FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES ORANG TUA PADA ANAKYANG DI RAWAT DI RUANGAN PERINATOLOGI Sismi Yeni (1) Riri Novayelinda 2) Darwin Karim (3) Abstract The aim of this studyis to determine the factorsthat related to arentalstress level of childrenbeing admitted in erinatology unit. In this study researcher used descritive correlation design that was examine correlation of baby s state of desease. tye of treatment, arent s age, educational level, sosial and economic status, arental knowledge of tye caring the baby, family suort system to arental stress level. The resondent of this research was 30 choosen by accidental samling technique. The researcher used questionaire instruments that had been tested for validity and reliability. The result showed baby s state of desease of treatment ( = 0,001), sosial and economic ( = 0,008), arental knowledge of tye caring the baby ( = 0,003), family suort system ( = 0,010) had a correlation with arental stress level. The factors that were not related to arental stress level were rocedure of treatment ( = 0,598), arent s age ( 0,330), and educational level ( = 0, 307). This study suggests that the hosital should rovide health education on stress management for arents who had children that being admitted in erinatology unit. Keywords: children, arents,stres Reference: 22 referensi (2001-2012) PENDAHULUAN Hositalisasi meruakan roses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terai dan erawatan samai emulangan kembali ke rumah. Hositalisasi menyebabkan keluarga akan memainkan erannya terutama terhada anggota keluarga yang tergantung, seerti anak yang sakit akan tergantung ada orang yang melindunginya. Selama roses tersebut, anak dan orang tua daat mengalami traumatik dan enuh dengan stres. Penyebab stres selama dirawat antara lain adalah erisahan, kehilangan kendali, erlukaan tubuh dan rasa nyeri (Suartini, 2004). Hositalisasi tidak hanya menyebabkan stres ada anak, orang tua juga mengalami stres akibat hositalisasi. Beberaa enelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat erawatan anaknya dirumah sakit walauun beberaa orang tua ada juga yang dilaorkan tidak mengalami hal tersebut karena mereka merasa daat mengatasi ermasalahan erawatan anak. Orang tua cenderung akan menunjukkan erasaan cemas kalau erawatan anaknya tersebut meruakan engalaman erawatan ertama kali bagi orang tua dan anak. Perasaan cemas dan stres ini daat timbul aabila orang tua kurang mendaatkan dukungan emosi dan sosial dari ihak keluarga, kerabat mauun etugas kesehatan dalam menangani enyakit anaknya. Kejadian yang sangat membuat stres orang tua saat erawatan adalah di saat mendengarkan keutusan dokter tentang diagnosis enyakit anaknya (Suartini, 2004). Orang tua sangat bereran dalam erawatan anak selama di rumah sakit, anak membutuhkan kasih sayang dan erhatian orang tua yang lebih saat di rawat di rumah sakit. Secara umum reson orang tua terhada hositalisasi anak adalah rasa tidak ercaya, marah, rasa bersalah, takut, cemas, stres dan frustasi. Ada enam hal yang menjadi stresor keluarga ada saat anak sakit yaitu diagnosis enyakit, tindakan engobatan atau erawatan, ketidaktahuan merawat enyakit anak, kurangnya sistem endukung, ketidakmamuan menggunakan mekanisme koing, dan kurangnya komunikasi antar keluarga (Wong, 2008). Kondisi asien yang kritis daat menimbulkan kecemasan tersendiri bagi keluarga asien aabila karena keadaannya enyakitnya diharuskan untuk berada di erawatan ruang intensif. Salah satu ruang yang menimbulkan stres adalah Perinatologi. Perinatologi meruakan ruangan khusus dengan staf terlatih dan dilengkai dengan eralatan khusus untuk merawat asien yang memiliki suatu enyakit yang mengancam jiwa. Peran keluarga selama erawatan di ruang erinatologi ini sangat terbatas karena kondisi ruangan yang tertutu dan erawatan yang lebih ekstra membuat waktu berkunjung menjadi dibatasi sehingga komunikasi antara asien dan keluarga, serta keluarga dengan erawat menjadi berkurang (Wong, 2008).
Perinatologi meruakan sebuah unit elayanan khususbagi semua bayi baru lahir (0-28 hari) terutama bayi yang beresiko tinggi, misalnya bayi dengan gawat nafas, bayi rematur dan berat lahir amat sangat rendah, infeksi berat, kelainan bawaan (jantung dan sebagainya) termasuk yang membutuhkan embedahan. Perinatologi RSUD Arifin Achmad saat ini telah memiliki box bayi sebanyak 15 buah, inkubator sebanyak 14 buah. Lama rawatan untuk asien Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) biasanya hingga 1 bulan, sedangkan untuk bayi yang besar sekitar 2 minggu. Hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2013 terhada 4 orang tua yang anaknya dirawat di ruangan Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru diketahui bahwa 3 orang tua tersebut mengakui cemas dan stres atas diagnosis enyakit, biaya tindakan engobatan atau erawatan bayi di rumah sakit dan sering terjadinya erbedaan komunikasi antar keluarga dalam erawatan tersebut yang kebanyakan menjadi salah aham antara orang tua dengan keluarga. Orang tua seringkali tidak mengetahui dan memahami ermasalahan serta enanganan enyakit yang telah disamaikan oleh dokter tersebut. Orang tua sering bertanya berulang-ulang tentang keadaan anaknya keada erawat ruangan untuk menghilangkan kecemasan dan stres akan diagnosa dan erawatan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Esni (2005), tentang faktor stres orang tua selama erawatan anak di rumah sakit, didaatkan hasil bahwa mayoritas (76,45%) resonden menyatakan bahwa faktor ketidaktahuan merawat enyakit anak adalah faktor terbesar yang memengaruhi stres orangtua selama anaknya dirawat di rumah sakit. Hasil enelitian yang telah dilakukan, faktor usia, jenis kelamin, endidikan, tingkat sosial ekonomi, faktor enamilan fisik ruangan, hubungan antar ersonel, bising alat dan embatasan interaksi meruakan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan asien di ruang erinatologi (Sasmirah, 2007). Data rekam medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menunjukkan bahwa bahwa jumlah asien di ruangan erinatologi mengalami eningkatan setia tahunnya. Pada tahun 2010 di ruangan erinatologi terdaat 919 bayi, tahun 2011 ada sebanyak 972 bayi dan ada tahun 2013 sebanyak 1172 bayi. Kasus yang aling sering muncul di erinatologi yaitu bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Stres yang dihadai orang tua ini menimbulkan ketertarikan enulis untuk melakukan enelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres orang tua ada anak yang dirawat di ruangan erinatologi. Sejauh ini belum ditemukan enelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres orang tua ada anaknya yang dirawat di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. TUJUAN Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres orang tua ada anak yang dirawat di ruangan Perinatologi. METODE Desain; enelitianadalah deskrisi korelasi, untuk mengidentifikasi engaruh diagnosis enyakit, tindakan engobatan/ erawatan, usia, tingkat endidikan, sosial ekonomi, engetahuan dalam merawat anak dan sistem endukung keluarga terhada tingkat stres orang tua selama anak dirawat di rumah sakit Samel: Metode engambilan samel yang digunakan dalam enelitian ini adalah accidental samling dengan jumlah samel sebanyak 30orang. Instrument: Alat engumul data yang digunakan lembar kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya Analisa Data: analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-masing variabel, dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam bentuk ersentase dan narasi. Bivariat adalah analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan 2 variabel indenden dengan variabel deenden. Uji statistik menggunakan uji chi-square dengan derajat keercayaan (α) 0,05. Aabila uji statistik didaatkan < α (0,05) maka dikatakan ada hubungan yang signifikan antara variabel indeenden dengan variabel deenden. Hasil analisis ini akan didaat engaruhdiagnosis enyakit, tindakan engobatan/ erawatan, usia, endidikan, sosial ekonomi, engetahuan orang tua dalam merawat anak dan adanya sistem endukung keluarga terhada tingkat stresorang tua selama anaknya dirawat di rumah sakit. HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilakukan terhada 30 orang tua di ruang erinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tentang faktor yang berhubungan tingkat stres orang tua ada anak yang dirawat di ruangan erinatologi, dieroleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan data demografi resonden (n=30) No Karakteristik resonden 1 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Peremuan 2 Usia a. Dewasa Awal (21-40 Tahun) b. Dewasa Menengah (41-59 Tahun) 3 Pendidikan - Rendah (Tidak Sekolah, SD) - Menengah (SMP, SMA) - Tinggi (D3,S1, S2, S3) 4 Pekerjaan a. Swasta b. Wiraswasta c. PNS d. Tidak bekerja 5 Sosial Ekonomi - Rendah ( 1 jt-2 jt) - Menengah ( 2 jt-3 jt) - Tinggi (> 3 jt) Frekuensi (Orang) 14 16 25 5 4 25 1 8 7 2 13 10 7 13 Persentase (%) 46,7 53,3 83,3 16,7 13,3 83,4 3,3 26,7 23,3 6,7 43,3 33,3 23,3 43,4 Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik resonden berdasarkan faktor stres (n=30) No Faktor Stres Resonden Frekuensi (Orang) 1 Diagnosa Penyakit Anak a. Tunggal (1 16 diagnosa) 14 b. Komlikasi (terdaat diagnosa tambahan) 2 Tindakan engobatan/ erawatan Persentase (%) 53,3 46,7 a. Komleks 4 13,3 b. Sederhana 26 86,7 3 Pengetahuan resonden dalam merawat anak a. Tahu 15 50 b. Tidak tahu 15 50 4 Sistem Pendukung keluarga a. Ada 14 46,7 b. Tidak Ada 16 53,3 Tabel 3 Distribusi frekuensi tingkat stres resonden (n=30) No Tingkat StresOrang tua Frekuensi(Orang) Persentase (%) 1 Rendah 15 50 2 Tinggi 15 50 30 100 Tabel 4 Hubungan diagnosis enyakit dengan tingkat stres resonden (n=30) Diagnosis Penyakit Tunggal 13 81,2 3 18,8 16 100 Komlikasi 2 14,3 12 85,7 14 100 0,001 Tabel 5 Hubungan tindakan engobatan/ erawatandengan tingkat stres resonden (n=30) Tindakan engobatan/ erawatan Komlek 1 25 3 75 4 100 Sederhana 14 53,8 12 46,2 26 100 Tabel 6 Hubungan usiadengan tingkat stres resonden (n=30) Usia Dewasa Awal Dewasa Menengah 14 56 11 44 25 100 1 20 4 80 5 100 0,598 0,330
Tabel 7 Hubungan tingkat endidikan dengan tingkat stres resonden (n=30) Tingkat Pendidikan Rendah 3 75 1 25 4 100 Menengah 11 44 14 56 25 100 Tinggi 1 100 0 0 1 100 Tabel 8 Hubungan sosial ekonomi dengan tingkat stres resonden (n=30) Sosial ekonomi Rendah 1 10 9 90 10 100 Menengah 5 71,4 2 28,6 7 100 Tinggi 9 69,2 4 30,8 13 100 0,307 0,008 Tabel 9 Hubungan engetahuan orang tua dalam merawat anak dengan tingkat stres resonden (n=30) Resonden mengetahui merawat anak Tahu 12 80 3 20 15 100 Tidak tahu 3 20 12 80 15 100 0,003 Tabel 10 Hubungan sistem endukung keluarga dengan tingkat stres resonden (n=30) Sistem Pendukung s Ada 11 78,6 3 21,4 14 100 Tidak Ada 4 25 12 75 16 100 PEMBAHASAN 1. Karakteristik Resonden Jenis Kelamin 0,010 Hasil enelitian didaatkan data bahwa resonden berjenis kelamin eremuan sebanyak 16 orang (53,3%) dan resonden laki-laki yang berjumlah 14 orang (46,7%). Jenis kelamin meruakan identitas dari individu (Nursalam, 2011).Pria lebih sulit untuk menghadai suatu situasi untuk berfikir aabila sedang menghadai suatu masalah, mereka lebih terfokus terhada satu masalah saja ( 1 tasks 1 think).dan hal ini berbeda dengan wanita yang mamu menamung semua masalah dan berfikir untuk setia masalahnya. Sehingga daat diambil kesimulan bahwa terdaat erbedaan stress antara diantara ria dan wanita (Stedman, 2007). Usia Menurut Notoadmojo (2005), usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan samai saat berulang tahun. Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir samai waktu tertentu. Usia juga bisa diartikan sebagai satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidu mauun yang mati. Secara fisiologis ertumbuhan dan erkembangan resonden dalam enilitian ini digambarkan dalam ertambahan usia. Peningkatan usia diharakan terjadi ertumbuhan kemamuan motorik dan sensorik sesuai dengan tumbuh kembangnya yang identik dengan idealisme yang tinggi, semangat yang tinggi, dan tenaga yang rima (Sastrohadiwiryo, 2002). Kemamuan berfikir kritis un meningkat secara teratur selama usia dewasa (Potter & Perry, 2009). Hasil enelitian didaatkan data bahwa mayoritas resonden berada dalam rentang usia dewasa awal sebanyak 25 orang (83,3%), dengan
usia tersebut diharakan kematangan resonden dalam berfikir dan bertindak menanggai erawatan anaknya selama dirumah sakit. Resonden dalam hal ini diharakan mamu untuk membentuk suatu mekanisme koing yang bersifat ositif dalam menanggai setia ermasalahan dan erawatan anak selama dirawat dirumah sakit. Pendidikan Hasil enelitian didaatkan data bahwa sebagian besar endidikan resonden adalah endidikan menengah sebanyak 25 orang (83,3%). Pendidikan meruakan suatu bimbingan yang diberikan seseorang terhada erkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehiduan untuk mencaai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi endidikan formal maka semakin mudah seseorang menerima informasi dan melakukan emanfaatan terhada elayanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan kualitas hidunya (Notoatmodjo, 2003). Secara tidak langsung ernyataan tersebut menerangkan bahwa dengan tingginya tingkat endidikan orang tua, diharakan nantinya orang tua daat dengan mudahnya untuk mamu mengerti dan memahami setia diagnosis yang telah dijelaskan oleh dokter dan melaksanakan erawatan sesuai dengan anjuran yang telah diberikan. Pekerjaan Hasil enelitian didaatkan data bahwa sebagian besar ekerjaan resonden adalah IRT sebanyak 13 orang (43,3%). Menurut Thomas yang dikuti oleh Nursalam (2011), ekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang dalam menunjang dan memertahankan kehiduannya dan kehiduan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetai lebih banyak meruakan cara mencari nafkah yang berulang, banyak tantangan dan menyita waktu. Berdasarkan enelitian yang telah dilakukan oleh eneliti Stedman (2007), ditemukan bahwa ria dan wanita yang bekerja mudah mengalami stres. Pria dan wanita yang berada kelas sosial yang tinggi, dengan endidikan dan osisi yang bagus di kantor akan lebih mudah terkena stres sikologis berulang kali, sehingga bersiko 1,4 kali lebih tinggi mengalami stress dibandingkan ria dan wanita yang tidak bekerja. Pekerjaan erat kaitannya degan enghasilan seseorang, berdasarkan eneitian didaatkan data bahwa sebagian besar orang tua yang memiliki enghasilan dibawah UMR sebanyak 28 orang(58,3%). UMR menentukan kesejahteraan dan status sosial ekonomi seseorang di masyarakat. 2. Analisa Bivariat Diagnosis enyakit dengan tingkat stres resonden Stresmuncul sejalan dengan eristiwa dan erjalanan kehiduan yang dilalui oleh individu dan terjadinya tidak daat dihindari seenuhnya. Pada umumnyaindividu yang mengalami stres akan terganggu siklus kehiduannya dan merasakan ketidaknyamanan. Ketika orang tua mendaat informasi mengenai diagnosa enyakit anak, orang tua akan semakin cemas dan takut yang daat memicu terjadinya stres. Penelitian steedman (2007) mcnunjukkan bahwa ada saat mendengarkan kcutusan dokter tentang diagnosis enyakit anaknya meruakan kejadian yang sangat membuat stres orang tua. Hasil analisis didaatkan data bahwa resonden yang anaknya memiliki diagnosis komlikasi ternyata memiliki tingkat stres yang tinggi sebanyak 12 orang (76,9%) sedangkan resonden yang anaknya memiliki diagnosa tunggal ternyata memiliki tingkat stres yang rendah sebanyak 13 orang (14,3%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0,001 sehingga diketahui bahwa terdaat engaruh yang bermakna antara diagnosis enyakit dengan tingkat stres. Hasil enelitian ini sesuai dengan ernyataan dari Tiedeman (1997) dalam Stedman (2007) yang menyatakan bahwa orang tua yang anaknya mengalami erawatan di rumah sakit menunjukkan stressnya ada saat mendengarkan keutusan dokter tentang diagnosis enyakit. Tindakan engobatan/ erawatan dengan tingkat stres resonden Ruang Perinatologi meruakan sebuah unit elayanan khusus bagi semua bayi baru lahir (usia 0-28 hari) terutama dengan risiko tinggi, misalnya bayi dengan gawat naas, bayi rematur dan berat.lahir amat sangat rendah, infeksi berat, kelainan bawaan (jantung, dll) termasuk yang memerlukan tindakan embedahan. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah unit rumah sakit yang didedikasikan untuk erawatan bayi yang sangat sakit. Umumnya, bayi dikirim ke NICU karena dia adalah rematur, dan rentan terhada berbagai macam masalah kesehatan. Kritis bayi sakit juga daat menghabiskan waktu di NICU.Bagi orang tua, NICU bisa menjadi temat yang sangat dan menakutkan, tetai orangtua harus yakin bahwa bayi mereka mendaatkan yang terbaik dari erawatan ketika mereka dikirim ke NICU (Aisyah, 2012).
Hasil analisis didaatkan data bahwa tindakan engobatan/ erawatan yang sederhana menimbulkan tingkat stres yang tinggi terhada 12 resonden (46,2%) sedangkan tindakan engobatan/ erawatan komlek menimbulkan tingkat stres yang tinggi sebanyak 3 orang (75%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0,598 sehingga diketahui bahwa tidak ada engaruh yang bermakna antara tindakan engobatan/ erawatan dengan tingkat stres orang tua. Tindakan engobatan/ erawatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat stres orang tua. Hal ini dikarenakan ada saat erawat atau dokter melakukan tindakan engobatan/ erawatan di dalam, orang tua tidak melihat secara langsung erngobatan/erawatan anak di didalam ruangan NICU. Stres ada orang tua teta timbul meskiun rosedural tindakan engobatan dan erawatan tersebut telah dijelaskan oleh erawat dan dokter. Hal ini sesuai dengan ernyataan Stedman (2007) yang menyatakan bahwa andangan yang tidak asti dari orang tua terhada kondisi erawatan daat menyebabkan stres, ketidakastian akan erawatan membuat individu menjadi tidak menentu. Usia dengan tingkat stres resonden Usia erat kaitannya dengan kematangan dan engalaman seseorang dalam menghadai setia ermasalahan yang ada. Usia juga meruakan salah satu domain enting yang memengaruhi tingkat engetahuan seseorang dalam hidunya. Semakin tua seseorang maka akan semakin banyak engalaman yang dijalani orang tersebut. Semakin cuku usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bertindak (Notoatmodjo, 2007). Secara tidak langsung, ernyataan diatas menerangkan bahwa usia orang tua akan memengaruhi kematangan orang tua dalam berfikir dan bertindak menanggai erawatan anaknya selama dirumah sakit, orang tua diharakan dalam hal ini mamu untuk membentuk suatu mekanisme koing yang bersifat ositif dalam menanggai setia ermasalahan dan erawatan anak selama dirawat dirumah sakit. Hasil analisis didaatkan data bahwa resonden yang usianya berada ada dewasa awal memiliki tingkat stres rendah sebanyak 14 orang (56%) sedangkan resonden yang usianya berada ada dewasa menengah memiliki tingkat stres yang tinggi sebanyak 4 orang (80%). Berdasarkan uji chi square didaatkan = 0,33 sehingga diketahui bahwa tidak ada engaruh yang bermakna antara usia dengan tingkat stres. Tingkat endidikan dengan tingkat stres resonden Hasil analisis didaatkan data bahwa tingkat endidikan rendah memiliki stres yang rendah sebanyak 3 orang (75%), tingkat endidikan menengah yang memiliki tingkat stres yang tinggi ada sebanyak 14 orang (56%) sedangkan tingkat endidikan tinggi yang memiliki stres yang rendah sebanyak 1 orang (100%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0,307, sehingga diketahui bahwa tidak terdaat engaruh yang bermakna antara tingkat endidikan dengan tingkat stres. Hasil enelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdaat engaruh yang bermakna antara tingkat endidikan dengan tingkat stres, hal ini dikarenakan tingkat endidikan resonden dalam enelitian ini berada dalam kategori endidikan menengah, dimana dalam roses embelajaran di endidikan menengah tidak terdaat fokus embelajaran ada materi kesehatan. Orang tua dalam enelitian ini hanya mamu untuk mengerti tana memahami setia diagnosis yang telah dijelaskan oleh dokter dan erawat, namun orang tua dalam hal ini teta diharakan daat bekerja sama dengan dokter dan erawat dalam erawatan anaknya selama di rumah sakit. Hasil enelitian ini sesuai dengan ernyataan bahwa semakin tinggi endidikan formal maka semakin mudah seseorang menerima informasi dan melakukan emanfaatan terhada elayanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan kualitas hidunya. Pendidikan meruakan suatu bimbingan yang diberikan seseorang terhada erkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehiduan untuk mencaai keselamatan dan kebahagiaan (Notoatmodjo, 2003). Sosial ekonomi dengan tingkat stres resonden Hasil analisis didaatkan data bahwa sosial ekonomi yang rendah menyebabkan tingkat stres yang tinggi ada 9 orang (90%), sosial ekonomi yang menengah menyebabkan tingkat stres yang rendah sebanyak 5 orang (71,3%), sedangkan sosial ekonomi yang tinggi menyebabkan tingkat stres yang rendah sebanyak 9 orang (69,2%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0, 008 sehingga diketahui bahwa terdaat engaruh yang bermakna antara sosial ekonomi dengan tingkat stres. Kondisi sosial ekonomi juga daat menimbulkan stres, orang mengalami stres akibat kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Sifat sabar, tawakal dan menerima aa adanya daat membantu mengurangi terjadinya stres. Perawatan dirumah sakit meruakan masalah sosial ekonomi yang cuku komleks terjadi ada orang tua yang anakanya dirawat. Perawatan dirumah sakit dan dokter dibayar
mahal berdasarkan lamanya engobatan. Hal ini meruakan suatu tuntutan yang mengharuskan orang tua untuk bekerja keras dalam memenuhi dana yang dierlukan selama erawatan anak. Pengetahuan orang tua dalam merawat anak dengan tingkat stres resonden Hasil enelitian Karen (2004) menunjukkan bahwa orang tua yang tidak tahu cara merawat enyakit anak lebih mudah stres karena bila terjadi sesuatu erubahan ada anak misalnya anak gelisah dan demam, keluarga yang tidak tahu merawat cenderung anik dan langsung memanggil etugas kesehatan untuk melihat kondisi anak tana melakukan aaun keada anak dan kondisi anak setelah dilakukan tindakan engobatan/erawatan. Hasil analisis didaatkan data bahwa resonden yang mengetahui erawatan anaknya dan memiliki tingkat stres yang rendah sebanyak 12 orang (80%) sedangkan resonden ya ng tidak mengetahui erawatan anaknya dan memiliki tingkat stres yang tinggi sebanyak 12 orang (80%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0,003 sehingga diketahui bahwa terdaat engaruh yang bermakna antara ketidaktahuan merawat enyakit anak dengan tingkat stres. Hasil eneliitian ini sesuai dengan enelitian yang telah dilakukan oleh Esni (2005), tentang faktor stres orang tua selama erawatan anak di rumah sakit, didaatkan hasil bahwa mayoritas (76,45%) resonden menyatakan bahwa faktor ketidaktahuan merawat enyakit anak adalah faktor terbesar yang memengaruhi stres orangtua selama anaknya dirawat di rumah sakit. Sistem endukung keluarga dengan tingkat stres resonden Kurangnya sistem endukung / dukungan dari keluarga dan etugas kesehatan daat menambah stres keluarga. Aabila salah satu anggota keluarga sakit maka anggota keluarga/kerabat harus memberikan haraan dan suort dengan cara keluarga berkunjung, ada yang mengganti jaga dan tidak ada keluarga yang teridentifikasi sebagai masalah yang terletak ada taha tumbuh kembang manusia, sejak usia bayi, anak, remaja, dewasa bahkan usia lanjut. Berdasarkan usianya masing-masing individu mengalami tingkat stres yang berbeda, berat ringannya stres yang dihadai tidaklah selalu sama. Selama merawat anak banyak stresor yang terjadi ada keluarga misalnya seerti diagnosis enyakit, tindakan engobatan/erawatan, ketidaktahuan merawat enyakit anak, kurangnya suort sistem, ketidakmamuan menggunakan mekanisme koing, dan kurangnya komunikasi antar keluarga. Hasil analisis didaatkan data resonden yang mendaatkan dukungan keluarga memiliki tingkat stres yang rendah sebanyak 11 orang (78,6%) sedangkan resonden yang tidak mendaatkan dukungan keluarga memiliki tingkat stres yang tinggi sebanyak 12 orang (75%). Berdasarkan uji chi square didaatkan nilai = 0, 010, sehingga diketahui bahwa terdaat engaruh yang bermakna antara sistem endukungkeluarga dengan tingkat stres. KESIMPULAN Setelah dilakukan enelitian terhada 30 resonden tentang faktor yang berhubungan tingkat stres orang tua ada anaknya yang dirawat di ruangan Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka didaatkan data orang tua berjenis kelamin eremuan sebanyak 16 orang (53,3%) dan orang tua laki-laki yang berjumlah 14 orang (46,7%), mayoritas orang tua berada dalam rentang usia dewasa awal sebanyak 25 orang (83,3%), sebagian besar endidikan orang tua adalah endidikan menengah sebanyak 25 orang (83,3%), sebagi an besar ekerjaan orang tua adalah tidak bekerja sebanyak 13 orang (43,3%). Berdasarkan hasil uji chi square didaatkan data bahwa diagnosis enyakit ( = 0,001), sosial ekonomi ( = 0,008), engetahuan orang tua dalam merawat anak ( = 0,003), sistem endukung keluarga ( = 0,010) memiliki hubungan dengan tingkat stres sedangkan faktorfaktor yang tidak memiliki hubungan dengan tingkat stres adalah usia ( = 0,330),tindakan engobatan/ erawatan ( = 0,598), dan tingkat endidikan ( = 0, 307). SARAN Bagi rumah sakit hasil enelitian ini daat digunakan sebagai masukan dan ertimbangan dalam melakukan enyuluhan kesehatan mengenai enangan stres hositalisasi ada orang tua yang anaknya di ruang rawat intensif. Penelitian ini diharakan daat dijadikan sebagai ertimbangan untuk segera dibuatnya suatu manajemen stres hositalisasi agar tidak timbul ermasalahan seerti asien ulang karena tidak tahan melihat tindakan engobatan / erawatan, masalah biaya dsb. UCAPAN TERIMA KASIH Ucaan terima kasih keada semua ihak yang telah membantu dalam enelitian ini terutama untuk embimbing I, II dan enguji dan seluruh resonden dalam enelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah.(2012). Perinatologi.Dieroleh ada tanggal 15 November 2013 dari htt://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q =&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&v ed=0cduqfjac&url=htt%3a%2f%2fr siaisyiyah-malang.or.id%2f&ei=o7nuu- CBcKzrAemkoGgCg&usg=AFQjCNH5xC TEqjewSJa3b8XQUbNdbssOfg&bvm=bv. 60444564,d.bmk Esni.(2005). Faktor stres orang tua selama erawatan anak di rumah sakit.dieroleh tanggal 01 Oktober 2013 dari jurnal.usu.ac.id/index.h/jkk/article/down load/1195/644. Hastono.(2007). Analisa data kesehatan.jakarta: Fakultas Ilmu Keerawatan Universitas Indonesia Heerdjan.(2004). Instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja RS Dr. Soeharto Heerdjan.Jakarta, Grogol: Author. Hidayat, A.A. (2008). Metode enelitian dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat.(2009). Pengantar ilmu keerawatan anak 1. Salemba Medika : Jakarta Kendall, H. (2001). Parental stress scale.dieroleh ada tanggal 20 Oktober 2013 dari htt://www.ersonal.utulsa.edu/~judyberry/chater.htm. Notoatmodjo. (2007). Metodologi enelitian kesehatan edisi revisi. Rineka Cita: Jakarta. Notoatmodjo.(2010). Metodologi enelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cita Notoatmojo, Soekidjo, (2005). Metodologi enelitian kesehatan edisi revisi. Rineka Cita: Jakarta. Nursalam. (200 8). Konse dan eneraan metodologi enelitian ilmu keerawatan: edoman skrisi, tesis dan instrumen enelitian keerawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam.(2009). Konse dan eneraan metodologi enelitian ilmukeerawatan.jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2011 ). Manajemen keerawatan: alikasi dalam raktik keerawatan rofesional, edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental keerawatan: konse, roses, dan raktik. Ed-4. Jakarta: EGC. Sasmirah.(2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan asien yang dirawat di ruang intensif RSU Kota Semarang.Semarang: Stikes Karya Husada (tidak diublikasikan) skrisi. Sastroasmoro & Ismael. (2008). Dasar-dasar metodologi enelitian klinis. Edisi ketiga. Jakarta: CV. Sagung Seto. Stedman.(2007). Stress exeriented by arents from the neonatal intensive care unit.dieroleh ada tanggal 19 November 2013 dari htt:/ir.canterbury.ac.nandle/10092/2781. Struart & Laraia.(2005). Princiles and ractice of sychiatric nursing, 8th edition.st Louis: Mosby Book Inc. Suartini,Y. (2004). Buku ajar konse dasar keerawatan anak. Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC. Suyanto.(2011). Metodologi dan alikasi, enelitian keerawatancetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika Wong, D. (2008). Buku ajar keerawatan ediatrik, Edisi, 6.Jakarta: EGC. Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Metodologi enelitian kesehatan edisi revisi. Rineka Cita: Jakarta.