BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada untuk menghasilkan laba maksimal, sementara tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya. merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri batu bara telah ada di Indonesia sejak 1941 dan mengalami masa keemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berbagai cara yang digunakan untuk melakukan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini, perusahaan berkompetisi untuk memperluas jangkauan

BAB I PE DAHULUA. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 telah menghancurkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbisnis (unethical business practices) yang mengkibatkan timbulnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertambangan merupakan sektor primer (ekstraktif) yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada 2013 hingga 2015 membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya ditandai dengan mengalami kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Obyek Studi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PROFITABILITAS DAN NILAI PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PT.TIMAH (PERSERO) DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 Daftar Emiten Sub Sektor Batubara. No Kode Nama Emiten. 1 ADRO Adaro Energy Tbk. 2 ARII Atlas Resources Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (

Jumlah Perusahaan Pertambangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam akan dapat menumbuhkan terbukanya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dipasar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Blackberry sebelumnya bernama Research In Motion (RIM).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberhasilan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

2015 LAPORAN INDUSTRI PELUANG & TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi dunia yang dimulai dari krisis harga minyak global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Undang Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995). Menurut Tandelilin (2010:2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

JURNAL ANALISIS PERBANDINGAN METODE ALTMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

I. PENDAHULUAN. lebih sedikit. Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup yang boros dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 lalu, banyak masalah dan penderitaan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGATAR ABSTRAKSI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang menerpa dunia telah berimbas pula pada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Isu globalisasi yang sedang hangat dan terus bergerak nampaknya telah

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu subsektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, selalu membutuhkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi nasional. Dalam beberapa tahun terakhir sektor industri ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. Pendahuluan. Indonesia juga semakin meningkat, pada tahun 2013 lalu tercatat produksi mobil

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan perusahaan jangka pendek yaitu memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menghasilkan laba maksimal, sementara tujuan perusahaan jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan investor terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan tercermin dalam harga saham perusahaan di pasar modal. Sedangkan bagi perusahaan yang belum go public, nilai perusahaan adalah nilai yang terealisasi apabila perusahaan akan dijual (total aset) dan prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha dan lain-lain. Namun suatu perusahaan dalam proses untuk mencapai tujuan sering menghadapi kendala, baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Kendala yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya penurunan laba perusahaan yang terjadi secara terus-menerus akan merugikan perusahaan dan bahkan berakibat pada kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat dari manajemen perusahaan untuk mengatasi kendala dan hambatan agar perusahaan dapat terhindar dari risiko kebangkrutan. Financial distress sering kali dapat diartikan dalam tahap yang dekat 1

2 dengan kebangkrutan yang ditandai dengan adanya ketidakpastian profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan pada masa yang akan datang. Selain itu, financial distress juga didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadi kebangkrutan, misalnya terlihat dari laporan laba rugi suatu perusahaan yang mengalami penurunan. Ciri-ciri kebangkrutan suatu perusahaan dapat dicerminkan dengan terjadinya penurunan pendapatan yang signifikan, penurunan laba perusahaan, penurunan harga saham, dan penurunan total asset. Mendeteksi faktor-faktor kebangkrutan sejak awal sangat diperlukan oleh perusahaan agar pihak manajemen dapat segera melakukan tindakan antisipasi dan melakukan kebijakan agar kebangkrutan tidak terjadi. Selain itu pihak manajemen perusahaan juga dapat melakukan upaya untuk memperbaiki kinerja perusahaan sehingga perusahaan dapat keluar dari zona kebangkrutan. Cara yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan bisa dilakukan dengan melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan perusahaan, yaitu univariate dan multivariate (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2012). Model univariate dipakai untuk meprediksi kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Perbedaan distribusi variabel keuangan tersebut bisa dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan. Dalam model univariate, rasio-rasio keuangan digunakan untuk memprediksi kebangkrutan secara terpisah. Namun penggunaan analisis rasio dapat menimbulkan masalah karena masing-masing rasio memiliki kegunaan dan

3 memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kesimpulan dari suatu rasio bisa bertentangan dengan kesimpulan dari rasio yang lain. Untuk mengurangi kelemahan dari model univariate dapat dipergunakan alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan yaitu model multivariate. (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2012) Model analisis Altman (Z-Score) termasuk dalam model multivariate yang berfungsi untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan dan sebagai alat diagnostik yang kuat dalam meramalkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan. Altman pada awalnya memasukkan 22 (dua puluh dua) rasio keuangan ke dalam model penelitiannya, namun kemudian Altman memfokuskannya pada 5 (lima) kategori yang mewakili 4 (empat) rasio. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Altman (1968) dengan menyusun suatu model yang bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dan dikenal dengan istilah Altman s Bankcruptcy Prediction Model (Z-Score). Salah satu industri yang perlu menerapkan metode prediksi kebangkrutan Alman (Z-Score) adalah perusahaan yang termasuk dalam industri pertambangan. Menurut Deputi Neraca dan Analisis Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, ekonomi Indonesia pada triwulan III 2015 tumbuh 4,73 persen. Pertumbuhan ini melambat dibanding pencapaian pada triwulan III 2014 sebesar 4,92 persen. Namun pertumbuhan pada triwulan III 2015 ini lebih baik dibanding pada triwulan II 2015 yang tumbuh 4,67 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan terjadi di semua kategori ekonomi, kecuali pertambangan dan penggalian. Pada

4 triwulan III tahun ini, pertumbuhan pertambangan dan penggalian negatif 5,64 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014, yakni 0,78 persen. Pertumbuhan negatif tersebut dipengaruhi subsektornya, seperti industri minyak gas dan panas bumi, yang turun dari -0,17 ke -0,86 persen. Serta di subsektor pertambangan batu bara yang turun dari -13,12 persen ke -19,51 persen. (www.m.tempo.com) Industri pertambangan batubara merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang berkembang pesat dan merupakan bisnis yang menguntungkan pada tahun 2000-an, namun perkembangan industri pertambangan batubara di Indonesia kini mengalami penurunan. Pendapatan perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara umum menurun pada 2014. Kinerja perusahaan tambang batubara sepanjang paruh pertama tahun 2015 dinilai masih suram. Hal ini dikarenakan perlambatan ekonomi di Tiongkok menyurutkan kinerja penjualan, kemudian ditambah lagi dengan dengan jebloknya harga jual batubara di pasaran. Saat ini industri pertambangan batubara masih mengalami perlambatan karena masalah-masalah ekonomi global. Ekonomi global yang bergerak lambat menyebabkan permintaan yang rendah bagi komoditi-komoditi seperti batubara dan minyak sawit mentah, yang merupakan dua penghasil devisa penting di Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di RRT, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang paling penting bagi Indonesia, membawa dampak-dampak negatif karena permintaan akan produk-produk ekspor Indonesia menurun tajam dan menyebabkan tekanan pada neraca perdagangan

5 Indonesia dan juga neraca transaksi berjalan Indonesia serta nilai tukar rupiah. Sementara itu, para eksportir Indonesia yang bergantung pada permintaan dari RRT akan mengalami penurunan pendapatan. Tabel 1.1 Produksi, Ekspor dan Konsumsi Batubara Indonesia Tahun 2012 2014 (dalam juta ton) 2012 2013 2014 Produksi 383 421 435 Ekspor 304 349 359 Domestik 79 72 76 Sumber : Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dari Tabel 1.1 dapat diketahui produksi dan ekspor batubara di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2012 sampai dengan 2014 kecuali jumlah konsumsi batubara domestik yang sempat mengalami penurunan pada tahun 2013 kemudian meningkat lagi pada tahun 2014. Menurut BP Statistical Review of World Energy 2015, Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Dari periode tahun 2012 sampai dengan 2014, jumlah produksi dan ekspor batubara Indonesia selalu mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan batubara merupakan sumber energi dominan yang digunakan dalam pembangkit listrik di dunia. Paling sedikit 27 persen dari total output energi di dunia dan lebih dari 39 persen dari seluruh listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena proses ekstraksi yang mudah dan murah, persyaratan-persyaratan infrastruktur yang lebih murah dibandingkan dengan sumber daya energi yang lain. Hal lain yang mempengaruhi peningkatan produksi dan ekspor batubara Indonesia adalah karena Indonesia memiliki cadangan batubara kualitas

6 menengah dan rendah yang melimpah. Jenis dari batubara tersebut dijual dengan harga yang kompetitif di pasar internasional. Selain itu, Indonesia memiliki letak geografis yang strategis untuk pasar utama dari ekspor batubara yaitu Tiongkok dan India yang merupakan konsumen terbesar dari batubara. Sedangkan untuk memenuhi suplai dalam negeri, Kementrian Energi dan Mineral Indonesia meminta kepada produsen batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk konsumsi dalam negeri. Pada tahun 2014, konsumsi batubara domestik mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2013 karena Pemerintah ingin meningkatkan konsumsi domestik batubara sehingga batubara dapat mensuplai sekitar 30 persen dari pencampuran energi nasional. Grafik 1.1 Pergerakan Harga Batubara Tahun 2012 2014 Harga Batubara Acuan (HBA) Harga (USD/Ton) 120 100 80 60 40 20 0 Jan-12Jul-12Jan-13Jul-13Jan-14Jul-14Jan-15Jul-15 Tahun Harga Batubara Acuan (HBA) Sumber : Ditjen Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dari Grafik 1.1 dapat diketahui pergerakan harga batubara dari tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami penurun. Harga batubara acuan (HBA) yang digunakan Pemerintah Indonesia menurun 27% pada 2014. Pada tahun 2015,

7 HBA terus menurun karena kelebihan suplai global. Pada Februari 2015, kisaran harga ada di 63 dollar Amerika Serikat (AS) per ton. Sementara itu harga batubara Newcastle yang menjadi acuan internasional turun 17% tahun lalu. Harga rata-rata menjadi 70,95 dollar AS per ton. Menurunnya harga batubara dunia disebabkan karena kelebihan suplai dan kelebihan kapasitas di pasar. Namun, dalam upaya mengurangi dampak penurunan harga batubara, para penambang Indonesia cenderung menaikkan tingkat produksi sehingga akan menekan harga lebih lanjut. Menurut Analis DBS Vickers Securities William Simadiputra, harga batubara merupakan risiko utama bagi perusahaan tambang batubara karena mereka adalah price takers dengan kekuatan minimal. Hal ini dikarenakan outlook lebih menantang karena pasokan batubara melimpah dan permintaan batubara lebih lambat. Selain itu, menurutnya karena sektor batubara diatur oleh pemerintah maka hambatan juga terjadi lewat perubahan peraturan seperti larangan ekspor, biaya royalti yang lebih tinggi dan pengendalian produksi bisa merugikan pendapatan penambang batubara. (www.tambang.com). Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Pertambangan yang Mengalami Penurunan Laba Tahun 2012 2014 (dalam juta rupiah) No. Nama Perusahaan Laba/Rugi Bersih 2012 2013 2014 1. Atlas Resources, Tbk. - 107.821-130.369-306.149 2. Bayan Resources, Tbk. 531.337-677.501-2.350.618 3. Bumi Resources, Tbk. - 6.823.404-8.099.470-5.793.990 4. Darma Henwa, Tbk. - 400.575-634.901 3.713 5. Delta Dunia Makmur, Tbk. - 147.522-360.370 192.381 6. Garda Tujuh Buana, Tbk. 941.906-73.144-57.330 7. Perdana Karya Perkasa, Tbk. - 9.070 334-28.432 8. Aneka Tambang (Persero), 2.993.116 409.947-775.286 Tbk. 9. Cakra Mineral, Tbk. - 3.958 258-281.665

8 10. Cita Mineral Investindo, Tbk. 236.314 686.687-384.699 11. SMR Utama, Tbk. - 65.715-45.549-34.721 Sumber : Data diolah dari BEI Dari Tabel 1.2 diatas memperlihatkan bahwa 11 (sebelas) perusahaan pertambangan mengalami penurunan laba bersih bahkan mengalami kerugian dari tahun 2012-2014. Atlas Resources, Tbk, Bumi Resources, Tbk dan SMR Utama, Tbk mengalami kerugian yang selama 3 tahun berturut-turut, sedangkan Bayan Resources, Tbk. dan Garda Tujuh Buana, Tbk pada tahun 2012 masih menghasilkan laba tetapi pada tahun 2013 hingga 2014 selalu mengalami kerugian. Dari kesebelas perusahaan tersebut, Bumi Resources, Tbk yang paling menunjukkan kinerja yang buruk karena dari tahun 2012-2014 perusahaan terus menderita kerugian dalam jumlah yang paling besar dibandingkan dengan perusahaan pertambangan yang lain, meskipun pada tahun 2014 kerugian yang diderita lebih kecil dibandingkan pada tahun 2013. Turunnya harga batubara ini menyebabkan banyak perusahaan pertambangan batubara tidak lagi beroperasi, dan ekspor batubara Indonesia menjadi menurun. Sehingga membuat perusahaan-perusahaan batubara menderita kerugian. Rendahnya harga jual batubara tidak dapat menutupi biaya operasional perusahaan. Kerugian tersebut dapat terjadi karena biaya operasional yang tinggi tidak dapat menyesuaikan dengan harga jual batubara. Bahkan Indo Setu Bara, Tbk yang merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara terpaksa harus delisting dari Bursa Efek Indonesia karena terus menunjukkan kinerja negatif dan perdagangannya telah disuspensi (dihentikan sementara) selama dua tahun.

9 Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang disertai dengan menurunnya harga energi berdampak terhadap menurunnya iklim investasi. Selama kurun 2015-2016 pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat. Tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi global sudah terefleksikan dalam harga komoditas energi yang cenderung menurun sejak kuartal ketiga 2014. Sampai dengan September 2015, harga minyak telah mengalami penurunan lebih dari 60 persen. Sementara harga gas telah menurun tidak kurang dari 52 persen. Pada kurun waktu yang sama, harga batubara juga tercatat mengalami penurunan sekitar 45 persen. Menurut Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Refor Miner Institute, harga komoditas tambang non energi pada periode yang sama berada pada tren yang juga menurun. Kinerja sektor pengguna komoditas tambang (energi dan nonenergi) yang cenderung menurun berdampak tidak hanya pada harganya, tetapi juga pada prospek investasi sektor tambang dan energi. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul Pengukuran Potensi Kebangkrutan Perusahaan dengan Model Altman (Z-score) Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengukuran potensi kebangkrutan perusahaan pada industri pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 menggunakan Model Altman (Z-Score)?

10 1.3. Tujuan dan Kegunaan a. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengukur potensi kebangkrutan perusahaan pada industri pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 menggunakan Model Altman (Z-Score). b. Kegunaan Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan atau bahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian mengenai analisis kebangkrutan perusahaan dengan Model Altman ( Z-Score) serta merupakan kesempatan untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan (pemegang saham, investor, manajemen, kreditur) tentang kondisi keuangan perusahaan serta prediksi kebangkrutan perusahaan dengan Model Altman (Z-Score) sehingga kebangkrutan dapat diantisipasi. 1.4. Sistematika Penulisan Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang isinya mencerminkan susunan atau materi yang akan dibahas, dimana tiap-tiap bab memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Untuk memberikan gambaran

11 yang jelas, berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika pembahasan secara singkat yaitu : Bab I Pendahuluan Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini menguraikan tentang pengertian laporan keuangan, fungsi laporan keuangan, analisis laporan keuangan, analisis rasio keuangan, kebangkrutan, model analisis Altman (Z-Score), analisis rasio Altman (Z- Score), penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian meliputi jenis penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan dilakukan pengolahan data-data yang ada dengan menggunakan model analisis Altman (Z-Score), setelah itu akan dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Bab V Penutup Bab ini adalah bab terakhir yang menguraikan tentang kesimpulan dari isi pembahasan, serta saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat dalam pemecahan masalah dan penelitian yang akan datang.