SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

dokumen-dokumen yang mirip
KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Oleh Septia Sugiarsih

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

Oleh Ratna Novita Punggeti

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kegiatan Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

BAB II LANDASAN TEORI

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

5 Universitas Indonesia

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

MATERI 4 KALIMAT Oleh : Afiati HDF

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

RINGKASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BENTUK KATA DAN MAKNA

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Tugas Bahasa Indonesia

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

Transkripsi:

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok 3 Konsentrasi Bahasa Semester 7 1.Winda Budiyawati ( 0801581 ) / 28 2.Yohana Lestiyanti ( 0804691 ) / 29 3.Yossy Firdawati E. ( 0801578 ) / 30 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG 2011

KATA PENGANTAR Alhamdulillah. Puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan salawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-nya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia yang kami beri judul Sintaksis ( Tata Kalimat Bahasa Indonesia). Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai pengertian sintaksis, serta struktur internal kalimat yang terdiri dari frase, klausa, dan kalimat. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada. 1. DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd., selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia. 2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik moral maupun spiritual. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amin. Sumedang, September 2011 Penyusun 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan 2 D. Metode Pemecahan Masalah 2 E. Sistematika Penulisan 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN A. Pengertian Sintaksis 3 B. Wilayah Kajian Sintaksis 3 1. Frasa... 3 2. Klausa... 7 3. Kalimat... 8 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...20 B. Saran...20 DAFTAR PUSTAKA..21 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam berbahasa akansangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien. Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah ini kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri. B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami membatasi permasalahan, yang bertujuan agar pengkajiannya lebih terarah dan tepat sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dari sintaksis? 2. Apa saja yang menjadi Wilayah Kajian Sintaksis dalam sebuah kalimat? 4

5 C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sintaksis. 2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi wilayah kajian dalam pembahasan sintaksis. D. Metode Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dalam pemecahan masalah kami menitikberatkan kepada studi kepustakaan dengan mencari buku sumber yang relevan dengan pembahasan masalah. Selain itu, kami juga mencari data yang menunjang dari media komunikasi elektronik yakni internet. Kemudian kami mengolah data dengan cara memilih data yang sesuai dan mendekati kebenaran. E. Sistematika Penulisan BAB I Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN Terdiri dari pengertian sintaksis serta wilayah kajian sintaksis yakni struktur internal kalimat yang dibahas dalam sintaksis, meliputi frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) A. Pengertian Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. B. Wilayah Kajian Sintaksis Yang menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yakni frasa, klausa dan kalimat itu sendiri. Berikut dijelaskan secara lebih rinci. 1. Frasa Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut. a. bayi sehat b. baju lama c. tempat duduk d. pisang goreng e. baru datang f. sedang membaca Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa. 6

7 a. Frasa verbal Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga jenis yakni sebagai berikut. 1) Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi. a) Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini. Ia bekerja keras sepanjang hari. Orang itu bekerja cepat setiap hari. b) Pewatas depan, seperti contoh berikut ini. Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan. Mereka pasti menyukai makanan itu. 2) Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini. a) Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya. b) Kita pergi atau menunggu ayah. 3) Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut. a) Aie Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang. b) Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir. b. Frasa Adjektival Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini. 1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut. Tampan nian kekasih barumu. Hebat benar kelakuannya. 2) Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut. Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.

8 Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya. 3) Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini. Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna. Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas. c. Frasa Nominal Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini. 1) Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini. Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka. Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar. 2) Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban, dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini. Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara. Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat. 3) Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini. Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya. Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah. d. Frasa adverbial Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu. 1) Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini. Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.

9 Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik. 2) Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya seperti berikut ini. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer. e. Frasa Pronominal Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini. 1) Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut. Kami semua dimarahi guru karena meribut. Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan. 2) Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut. Aku dan kau suka dancow. Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa. 3) Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut. Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi. Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi. f. Frasa Numeralia Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu. 1) Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini. Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah. Enam ikat rambutan sudah terjual. 2) Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini. Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya. Saat berlibur ke Pangandaran, aku berusaha mengingat itu liburan yang kelima atau keenam kalinya.

10 g. Frasa Introgativa koordinatif Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini. Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat. Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket. h. Frasa Demonstrativa koordinatif Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini. Saya bekerja di sana atau di sini sama saja. Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah. i. Frasa Proposional Koordinatif Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut. Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam. Koperasi dari, oleh dan untuk anggota. 2. Klausa Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut. 1) Klausa kalimat majemuk setara Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.

11 - Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur. Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan. 2) Klausa kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut. - Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia. Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat). 3) Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini. - Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu. Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat). Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara) 3. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal

12 mengandung satu subjek dan prediket, (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). a) Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. - Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. - Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket. - Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap. - Mengandung pikiran yang utuh. - Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. - Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas. - Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. b) Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah tempat atau laci yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.

13 (1) Subjek Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut: (a) jawaban apa atau siapa, (b) dapat didahului oleh kata bahwa, (c) berupa kata atau frasa benda (nomina) (d) dapat diserta kata ini atau itu, (e) dapat disertai pewatas yang, (f) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, (g) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan. Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini. Adik bermain. S P Ibu memasak. S P (2) Predikat Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini. - Adik bermain. S P Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat. - Ibu memasak. S P Ibu adalah pokok kalimat memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.

14 Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, (b) dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek, (c) prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, (d) dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah, (e) prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel lah, (f) prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat). (3) Objek Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini. - Dosen menerangkan materi. S P O menerangkan adalah verba transitif. - Ibu menyuapi adik. S P O Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut, - Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina. - Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal (b) berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,

15 - Ibu memarahi kakak. S P O - Guru membacakan pengumuman. S P O (c) dapat diganti enklitik nya, ku atau mu, seperti contoh berikut, - Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O - Kepala sekolah mengundangnya. S P O (d) objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut, - Ani membaca buku. S P O - Buku dibaca Ani. S P Pel. (4) Pelengkap Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut. - Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket. - Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket.

16 Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut. - Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. - Buku dibaca Ani. S P Pel. (b) pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut. - Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel. membelikan adalah verba dwitransitif. (c) pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut. - Budi menjadi siswa teladan. S P Pel. - Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel. (d) dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut. - Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel. - Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.

17 (e) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina nya, seperti contoh berikut. - Ibu memanggil adik. S P O Ibu memanggilnya. S P O - Pak Samad berdagang rempah. S P Pel. Pak Samad berdagangnya (?) (f) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. - Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?) (5) Keterangan Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut. - Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. Tempat - Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut. - Saya membeli buku. S P O

18 - Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. Tempat (b) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut. - Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. Cara - Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O (c) keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut. - Rifi datang kemarin. S P Ket. Waktu - Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. waktu Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut. (a) Keterangan tempat Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut. - Ayah pulang dari kantor. S P Ket, tempat - Irfan bermain bola di lapangan. S P O Ket. Tempat (b) Keterangan waktu Keterangan waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu diawali oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama,

19 sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu dalam kalimat seperti contoh berikut. - Dia akan datang pada hari ini. S P Ket. Waktu - Dia menderita sepanjang hidupnya. S P Ket. waktu (c) Keterangan alat Keterangan alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat diawali oleh preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut. - Ibu menghaluskan bumbu dengan blender. S P O Ket. Alat - Kue itu dibuat tanpa cetakan. S P Ket. alat (d) Keterangan cara Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut. - Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati. S P O Ket. Cara - Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan. S P O Ket. cara (e) Keterangan tujuan Keterangan tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh preposisi

20 agar, supaya, untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh berikut. - Arif giat belajar agar naik kelas. S P Ket. Tujuan - Adonan itu diaduk supaya cepat kembang. S P Ket. tujuan (f) Keterangan penyerta Keterangan penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk makna penyerta. Keterangan penyerta ditandai oleh preposisi dengan, bersama, beserta seperti yang terdapat dibawah ini. - Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen. S P Pel Ket. Penyerta - Orang itu pindah bersama anak isterinya. S P Ket. penyerta (g) Keterangan perbandingan Keterangan perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh preposisi seperti, bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini. - Dia gelisah seperti cacing kepanasan. S P Ket. Perbandingan - Suara orang itu keras bagaikan halilintar. S P Ket. Perbandingan (h) Keterangan sebab Keterangan sebab adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut. - Sebagian besar rumah rusak karena gempa. S P Ket. Sebab

21 - Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik. S P Ket. sebab (i) Keterangan akibat Keterangan akibat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna akibat. Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini. - Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya. S P Ket. Akibat - Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor. S P Ket. Akibat (j) Keterangan syarat Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini. - Saya akan datang jika dia mengundang saya. S P Ket. Syarat - Jika para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera. Ket. Syarat S P (k) Keterangan pengandaian Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan, seperti contoh berikut ini. - Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong. Ket. Pengandaian S P - Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin. Ket. pengandaian S P O

22 (l) Keterangan atributif Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif ditandai oleh konjungtor yang, seperti contoh berikut ini. - Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat beasiswa. Ket. Atributif (S) P O - Bapak yang berbaju hijau itu adalah dosen saya. Ket. Atributif (S) P O

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Sehingga yang menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa yang mengambil jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk dapat meningkatkan pemahamannya mengenai sintaksis (tata kalimat Bahasa Indonesia) guna terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar. Kami pun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang. 23

DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press. Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. 24