengurangi laba yang akan diterima oleh investor dari usahanya. Suku bunga yang tinggi akan menyebabkan semakin kecil keuntungan perusahaan tersebut, demikian sebaliknya. r r2 2 r1 1 I(r) I(r2).. I(r1) I Sumber: Mankiw, 2000 Gambar 6. Kurva Investasi Pada Gambar 6 di atas menunjukkan hubungan tingkat suku bunga dengan investasi. Pada tingkat suku bunga r 1, jumlah investasi yang terjadi pada I(r 1 ). Jika terjadi peningkatan suku bunga dari r 1 ke r 2 dengan asumsi ceteris paribus, maka peningkatan suku bunga menyebabkan turunnya rencana investor sebesar I(r 2 ) I(r 1 ). Dengan turunnya investasi akan menyebabkan turunnya produksi dengan asumsi ceteris paribus, turunnya produksi akan mempegaruhi penawaran domestik dan pada akhirnya mempengaruhi jumlah barang yang diekspor. Pada Gambar 7 di bawah ini menunjukan bahwa dengan adanya penurunan suku bunga di negara A pada kondisi ceteris paribus, investor memiliki insentif untuk meningkatkan menambah luas areal perkebunan, dengan

21 43 pertambahan luas areal maka produksi akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan kurva penawaran bergeser dari S A1 ke S A2 dan membentuk keseimbangan baru di negara A. Dengan terbentuknya keseimbangan baru di Q A2 P A2 maka akan terbentuk kurva penawaran ekspor yang baru yaitu XS 2 dan terbentuk pula kesimbangan baru keseimbangan baru di blok dunia. Dengan perubahan keseimbangan ini, maka harga dunia akan berubah yaitu menurun karena jumlah penawaran ekspor yang meningkat. Perubahan harga dunia menyebabkan harga dunia di negara pengimpor lebih murah dari sebelumnya dan harga domestik di negara B tidak berubah. Dengan murahnya harga di negara B menyebabkan negara pengimpor meningkatkan impornya. P PW1 PW2 PA1 PA2 P XS1 P SB PB XS2 SA1 SA2 x y 3 2 a b 4 5 z c MD 1 DB DA. QA1 QA2 Negara A (Eksportir). Q... QW1 QW2 Q QB Pasar Dunia Negara B (Importir) Q Gambar 7. Dampak Penurunan Suku Bunga dalam Perdagangan Internasional Keterangan: Q A1- Q A2 = perubahan jumlah produksi di negara A, P A1 -P A2 = perubahan harga di negara A, P W1 -P W2 = perubahan harga dunia.

22 Upah Tenaga Kerja Kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan menurun. Artinya makin rendah tarif upah, maka besar jumlah tenaga kerja yang diminta. Upah riel adalah rasio antara tingkat upah dan tingkat harga, atau jumlah barang yang dapat dibeli dan upah per jam kerja. (Donbush dan Fischer, 1987). Ditambahkan pula bahwa kurva permintaan mempunyai kemiringan menurun karena diasumsikan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan akan semakin rendah produktivitas marjinalnya. Misalnya barang modal tidak berubah, makin banyak karyawan yang ditambah. Setiap karwayan baru memperoleh bagian mesin yang lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan sebelumnya sehingga tambahan output yang dihasilkan oleh karyawan baru akan lebih kecil dibandingkan tambahan output yang dihasilkan karyawan sebelumnya. Jadi produktivitas marginal tenaga kerja menurun dan kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan yang menurun. Upah Riil (w/p) Output (Y) w/p1 F(x) w/p2 LD L1 L2 Tenaga Kerja L1 L2 Permintaan Tenaga Kerja (b) Fungsi Produksi Tenaga Kerja Sumber: Mankiw, 2000 Gambar 8. Hubungan antara Upah Tenaga Kerja dan Produksi

23 45 Keterangan: W/P Y L W/P 1, W/P 2 L 1, L 2 Y 1, Y 2 = upah riel tenaga kerja, = pendapatan, output, = tenaga kerja, = tingkat upah riil, = jumlah tenaga kerja, = jumlah pendapatan/output. Penurunan upah riel tenaga kerja dari W/P 1 menjadi W/P 2 dalam kondisi cateris paribus menyebabkan jumlah peningkatan penggunaan tenaga kerja yang digunakan perusahaan meningkat dari L 1 menjadi L 2. Peningkatan penggunaan tenaga kerja ini akan berdampak pada peningkatan output perusahaan dari Y 1 menjadi Y 2. Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa dengan adanya penurunan upah tenaga kerja di negara pengekspor dengan asumsi cateris paribus, maka produksi meningkat yang diakibatkan dari meningkatnya tenaga kerja yang digunakan. Peningkatan ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan dari S A1 ke S A2 dan membentuk keseimbangan baru bagi negara A dimana terjadi juga penurunan harga domestik di negara A. Dengan terbentuknya keseimbangan baru, maka akan terbentuk kurva penawaran ekspor yang baru yaitu: XS 2 dan terbentuk pula keseimbangan yang baru di blok dunia di Q W2, P W2. Dengan perubahan keseimbangan menyebabkan harga dunia akan berubah yaitu menurun. Perubahan harga dunia ini menyebabkan harga dunia di negara pengekspor lebih murah dari sebelumnya. Dengan rendahnya harga dunia dan harga domestik di negara A, sedangkan harga

24 46 di negara pengimpor tetap (tinggi) menyebabkan negara meningkatkan ekspornya (Gambar 9). P PW1 PW2 PA1 PA2 P XS1 P SB PB XS2 SA1 SA2 x y 3 2 a b 4 5 z c MD 1 DB DA. QA1 QA2 Negara A (Eksportir). Q... QW1 QW2 Q QB Pasar Dunia Negara B (Importir) Q Gambar 9. Dampak Penurunan Upah Tenaga Kerja dalam Perdagangan Internasional Keterangan: Q A1,Q A2 = perubahan jumlah produksi negara A, P A1, P A2 = perubahan harga negara A, P W1, P W2 = perubahan harga dunia Nilai Tukar Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena dengan nilai tukar memungkinkan kita membandingkan harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Lebih lanjut Salvatore (1999) menjelaskan bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya.

25 47 Para ekonom membedakan nilai tukar atau kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri bergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan tingkat kurs yang terjadi. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu hargaharga dometik dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini: (3.35) dimana: adalah nilai tukar riil, e adalah nilai tukar nominal, P adalah harga barang domestik, dan adalah harga barang luar negeri. Kemampuan suatu negara untuk mengontrol nilai tukar mata uang (kurs) menjadi indikasi kondisi perekonomian suatu negara. Jika kondisi perekonomian suatu negara baik, dimana memiliki nilai tukar mata uang stabil akan memberikan jaminan bagi setiap warga negara dapat membeli barang yang diperlukan kapanpun. Negara yang mempunyai nilai tukar mata uang lemah memiliki kesempatan untuk meningkatkan jumlah ekspornya karena harga barang yang diekspor tersebut dirasakan murah oleh negara importir. Selanjutnya Kandil (2009) menjelaskan respon ekspor terhadap perubahan nilai tukar bergantung pada elastisitas permintaan luar negeri. Jika permintaan inelastis apresiasi (depresiasi) mata uang dapat mengakibatkan kenaikan (penurunan) yang diekspor dalam nilai dolar.

26 48 Kebijakan perdagangan antar negara akan dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang masing-masing negara. Apresiasi atau depresiasi nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. Dalam perdagangan internasional harga suatu komoditi dapat menjadi lebih mahal atau lebih murah sangat ditentukan oleh nilai tukar mata uang tersebut. Pada Gambar 10 menunjukkan hubungan negatif antara neraca perdagangan dan kurs riil artinya semakin rendah nilai tukar atau kurs semakin murah barang domestik relatif terhadap barang luar negeri dan semakin besar jumlah yang diekspor. Hal sebaliknya jika terjadi kurs riil yang tinggi, barangbarang domestik relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri, penduduk domestik cenderung berkeinginan untuk mengimpor barang-barang dari luar negeri. Real Exchange Rate S-I NX 0 Net Exports, NX Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 10. Hubungan Ekspor Netto dengan Nilai Tukar Riil.

27 Pajak Ekspor Pajak ekspor adalah pajak yang dipungut atas barang ekspor. Seperti tarif, pajak ekspor juga dapat diterapkan secara spesifik atau secara ad-valorem (Suranovic, 2004). Lebih lanjut Grennes (1984) dalam Lubis (2002) menjelaskan bahwa pajak ekspor merupakan intervensi pemerintah terhadap barang-barang ekspor yang dapat mendistorsi pasar. Pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu produk akan meningkatkan biaya ekspor dan dapat menyebabkan harga yang diterima oleh produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar pajak yang ditentukan tersebut. Diasumsikan (a) hanya dua negara yaitu negara eksportir A dan negara importir B (gabungan negara-negara lainnya), (b) pajak ekspor adalah pajak spesifik atau besarnya pajak yang dikenakan bagi eksportir sebesar per unit produk yang diekspor dan (c) negara eksportir adalah negara besar dalam perdagangan dimana jika perubahan jumlah ekspor negara A akan mempengaruhi harga dunia. Pada Gambar 11 terlihat bahwa pemberlakuan pajak ekspor akan menyebabkan pergeseran secara paralel kurva penawaran ekspor ES ke atas dengan jarak sebesar pemberlakuan pajak (t) menjadi ES dalam penelitian ini industri komoditi tanaman perkebunan dominan pada pasar dunia (negara besar) sehingga besar kecilnya industri komoditi tanaman perkebunan Indonesia dapat mempengaruhi harga dunia.

28 50 Price Price Price D S XSt D S XS P W PW c f e a d P W-t b ED Qc Q c Q p Qp Quantity Q e Qe Quantity Qp Q p Qc Q c Quantity Negara Eksportir A Sumber: Tweeten, 1992 Pasar Dunia Gambar 11. Dampak Suatu Pajak Ekspor terhadap Perdagangan Internasional Negara Importir B

29 51 Pada kasus negara besar (slope kurva permintaan negatif) penurunan jumlah penawaran ekspor Indonesia pada suatu tingkat harga tertentu akan menyebabkan harga dunia meningkat dari PW menjadi PW. Hal ini menyebabkan harga yang diterima oleh produsen domestik di negara A (Indonesia) setelah adanya pajak ekspor adalah lebih rendah dari harga dunia yaitu sebesar PW -t. Pada harga PW-t, konsumsi domestik akan meningkat menjadi Qc dan produksi domestik menurun menjadi Qp sehingga terjadi excess supply sebesar Qp -Qc. Sedangkan di negara importir, dengan harga dunia sebesar Pw produksi akan meningkat menjadi Qp dan konsumsi akan menurun sebesar Qp sehingga terjadi excess demand sebesar Qc -Qp yang besarnya sama dengan Qp -Qc atau kesimbangan baru pada pasar dunia Qe. Distorsi perdagangan berupa pemberlakuan pajak ekspor dengan asumsi sebagai negara besar, akan menyebabkan penurunan harga yang diterima oleh produsen, penurunan produksi domestik, penurunan volume ekspor, peningkatan konsumsi domestik. Sedangkan di negara importir, terjadi kenaikan harga sehingga merangsang kenaikan produksi dan penurunan konsumsi yang selanjutnya akan mengakibatkan penurunan volume impor. Disisi lain penerapan pajak ekspor mampu menghasilkan penerimaan bagi pemerintah sebagai konsekuensi dari turunnya harga domestik. Dampak pemberlakuan pajak ekspor juga akan mempengaruhi distribusi (equity) dan efisiensi. Pemberlakuan pajak ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia. Negara importir, kesejahteraan nasionalnya adalah sebesar - (2+3+4) sedangkan di negara eksportir kesejahteraan nasionalnya sangat

30 52 ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawarannya. Bagi negara eksportir pajak yang optimal berada pada keadaan (-c+e+f) sehingga untuk tingkat pajak tertentu kesejahteraan nasional bersih negara eksportir akan negatif bila (c+e) lebih besar dari f secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 2. Penurunan pajak ekspor dari kondisi yang diuraikan di atas memperkecil kesejahteraan masyarakat dunia. Produsen di negara eksportir akan menerima penurunan harga yang lebih kecil sehingga merangsang terjadinya peningkatan ekspor, sementara konsumen di negara importir akan membayar dengan harga yang lebih rendah. Tabel 2. Analilis Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen di Negara Eksportir dan Importir Perubahan Eksportir Importir Surplus konsumen a+b -( ) Surplus produsen -(a+b+c+d+e) 1 Peneriman Pemerintah d+f - Kesejahteraan Nasional Bersih -c-e+f -(2+3+4) Kesejahteraan Dunia Bersih -c-e-2-4

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN DAN SARAN VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA Adalah perekonomian yang berinteraksi secara terbuka dengan perekonomian-perekonomian lainnya di seluruh dunia. Variabel yang terkait dalam perekonomian:

Lebih terperinci

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu

VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL. Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu VI. DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN FAKTOR EKSTERNAL 6.1. Dampak Kebijakan Makroekonomi Kebijakan makroekonomi yang dianalisis adalah kebijakan moneter, yaitu penawaran uang, dan kebijakan fiskal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Model dapat diartikan sebagai suatu penjelasan dari fenomena nyata sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis (Koutsoyiannis, 1977). Suatu model merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi gula lokal yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN TERBUKA

PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Arus Modal dan Barang Internasional PEREKONOMIAN TERBUKA Dalam perekonomian terbuka pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yg mereka hasilkan dr meproduksi barang

Lebih terperinci

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis)

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA EDIZAL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trdinanti Palembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penetapan Harga Pada dasarnya, ada 2 kekuatan besar yang berpengaruh pada pembentukan

Lebih terperinci

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR RIIL DAN NOMINAL Transaksi Internasional dipengaruhi oleh harga internasional. Dua harga internasional yang paling penting

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG VI. 6.1 Analisis Dayasaing Hasil empiris dari penelitian ini mengukur dayasaing apakah kedua sistem usahatani memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Tukar Sistem nilai tukar mengambang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Undang Undang Nomor 24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Salvatore (1997) perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti

Lebih terperinci

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Modul 1 Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Arief Ramayandi, S.E., MecDev., Ph.D. Ari Tjahjawandita, S.E., M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Produksi Secara Umum Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan dan industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor usaha yang mendapat pengaruh besar dari gejolak ekonomi global, mengingat sebagian besar (sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh 126 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kajian Ekspor Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari lembah Amazon di Amerika Selatan. Kakao merupakan tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci