BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kata Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan mengandung sebuah ide (Keraf, 1991: 44) 2. Kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan kata (Kushartanti, 2005: 151). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata adalah satuan bebas, atau bentuk yang paling kecil, mampu berdiri sendiri, dan sudah mempunyai arti. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi, kata terdiri satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. B. Jenis Kata Jenis kata di dalam bahasa Indonesia, telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa (Linguistik), baik dalam pandangannya secara tradisional (lama) maupun secara struktural (baru). Jenis kata dalam bahasa Indonesia menurut Kridalaksana (1994: 20) dibagi dalam sepuluh macam, yaitu kata benda, kata keadaan, kata ganti, kata kerja, kata bilangan, kata sandang, kata depan, kata keterangan, kata sambung (konjungsi), dan kata seru. Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti kata sambung (konjungsi) karena penggunaan konjungsi 7

2 pada siswa sering salah penempatan atau pemilihan, sehingga menimbulkan makna gramatikal yang tidak utuh. C. Pengertian Konjungsi Menurut Sumarlan (2003: 32), konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana. Menurut Kridalaksana (1994: 102), konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Contoh: (1) Ia pergi karena saya (2) Ia pergi karena saya mengusirnya Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi sama dengan kata sambung, disebut juga dengan konjungtor, dan termasuk kata tuga menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat. Dari kalimat tersebut tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah klausa. Meskipun demikian, konjungsi juga menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi dan, atau tersebut membentuk frasa mangga dan pisang, adiknya atau kakaknya mempunyai keanggotaan ganda, yakni sebagai preposisi dan sebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk frasa maka statusnya adalah sebagai preposisi. Dalam kenyataannya akan diketahui bahwa sebagian dari preposisi ada pula yang bertindak sebagai konjungsi. Preposisi

3 sebagai sebab, karena, dan sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Pada kalimat berikut ini ditemukan preposisi yang dapat pula bertindak sebagai konjungsi. (3) a. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya. b. Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal (4) a. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus b. Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ada kata yang mempunyai keanggotan ganda yaitu sebagai preposisi maupun konjungsi. Konjungsi karena dan sejak pada kalimat (3a), (3b), (4a), dan (4b). Pada kalimat (3a) dan (3b) konjungsi karena sekaligus dipakai sebagai preposisi. Preposisi pada kalimat (3a) terlihat pada klausa karena kematian ayahnya, sedangkan pada kalimat (3b) preposisi terlihat pada klausa karena ayahnya meninggal. Pada kedua kalimat tersebut konjungsi karena berperan juga sebagai preposisi. Pada kalimat (4a) dan (4b) konjungsi sejak sekaligus dipakai sebagai preposisi. Preposisi pada kalimat (4a) terlihat pada klausa sejak bulan Agustus, sedangkan pada kalimat (4b) preposisi terlihat pada klausa sejak dia berumur lima tahun. Pada kedua kalimat tersebut, konjungsi sejak berperan juga sebagai preposisi. D. Macam-Macam Konjungsi Macam-macam konjungsi di dalam kalimat menurut Chaer (1987: ) terbagi dalam beberapa jenis antara lain sebagai berikut: konjungsi dan, konjungsi dengan, konjungsi serta, konjungsi atau, konjungsi tetapi, konjungsi namun, konjungsi sedangkan, konjungsi sebaliknya, konjungsi bahkan, konjungsi lagipula, konjungsi apalagi.

4 Berikut ini akan dijelaskan tentang macam-macam konjungsi yang terdapat di dalam kalimat. 1. Konjungsi dan Konjungsi dan untuk menyatakan gabungan, biasa digunakan a. di antara dua kata benda Perhatikan kalimat berikut. (5) Ibu dan Ayah pergi ke Surabaya. (6) Adik dibelikan baju dan sepeda. b. di antara dua kata kerja. Perhatikan kalimat berikut ini. (7) Mereka makan dan minum di kantin. (8) Ibu memasak dan meyuapi adik. c. di antara dua buah kata sifat yang tidak bertentangan. Perhatikan beberapa kalimat berikut ini. (9) Anak itu rajin dan pandai. (10) Pohon pisang itu besar dan panjang. Perlu diperhatikan bahwa. 1) Kalau keduanya kata sifat yang digabungkan dengan konjungsi dan sifatnya bertentangan, maka tidak mungkin menduduki fungsi subjek. Perhatikan kalimat berikut ini. (11) Kaya dan miskin di hadapan Tuhan sama saja. (12) Baik dan buruk perlu dipertimbangkan sekali. 2) Jika yang digabungkan lebih dari dua buah kata, maka konjungsi dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang terakhir.hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini.

5 (13) Dia ditendang, dipukul, dan dibanting musuhnya. (14) Anak itu ramah, rajin, dan pandai. 3) Di antara dua buah klausa (bagian kalimat) dalam sebuah kalimat majemuk atau luas. Perhatikan kalimat berikut. (15) Kakak mandi dan Adik melihat tv. (16) Ali belajar dan Ana barmain. 4) Jika klausa-klausa yang digabungkan lebih tinggi, maka konjungsi dan hanya digunakan di antara dua buah klausa yang terakhir. Dari penjelasan tersebut perhatikan kalimat berikut. (17) Bupati menyumbang tujuh juta rupiah, Camat menyumbang enam juta rupiah, dan para pengusaha menyumbang tiga juta rupiah. 2. Kojungsi dengan Konjungsi dengan fungsinya untuk menyatakan gabungan, dapat digunakan di antara dua buah kata benda. Perhatikan penggunaan konjungsi pada kalimat berikut. (18) Andi dengan Ani pergi ke sekolah. (19) Ayah dengan Ibu pergi ke kantor. 3. Konjungsi serta Konjungsi serta berfungsi untuk menyatakan gabungan biasa digunakan di antara dua buah kata benda. Hal ini dapat diperhatikan pada kaimat berikut. (20) Ibu serta bapak akan berkunjung ke rumah nenek. (21) Kakak serta adik akan pergi ke Bogor. 4. Konjungsi atau antara. Konjungsi atau berfungsi untuk menyatakan memilih, dapat digunakan di a. Dua buah kata benda atau frase benda.

6 Perhatikan penggunaan konjungsi atau pada kalimat berikut: (22) Kamu pilih dia atau aku? (23) Merah atau putih baju yang kamu minta? b. Dua buah kata kerja. Perhatikan kalimat berikut ini. (24) Jangan menegur atau mengajak bicara anak yang nakal itu. (25) Dua buah kata sifat yang berlawanan makna. c. Dua buah kata sifat yang berlawanan makna. Perhatikan kalimat berikut ini. (26) Kaya atau miskin sama saja di hadapan Tuhan. (27) Mahal atau murah akan kubeli rumah itu. d. Kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya. Hal itu dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini. (28) Kamu mau datang atau tidak, itu urusanmu. (29) Jujur atau tidak jujur, saya tidak tahu masalah itu. e. Dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara. Perhatikan kalimat berikut ini. (30) Saya datang ke rumahnya, atau kau yang datang ke rumahku. Perlu diketahui bahwa. Kalau yang dipilih lebih dari dua unsur, maka konjungsi atau ditempatkan di antara kedua unsur yang terakhir. Perhatikan kalimat berikut ini. (31) Teh, kopi atau air putih yang hendak kau minum.

7 5. Konjungsi tetapi Konjungsi tetapi dengan fungsi untuk menyatakan pertentangan yang digunakan di antara a. dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat. Perhatikan kojungsi tetapi pada kalimat berikut ini. (32) Anak itu pandai tetapi malas. (33) Dia memang bodoh tetapi rajin. b. dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berkontras. Perhatikan pula pada kalimat berikut. (34) Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit. c. dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang berlawanan. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (35) Ali sangat pandai tetapi adiknya bodoh. (36) Di dalam rumah gelap sekali tetapi di luar sangat terang. d. dua buah klausa, di mana klausa pertama berisi pernyataan, dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata tidak. Perhatikan juga pada kalimat berikut ini. (37) Kami ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak ada biaya. (38) Saya memang datang ke pesta tetapi tidak ada yang berkesan di hatiku. Perlu diperhatikan juga bahwa Konjungsi tetapi juga digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Perhatikan kalimat berikut ini.

8 (39) Saya ingin terus belajar.tetapi ayah saya menyuruh bekerja. Seharusnya saya ingin terus belajar, tetapi ayah menyuruh saya bekerja. 6. Konjungsi namun Konjungsi namun dengan fungsi menggabungkan mempertentangkan digunakan di antara dua buah kalimat. Kalimat pertama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyatan dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (40) Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami sekolahkan, namun sekarang dia lupa kepada kami. (41) Setiap hari dia bekerja keras tanpa mengingat waktu, jauh dari keluarga, namun dia tetap menjalankan sholat. Perlu diperhatikan pula bahwa. a. Konjungsi namun sesungguhnya sama fungsinya dengan konjungsi tetapi. Namun konjungsi tetapi hanya digunakan sebagai penghubung antarklausa, sedangkan konjungsi namun digunakan sebagai penghubung antarkalimat. b. Konjungsi namun untuk lebih jelas, dapat diikuti kata begitu dan demikian. Perhatikan kalimat berikut ini. (42) Sejak kecil kami rawat dan kami sekolahkan, namun begitu setelah dewasa dan jadi orang kini dia lupa kepada kami. (43) Dia memang keras kepala, bandel, namun demikian hatinya baik dan suka menolong. 7. Konjungsi sedangkan. Konjungsi sedangkan dengan fungsi untuk menyatakan pertentangan. Perhatikan kalimat berikut ini. (44) Ayahnya menjadi dokter, sedangkan ibunya menjadi bidan.

9 (45) Kakanya menjadi dosen, sedangkan adiknya menjadi guru. 8. Konjungsi sebaliknya Konjungsi sebaliknya berfungsi untuk menyatakan gabungan atau mempertentangkan, digunakan di antara dua buah klausa yang bertentangan. Perhatikan penggunaan konjungsi sebaliknya pada kalimat berikut. (46) Diberi pertolongan bukannya terima kasih, sebaliknya malah dia diam saja. 9. Konjugsi bahkan Konjungsi bahkan berfungsi untuk menggabungkan dan menguatkan antar klausa, dapat digunakan di antara dua buah kalimat. Perhatikan kalimat berikut ini. (47) Dia pandai sekali bahkan sampai juara kelas. 10. Konjungsi lagipula Perhatikan kalimat berikut ini. (48) Saya tidak masuk hari ini, lagipula saya tidak mengajar. (49) Mari makan di warung ini, harganya murah lagipula enak masakannya. 11. Konjungsi apalagi Konjungsi apalagi berfungsi untuk menyatakan gabungan pernyataan, digunakan pada awal keterangan atau kalimat tambahan. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini. (50) Kamu saja tidak tahu, apalagi saya yang tidak sekolah. (51) Jalan-jalan di kota sering macet, apalagi waktu jam sibuk. Perlu diperhatikan juga bahwa.

10 Secara optimal konjungsi apalagi dapat diikuti kata kalau atau jika bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek. Perhatikan kalimat berikut ini. (52) Hawa di sini sejuk sekali, apalagi kalau malam hari. (53) Saya tidak dapat hadir, apalagi kalau tidak di jemput E. Pengelompokan Konjungsi Menurut Moeliono (peny) (1997: ), dilihat dari perilaku sintaktisnya, konjungsi dibagi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. 1. Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Perhatikan konjungsi koordinatif berikut. dan serta atau tetapi melainkan padahal sedangkan : penanda hubungan penambahan : penanda hubungan pendampingan : penanda hubungan pemilihan : penanda hubungan perlawanan : penanda hubungan perlawanan : penanda hubungan pertentangan : penanda hubungan pertentangan Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, disamping menghubungkan kata, juga membentuk frasa, tetapi frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (54) Dia menangis dan istrinya pun ikut tersedu-sedu. (55) Dia mencari saya dan adik saya. (56) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku? (57) Sebenarnya anak itu pandai tetapi malas. (58) Yang kita cari hotel yang sederhana, tetapi bersih. (59) Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.

11 (60) Ibu sedang masak, sedangkan Ayah membaca Koran. Di samping makna pemilihan konjungsi atau mempunyai makna penambahan. Untuk makna penambahan seperti itu, konjungsi atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan kurang baik. Dalam hal itu partikel pun dapat ditambahkan pada konjungsi koordinatif atau sehingga menjadi ataupun. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (61) Karyawan yang malas atau (pun) tidak jujur akan ditindak. (62) Polisi yang melalaikan tugas atau (pun) yang melakukan pungli akan dipecat. (63) Penumpang dilarang merokok atau (pun) meludah di dalam bis. 2. Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan. Hal ini dapat diperhatikan pada konjungsi korelatif berikut. baik maupun... tidak hanya tetapi juga. bukan hanya...melainkan juga demikian sehingga. sedemikian rupa...sehingga apa (kah) atau entah entah. jangankan pun. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini. (64) Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok. (65) Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga patuh. (66) Mobil itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar dipotret.

12 (67) Ketika harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya benar- benar baik. (68) Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati. 3. Konjungsi Subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaktis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Jika dilihat dari perilaku sintaktis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok. Berikut ini adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif. a. Konjungsi Subordinatif Waktu: 1) Sejak, semenjak, sedari 2) Sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selama, serta, sambil, demi. 3) Setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai. 4) Hingga, sampai. b. Konjungsi Subordinatif Syarat: Jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala. c. Konjungsi Subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekirannya d. Konjungsi Subordinatif Tujuan: agar, supaya, biar e. Konjungsi Subordinatif Konsesif; biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun). f. Konjungsi Subordinatif Pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, laksana, ibarat, daripada, alih-alih. g. Konjungsi Subordinatif Sebab: sebab, karena, oleh karena,oleh sebab. h. Konjungsi Subordinatif Hasil: sehingga, sampai (sampai), maka(nya.)

13 i. Konjungsi Subordinatif Alat: dengan, tanpa. j. Konjungsi Subordinatif Cara: dengan, tanpa. k. Konjungsi Subordinatif Komplementasi: bahwa. l. Konjungsi Subordinatif Atribut: yang m. Konjungsi Subordinatif Perbandingan: sama dengan, lebih dari(pada) Contoh: (69) Pak Buchori sudah meningal sebelum dokter datang. (70) Saya akan naik haji jika tanah saya laku. (71) Aya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau mengakui kesalahannya. (72) Narto harus belajar giat agar naik kelas. (73) Pembangunan tetap berjalan terus meskipun dana makin menyempit. Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok konjungsi subordinatif ada pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kata sebelum dan karena dapat diikuti oleh klausa dan dapat pula diikuti oleh kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi. (74) Sebelum pergi ayah sarapan dahulu (diikuti kata) (75) Karena sakit dia tidak berangkat sekolah (diikuti kata) (76) Aku berangkat ke sekolah sebelum ayah berangkat ke kantor (diikuti klausa) (77) Aku menyanyi karena itu memang hobiku (diikuti klausa) 4. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menggabungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, kata penghubung itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.

14 Berikut ini adalah penggunaan kata penghubung antar kalimat. Anggota subkelompok (a) menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang berada ataupun bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya meliputi konjungsi biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun demikian, walaupun demikian. Anggota subkelompok (b) menyatakan kenyataan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya meliputi konjungsi kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya. Anggota subkelompok (c) menyatakan peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi tambahan pula, lagi pula, selain itu. Anggota kelompok (d) mengacu kebalikkan dari yang dinyatakan sebelumnya, yakni konjungsi sebaliknya dan sesungguhnya. Anggota subkelompok (e) menyatakan keadaan yang sebenarnya meliputi konjungsi sesungguhnya dan bahwasanya. Anggota subkelompok (f) menyatakan pengguatan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi malah(an) dan bahkan. Anggota subkelompok (g) menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, meliputi konjungsi (akan)tetapi dan namun. Anggota subkelompok (h) menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya, meliputi konjungsi kecuali itu. Anggota subkelompok (i) menyatakan konsekuensi, meliputi konjungsi dengan demikian. Anggota kelompok (j) menyatakan akibat, meliputi konjungsi oleh sebab itu dan oleh karena itu. Anggota kelompok (k) menyatakan yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, meliputi sebelum itu. Hal ini dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (78) Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami masih menghargainya.

15 (79) Mereka belanja ke pasar. Sesudah itu, mereka pergi ke taman. (80) Pak Ahmad menderita penyakit jantung. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi. (81) Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi dengan senjata apinya. (82) Masalah yang dihadapi memang sulit. Sesungguhnya, masalah itu sudah diduga sebelumnya. (83) Pak Hadi sudah tahu soal itu. Bahkan, dia sudah menanganinya. (84) Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada (Moeliono (peny), 1997: ) F. Hubungan Konjungsi Menurut Moeliono (peny) (1997: 317), dilihat dari hubungan semantik antarklausa dalam kalimat majemuk setara. Dan dari segi arti koordinatornya, ada tiga hubungan atau relasi: (a) hubungan penjumlahan, (b) hubungan perlawanan, dan (c) hubungan pemilihan. 1. Hubungan Penjumlahan Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan peristiwa, dan proses. Hubungan tersebut ditandai oleh koordinator dan, serta, atau baik...maupun. Hubungan penjumlahan terdiri dari (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c) pertentangan, dan (d) perluasan. Contoh: (85) Pengaruh Revolusi Bolsyewik makin tertanam dalam dirinya, dan dari situ idenya tentang revolusi sebagai perjuangan untuk menyatakan bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum kapitalisklonialis berkembang cepat. (86) Dia mengintip dari tirai dan berusaha mendengarkan pembicaraan mereka. (87) Di satu pihak kita mengajukan kesalehan dan di lain pihak banyak orang tua melanggarnya. (88) Ujian seperti itu disebut uji bakat dan terutama mengukur kemampuan intelektual seseorang.

16 Pada contoh (81), klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama. Pada contoh (82), klausa kedua terjadi sesudah klausa yang pertama tanpa ada hubungan sebab-akibat. Pada contoh (83), klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama. Dan pada contoh (84), klausa kedua memberikan informasi atau menjelaskan tambahan untuk melengkapi informasi klausa pertama. 2. Hubungan Perlawanan Hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan tersebut ditandai dengan koordinat tetapi. Hubungan perlawanan itu dapat dibedakan atas hubungan yang menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan. Contoh: (89) Bapak menjadi perhatian tidak saja dari keluarga, tetapi juga menjadi perhatian penduduk desaku. (90) Suami istri itu sudah lama menikah, tetapi belum juga dikaruniai seorang anak pun. (91) Adat dipertahankan agar tidak berubah, tetapi unsur-unsur baru dari luar yang dianggap baik dimasukkan ke dalamnya. Pada contoh (85), klausa kedua membuat informasi yang menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam klausa pertama. Pada contoh (86), klausa kedua menyatakan suatu yang merupakan perlawanan implikasi klausa pertama. Dan pada contoh (87), klausa kedua merupakan informasi tambahan untuk melengkapi apayang dinyatakan oleh klausa pertama.

17 3. Hubungan Pemilihan Hubungan pemilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan. Koordinat yang menyatakan hubungan pemilihan itu adalah atau. Contoh: (92) Saya tidak tahu apakah dia akan ikut atau tidak. Pada contoh (88), merupakan contoh kalimat yang memiliki hubungan pemilihan yang menyatakan pertentangan. Selain itu, menurut Moeliono (peny) (1997: 322), dilihat dari hubungan semantik antarklausa yang membentuknya dalam kalimat majemuk bertingkat, dapat dibagi menjadi delapan: (a) hubungan waktu, (b) hubungan tujuan, (c) hubungan konsesif, (d) hubungan penyebaban, (e) hubungan pengakibatan, (f) hubungan cara, (g) hubungan hasil, dan (h) hubungan tributif. 1. Hubungan Waktu Hubungan waktu adalah hubungan yang jika klausa sematanya menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu dapat dibedakan lagi menjadi (a) batas waktu permulaan (semenjak, sedari), (b) waktu bersamaan (sewaktu, seraya, serta, selagi, sementara, selama, sambil, dan ketika ), (c) waktu berurutan (sebelum, setelah, seusai, begitu, dan sehabis), dan (d) waktu batas akhir (hingga, sampai). Contoh: (93) Sejak aku disertahkan orang tuaku kepada Nenek, aku tidur di atas dipan di kamar Nenek yang luas. (94) Aku tidak mengerti akan hal tersebut ketika aku masih anak-anak.

18 (95) Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada. (96) Gotong royong itu berjalan dengan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah. Pada contoh (89), merupakan hubungan waktu permulaan dengan penanda hubungan sejak. Pada contoh (90), merupakan hubungan waktu bersamaan dengan penanda hubungan ketika. Pada contoh (91), merupakan hubungan waktu berurutan dengan penanda hubungan setelah. Dan pada contoh (92), merupakan hubungan waktu batas akhir dengan penanda hubungan sampai. 2. Hubungan Tujuan Hubungan tujuan adalah hubungan yang terjadi jika klausa sematannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang tersebut dalam klausa utama. Subordinator yang dipadai untuk menyatakan hubungan itu adalah agar, supaya, dan biar. Contoh: (97) Saya sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana. 3. Hubungan Konsesif Hubungan konsesif adalah hubungan yang terdapat dalam sebuah kalimat yang klausa sematannya membuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang dipakai adalah walau (pun), meski (pun), sekalipun, biar (pun), kendati (pun), dan sungguhpun. Contoh: (98) Walaupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku.

19 4. Hubungan penyebaban Hubungan penyebaban adalah hubungan yang terdapat dalam kalimat yang klausa sematannya menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang dipakai adalah sebab, karena, dan oleh karena. (99) Pusat Penelitian Kependududkan terpaksa menangguhkan beberapa rencana penelitian karena belum ada tenaga pelaksana. 5. Hubungan Hasil Hubungan pengakibatan adalah hubungan yang klausa sematannya menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan memakai subordinator seperti sehingga, sampai, dan maka. (100) Kami tidak setuju maka kami protes. 6. Hubungan Cara Hubungan cara adalah hubungan yang terdapat dalam kalimat yang klausa sematannya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang sering dipakai adalah dengan. Contoh: (101) Kesebelasan PSMS mempertahankan kemenangannya dengan strategi bertahan. 7. Hubungan Atributif Hubungan atributif terdiri dari hubungan atributif sebagai pewatas dan hubungan atributif posesif. Hubungan atributif sebagai pewatas terjadi jika klausa sematannya menyatakan suatu keadaan atau perbuatan yang alami atau dilakukan

20 oleh acuan nomina tertentu pada klausa utama. Subordinator yang digunakan adalah yang. Hubungan atributif posesif terjadi jika klausa sematan posesif juga merupakan sematan pewatas, tetapi menyatakan hubungan pemilikan. Cara membentuk klausa semacam itu adalah dengan menambahkan partikel nya pada nomina yang berdiri sesudah pemarkah yang. Pemakaian partikel itu tanpa mengindaikan apakah pemilikannya jamak atau tunggal. Contoh: (102) Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. (103) Pelamar yang ijazahnya dari Boston (itu) memenuhi persyaratan kami. Pada contoh (98), merupakan hubungan atributif pewatas karena klausa sematannya menyatakan suatu keadaan atau perbuatan yang alami atau dilakukan oleh acuan nomina pada klausa utama. Pada contoh (99), merupakan hubungan atributif posesif karena di belakang subordinator yang menggunakan partikel nya pada kata ijazahnya.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK

Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Rika Kustina 1 ABSTRAK Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Banda Aceh Menggunakan Konjungtor Dalam Kalimat Bahasa Indonesia Rika Kustina 1 ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu kajian tentang kemampuan siswa kelas VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

KONJUNGSI DAN PREPOSISI

KONJUNGSI DAN PREPOSISI KONJUNGSI DAN PREPOSISI BAYU DWI NURWICAKSONO, M.PD. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA LITERASI PROGRAM STUDI PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 2017 Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh 13 BAB II LANDASAN TEORI Segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata atau menjadi subgolongan jenisjenis kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

C. Pengindahan D. Keindahan 8. Majelis Permusyawaratan Rakyat dapat disingkat menjadi... A. M.P.R. B. MPR

C. Pengindahan D. Keindahan 8. Majelis Permusyawaratan Rakyat dapat disingkat menjadi... A. M.P.R. B. MPR 1. Pemakaian tanda baca yang benar terdapat pada kalimat... A. "Sudah selesai, Man?" tanya Saleh B. "Sudah selesai, Man!" tanya Saleh C. "Sudah selesai, Man?," tanya Saleh D. "Sudah selesai, Man" tanya

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Konjungsi sebagai bagian dari ilmu kebahasaan sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun 7 II. LANDASAN TEORI 2.1 Kalimat Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun yang menentukan satuan kalimat bukannya banyakanya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

KONJUNGSI. Karina Jayanti

KONJUNGSI. Karina Jayanti KONJUNGSI Karina Jayanti Konjungsi Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau lebih. 1.Konjungsi antar klausa 2.Konjungsi

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitan yang akan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi

Lebih terperinci

2. Bacalah lambang bilangan berikut!

2. Bacalah lambang bilangan berikut! KELAS 2 TEMA 1 HIDUP RUKUN SUB TEMA 1 1. Udin dan Mutiara berencana akan merapikan rak buku pada hari libur. Namun, tiba-tiba Udin membatalkan rencana itu. Buatlah kalimat permohonan maaf Udin kepada Mutiara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013 PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh

PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA Oleh Z. Soraya Ayu P. S. Wini Tarmini Iqbal Hilal Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam. SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9 1. Imbuhan ber dengan makna menggunakan terdapat dalam kalimat Makanan itu beracun. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak

Lebih terperinci

SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT SUBORDINATOR RELASI TEMPORAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT Andi Haris Prabawa PBSID-FKIP-UMS JL. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102 Email: andi hp @ums.ac.id ABSTRACT The study describes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Anwar, dkk. (2009:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

(Skripsi) DEACY PERMATA SARI

(Skripsi) DEACY PERMATA SARI PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA MAKALAH MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2017 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI. (Skripsi) DEACY PERMATA SARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA KATA PENGHUBUNG

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA KATA PENGHUBUNG PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA KATA PENGHUBUNG POKOK BAHASAN MEMBACA KATA PENGHUBUNG DALAM PARAGRAF PENGERTIAN KATA PENGHUBUNG JENIS KATA PENGHUBUNG MENGGUNAKAN KATA PENGHUBUNG DALAM PARAGRAF

Lebih terperinci

KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS)

KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS) Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun 2016 Halaman: 214 221 KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan bahwa, masih sering

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2 1. (1).Aku sudah selesai belajar. (2).Besok aku siap pulang (3).Karena ingin mendapat nilai yang baik,aku lebih Lama belajar dan lebih

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

Bab 1. Awal Perjuangan

Bab 1. Awal Perjuangan Bab 1 Awal Perjuangan Ivan adalah nama dari seorang anak yang memiliki cita-cita sekolah karena keterbatasan biaya Ivan harus membantu kedua orang tuanya ayah yang bekerja sebagai pemulung sampah dan ibu

Lebih terperinci

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan

Lebih terperinci

kegiatan sehari hari pelajaran 2

kegiatan sehari hari pelajaran 2 pelajaran 2 kegiatan sehari hari semua anak senang bermain anak anak bermain setiap hari bermain membuat hati senang bermain boleh saja asal jangan lupa belajar kegiatan sehari hari 17 mengenal tanda baca

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

Jurnal Mutiara Ilmu, Nomor 1 Tahun 6, Maret 2011: hal Ernawati Br Surbakti

Jurnal Mutiara Ilmu, Nomor 1 Tahun 6, Maret 2011: hal Ernawati Br Surbakti HUBUNGAN PENGUASAAN KONJUNGSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT BERITA SISWA BT-BS BIMA CABANG LHOKSEUMAWE TAHUN 010 Ernawati Br Surbakti Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Tujuan penelitian ini menggambarkan

Lebih terperinci

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 1. Penulisan tanda baca yang tidak benar terdapat dalam kalimat... (A) Banyak karyawan yang di-phk karena melakukan aksi unjuk rasa. (B) Pak Anwar, guru adik, akan pergi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Pengertian Kalimat Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Kalimat Fakta adalah

Lebih terperinci

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT N E W S O U T H W A L E S HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION 1998 INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT 2 ITEM 1 Kalau Anda ingin membangun rumah baru, saya bisa menolong. Saya pandai

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki sifat ingin berinteraksi dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial, untuk mewujudkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERLAWANAN DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA BAHASA INDONESIA

HUBUNGAN PERLAWANAN DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA BAHASA INDONESIA HUBUNGAN PERLAWANAN DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini. 4 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini. 2.1 Klausa Subordinatif 2.1.1 Klausa Satuan sintaksis dalam bahasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK.

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. Hubungan semantis antarklausa (Siti Maghfirotun M) 85 HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. THE INTER-CLAUSE SEMANTIC RELATION

Lebih terperinci

RAGAM KALIMAT. Tujuan Pembelajaran

RAGAM KALIMAT. Tujuan Pembelajaran KTSP bahasa indonesia K e l a s XI RAGAM KALIMAT Semester 1, Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 Standar Kompetensi Kebahasaan 1. Menguasai berbagai komponen kebahasaan lisan dan tulis. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK YPKK 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti KALIMAT EFEKTIF Karina Jayanti DEFINISI KALIMAT EFEKTIF kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Syarat-syarat Kalimat efektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya. Alwi, dkk. (2003: 296)

BAB II LANDASAN TEORI. sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya. Alwi, dkk. (2003: 296) 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Konjungtor Konjungtor merupakan kata yang menjadi penghubung antara unsur bahasa sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya. Alwi, dkk. (2003: 296) mengemukakan konjungtor

Lebih terperinci