BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penguasaan teori penerjemahan merupakan variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. cukup meningkat. Hal ini, didasarkan akan kebutuhan masyarakat akan. pentingnya bahasa asing itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan dari pembahasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bhirawa Widya Putranti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing pada tingkat SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memiliki empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary disebutkan bahwa to translate is the change from one state to another (Menerjemahkan adalah mengubah suatu keadaan atau bentuk ke suatu keadaan atau bentuk lain). Kemudian Newmark (1988) menyatakan..it is rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text (Penerjemahan merupakan kegiatan mengirim pesan dari teks ke dalam bahasa berbeda seperti apa yang dimaksud dalam teks tersebut). Kemudian lebih spesifik lagi Nida & Taber (1969) dalam Suryawinata (1989) menyatakan; Translating consist of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of a source-language message, first in term of meaning and secondly in terms of style. Penerjemahan merupakan usaha mereproduksi pesan dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan ekuivalensi alami yang semirip mungkin, pertama-tama dalam makna dan kemudian dalam gaya bahasanya. Dalam hal ini pokok dari kegiatan penerjemahan adalah proses merubah sebuah konten teks dari satu bahasa yang lain tanpa merubah makna atau pesan yang terkandung dalam teks tersebut. Dari pendapat Nida & Taber di atas penggunaan kata reproduksi mengarah pada proses menuangkan kembali pesan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain dan mengarah kepada sifat praktis. 1

Namun yang dimaksud dengan penerjemahan tidak serta merta menuangkan kembali pesan, melainkan banyak unsur-unsur yang terlibat pada prosesnya yakni keikutsertaan unsur budaya dan pengetahuan dalam proses penerjemahan. Dengan begitu penerjemahan tidak hanya dipandang sebagai kegiatan berbahasa saja namun lebih dari itu juga merupakan kegiatan berkomunikasi. Bila sebuah kalimat seperti : "Kyou wa ii tenki desune?"(jp) diterjemahkan secara literal atau harfiah saja, menjadi "hari ini cuacanya cerah ya?" atau "it was a piece of cake"(ing): dalam bahasa Indonesia diterjemahkan harfiah dengan "itu adalah sepotong kue" ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam penerjemahan. Persoalannya adalah bahwa tiap kalimat memiliki sens (rasa bahasa) yang terkadang tidak dimiliki oleh kalimat dalam BSa atau tidak dapat ditangkap oleh penerjemah sehingga diperlukan sebuah interpretasi yang kontekstual. Kalimat di atas tidak bermakna bahwa pembicara tidak mengetahui bagaimana cuaca pada hari itu tetapi pembicara ingin mengawali pembicaraan atau sekedar menyapa lawan bicaranya. Jadi kalimat tersebut merupakan alat pragmatik dalam hubungan sosial dan unsur budaya. Dalam penerjemahan sering terjadi kesalahan akibat kurangnya pengetahuan penerjemah akan unsur budaya. Seperti yang diungkapkan Amalia (2007)..kebudayaan bersifat khas, tidak ada kebudayaan yang sama, yang berarti tidak ada pula bahasa yang sama, sehingga seringkali sulit menemukan kebudayaan yang terdapat dalam tuturan bahasa sumber untuk dicarikan padanannya yang tepat dalam bahasa sasaran (Amalia, 2007:42). Dapat disimpulkan bahwa faktor pemahaman unsur budaya juga 2

merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki ketika melakukan proses penerjemahan. Tentu saja kompetensi tersebut lahir dari banyaknya pengalaman dan latihan. Salah satunya adalah melalui proses pembelajaran penerjemahan yang dilakukan di perguruan tinggi. Penerjemahan tulis disebut Honyaku namun demikian dalam proses kegiatan pembelajarannya timbul berbagai permasalahan. Seperti yang dikemukakan oleh Anjani (2012) bahwa masalah yang terjadi pada kegiatan pembelajaran penerjemahan meliputi; 1. Kemampuan pembelajar bahasa Jepang memadai dalam penerjemahan teks namun kurang ditunjang dengan kemampuan memahami makna wacana secara utuh; 2. Kecenderungan penerjemahan dilakukan perkata sehingga timbul kecenderungan penerjemahan yang tidak berterima; 3. Pembelajar kurang menguasai bahasa Indonesia; 4. Kurangnya informasi mengenai metode penerjemahan sehingga pembelajaran terpaku pada model diskusi dan penerjemahan bersama; 5. Motivasi belajar kurang. Hal ini menyebabkan kegiatan transfer informasi yang bersifat komunikatif hanya diartikan sebagai kegiatan mengalih bahasakan (secara gramatikal maupun leksikal). Kegiatan pembelajaran mata kuliah penerjemahan berjalan dengan menghasilkan paradigma bahwa mata kuliah tersebut identik dengan kegiatan membuka dan membaca kamus atau membuka buku gramatika. Sehingga hasil terjemahannnya pun merupakan sekumpulan kalimat yang tidak utuh atau banyak gagasan penting yang terlewatkan karena tidak ditangkap dengan baik oleh 3

pembelajar. Kemudian bahwa pembelajaran penerjemahan tidak terlepas dari metode, teknik penerjemahan yang sesuai. Seperti yang diungkapkan oleh Herman (2009) bahwa dalam kegiatan pembelajaran penerjemahan perlu didukung oleh teknik yang sistematis sehingga dapat memudahkan pembelajar dalam kegiatan penerjemahannya. Salah satunya melalui pendekatan interpretatif. Dari hasil penelitiannya terhadap pembelajar bahasa Perancis dalam menerjemahkan teks sastra menggunakan pendekatan interpretatif, Herman (2009) menyatakan bahwa penggunaan pendekatan interpretatif dalam penerjemahan dapat membantu pembelajar dalam kegiatan penerjemahan dikarenakan menyodorkan tahapan yang sistematis yang terdiri 3 tahapan dalam proses penerjemahannya. Herman (2009) menyatakan, pendekatan interpretatif atau lebih dikenal dengan teori sense pertama kali dikembangkan oleh Selescovitch dan Lederer. Teori ini lahir dengan melihat fakta bahwa tiap bahasa memiliki cara yang berbeda dalam pemaknaannya walaupun berasal dari konten yang sama. Juga melihat bahwa kegitan penerjemahan bukanlah kegiatan mentransfer kata dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) semata namun lebih kepada mentransfer makna yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Dengan menilik pada permasalahan yang terjadi ada kegiatan pembelajaran penerjemahan maka penulis berpendapat perlu dilakukan sebuah penelitian dalam rangka memberikan solusi alternatif atas permasalahan dalam kegiatan pembelajaran penerjemahan (honyaku). Sejalan dengan pendapat Sutedi (2009) bahwa pada hakikatnya penelitian dalam bidang pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk 4

memahami permasalahan pendidikan serta hal-hal lain yang berhubungan dengannya, melalui pengumpulan bukti akurat, dilakukan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah, sehingga diperoleh jawaban untuk memecahkan masalah tersebut. Penulis akan melakukan penelitian mengenai Efektifitas Pendekatan Interpretatif Dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita Rakyat Jepang melalui penelitian eksperimen pada pembelajar prodi sastra Jepang STIBA INVADA. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana efektifitas pendekatan interpretatif dalam proses penerjemahan teks cerita rakyat Jepang? 2. Bagaimana kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita rakyat Jepang menggunakan pendekatan interpretatif? 3. Bagaimana tanggapan pembelajar mengenai pembelajaran honyaku menggunakan pendekatan interpretatif? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji efektifitas pendekatan interpretatif dalam proses penerjemahan teks cerita rakyat Jepang? 2. Untuk mengkaji kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita rakyat Jepang menggunakan pendekatan interpretatif? 5

3. Untuk menjabarkan tanggapan pembelajar mengenai pembelajaran honyaku menggunakan pendekatan interpretatif? Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menjadi acuan bagi penelitian mengenai teknik pembelajaran honyaku selanjutnya; 2. Menjadi referensi bagi pengajar bahasa Jepang mengenai teknik pembelajaran honyaku; 3. Meningkatkan motivasi pembelajar dalam kegiatan penerjemahan. 1.4 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah seluruh pembelajar Program Studi Sastra Jepang STIBA INVADA. Sedangkan yang menjadi sampelnya adalah pembelajar Program Studi Sastra Jepang STIBA INVADA semester 6 TA 2012/2013 yang berjumlah 11 orang sebagai kelas eksperimen dan pembelajar semester 8 kelas A yang berjumlah 11 orang sebagai kelas kontrol. 1.5 Instrumen Penelitian 1. Tes Dilakukan tes untuk mengambil data dalam mengukur kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita rakyat Jepang. Tes diberikan kepada grup eksperimen, setelah dilakukan pembelajaran honyaku menggunakan pendekatan interpretatif dan grup kontrol yang tidak diberikan perlakuan. 6

2. Angket Angket digunakan untuk menghimpun data langsung dari responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan seputar penelitian. Dalam penelitian ini angket disebarkan untuk mendapatkan informasi mengenai kesan dan pendapat responden mengenai kegiatan pembelajaran honyaku menggunakan pendekatan interpretatif. 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya harus diuji kembali. Nazir (2009:151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis penelitian ini adalah; Hk : Pembelajaran Honyaku menggunakan pendekatan interpretatif efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang; H0 : Pembelajaran Honyaku melalui pendekatan interpretatif tidak efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang. 1.7 Definisi Operasional Pada bagian ini akan diberikan definisi operasional untuk menghindari kesalahpahaman yang berhubungan dengan judul penelitian : 1. Pembelajaran Honyaku 7

Pembelajaran honyaku dalam penelitian ini merupakan kegiatan pembelajaran penerjemahan tulis dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. 2. Pendekatan interpretatif (Thèorie Interpretative de la Traduction) Herman (2009) menyatakan bahwa Thèorie Interpretative de la Traduction merupakan teori penerjemahan yang pertama kali dikembangkan oleh Marianne Lederer dan Danica Seleskovitch. 3. Efektifitas Hidayat (1986) menyatakan bahwa efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai. Makin besar target yang tercapai maka makin tinggi besaran efektifitasnya. Dalam penelitian ini efektifitas yang diukur adalah penggunaan pendekatan interpretatif dalam pembelajaran honyaku. 1.8 Sistematika Penulisan Laporan Tesis ini terdiri atas 5 bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, Hipotesis dan sistematika penulisan laporan. Latar belakang masalah merupakan alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang menjadi fokus utama penelitian. Batasan masalah merupakan garis yang menentukan sejauh mana atau dari sudut pandang mana peneliti akan menggali jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian adalah target yang ingin 8

dicapai lewat penelitian ini, sekaligus menjawab pertanyaan penelitian yang dimuat dalam rumusan masalah. Manfaat penelitian adalah gambaran mengenai kebermanfaatan hasil penelitian bagi dunia pengajaran bahasa Jepang. Sistematika penulisan laporan merupakan gambaran singkat mengenai urutan dan isi dari laporan penelitian. Bab II merupakan bab kajian teori yang menyajikan teori dan rujukan yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian. Meliputi teori pembelajaran, teknik penerjemahan, teknik penerjemahan dengan pendekatan interpretatif, Penelitian terdahulu dan pembelajaran penerjemahan. Bab III berisikan metode penelitian meliputi metode penelitian, langkahlangkah penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, sumber data, teknik analisa data. Bab IV berisikan analisa data berupa analisa hasil tes dan analisa angket. Data yang telah didapat diolah, direduksi dan diambil kesimpulan dengan menggunakan teknik statistik dan deskriptif. Bab V berisikan simpulan dan rekomendari atas hasil penelitian dan masukan yang berharga bagi penelitian selanjutnya. 9