BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi mendatang (Keraf, 1994: 1). Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan individu lain yang dapat menolongnya. Dalam proses tolong-menolong tersebut manusia membutuhkan bahasa supaya mereka dapat berkomunikasi dengan individu lain. Bahasa sebagai bagian kebudayaan digunakan manusia sebagai sarana untuk menginterpretasikan lingkungan, mengklasifikasikan atau mengkonseptualisasikan pengalamannya. Dengan bahasa kita dapat belajar mengenali lingkungan pada saat ini, maupun pada masa yang akan datang. Dengan demikian, bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia.

2 Perkembangan bahasa Batak Toba juga dipengaruhi besarnya jumlah penutur bahasa Batak Toba. Penutur bahasa ini diperkirakan sekitar lima juta orang (Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006). Namun, perlu dipertegas bahwa penutur bahasa Batak Toba adalah semua masyarakat suku Batak Toba dan masyarakat suku lain yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir ataupun yang tinggal di daerah lain. Bahasa Batak Toba digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat penuturnya yang tersebar di empat kabupaten yaitu; Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir yang berpusat di Balige, Kabupaten Daerah Tingkat II Samosir yang berpusat di Pangururan, Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara yang berpusat di Tarutung, dan Kabupaten Daerah Tingkat II Humbang Hasundutan yang berpusat di Dolok Sanggul yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, yakni di punggung Bukit Barisan yang terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur (Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006). Kemudian masyarakat yang ada pada keempat kabupaten tersebut menyebar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia, khususnya di daerah Medan, Provinsi Sumatera Utara. Bahasa ini menjadi salah satu ragam dan kekayaan budaya di Indonesia. Keempat kabupaten yang didiami oleh masyarakat Batak Toba ini berbatasan dengan tujuh Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi Sumatera Utara dan satu Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi D.I Aceh. Di sebelah Utara, Kabupaten Daerah Tingkat II berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, Kabupaten

3 Daerah Tingkat II Karo, Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun; di sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu; di sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan; dan di sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Selatan (Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006). Berdasarkan uraian tentang masyarakat penutur bahasa Batak Toba di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan penduduk, perluasan lingkungan pemukiman, dan pengaruh bahasa lain sangat mempengaruhi perkembangan bahasa Batak Toba. Hal ini menjadi salah satu hal yang penting diteliti terutama mengenai perkembangan bahasa Batak Toba dari segi struktur kalimat. Namun, pada kesempatan ini diberikan perhatian khusus terhadap stuktur frasa verbal dan fungsinya pada bahasa Batak Toba. Dalam bahasa Batak Toba dikenal adanya satuan linguistik yang disebut morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Pelbagai satuan linguistik itu dibicarakan dalam ilmu yang berbeda. Morfem dan kata, misalnya dibahas dalam morfologi, sedangkan frasa, klausa, dan kalimat merupakan objek kajian sintaksis. Ramlan (1995: 22) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis telah dijelaskan hubungan satuan linguistik tersebut. Dikatakannya bahwa satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa; satuan klausa terdiri atas unsur-unsur yang berupa frasa; dan satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata. Keterkaitan hubungan satuan linguistik itu tampak dalam contoh berikut ini. Kalimat Anggi ni omak ni ibana naeng diwisuda sadari on adik ibu dia akan

4 diwisuda hari ini terdiri dari satu klausa, yaitu anggi ni omak ni ibana naeng diwisuda sadari on. Dikatakan demikian karena telah terpenuhinya syarat sebuah kluasa, yakni adanya subjek (S): Anggi ni omak ni ibana adik ibu dia, dan predikat (P): naeng diwisuda akan diwisuda. Selanjutnya, klausa itu terdiri atas tiga frasa, yaitu Anggi ni omak ni ibana karena berfungsi sebagai subjek (S); naeng diwisuda karena berfungsi sebagai predikat (P); dan sadari on karena berfungsi sebagai keterangan (KET). Di sini terlihat bahwa frasanya ada yang terdiri atas lima kata (Anggi ni omak ni ibana) dan ada pula yang dua kata (naeng diwisuda; sadari on). Pertanyaan yang mungkin segera muncul adalah bagaimanakah cara menentukan frasa dalam bahasa Batak Toba. Frasa dapat ditentukan apabila masingmasing unsur yang berupa kata tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 1995: 151) atau dalam istilah lain bersifat nonpredikatif (Kridalaksana, 1986: 81). Dengan kata lain, penentuan frasa dalam bahasa Batak Toba adalah jika kata-kata yang terdapat dalam konstruksi kalimat telah menduduki satu fungsi gramatikal, baik itu (S), (P), (O), (PEL), dan (KET). Maka, Anggi ni omak ni ibana adik ibu dia digolongkan sebuah frasa karena menduduki satu fungsi S; naeng diwisuda akan diwisuda sebuah frasa karena menduduki satu fungsi P; dan sadari on hari ini satu frasa karena menduduki satu fungsi KET. Silaban (1987) dalam skripsinya Frasa Bahasa Batak Toba mengemukakan bahwa frasa bahasa Batak Toba terdiri atas, frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Yang dimaksud dengan frasa endosentrik adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi dan dapat berdistribusi dengan salah satu atau semua unsurnya (misalnya, frasa jonok

5 hian dekat sekali ). Frasa endosentrik dibedakan atas frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik atributif, dan frasa endosentrik apositif. Frasa eksosentrik adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang salah satu unsurnya tidak dapat berdistribusi dengan unsur lainnya (Silaban, 1987: 43). Frasa eksosentrik dibaginya atas tiga bagian (berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya) yaitu frasa preposisi yaitu frasa yang intinya kata depan penunjuk tempat (misalnya, frasa di jabu di rumah ), frasa pasposisi yaitu frasa yang intinya kata depan penunjuk asal (misalnya, frasa sian porlak dari ladang ), dan frasa perposposisi yaitu frasa yang intinya kata depan yang mengapit suatu kata (misalnya, frasa sian hau i dari pohon itu ). Seperti halnya Silaban (1987), Sibarani (1997) dalam bukunya Sintaksis Bahasa Batak Toba juga membedakan frasa bahasa Batak Toba menjadi dua bagian, yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mewakili keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani, 1997: 24). Frasa endosentrik dibedakan atas frasa modifikatif (misalnya, frasa ndang modom tidak tidur ) dan frasa beraneka hulu (misalnya, frasa hehe jala jongjong bangun dan berdiri ). Frasa modifikatif terdiri atas frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa adverbial, sedangkan beraneka hulu dibedakan atas frasa koordinatif dan frasa apositif (Sibarani, 1997: 16). Sementara itu, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak ada satu pun unsurnya dapat mewakili keseluruhan frasa itu untuk menduduki fungsi sintaksis yang sama (Sibarani, 1997: 16). Misalnya, frasa tu ginjang ke atas (frasa preposisi-lokatif).

6 Frasa eksosentrik terbagi atas frasa preposisi-instrumental, frasa preposisi-agentif, frasa preposisi-komparatif, frasa preposisi-perihal, dan frasa preposisi-kausal. Sinaga (2002) dalam bukunya Tata Bahasa Batak Toba juga menyinggung frasa bahasa Batak Toba terbatas pada pembahasan adjektiva serta penggunaannya dalam berbahasa. Namun, dia menjelaskan unsur-unsur pembentuk kata sifat yang juga merupakan unsur atributif yang membentuk frasa. Alwi, dkk. (2000: 157) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia membedakan frasa verbal menjadi dua yaitu frasa verbal endosentrik atributif dan frasa verbal endosentrik koordinatif. Frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Yang di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pewatas belakang (misalnya, harus menjunjung ). Frasa verbal endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang dihubungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau, sebagai verba dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan atau belakang (misalnya, tertawa atau marah ). Sedangkan, dari segi fungsinya dalam kalimat, frasa verbal dapat menduduki fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Mariani (1995) dalam skripsinya Analisis Frasa Verbal dalam Tabloid Nova menyimpulkan bahwa unsur-unsur yang membentuk frasa verbal adalah (1) verba + verba, (2) verba + adjektiva, (3) verba + nomina, (4) verba + adverbia, (5) verba + frasa preposisional, (6) adverbia + verba, (7) verba + nomina + adjektiva, (8) adverbia + numeralia + nomina, (9) adverbia + verba + adverbia, (10) adverbia + verba + verba, (11) adverbia + verba + nomina, (12) adverbia + verba + adjektiva, (13)

7 adverbia + adverbia + verba, (14) adverbia + frasa koordinatif, (15) adverbia + adjektiva + verba, (16) adverbia + adverbia + verba + adverbia, (17) adverbia + adverbia + verba + verba, (18) adverbia + adverbia + adverbia + verba, (19) adverbia + verba + adverbia + verba, dan (20) verba + adverbia + adverbia + verba. Selanjutnya, dari tiga tipe frasa endosentrik, yaitu koordinatif, atributif, dan apositif, tidak ditemukan dalam data ( majalah Nova tersebut) frasa endosentrik apositif. Dari hasil kajian di atas terlihat bahwa (1) frasa dipahami sekurang-kurangnya terdiri atas dua anggota pembentuk, (2) klasifikasi frasa verba berdasarkan pada keberadaan intinya, (3) struktur frasa merupakan proyeksi dari inti dan frasa tanpa memperhatikan adanya kategori lain di antara keduanya, (4) dari segi fungsinya dalam kalimat, frasa verbal dapat menduduki fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan (5) frasa verbal dapat didahului atau diikuti kelas kata yang lain. Kajian sintaksis terhadap bahasa Batak Toba, terutama menyangkut stuktur frasa dan klausa bahkan kalimat masih sedikit. Jika dibandingkan dengan kajian fonologi dan morfologi, kajian sintaksis masih menempati urutan terendah (Sibarani, 1997: 11). Menurut Nababan dan Percival (dalam Sibarani 1997: 11-13), pembicaraan frasa dan klausa yang mereka lakukan terasa kurang menyentuh sisi dasar frasa dan klausa bahasa Batak Toba. Misalnya, pembicaraan nominalisasi adjektiva untuk membentuk frasa nominal yang dibentuk dengan menggunakan preposisi ni seperti dalam uli ni basa kebaikan dan burju ni roha kebaikan hati tidak mereka singgung.

8 Akan tetapi, penelitian yang mereka lakukan telah banyak memberikan bantuan dalam penelitian lanjutan tentang kajian tata bahasa Batak Toba, khususnya terhadap kajian sintaksis. Namun, hingga saat ini kajian sintaksis yang lebih mendalam belum banyak dilakukan, terutama kajian frasa baik frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa lainnya. Di antara frasa-frasa tersebut penelitian tentang frasa verbal dirasakan masih kurang mendalam, hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti frasa verbal dan fungsinya dalam kalimat bahasa Batak Toba. Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini penulis mengambil dua buku sebagai penuntun utama, yakni Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis (Ramlan, 1995) dan Alwi, dkk. (2000) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ramlan (1995) untuk menganalisis masalah yang pertama yaitu struktur frasa verbal dalam bahasa Batak Toba dan buku Alwi, dkk. (2000) untuk menganalisis masalah yang kedua yaitu kedudukan frasa verbal dilihat dari segi fungsinya dalam kalimat bahasa Batak Toba. Buku ini penulis pilih karena dari semua buku yang membahas tentang frasa verbal kedua buku ini membahas masalah yang berhubungan dengan masalah penelitian ini Masalah Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masalah yang ingin dikemukakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur frasa verbal dalam bahasa Batak Toba? 2. Bagaimanakah kedudukan frasa verbal dilihat dari segi fungsinya dalam kalimat bahasa Batak Toba?

9 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur frasa verbal bahasa Batak Toba serta menjelaskan kedudukan frasa verbal bahasa Batak Toba dilihat berdasarkan fungsinya dalam kalimat bahasa Batak Toba Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam usaha pengembangan kajian sintaksis bahasa Batak Toba sehingga memperkaya kajian bahasa Batak Toba, khususnya yang berhubungan dengan frasa verbal bahasa Batak Toba. 2. Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk mengungkapkan berbagai jenis frasa dalam bahasa-bahasa daerah terutama bahasa-bahasa di Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini dapat juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara melakukan evaluasi terhadap kajian bahasa Batak Toba. 1.3 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ilmiah haruslah berdasarkan fakta-fakta untuk mendukung

10 kebenaran, sedangkan metode adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam pengumpulan data diterapkan metode kepustakaan yaitu dengan mencari buku-buku yang menjadi sumber data terutama data-data yang berupa frasa atau berhubungan dengan frasa verbal. Untuk mendapatkan data tulis digunakan metode simak (Sudaryanto, 1993: ), kemudian didukung oleh teknik catat, yaitu mencatat data-data yang ditemukan. Menurut Nazir (1988: 111), untuk mendapatkan data tulis digunakan studi pustaka yakni dengan mencari buku-buku yang menjadi sumber data yang berhubungan dengan objek kajian (dalam hal ini yang berupa frasa verbal). Setelah itu dilanjutkan dengan teknik catat yaitu mencatat data-data yang ditemukan. Untuk mengumpulkan data frasa verbal akan ditempuh langkah-langkah berikut. 1. Pencatatan hal-hal yang berhubungan dengan frasa verbal bahasa Batak Toba dari berbagai sumber, terutama dari buku-buku yang berhubungan dengan sintaksis bahasa Batak Toba. 2. Pengelompokan frasa verbal berdasarkan jenis dan kedudukan frasa verbal berdasarkan fungsinya dalam kalimat bahasa Batak Toba. Dalam pengumpulan data lisan digunakan metode wawancara. Pengumpulan data lisan ini dilakukan di Desa Sitorang, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Samosir. Dengan metode ini peneliti terlibat langsung dalam percakapan dengan narasumber (penutur bahasa Batak Toba). Pemilihan narasumber didasarkan pada persyaratan-persyaratan berikut.

11 1. Berusia antara tahun; 2. Lahir dan besar di daerah penelitian; 3. Berpendidikan maksimal tamatan pendidikan dasar (SD-SLTP); 4. Memiliki kemampuan menggunakan bahasa daerahnya; 5. Dapat berbahasa Indonesia; dan 6. Sehat jasmani (tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang baik) dan sehat rohani (tidak gila atau pikun) (Maksun, 1995). Data-data lisan tersebut diujikan kepada penutur bahasa Batak Toba melalui penggunaan daftar tanyaan. Hal ini jelas menuntut dan mengharuskan peneliti bertindak hati-hati pada tahap analisis dan interpretasi data. Untuk mengumpulkan data frasa verbal dan fungsinya ini ditempuh langkah-langkah berikut. Untuk mendapatkan data tulis digunakan metode simak (Sudaryanto, 1993: ) yang didukung oleh teknik catat. Data tulis itu bersumber dari buku Sintaksis Bahasa Batak Toba (Sibarani, 1997); Kamus Bahasa Batak Toba-Indonesia (Warneck, 2001); dan Tata Bahasa Batak Toba (Sinaga, 2002). Frasa verbal, ndang mangan tidak makan, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok frasa verbal endosentrik atributif dengan pewatas depan karena inti frasa tersebut adalah mangan makan, sedangkan pawatas depan sebagai atributifnya, ndang tidak, terletak di kanan atau sebelum inti. Sedangkan frasa verbal mangangguk muse mengangguk lagi, misalnya, dalam kelompok frasa verbal endosentrik atributif dengan pewatas belakang karena inti leksikal mangangguk mengangguk terletak di kiri, sedangkan pewatas belakang sebagai atributif muse lagi, terletak di kanan atau sesudah inti leksikal.

12 1.3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data Pada tahap pengkajian data diterapkan dua metode. Pertama, metode tahap referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan pokok (Sudaryanto, 1993: 21-27). Metode padan referensial berfungsi untuk menentukan referen sebuah kata, yaitu dengan cara membandingkan referen kerja dengan hal pokok berdasarkan daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dan daya pilah yang melekat pada referen tersebut (Sudaryanto, 1993: 21-27). Misalnya, modom tidur makna referensialnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata); hendak (mulai) mengistirahatkan badan dan kesadarannya. Kedua, metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, teknik balik, dan teknik ganti. Pada metode agih digunakan intuisi untuk membagi satuan lingual tersebut. Contohnya, terlihat pada kalimat sebagai berikut. 1. Mangan muse anak ni amanta i. makan lagi anaknya bapak itu Makan lagi anak bapak itu. Teknik lesap digunakan untuk melesapkan unsur tertentu agar diketahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Misalnya, pada frasa mangan muse makan lagi,

13 unsur inti adalah mangan makan. Jika unsur ini dilesapkan, menjadi *muse lagi, bentuknya menjadi tidak gramatikal. Teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan dengan menggunakan unsur tertentu. Pada frasa verbal, mardalan pat berjalan kaki dapat diperluas dengan adverbia muse lagi menjadi mardalan pat muse berjalan kaki lagi. Struktur seperti ini dapat diterima secara sintaksis dan semantik dalam bahasa Batak Toba. Teknik ganti dilakukan dengan mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti, misalnya, adverbia muse pada frasa mardalan pat muse berjalan kaki lagi dapat diterima sebagai pengganti adverbia museng dari frasa verbal mardalan pat museng berjalan kaki juga. 1.4 Landasan Teori Konsep Dasar Istilah sintaksis diambil dari bahasa Belanda Syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah Syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995: 21). Ramlan (1995) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis mengatakan bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik, ada yang terdiri atas unsur klausa, dan ada yang terdiri atas unsur bukan klausa. Selanjutnya, beliau menyebutkan bahwa klausa itu adalah satuan gramatik yang terdiri dari S dan P baik disertai O, PEL, dan

14 KET ataupun tidak. Unsur inti klausa ialah S dan P. Sedangkan frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa Pengertian Frasa Pembicaraan mengenai frasa termasuk bidang sintaksis karena menyangkut hubungan antarkata (Verhaar, 1970: 97). Adapun ciri utama kata, yaitu dapat dipisahkan dari bentuk lainnya. Dalam frasa tidak melupakan, tidak dan melupakan merupakan dua buah kata karena antara kata tidak dan melupakan dapat dipisahkan dengan menyisipkan kata lain seperti kata akan menjadi tidak akan melupakan. Bahkan, dalam posisinya sebagai jawaban, kata tidak dan melupakan dapat berdiri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa yang disebut kata adalah bentuk bebas yang mengandung arti utuh. Hubungan antarkata dalam frasa, baik dari segi bentuk maupun makna, bersifat longgar, tetapi tidak melampaui batas fungsi yang diduduki. Misal, kalimat di bawah ini. 2. Dia sekarang menulis surat. Dalam kalimat di atas, tidak ada frasa karena hubungan setiap kata telah melampaui batas fungsi, yakni dia sebagai subjek (yang disingkat S), sekarang berfungsi sebagai keterangan (yang disingkat KET), menulis berfungsi sebagai predikat (yang disingkat P), dan surat berfungsi sebagai objek (yang disingkat O). Jadi, masing-

15 masing kata dalam kalimat ini mengisi satu fungsi sehingga hubungan yang ada di sini adalah hubungan antarfungsi. Berbeda halnya dengan hubungan antarkata akan dengan menulis dalam kalimat di bawah ini. 2a. Dia akan menulis surat. Pada kalimat di atas ditemukan frasa akan menulis yang menduduki satu fungsi. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa frasa adalah hubungan dua kata yang tidak melampaui batas fungsi. Ramlan (1995: 151) mengatakan frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Pendapat Ramlan ini didukung juga oleh pendapat Elson dan Picket (1969) mengatakan frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Tarigan, 1986: 50). Perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan unsur klausa dari batasan di atas adalah satuan gramatik yang terdiri dari S dan P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak (Ramlan, 1995). Malahan, sebagai jawaban dari suatu pertanyaan, sebuah klausa dapat saja terdiri atas P tanpa perlu adanya unsur-unsur lain. Apabila satuan bahasa sudah melampaui batas fungsi, maka bukan lagi disebut frasa, melainkan klausa yang tetap berada di dalam konstruksi yang lebih besar, yaitu kalimat. Ada kalanya frasa terdiri atas dua kata, tiga kata, atau lebih. Apabila frasa terdiri atas dua kata, akan mudah ditentukan bahwa salah satu dari kata itu merupakan unsur intinya. Akan tetapi, apabila frasa itu sudah lebih dari dua kata, penentuan

16 unsurnya haruslah memperhatikan prinsip hierarki dalam tata bahasa yang bersangkutan Frasa Verbal Tarigan (1986: 59) mengatakan frasa verbal adalah frasa modifikatif yang hulunya berupa verba atau kata kerja. Ramlan (1995: 168) mengatakan frasa verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba. Kridalaksana (1988: 93) mengatakan frasa verbal ialah frasa yang terjadi dari verba sebagai induk dengan verba, atau kata berkelas kata lain, yaitu adverbia, atau frasa preposisional, sebagai modifikator. Moeliono (1988: 127) mengatakan frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Alwi, dkk. (2000: 157) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia membedakan frasa verbal menjadi dua yaitu frasa verbal endosentrik atributif dan frasa verbal endosentrik koordinatif. Frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Yang di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pewatas belakang (misalnya, harus menjunjung ). Frasa verbal endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang dihubungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau, sebagai verba dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan atau belakang (misalnya, tertawa atau marah ). Sedangkan, dari segi

17 fungsinya dalam kalimat, frasa verbal dapat menduduki fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa verbal ialah frasa yang intinya kata kerja (verba) atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata kerja. Persamaan distribusi ini dapat diketahui dengan jelas dalam kalimat berikut ini. 3. Allah akan menguji keimanan hamba-nya dalam menghadapi perkara itu. 4. Allah ---- menguji keimanan hamba-nya dalam menghadapi perkara itu. Frasa akan menguji dalam kalimat (3) mempunyai distribusi yang sama dengan kata menguji. Kata menguji termasuk golongan verba, karena itu frasa verbal akan menguji termasuk golongan verba Struktur Frasa Verbal Berdasarkan strukturnya, frasa verbal tergolong dalam frasa verbal endosentrik yang dibagi lagi atas (a) frasa verbal endosentrik atributif dan (b) frasa verbal endosentrik koordinatif. Frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Yang di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pawatas belakang. Salah satu kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas depan adalah akan, harus, dapat, boleh, suka, ingin, dan mau. Konstruksi seperti akan membaik, akan mendarat, tidak harus pergi, merupakan contoh frasa verbal endosentrik atributif.

18 Sedangkan wujud frasa verbal sangat sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau. Sebagai verba bentuk itu juga dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan atau pewatas belakang. Perhatikan contoh berikut. 5. Mereka menangisi dan meratapi nasibnya. 6. Dia tidak akan mengakui atau mengingkari perbuatannya. Pewatas depan dan belakang pada frasa verbal koordinatif seperti ini memberi keterangan tambahan pada kedua verba yang bersangkutan dan bukan pada verba yang pertama saja. Dengan demikian, maka pada kalimat (6) pewatas tidak akan memberi keterangan tambahan pada mengakui dan mengingkari, bukan pada mengakui saja Kedudukan Frasa Verbal dari Segi Fungsi dalam Kalimat Jika ditinjau dari segi fungsi, frasa verba terutama menduduki fungsi predikat. Walaupun demikian, frasa verbal dapat pula menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, pelengkap, dan keterangan (dengan perluasannya berupa objek, pelengkap, dan keterangan). Berikut ini akan dijelaskan kedudukan frasa verbal dari segi fungsinya dalam kalimat. Pertama, frasa verbal sebagai predikat. Telah dikemukakan bahwa frasa verbal berfungsi terutama sebagai predikat atau sebagai inti predikat kalimat. Perhatikan contoh berikut.

19 7. Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru. Pada kalimat (7) frasa akan mengeluarkan yang berkedudukan sebagai predikat diikuti oleh objek peraturan moneter baru. Kedua, frasa verbal sebagai subjek. Pada kalimat di bawah ini terlihat bahwa frasa verbal dan perluasannya (yang berupa objek, pelengkap, dan/ atau keterangan) dapat berfungsi sebagai subjek. Pada umumnya verba yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti, tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki unsur lain seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek. 8. Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat. Pada kalimat (8) subjeknya adalah frasa verbal bersenam setiap pagi. Ketiga, frasa verbal sebagai objek. Dalam kalimat berikut frasa verbal dan perluasannya berfungsi sebagai objek. 9. Dia menekuni membaca buku setiap hari. Dalam kalimat (9) yang berfungsi sebagai objek adalah frasa verbal membaca buku yang diikuti oleh keterangan setiap hari.

20 Keempat, frasa verbal berfungsi sebagai pelengkap. Frasa verbal dan perluasannya dapat berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat, seperti terlihat pada contoh berikut. (10) Dia sudah berhenti dari merokok. Frasa verbal dari merokok dalam kalimat (10) berfungsi sebagai pelengkap dari predikat berhenti. Predikat itu tidak lengkap dan dengan demikian, predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti oleh pelengkap. Kelima, frasa verbal berfungsi sebagai keterangan. Dalam kalimat berikut verba dan perluasannya berfungsi sebagai keterangan. (11) Mereka baru saja pulang bertamasya. Pada kalimat (11) terkandung pengertian asal dan oleh sebab itu dapat disisipkan kata dari : pulang dari bertamasya ; dalam hal ini frasa verbal (dengan perluasannya) menjadi bagian dari frasa preposisi.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba. Bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu sekaligus bahasa sehari-hari sering

BAB I PENDAHULUAN. Toba. Bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu sekaligus bahasa sehari-hari sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang ditetapkan oleh pemerintah di negara kita sebagai alat komunikasi resmi. Selain bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi leksikal merupakan variasi bahasa yang dapat diketahui dari adanya perbedaan cara pelafalan dan perubahan bentuk dalam suatu bahasa. Seperti pada leksikon [inong]

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis

Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis Modul 1 Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis M PENDAHULUAN Joko Santoso, M.Hum. ateri-materi yang disajikan dalam Modul 1, yang berkenaan dengan kedudukan dan ruang lingkup sintaksis ini merupakan pijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako 1 STRUKTUR FRASE VERBA BAHASA KAILI DIALEK RAI Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako S.musrifa@yahoo.co.id ABSTRAK Kata Kunci: Struktur Frase Verba Bahasa Kaili Dialek Rai Penelitian ini berjudul Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci