BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam
|
|
- Sucianty Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini dilaksanakan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni berkarya di dalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, banyak ahli yang memberikan batasan definisi tentang kemampuan siswa. (Zul (2008: 134) mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi. Donald (Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. 2) Kemampuan ekstrinsik 7
2 adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno (2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitankesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan
3 tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Selain itu, menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dengan adanya kemampuan siswa akan lebih mudah dalam mempelajari setiap materi yang diajarkan termasuk matari yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. 2) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari beberapa pengertian kemampuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendapasar yang perlu dimiliki siswa yang memepelajari lingkup materi dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu.
4 2.2 Pengertian Kalimat Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya akan lebih tepat jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat dan klausa ada perbedaan yang mendasar. Menurut Kridalaksana (2006 : 83) kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3. konstruksional gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan. Pengertian kalimat menurut kridalaksana tentang kalimat ini mengindikasikan bahwa kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya. Pengertian ini sama dengan pendapat Tarigan (2007:48) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Tarigan menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai pembentuknya. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Tarigan maupun Kridalaksana tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun lisan, dapat berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.
5 Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai pengertian kalimat, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan/ tulisan yang mengungkapkan fikiran secara utuh, dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, dan diselai jeda. Apabila dalam wujud tulisan, kalimat diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya Jenis-Jenis Kalimat Jenis kalimat sangat beragam sesuai dengan fungsinya masing-masing. Menurut Finoza (2008: ) kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut, (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) bentuk/ fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Putrayasa (2009: ) bahwa kalimat terdiri dari beberapa jenis yaitu berdasarkan, (a) bentuk isinya, (b) jumlah klausanya, (c) predikat yang membentuknya, (d) sifat hubungan aktor-aksi, (e) struktur internal klausa utama, (f) ada tidaknya perubahan dalam pengucapan. Selanjutnya menurut Alwi dkk (2003: 336) jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari beberapa sudut yakni (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kalimat yang mengacu pada pendapat Finoza (2008: ) menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan jumlah klausa pembentuknya, berdasarkan bentuk/ fungsi isinya, berdasarkan kelengkapan unsurnya, serta berdasarkan susunan subjek dan predikatnya. Berikut penjelasannya.
6 2.2.2 Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya Jenis kalimat menurut jumlah klausanya, dikemukakan oleh Putrayasa (2009:19-119) terbagi atas tiga macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. Sedangkan menurut Alek dan H. Achmad H.P (2010: 245) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dibedakan menjadi dua yaitu kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan kalimat majemuk (kompleks). Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Finoza (2008:154) jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya, dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara/ bertingkat (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya terdiri dari kalimat tunggal, dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk itu sendiri terbagi atas kalimat majemuk setara (koordinatif), kalimat majemuk tidak setara atau bertingkat (subordinatif), ataupun kalimat majemuk campuran (koordinatif-subordinatif). 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Menurut Alek dan Achmad (2010: 246) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi masing-masing dapat berupa bentuk majemuk. Sedangkan menurut Keraf (dalam Putrayasa, 2009: 41) kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan tersebut
7 tidak boleh membentuk pola yang baru. Sejalan dengan pendapat di atas, Finoza (2008: 154) kalimat tunggal yaitu kalimat yang mempunyai satu klausa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas atau hanya terdiri dari dua unsur inti. Contoh: - Dosen itu ramah. S P Dia akan pergi. S P 2) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Menurut Kosasih (2006: 87) kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau dua klausa atau lebih. Sedangkan Finoza (2008: 155) mengemukakan pendapatnya bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 48) mengemukakan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. a. Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Contoh : Kami membaca dan mereka menulis.
8 b. Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Anak kalimat: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas. Induk kalimat: Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati- pun, bahwa, dan sebagainya Jenis Kalimat Menurut Bentuk/Fungsinya Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat dapat dibedakan atas enam macam, yaitu: (1) kalimat berita/ deklaratif, (2) kalimat tanya/ interogatif, (3) kalimat perintah/ imperatif, (4) kalimat seru/ ekslamatif, (5) kalimat tak lengkap/ kalimat minor, (6) kalimat inversi/ kalimat yang predikatnya mendahului subyek (Finoza, 2008:159). Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Alek dan Achmad (2010: 244) mengemukakan jenis kalimat menurut fungsinya terdiri dari: (1) kalimat
9 pernyataan/ deklaratif, (2) kalimat pertanyaan/ interogatif, (3) kalimat perintah dan permintaan/ imperatif, (4) kalimat seruan/ ekslamatif. Jenis kalimat menurut bentuk atau fungsinya dibedakan menjadi sembilan macam yakni: (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya, (3) kalimat perintah, (4) kalimat aktif, (5) kalimat pasif, (6) kalimat langsung, (7) kalimat tak langsung, (8) kalimat harapan, serta (9) kalimat anjuran. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan jenis kalimat menurut bentuk/ fungsinya terdiri dari kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seru (ekslamatif), kalimat tak lengkap (kalimat minor), kalimat inversi (kalimat yang predikatnya mendahului subyek), kalimat harapan, dan kalimat anjuran Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya Jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya, kalimat itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: (1) kalimat mayor, (2) kalimat minor. Suatu kalimat dikatakan kalimat mayor kalau klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Berdasarkan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 105) jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibedakan menjadi kalimat lengkap (kalimat mayor/ sempurna) dan kalimat tidak lengkap (kalimat minor/ tidak sempurna). Sedangkan menurut Finoza (2008: 162) kalimat jika ditinjau dari kelengkapan unsur-unsurnya, terbagi atas kalimat lengkap (kalimat mayor) dan
10 kalimat tak lengkap (kalimat minor). Kalimat bahasa indonesia efektif sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kalimat lengkap disebut sebagai kalimat mayor (kalimat sempurna), dan kalimat tidak lengkap disebut kalimat minor (kalimat tidak sempurna). Contoh kalimat mayor: 1. Nenek berlari pagi. 2. Kakeknya petani kaya di sana. Kalau klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut dengan kalimat minor. Contoh kalimat minor: Sedang makan! (sebagai kalimat jawaban dari kalimat tanya: Nenek sedang apa?) 2.3 Pengertian Kalimat Aktif Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya atau pelaku (aktor) melakukan suatu pekerjaan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai verba perbuatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif (Sugono, 2009:118).
11 Terkait dengan hal itu, Menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 25) bahwa kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kridalaksana (2008: 124) bahwa kalimat aktif merupakan klausa transitif yang menunjukkan bahwa subjek mengerjakan pekerjaan dalam predikat verbalnya. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. kalimat dimana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-. Wenzlie (2005: 5 mengemmukakan bahwa kalimat aktif terdiri atas 2 jenis yaitu; 1) kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memilih obyek penderita, b) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Contoh: Dika menendang bola. Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa Jepang Jenis Kalimat Aktif Kalimat aktif juga memiliki jenis yang beragam. Sugono (2009: 118) mengatakan bahwa kalimat-kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek (dinamakan transitif) dan kalimat aktif yang tidak berobjek (disebut intransitif). Sedangkan menurut pendapat Kosasih
12 (2006: 83) kalimat aktif dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif semitransitif, (c) kalimat aktif dwitransitif, (d) kalimat aktif intransitif. Sejalan dengan dua pendapat sebelumnya, Putrayasa (2009: 91) membedakan kalimat aktif menjadi: (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif intransitif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat aktif dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (a) kalimat aktif transitif/ kalimat aktif yang berobjek, (b) kalimat aktif intransitif/ kalimat aktif yang tidak memiliki objek. 1) Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif transitif menurut Kosasih (2006: 83) merupakan kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek. Sedangkan menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang semua kata jadiannya mendapat afiks (imbuhan) per-, -i, -kan, per-i, per-kan, dan awalan fungsi me(n), me-, mem-. Tabel 1. Contoh Kalimat Aktif Transitif Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan saya dia pengusaha itu ayah masa resesi kami mengirimkan memasukkan meminjami membelikan melanda menggunakan lamaran tangannya ayah kami dunia usaha produksi dalam negeri uang sepeda ke kantor ke kantong Berdasarkan contoh-contoh tersebut, terlihat bahwa predikat kalimatkalimat itu berupa verba. Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan
13 verba aktif. Jadi kalimat aktif juga ditandai oleh jenis verba yang mengisi predikat yaitu verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh prefiks me-(n) seperti berikut: Menulis Membaca Membawa Mencatat memasuki membesarkan mempercepat memperluas Verba aktif jika digunakan dalam kalimat sebagai predikat, menuntut kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran, misalnya verba menulis memerlukan pelaku (siapa yang menulis) dan sasaran (apa yang ditulis). Di samping berprefiks me-(n), ada beberapa verba yang tidak berprefiks me-(n) yang bisa menempati predikat kalimat aktif seperti dalam contoh berikut ini: a. Mereka minum kopi b. Kami makan gado-gado Verba jenis ini amat terbatas jika dibandingkan dengan verba aktif yang berprefiks me-(n). 2) Kalimat Aktif Intransitif Selain menandai kalimat aktif yang berobjek, prefiks me-(n) juga menandai kalimat aktif yang tidak memerlukan kehadiran objek misalnya dalam kata berikut ini: menangis membisu melangkah menyerah menari
14 Tabel 2. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks me-(n) Subjek Predikat Keterangan 1. Anak kecil itu 2. Dia menangis tidak mau menyerah kepada musuhnya Kalimat (1-2) itu termasuk kalimat aktif intransitif. Verba pengisi predikatnya adalah verba aktif. Kalimat aktif yang tidak berobjek ditandai juga oleh verba yang berprefiks ber-, misalnya berolahraga, berjalan, bertanya, bermain. Tabel 3. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks ber- Subjek Predikat Keterangan 1. Mahasiswa 2. Dia berjalan suka bertanya setiap pagi Selain itu masih terdapat sejumlah verba yang tidak berprefiks yang termasuk verba aktif. Verba tersebut antara lain: kembali, datang, masuk, pergi, bangkit, bekerja, dan belajar. Tabel 4. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Tidak Berprefiks Subjek Predikat Keterangan 1. Dia 2. Dia datang masuk setelah kematian suaminya ke dalam pergerakan kemerdekaan Menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat tersebut teramasuk kalimat aktif walaupun verbanya tidak ditandai oleh prefiks me-(n) ataupun prefiks ber Ciri Kalimat Aktif 1) Kalimat aktif transitif Ciri-ciri kalimat aktif transitif adalah (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) berobjek, (d) dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan cara mengubah objek menjadi subjek pada kalimat pasif, (e) berketerangan ataupun tidak berketerangan.
15 Contoh: Dina membeli sepeda di toko. Kakak mengirimkan surat lamaran ke kantor. 2) Kalimat aktif Intransitif Ciri-ciri kalimat aktif intransitif yaitu: (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) tidak berobjek, (d) tidak berpelengkap, (e) tidak dapat menjadi kalimat pasif, (f) berketerangan atau tidak berketerangan. Contoh: Anak kecil itu menangis tersedu-sedu. Rizki berolahraga setiap hari. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat yang mengandung makna subjek melakukan predikat. Umumnya subjek berada di depan predikat. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan kegiatan atau aktifitas. Atau kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. 2.4 Pengertian Wacana Menurut Tarigan (2009:24) Wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang dimanisfestisikan dalam perilaku linguistik. Sedangkan menurut Stubbs (dalam Henri Guntur Tarigan, 2009:24) wacana adalah organisasi bahasa diatas kalimat atau diatas klause. Dengan kata lain unit-unit linguistic yang lebih besar daripada kalimat atau klausa seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Nurgiyantoro (2012: ) menyebutkan Tiga macam jenis wacana dalam tes kompetensi menulis yaitu wacana prosa nonfiksi, wacana dialog, dan
16 wacana kesastraan. Wacana jenis prosa nonfiksi dimaksudkan sebagai berbagai tulisan berbentuk prosa bukan karya sastraseperti tulisan ilmiah. Wacana dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Wacana kesastraan merupakan sekian dari ragam bahasa yang banyak dijumpai dan dibicarakan banyak orang. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhungungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu harus muncul dari isi wacana, tetapi hanya sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu. 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan oleh Husna Hasan pada tahun 2012 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menentukan Jenis Kalimat Aktif dalam Wacana melalui Metode Pemberian Tugas di kelas IV SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil observasi kemampuan siswa pada pada siklus I sebesar 83.33% dan pada siklus II meningkat meningkat sebesar 91.67% meningkat menjadi 85%. Sedangkan tes kemampuan menentukan jenis kalimat aktif siswa pada kondisi awal sebesar 34.80%, Pada siklus I nilai ketuntasan 74% dan tingkat ketuntasan pada siklus II, nilai ketuntasan 91.30%. Selanjutnya penelitian yang serupa dilakukan oleh Agustin pada 2012 dengan judul meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Kalimat Aktif dalam Wacana Di Kelas IV SDN No. 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa proses pembelajaran kemampuan menulis kalimat
17 aktif dalam wacana di kelas IV SDN No 9. Kota Barat Kota Gorontalo diperoleh hasil ketuntasan pada observasi awal hanya berjumlah 5 orang atau sebesar 19.23%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 12 orang atau sebesar 46.15% dan pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 23 orang atau ketuntasan sebesar 88.46%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menulis kalimat aktif dalam wacana di kelas III SDN No. 9 kota Barat Kota Gorontalo dapat meningkat dan melebihi indikator capaian. Penelitian di atas memiliki perbedaan pada jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dan lokasi yang berbeda, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan materi yang sama yaitu menentukan kalimat aktif dengan fokus mengetahui kemampuan siswa menentukan kalimat aktif dalam wacana di kelas IV SDN 17 Bongomeme Kabupaten Gorontalo.
Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciMODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK
MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum 2013 melingkupi keseimbangan
Lebih terperincibaca (tanda titik untuk kalimat deklaratif,tanda tanya untuk kalimat intorogatif,dan tanda seru untuk kalimat interjektif).
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Kalimat Kalimat adalah kesatuan ujar mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.persyaratan mendasar yang harus dipenuhi
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata ABSTRAK
Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata Susse Ragi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Lebih terperinciOleh Septia Sugiarsih
Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (3):
TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan
Lebih terperinci1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.
1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang
Lebih terperinciANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar
Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,
Lebih terperinci2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia
VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (3):
Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi
Lebih terperinciOleh Ratna Novita Punggeti
KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)
Lebih terperinciPerhatikan kalimat di bawah ini!
KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat
9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada
Lebih terperinciRINGKASAN PENELITIAN
RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciPEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak
PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alat peraga 1. Pengertian Alat Peraga Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling inti. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh:
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai bahasa khususnya kalimat aktif dan pasif dengan menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh: 1. Penelitian yang berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi mempelajari bahasa pertamanya dari ibunya atau lingkungan keluarganya, kemudian dari lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT MENJADI PARAGRAF SISWA KELAS V SD NEGERI2 LAMPASEH KABUPATEN ACEH BESAR. Dina Rizkina, Adnan, M. Yamin
FKIP Unsyiah Volume 2 Nomor 1, 12-21 Januari 2017 KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT MENJADI PARAGRAF SISWA KELAS V SD NEGERI2 LAMPASEH KABUPATEN ACEH BESAR Dina Rizkina, Adnan, M. Yamin dinarizkina93@yahoo.co.id
Lebih terperinciUntuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.
Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciKalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini
Pengertian Kalimat Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Kalimat Fakta adalah
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP
PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Novel sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014
ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014 Oleh Dewi Apriliani 09210144032 Dewiapriliani.DA4@gmail.com ABSTRAK Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi
Lebih terperinciI. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam
I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal
Lebih terperinciHUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan
8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian dari salah satu proses yang penting dalam pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat
Lebih terperinciTATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI 1. Pengertian Verba 2. Verba Dasar 3. Verba Turunan 4. Verba Majemuk VERBA . Pengertian Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
Lebih terperinciOleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi dan Objek Penelitian PENULIS PARSER Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian 14 Objek penelitian adalah objek yang akan digunakan untuk pengujian dan validasi
Lebih terperinciBAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami halhal lain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok pikiran seseorang. Ketika seseorang mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciKonjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciKegiatan Sehari-hari
Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)
DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciKORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa
KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG Evawani Elisa Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP- UHAMKA Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI
PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun menulis tidak lepas dari penguasaan aspek kebahasaan. Terlebih dalam keterampilan menulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berbahasa, kedua kemampuan tersebut, reseptif dan produktif, merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis merupakan empat aspek keterampilan berbahasa. Mendengarkan dan membaca disebut kemampuan reseptif, sedangkan berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti
HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia
Lebih terperincimemperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
Lebih terperinciRAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN
RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:
Lebih terperinciPENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009
PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi
Lebih terperinci