PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

BAB III PROSES PRODUKSI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA (CCAI)

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI YANG OPTIMAL DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta,

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Georgia Amerika Serikat peristiwa bersejarah ini seiring waktunya dengan berdirinya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

PENGUKURAN ALLOWANCE REAL TERHADAP OPERATOR PENGEPAKAN PRODUK FRESTEA SEBAGAI BASIS PENENTUAN WAKTU STANDAR DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan

Lampiran 1. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E.MUNDEL PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN SAHAT ADI WARDANA SIMANGUNSONG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI PADA PT. BLUESCOPE LYSAGHT INDONESIA

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing manager dalam struktur. organisasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

USULAN MODEL DALAM MENENTUKAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVING MATRIX DI PT SIANTAR TOP, TBK

PENENTUAN RUTE DISTIBUSI PRODUK DENGAN METODE SEQUENTIAL INSERTION DAN CLARKE & WRIGHT SAVING DI PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA-FOOD DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage

BAB 1 PENDAHULUAN. ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika serikat pada bulan. jumlah dengan kemasan botol yang lebih praktis.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apa yang diproduksi oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia cabang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu perusahaan

PERHITUNGAN LEVEL AMAN TANGKI PENYIMPAN LNG DI PT ARUN NGL

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh : GIO FANDRI TARIGAN NIM.

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama di Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni

BAB I PENDAHULUAN Tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi

LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN.

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIS DI PT. INVILON SAGITA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Coca-cola pertama kali diciptakan oleh John Stith Pemberton yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI (PROFIL PT SARANA TATA UDARA)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING DAN SAVINGS MATRIX PADA PT.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh. Josua R. Simanjuntak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : ANITA CHRISTINE SEMBIRING 0 2 0 4 1 3 0 3 7 P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : ANITA CHRISTINE SEMBIRING 0 2 0 4 1 3 0 3 7 Disetujui Oleh : Pembimbing I Pembimbing II ( Ir. Mangara Tambunan, MSc ) ( Ir. Ukurta Tarigan, MT ) P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

D A F T A R I S I Halaman KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN... i ii iv x xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian... I-3 1.4. Manfaat Penelitian... I-4 1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi... I-5 1.5.1. Pembatasan Masalah... I-5 1.5.2. Asumsi Dasar... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir... I-7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-3 DAFTAR ISI (LANJUTAN) Halaman 2.3. Struktur Organisasi Perusahaan... II-7 2.4. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab... II-6 2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-13 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja... II-13 2.5.2. Jam Kerja... II-14 2.6. Sistem Pengupahan... II-15 2.7. Proses Produksi... II-17 2.7.1. Standar Mutu Produk... II-17 2.7.2. Bahan yang digunakan... II-17 2.8. Uraian Proses... II-23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Manajemen Logistik... III-1 3.2. Ruang Lingkup Logistik... III-2 3.3. Konsep Logistik Terpadu... III-3 3.4. Ukuran Keefektifan dan Keefisienan Logistik... III-7 3.5. Sistem Transportasi... III-10 3.6. Travelling Salesman Problem... III-18 3.7. Vehicle Routing Problem... III-23

3.8. Metode Penentuan Rute dan Penjadwalan... III-24 3.9. Pengembangan Algoritma Heuristik... III-27 DAFTAR ISI (LANJUTAN) Halaman 3.10. Teorema Kriteria Optimal... III-34 3.11. Pengukuran Waktu Kerja... III-35 3.11.1. Penelitian Waktu... III-37 3.11.1.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu... III-37 3.11.1.2. Tahapan Pengukuran Waktu Kerja... III-40 3.11.1.3. Penentuan Waktu Standar... III-43 3.11.1.4. Cara Menentukan Waktu Standar... III-47 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian... IV-1 4.2. Subjek dan Objek Penelitian... IV-1 4.3. Metode Pengumpulan Data... IV-1 4.4. Tahapan Penelitian... IV-2 BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Metode Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Pola Distribusi PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan V-1 5.1.2. Data Lokasi Outlet... V-4

5.1.3. Data Permintaan Produk... V-6 5.1.4. Hari Kerja dan Waktu-waktu Kerja... V-8 5.1.5. Sarana Pendistribusian... V-8 DAFTAR ISI (LANJUTAN) Halaman 5.1.6. Jarak Antar Outlet... V-9 5.2. Pengolahan Data... V-11 5.2.1. Perhitungan Daya Tahan Outlet... V-11 5.2.2. Pengujian Keseragaman Data Waktu Distribusi... V-14 5.2.2.1. Waktu Antar Outlet... V-14 5.2.2.2. Waktu Loading dan Unloading... V-15 5.2.3. Pengujian Kecukupan Data... V-31 5.2.3.1. Pengujian Kecukupan Data Waktu Loading dan Unloading Barang... V-31 5.2.3.2. Pengujian Kecukupan Data Waktu Pelayanan di Outlet... V-33 5.2.4. Perhitungan Waktu Standar... V-33 5.2.4.1. Perhitungan Waktu Standar Waktu Loading dan Unloading Barang... V-33 5.2.4.2. Perhitungan Waktu Standar Waktu Pelayanan di Outlet... V-44

5.2.5. Pengolahan Data Graph (Peta) Awal... V-48 5.2.6. Sub Rute yang Terbentuk... V-60 5.2.6.1. Pengolahan Data Sub Rute 1... V-60 5.2.6.2. Pengolahan Data Sub Rute 2... V-62 DAFTAR ISI (LANJUTAN) Halaman 5.2.5.3. Pengolahan Data Sub Rute 3... V-63 5.2.5.4. Pengolahan Data Sub Rute 4... V-64 5.2.5.5. Pengolahan Data Sub Rute 5... V-65 5.2.5.6. Pengolahan Data Sub Rute 6... V-66 5.2.7. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute... V-68 5.2.7.1. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 1... V-68 5.2.7.2. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 2... V-69 5.2.7.3. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 3... V-69 5.2.7.4. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 4... V-70 5.2.7.5. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 5... V-70 5.2.7.6. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 6... V-71 BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. Analisis Jarak Tempuh... VI-1 6.2. Perhitungan Utilisasi... VI-4

6.3. Analisis Biaya Transportasi... VI-6 6.4. Usulan Rancangan Rute Distribusi... VI-7 DAFTAR ISI (LANJUTAN) Halaman BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran... VII-2 DAFTAR PUSTAKA... DP-1 LAMPIRAN

D A F T A R T A B E L Tabel Halaman 2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Coca-cola Bottling Indonesia... II-13 2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula/unit Produksi... II-18 2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concent-rate/unit Produksi... II-19 2.4. Rata-rata Jumlah Pemakaian CO 2 /unit Produksi... II-20 3.1. Faktor Rating Performance Menurut Westinghouse... III-45 5.1. Lokasi Outlet PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... V-5 5.2. Data Permintaan Produk Coca-cola per Minggu... V-6 5.3. Hari Kerja dan Waktu-waktu Kerja... V-7 5.4. Spesifikasi Mobil Angkut... V-8 5.5. Jarak Antar Outlet... V-10 5.6. Daya Tahan tiap outlet... V-12 5.7. Pengukuran Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 220 Krat... V-16 5.8. Pengukuran Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 220 Krat. V-18 5.9. Pengukuran Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 130 Krat... V-20 5.10. Pengukuran Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 130 Krat. V-22 5.11. Pengukuran Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 50 Krat... V-24 5.12. Pengukuran Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 50 Krat... V-26 5.13. Pengukuran Waktu Pelayanan di Outlet... V-28 5.14. Kecepatan Rata-rata Loading/Muat di Kantor Penjualan Medan... V-43

5.15. Kecepatan Rata-rata Unloading/Muat di Kantor Penjualan Medan V-43 DAFTAR TABEL (LANJUTAN) Tabel Halaman 5.1.6. Waktu Tersedia Untuk Distribusi PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... V-52 5.17. Pengisian Sub Rute... V-52 5.18. Keseluruhan Sub Rute Usulan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... V-67 5.20. Biaya Transportasi Alat Angkut Pada Tiap Sub Rute... V-71 6.1. Perbandingan Jarak Tempuh... VI-1 6.2. Estimasi Feasibilitas... VI-2 6.3. Waktu Luang/ Waktu Sisa Setiap Sub Rute... VI-3 6.4. Demand dan Kapasitas Mobil Angkut Tiap Sub Rute... VI-4 6.5. Utilitas Alat Angkut Masing-Masing Sub Rute... VI-6 6.6. Perbandingan Biaya Transportasi... VI-7 6.7. Sub Rute PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... VI-12 6.8. Perbandingan Rute yang Tersedia dengan Rute Usulan... VI-13

D A F T A R G A M B A R Gambar Halaman 2.1. Struktur Organisasi PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... II-5 3.1. Contoh Travelling Salesman Problem... III-17 3.2. Contoh Urutan Rute yang Bagus dan Jelek... III-18 3.3. Klaster untuk Kendaraan/Alat Angkut... III-19 3.4. Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem Dasar... III-21 3.5. Pengurangan Jarak Tempuh melalui Konsolidasi Tempet Perhentian dalam Rute... III-24 4.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian... IV-3 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data... IV-7 4.3. Blok Diagram Analisis Pemecahan Masalah... IV-8 5.1. Pola Distribusi Produk PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan.. V-2 5.2. Peta Kendali Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 220 krat... V-17 5.3 Peta Kendali Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 220 krat V-19 5.4. Peta Kendali Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 130 krat... V-21 5.5. Peta Kendali Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 130 krat V-23 5.6. Peta Kendali Waktu Loading Barang Mobil Kapasitas 50 krat... V-25 5.7. Peta Kendali Waktu Unloading Barang Mobil Kapasitas 50 krat.. V-27 5.8. Peta Kendali Waktu Pelayanan di Outlet... V-30

D A F T A R L A M P I R A N Halaman Peta Pendistribusian Produk Coca-cola PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... L-1 Peta Usulan Sub Rute Pendistribusian Produk Coca-cola di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan... L-2 Output Software Quant System Versi 3.0... L-3 Allowance untuk Perhitungan Waktu Standar... L-4

KATA PENGANTAR Pertama-tama puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat, Kasih dan Rahmat-Nya pelaksanaan Tugas Akhir dan penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas Akhir merupakan bagian dari kurikulum pada Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang wajib dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti Sidang Sarjana Teknik Industri. Penulis melaksanakan penelitian pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan. Judul Tugas Akhir ini adalah Penentuan Rute Distribusi Produk yang Optimal dengan Menggunakan Algoritma Heuristik di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk merencanakan rute yang optimal dengan memperhitungkan kapasitas alat angkut yang tersedia agar pendistribusian produk dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca laporan ini. Universitas Sumatera Utara Medan, Februari 2008

Anita Christine Sembiring UCAPAN TERIMA KASIH Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik fisik maupun moril selama menyelesaikan laporan ini, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Aulia Ishak, ST, MT selaku koordinator Tugas Akhir. 3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MSc dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Sarjana. 4. Bapak Ahmad Nasoha selaku Humas PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan yang telah memberi izin dan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan. 5. Bapak Sahat yang telah banyak menyediakan waktu dan tenaga membantu penulis selama pengambilan data, memberikan saran dan masukan serta ide-ide kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. 6. Seluruh staf dan karyawan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan atas segala bantuan dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan Tugas Akhir.

7. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 8. Keluarga tercinta, Pt. S. U. Sembiring Kembaren, SmHk dan Dra. Ng. Br. Barus, MPd. serta kakak Rina Br.Sembiring, Adik-adikku Mariance Br. Sembiring. Mustika Sembiring. Ferdinan Sembiring yang telah memberikan doa, dorongan moril, tenaga dan material kepada penulis. 9. Melva, Maria, Debora, Mian, Elida, Roy sahabat-sahabat yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian, bantuan, masukan dan kritikan kepada penulis. 10. B Riza atas dukungan, bantuan, masukan, kritikan dan perhatiannya kepada penulis. 11. Pengurus PERMATA GBKP Klasis Medan Delitua yang telah banyak memberikan masukan, dukungan, dan bantuan kepada penulis. 12. Teman-teman PERMATA GBKP Rg. Simpang Marindal atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 13. Teman-teman Pelayan KA/KR GBKP Rg. Simpang Marindal atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 14. Seluruh teman-teman Ekstensi stambuk 2002 atas masukan, dukungan dan bantuan kepada penulis.

RINGKASAN PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan adalah industri yang bergerak dalam minuman ringan di Medan. PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan memiliki permasalahan dalam hal pendistribusian minuman kepada konsumennya yang berakibat keterlambatan atau ketidaktepatan waktu dalam pengiriman produk. Hal ini diakibatkan karena belum adanya rute distribusi yang optimal dengan perhitungan kapasitas alat angkut yang tersedia juga jarak tempuh dari PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan ke seluruh outlet yang efektif dan efisien. Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan suatu model permasalahan distribusi berupa penugasan sejumlah n kendaraan pada m lokasi. Model permasalahan ini menggunakan alat angkut yang diawali dari satu titik pusat tertentu (disebut Kantor Penjualan Medan) lalu menuju semua titik pendistribusian (disebut outlet) kemudian kembali ke titik awal. Outlet yang tersebar kemudian dibagi berdasarkan jumlah permintaan serta jarak tempuh. Penelitian yang dilakukan bertujuan menentukan jarak tempuh minimum untuk setiap rute, maksimisasi utilitas alat angkut, penentuan biaya transportasi, serta perancangan rute yang optimal dalam pendistribusian produk. Penyusunan rute distribusi produk ini diselesaikan menggunakan algoritma heuristik melalui dua tahap yakni divide and conqueror (pecah dan kembangkan). Tahap pertama yakni pembentukan sub-sub rute serta perbaikan urutan sub rute. Pembentukan sub-sub rute ini merupakan proses pengelompokan outlet kedalam beberapa sub rute. Tahap kedua adalah tahap pengembangan sub rute yang telah dibentuk berdasarkan waktu tempuh serta spesifikasi mobil angkut yang akan digunakan menggunakan estimasi feasibilitas. Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan utilitas alat angkut yang telah diperoleh sebelumnya. Pembentukan sub rute masih dilakukan secara manual sedangkan perbaikan urutan sub rute dilakukan dengan menggunakan Software Quant System (QS) versi 3.0. dan menghasilkan jarak tempuh yang minimum pada setiap sub rute. Berdasarkan perhitungan diperoleh 6 sub rute yang dilakukan dalam satu minggu dan dilayani oleh 1 mobil angkut berkapasitas 130 krat. Utilitas alat angkut yang cukup besar membuktikan bahwa algoritma heuristik cukup efektif digunakan dalam penelitian. Berdasarkan sub rute usulan yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa jarak tempuh menjadi lebih singkat 132.42 133 km dari sub rute yang tersedia, sehingga mempersingkat waktu tempuh selama 678.55 679 menit bagi alat angkut dan sekaligus menghemat biaya transportasi sebesar Rp. 111800,- (per

minggu). Dengan penerapan rute pendistribusian usulan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam penyediaan produk Coca-cola kepada masyarakat yang tepat waktu sesuai dengan permintaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Permasalahan routing menyangkut bagaimana mengatur urutan pelanggan yang akan didatangi dengan berawal dan berakhir pada depot. Jika waktu kedatangan dan kepergian juga ditentukan, permasalahan ini menjadi permasalahan penjadwalan. Jadi, permasalahan penjadwalan di sini menyangkut pula aspek waktu kunjungan yang selanjutnya aspek ini menjadi struktur tambahan pada rute alat angkut. VRP (Vechicle Routing Problems) adalah sebuah hard`combinatorial optimization problem. Permasalahan ini erat kaitannya dengan permasalahan Travelling Salesman Problem (TSP). Vechicle Routing Problems menjadi Travelling Salesman Problem pada saat hanya terdapat satu alat angkut yang kapasitasnya tak hingga. Berkaitan dengan hal ini, algoritma-algoritma heuristik menjadi alternatif yang banyak dikembangkan. Banyak hal yang mempengaruhi dalam pendistribsian produk dari gudang kepada konsumennya antara lain Kepadatan lalu-lintas. Di Kota Medan

Kepadatan lalu lintas sangat tinggi sekali, jalur yang satu arah dan kesemerautan dalam berlalu-lintas yang menjadi masalah dalam hal distribusi produk. Acessbility toko dan masalah pendistribusian ke outlet-outlet berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan juga merupakan masalah distribusi. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan adalah salah satu perusahaan yang memproduksi minuman ringan (softdrink) di Medan. Kantor Penjualan Medan memiliki outlet-outlet yang penjualannya langsung pada konsumen sebagai pengguna akhir. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan memproduksi 4 jenis minuman ringan yang diminati oleh konsumen yaitu Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea. Pendistribusian di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dilakukan dengan cara memenuhi permintaan pada setiap lokasi Outlet tanpa mempertimbangkan jarak tempuh untuk mencapai lokasi tersebut serta pertimbangan kapasitas alat angkut yang digunakan. Sehingga waktu distribusi dapat melebihi waktu yang tersedia dan terdapat Outlet yang tidak terlayani atau keterlambatan pengiriman produk. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan belum memiliki penyusunan rute yang optimal dan tetap, sehingga dapat berubah sewaktu-waktu yang berdampak pada ketidaktepatan waktu dalam pendistribusian produk. Salah satu penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman produk pada PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan adalah adanya kesalahan dalam melakukan pengaturan rute dalam pengiriman. Jika tidak ditentukan rute perjalanan yang

akan dijalani terlebih dahulu, maka target yang telah ditentukan tidak terlaksana secara optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan rute distribusi dengan mempertimbangkan kapasitas alat angkut yang tersedia untuk outlet-outlet di Kota Medan. Penyusunan rute yang baik dapat mempersingkat jarak tempuh dan waktu pengiriman produk dan akhirnya berdampak pada penghematan biaya distribusi bagi perusahaan. Rute pendistribusian harus dapat mencapai tingkat utilisasi penggunaan alat angkut yang efisien serta mampu melakukan pemenuhan terhadap permintaan secara efektif. 1.2. Rumusan Permasalahan Permasalahan yang terjadi di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan selama ini adalah keterlambatan pengiriman produk (ketidaktepatan waktu pengiriman produk). Rute pendistribusian produk PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan masih kurang efektif dan efisien dikarenakan kurangnya pertimbangan penggunaan kapasitas alat angkut yang digunakan serta jarak tempuh untuk mencapai lokasi outlet. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk merencanakan rute yang optimal dengan mempertimbangkan kapasitas alat angkut yang tersedia dan jarak tempuh agar pendistribusian produk dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah : 1. Untuk mencari jarak tempuh minimum untuk setiap rute dalam pendistribusian produk. 2. Untuk meminimisasi total biaya transportasi (distribusi). 3. Untuk merancang rute yang optimal dalam pendistribusian produk dari Kantor Penjualan ke setiap lokasi outlet. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : Untuk Mahasiswa : 1. Membandingkan teori ilmiah yang diperoleh dalam perkuliahan dengan praktek di lapangan. 2. Mendapatkan peluang untuk dapat memecahkan dan mencari solusi permasalahan-permasalahan di perusahaan dari sudut pandang akademis. 3. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan awal menyelesaikan tugas dalam suatu pekerjaan. 4. Berlatih bekerja disiplin dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan di suatu perusahaan. Untuk Perusahaan : 1. Penghematan waktu pendistribusian produk ke setiap lokasi outlet. 2. Pengurangan biaya pendistribusian produk ke setiap lokasi outlet yang disebabkan karena berkurangnya waktu pendistribusian produk.

3. Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan produk secara lebih cepat. 4. Meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen kepada perusahaan sebagai dampak terpenuhinya permintaan secara lebih cepat. 1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi 1.5.1. Pembatasan Masalah Meningkatnya keterbatasan waktu, dana, dan perizinan yang dimiliki peneliti serta mencegah agar pemecahan masalah tidak menyimpang dari ruang lingkup penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah untuk penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini memfokuskan pada pendistribusian Coca-Cola dan Sprite. 2. Titik pendistribusian adalah Kantor yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso KM 14 Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan. 3. Jumlah permintaan untuk setiap outlet telah diketahui dan berdasarkan laporan mingguan. 4. Objek penelitian hanya pada rute satu salesman rute konvensional yang terdiri dari mayoritas modern outlet (grosir, supermarket/swalayan, mini market), kantin (lembaga pendidikan dan lembaga usaha), institusi (UD/Badan Usaha,Koperasi,Koperasi Mandiri, Koperasi Mandiri, Koperasi Institusi),

lokasi makan (food court, restaurant seperti fast food dan fresh food, Rumah Makan, Warung Makan). 5. Lokasi pendistribusian di wilayah Kota Medan. 6. Batasan waktu pendistribusian antara pukul 08.00 WIB 12.00 WIB dan 14.00 WIB 17.00 WIB. 7. Kapasitas mobil angkut paling minimum adalah 50 krat dan maksimum adalah 220 krat. 8. Kapasitas alat angkut yang digunakan adalah 130 krat. 9. Kunjungan hanya satu kali dari titik awal ke titik pendistribusian (outlet). 10. Permintaan outlet yang tidak dapat dilayani pada satu rute dan pada satu hari maka akan didistribusikan pada hari berikutnya. 1.5.2. Asumsi Dasar Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu : 1. Jumlah permintaan pada outlet konstan. 2. Tim salesman berpengalaman atau benar-benar memahami tugasnya dalam mendistribusikan produk ke outlet-outlet. 3. Kondisi kerja normal yaitu tidak terjadi kecelakaan atau kerusakan yang luar biasa. 4. Alat angkut/kendaraan yang digunakan dalam kondisi baik. 5. Kepadatan lalu lintas dan kondisi jalan setiap harinya adalah normal.

6. Outlet-outlet dengan lokasi berdekatan, kendaraan dapat berhenti di suatu titik dan tidak perlu berpindah. 7. Satu liter bahan bakar untuk alat angkut Truk Box dengan kapasitas 130 krat dan 220 krat dapat menempuh jarak rata-rata 9 km. 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan laporan Tugas Sarjana ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menguraikan gambaran ringkas tentang objek studi meliputi sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, proses produksi, pemasaran dan ringkasan lain. BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah dan metode pemecahan masalah yang dibahas dalam penelitian. Dasar teori diperoleh dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan teori-teori perencanaan jalur distribusi dengan model Travelling Salesman Problem. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menyajikan proses serta hasil pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah baik itu data primer maupun data sekunder dan proses serta hasil pengolahan data. BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH Bab ini mengemukakan hasil analisa yang dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari pengolahan data yang telah dilakukan. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran untuk perusahaan dan untuk mendukung penelitian lebih lanjut.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2. 1. Sejarah Perusahaan Coca-Cola merupakan produk minuman ringan yang dikenal dengan soft drink. Pertumbuhan Coca-Cola sebagai minuman ringan dan salah satu merek minuman ringan yang terkenal di dunia tentu tidak terlepas dari permulaan awal pertumbuhannya. Sejarah produk Coca-Cola semula berawal pada bulan Mei 1886 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, ketika seorang ahli farmasi dan ahli

minuman Dr. Jhon Styth Pemberton memformulasikan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup dan beraroma segar dan berwarna karamel yang kemudian dikenal dengan Coca-Cola. Seiring dengan perjalanan waktu, Coca-Cola semakin berkembang dan digemari masyarakat, maka timbul ide dari Joseph Beidenharn untuk membotolkan Coca-Cola. Sejak tahun 1990 distribusi Coca-Cola secara meyakinkan meluas sampai keluar negri. Pada tahun 1907 pembangunan pabrikpabrik pembotolan Coca-Cola di luar negeri mulai digiatkan. Pembangunan dilakukan dengan cara memakai Franchise System, yaitu sistem kerja sama saling menguntungkan antara dua perusahaan ( The Coca-Cola Company dengan Pabrik Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemen. Coca-Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1927 ketika Nederland Indische Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkan untuk pertama kali di Batavia. Produksi Coca-Cola lumpuh pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945), tetapi setelah kemerdekaan Indonesia, pabrik tersebut beroperasi di bawah nama The Indonesia Bootles Ltd. NV (IBL) dengan status perusahaan nasional. Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang, yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc, Mitsui & Co. Ltd dan Mikuni Coca-Cola Bottling Co. membentuk PT. Djaya Beverages Bootling Company (DBBBC). Sampai sekarang tercatat ada 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai propinsi di Indonesia. Pabrik-pabrik ini diberi lisensi oleh The Coca-

Cola Company di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat untuk memproduksi, dengan perwakilannya di Indonesia adalah PT. Coca-Cola Indonesia. Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah : 1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta. 2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan. 3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bootling Company, Surabaya. 4. Tahun 1978 : PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company, Semarang. 5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang. 6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung. 7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company,. Padang. 8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar. 9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung Karang. 10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado. 11. Tahun 1991 : PT. Eka Ticma Manunggal Bottling Company, Banjarmasin. Tahun 1995 Coca-Cola Amatil milik Australia yang merupakan perusahaan pembotolan terbesar di dunia untuk pabrikasi, distribusi dan pemasaran produk The Coca-Cola Company mengambil alih semua pabrik pembotolan Coca-Cola Company di Indonesia kecuali Manado. 2. 2. Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. Coca-Cola Bottling Indonesia mulai dirintis pada tahun 1973 oleh PT. Braseries Del Indonesia, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini sebenarnya Bir, Coca-Cola, Sprite dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada

tahun 1982 PT. Brasseries Del Indonesia diambil alih oleh PT. Multi Bintang Indonesia yang juga produsen bir terkenal di Indonesia. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia pada mulanya didirikan dengan nama PT. Pan Java Bottling Company. Perusahaan ini didirikan oleh P. Hutabarat lalu beliau memberikan kepercayaan kepada Mugijanto, seorang karyawan muda PT. Panatraco Ltd, Jakarta untuk mengengola. Pada tahap awal, kegiatan perusahaan ini adalah sebagai penyalur minuman Coca-Cola, Sprite dan Fanta untuk daerah Medan, Aceh dan sekitarnya. Karena pelanggan sering mengeluh akan persediaan produk yang kurang akibat keterlambatan barang, maka pada tanggal 5 Desember 1976 didirikan pabrik pembotolan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia yang salah satunya berada di Medan. Saat ini PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan mempunyai 630 orang karyawan yang terbagi dalam berbagai bidang dan memproduksi 3 macam jenis miniman ringan (sof drink) yang berkarbonat, yaitu Coca-Cola, Sprite, Fanta dan 1 macam jenis minuman teh botol Frestea yang terbagi dalam berbagi macam ukuran (193 ml, 296 ml dan 220 ml) dalam kemasan botol. 2.3. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial sistem dan pola tingkah laku yang muncul di dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Penyusunan struktur organisasi sangat penting guna membantu pengaturan dan pengarahan usaha-usaha

organisasi sehingga memudahkan koordinasi dan konsistensi dengan tujuantujuan organisasi. PT. Coca-Cola Botlling Indonesia Medan berstruktur organisasi horizontal/ organic setelah mengalami reorganisasi pada April 2004. Reorganisasi adalah proses perombakan struktur organisasi sehingga perusahaan lebih efisien dalam bertindak. Sifat organisasinya berubah dari desentralisasi menjadi sentralisasi. Peran struktur organisasi yang ramping (horizontal) ini akan mempermudah pengawasan dan dapat memangkas biaya birokrasi yang rumit dalam perusahaan dengan penghapusan level organisasi yang tidak perlu (Kotler,2004). Struktur yang dimiliki dan dijalankan perusahaan Coca-Cola Regional Medan adalah struktur fungsional dan garis, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Struktur organisasi fungsional dan garis berada dalam satu garis komando, dimana masing-masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung jawab kepada atasannya sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Pimpinan (General Manager) langsung membawahi setiap manager sedangkan staff bekerja dan memberikan saran-saran kepada atasannya.

2.4. Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab Berikut ini adalah uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian-bagian yang ada di perusahaan :

1. General Manager a. Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha pencapaian tujuan umum perusahaan. b. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada manager-manager dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. c. Membuat peraturan-peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan. 2. Secretary a. Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan perusahaan. b. Mengatur hubungan dengan pihak luar atau tamu. c. Menyusun dokumentasi. d. Bertanggung jawab kepada General Manager 3. Human Resources Manager a. Menerjemahkan strategi perusahaan ke dalam strategi SDM. b. Menumbuhkan kepuasan karyawan terutama terhadap gaji (Base Salary and Variabel Salary), bonus, tunjangan kerja (Inature). c. Mencari info Best Practice dalam pelatihan, pengembangan karyawan dan manajemen karir dari perusahaan lain. d. Membantu dalam perancangan dan implementasi sistem penilaian kerja. e. Membantu dalam administrasi karyawan termasuk masalah pelaksanaan hukum.

f. Membantu Industrial Affairs Manager, Public Relation Manager, Training Manager, dan Remuneration Manager (Menangani masalah pengupahan) g. Bertanggung jawab kepada General Manager. 4. Finance Manager a. Membantu pencapaian sasaran keuangan perusahaan dengan mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu dan akurat. b. Membantu General Manager mengumpulkan/menyusun data untuk rencana finansial jangka pendek maupun jangka panjang. c. Membawahi Financial Accounting Manager, Manajement Accounting Manager, Examiner Accounting Manager, Purchasing/ Procurement Supervisor, Tax Office. d. Bertanggung jawab kepada General Manager. 5. General Sales and Marketing Manager a. Mengorganisasi dan mengontrol pendistribusian/pemasaran produk agar target penjualan dan market share dapat tercapai. b. Bertanggung jawab menyediakan informasi pasar yang akurat dan up to date. c. Membawahi Area Manager Medan (Koordinator penjualan di Medan), Area Manager-OT (Koordinator penjualan luar kota), Customer Sesvice System (CSS Mgr), Distribution Service System (DSS Mgr), Marketing Development (MD Mgr).

d. Bertanggung jawab kepada General Manager. 6. Technical Operatiom Manager a. Mengkoordinir dan mengawasi setiap bagian yang ada di bawahnya misalnya processing, teknik, raw material, dan administrasi produksi. b. Merencanakan, mengawasi dan mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan. c. Membawahi Production Manager, Maintenance Engineering Manager, Warehouse and Transp. Manager, Demand and O.P Manager, Quality Assurance Manager, Quality Management System Manager. d. Bertanggung jawab kepada General Manager. 7. Business Service Manager a. Mengawasi rencana dan pelaksanaan program jasa pelayanan dan pengadaan sarana kendaraan/mobil Coca-Cola bagi karyawan. b. Mengadakan bimbingan, pengarahan, serta pengendalian kepada karyawan-karyawan jasa perusahaan sehingga aktivitas mereka dapat diarahkan kepada tercapainya pekerjaan yang efektif, efisien dan lancar. c. Membawahi IS Application Manager, CDE Manager dan Fleet Manager. d. Bertanggung jawab kepada General Manager 8. Cold Drink Equipment Manager a. Melakukan pembelian cold dink equipment b. Mengatur pendistribusian cold drink equipment c. Bertanggung jawab kepada General Manager

9. Information System Manager a. Mengawasi progam pelayanan umum dan pemelihaaan lokasi pabrik b. Mengawasi penyelesaian izin, rekomendasi dari instalasi pemerintah c. Betanggung jawab kepada HRD Manager 10. Extenal Affair Officer a. Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat b. Meminta dana untuk mengadakan kegiatan amal bagi masyaakat c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager 11. Taining Coordinator a. Mengadakan pelatihan b. Memilih peserta pelatihan c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager 12. Financial Accountant a. Mengumpulkan dana dan menyusun data keuangan perusahaan b. Mengatur cash flow untuk perusahaan c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager 13. Management Accountant a. Membuat pembukuan keuangan di perusahaan b. Memperoleh data keuangan dari departemen lain di perusahaan c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager 14. Examier Accountant a. Mengumpulkan dana dan menyusun data keuangan khusus luar kota

b. Mengatur cash flow untuk luar kota c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager 15. Purchasing Supervisor a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan b. Menyetujui ataupun membatalkan pembelian bahan c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager 16. Tax Officer a. Mengaudit mngenai kebutuhan akan karyawan b. Mengajukan usulan untuk menambah atau mengurangi karyawan c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager 17. Area Manager Medan a. Mendayagunakan seluruh aparat dan peralatan yang ada di warehouse di Medan secara optimal dan efisien b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar peraturan perusahaan c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager 18. Area Manager Out town a. Mendayagunakan seluruh aparat dan yang ada di warehouse di luar kota secara optimal b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar peraturan perusahaan c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager

19. Channel Manager a. Mengawasi penjualan produk pada distributor di dalam kota b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar peraturan perusahaaan c. Bertanggung jawab kepada Genaral sales Manager 20. Fleet Manager a. Mengawasi pendistribusian keperluan produksi di lantai pabrik b. Mengatur pendistribusian keperluan produksi c. Bertanggung jawab kepada General sales Manager 21. Dealer Manager a. Mengembangkan dealer-dealer di wilayah pemasaran b. Mengklaim dealer-dealer yang melanggar perjanjian bersama c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager 22. Production Manager a. Membuat laporan produksi secara periodic mengenai mutu dan jumlah produk apakah sesuai dengan yang telah ditentukan b. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pemerosesan bahan baku menjadi produk jadi c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 23. Technical Part and Row Material Manager a. Mengawasi peralatan dan mesin produksi

b. Mengajukan usulan untuk pengadaan suku cadang dan keperluan mesin. c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 24. Engineering Manager a. Mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan untuk meyakinkan agar target produksi dapat tercapai b. Memonitor aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 25. Personal Administration Manager a. Mengawasi serta membuat laporan mengenai prestasi kerja para karyawan b. Mengajukan promosi untuk karyawan c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 26. Quality Assurance Manager a. Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu bahan baku maupun produk jadi b. Memisahkan bahan baku maupun produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 27. PPIC Manager a. Merencanakan dan mengontrol kebutuhan untuk kegiatan proses produksi b. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager 28. Technical & Desktop Support a. Mengumpulkan informasi-informasi bisnis yang dibutuhkan perusahaan

b. Meminta informasi yang dibutuhkan dari departemen lainnya di perusahaan c. Bertanggung jawab kepada Information System Supervisor 2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan direkrut dari tenaga kerja bangsa Indonesia sendiri. Sebagian besar tenaga kerja di bagian produksi dan pemasaran direkrut dari penduduk sekitar pabrik. Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca-Cola Bottling Medan sampai pada bulan Desember 2006 sebanyak 627 orang karyawan. Perincian jumlah karyawan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel. 2. 1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca-Cola Bottling Medan Departement Jumlah Karyawan 1. General Administration 9 orang 2. Finance and Accounting 14 orang 3. Human Resources 26 orang 4. Sales and Marketing 408 orang 5. Production 170 orang Total Sumber : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan 627 orang Status karyawan pada perusahaan ini mempunyai status sebagai berikut :

a. Karyawan bulanan (tetap) dengan gaji/upah dibayar sekali sebulan sesuai dengan klasifikasi penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu. b. Karyawan harian dengan upah/gaji yang dibayar sekali dalam dua minggu sesuai dengan standart upah yang berlaku di perusahaan dengan berpedoman pada ketentuan upah minimum yang ditetapkan pemerintah. c. Karyawan honorer/kontrak dengan upah yang ditetapkan berdasarkan dokumen perjanjian kontrak secara individu. 2.5.2. Jam Kerja Agar perusahaan dapat berjalan lancar dan optimal dalam melaksanakan operasional pabrik untuk mencapai tujuan maka diperlukan pengaturan waktu jam kerja yang baik. Sesuai dengan peraturan Depnaker bahwa jam kerja seorang karyawan adalah 40 jam perminggu, selebihnya diperkirakan jam kerja lembur. Pengaturan jam kerja normal untuk karyawan adalah sebagai berikut: 1. Semua karyawan kecuali karyawan di departemen marketing, security dan kamar mesin hari kerjanya adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat dengan jam kerja sebagai berikut : Jam 08.00-12.00 WIB Jam 12.00-13.00 WIB Jam 13.00-17.00 WIB Waktu Kerja Waktu Istirahat Waktu Kerja 2. Untuk Departemen Marketing, jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat adalah : Jam 08.00-12.00 WIB

Jam 12.00-13.00 WIB Jam 13.00-17.00 WIB Sedangkan untuk hari Sabtu jam kerja 08.00 13.00 WIB a. Bagian Security (Departemen Human Resources Development) dan kamar mesin (Departement Production), jam kerja dibagi atas tiga shift setiap hari yakni : Shift I Shift II Shift III : Jam 06.00 14.00 WIB : Jam 14.00 22.00 WIB : Jam 22.00 06.00 WIB Untuk bagian security satu shift terdiri dari empat orang dengan pergantian setiap dua hari sekali, sedangkan untuk kamar mesin, pergantian shift setiap lima hari sekali dan satu shift hanya satu orang yang bekerja. 2.6. Sistem pengupahan Gaji/upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari perusahaan kepada karyawan untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan yang dinilai dalam bentuk perjanjian atau undang-undang. Banyak cara atau sistem pembayaran gaji/upah yang digunakan oleh perusahaan. Setiap perusahaan memakai sistem yang berbeda-beda, dengan dasar sistem tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan tanpa merugikan karyawan. Sistem pengupahan di perusahaan ini dibedakan atas : a. Untuk karyawan bulanan dan honorer menerima gaji setiap bulan sekali pada tiap tanggal 25.

b. Untuk karyawan harian menerima gaji dua minggu sekali. Bagi setiap karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal, akan diberikan upah lembur dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Upah lembur = x gaji pokok x jumlah jam lembur 173 Berdasarkan ketentuan Depnaker jam kerja sebulan adalah 173 jam. Perhitungan jam lemburnya adalah : a. Untuk hari biasa : - Jam lembur pertama dikali 1,5 x upah - Jam lembur selebihnya dikali 2 x upah lembur b. Untuk hari Sabtu/libur : - Jam pertama dikali 2 x upah lembur - Jam kedelapan dikali 3 x upah lembur - Jam kesembilan dan seterusnya dikali 4 x upah lembur c. Untuk karyawan yang lembur diberikan juga tambahan uang makan lembur sebesar - Untuk lembur 3 jam pertama diberikan uang makan senilai 1 kali makan. - Untuk jam lembur berikutnya akan ditambah lagi uang makan senilai 1 kali makan (setiap 5 jam berikutnya). Khusus untuk bagian Marketing tidak diperhitungkan lembur apabila bekerja di luar jam kerja yang telah ditentukan, tetapi mereka akan mendapat insentif.

2.7. Proses Produksi Dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi pada perusahaan, tentunya tidak terlepas dari bahan-bahan yang digunakan dan jenis produk yang akan dibuat. Oleh sebab itu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan menggunakan bahan baku utama, bahan penolong dan bahan tambahan. 2. 7. 1. Standar Mutu Produk PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan sangat mengutamakan kualitas standar mutu produk. Dalam setiap kali memproduksi Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea dilakukan pemeriksaan produk, mulai dari water tretment, sympel syrup, final syrup, dan beverage (hasil minuman ringan). Adapun yang menjadi standar mutu produk PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan adalah : - Kemurnian (purity) - Rasa (taste) - Bau (odor) - Penampakan Pemeriksaan dilakukan dalam 1 jam setiap kali produksi untuk melihat hasil standar mutu produk. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium. 2. 7. 2. Bahan Yang Digunakan a. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan bahan bahan lainnya. Jadi bahan baku ini juga disebut bahan utama. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dalam pembuatan minuman ringan ini adalah : - Air Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200 meter untuk kemudian diolah sebelum digunakan dalam proses produksi, maupun oleh kebutuhan sehari-hari perusahaan. Air diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2 jenis : 1. Treated Water Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin, dan kantor. 2. Untreated Water Digunakan untuk keperluan kamar mandi, pencucian ruangan, pekarangan dan lain lain. - Gula Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau gula murni, diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99% dan bebas dari kotoran. Gula diperoleh dari Australia, Thailand dan China. Rata rata kebutuhan gula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rata rata Jumlah Pemakaian Gula/unit Produksi Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan Coca-Cola Sprite Fanta Strawbery Fanta Melon 203.225 258.081 292.65 259.20 Untuk Produksi 1 satuan unit Tabel 2.2. Rata rata Jumlah... (lanjutan) Jenis Produksi Jumlah Gula (Kg) Keterangan Fanta Creamy Frestea 255.40 166.80 Untuk Produksi 1 satuan unit Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan - Concentrate Concentrate dibeli dari PT. Coca-Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya perusahaan yang menyediakan bahan ini untuk Coca-Cola Company di Indonesia). Concentrate terdiri dari 3 jenis yaitu Concentrate (Part I, Part II dan Part III). Concentrate berfungsi sebagai bahan pengawet dan pemberi rasa. Rata-rata kebutuhan Concentrate per unit produksi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2. 3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate/Unit Produksi Concetrate (Part) Jenis Keterangan Produksi I II III

Coca-Cola 0.667 t 0.67 t Sprite Fanta Strawbery Fanta Melon 0.25 0.5 b 0.5 b 0.25 b 0.5 b 0.5 b 0.5 b 1.0 t 1.0 t t = tabung b = bungkus Fanta Creamy Fanta Soda Water 0.5 b 0.5 b 0.5 0.5 b Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan - Carbon Dioksida (CO 2 ) Carbon dioksida (CO 2 ) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi untuk menunjukkan ciri dari Coca-Cola itu sendiri. CO 2 dibeli dari PT. Aneka Gas dan UD. Mulya Perkasa di Medan. Rata-rata penggunaan CO 2 dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2. 4. Rata rata Jumlah Pemakaian CO 2 /unit Produksi Jenis Produksi Coca-Cola Sprite Fanta Strawbery Fanta Melon Fanta Creamy Jumlah Pemakaian CO 2 (Kg) 14.26 14.65 9.90 9.90 9.90 Keterangan Untuk Produksi 1 Satuan Unit

Fanta Soda Water 15.84 Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan b. Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana komponennya tidak jelas dibedakan pada produk akhir. - Kaporit [Ca (Ocl) 2 ) Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat pertumbuhan mikroorganisme), membilas botol dan sanitasi peralatan. - Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air. - Filter Aid Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga mempermudah filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke final syrup tank. - Karbon Aktif

Digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan menghilangkan bau-bau asing. - Kerikil Berfungsi sebagai media penyaring pada sand filter diproses pengolahan air agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan. - Caustik Soda (NaOH) Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen. - Bahan Kimia Lainnya Misalnya Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur, Cl 2, KM n O 4. c. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna meningkatkan mutu suatu produk atau suatu bahan dimana bahan ini merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan pada proses pembuatan minuman ringan yang terdapat pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan pada umumnya dibutuhkan pada proses packing, yaitu : - Botol Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan yang siap dipasarkan. - Crown Cork (penutup botol) Digunakan untuk menutup botol minuman ringan. - Crate (Peti Plastik)

Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24 botol per crate. Crate yang dipakai ada yaitu : Full Depth Crate ini dipakai untuk produk Coca-Cola, Sprite, Fanta dan Frestea dengan berat rata-rata kurang lebih dari 1,8-1,9 kg/buah. - Karton Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam botol plastik. 2. 8. Uraian Proses Berdasarkan cara pembuatannya, minuman yang diproduksi PT. Coca- Cola Bottling Indonesia Medan dapat dikelompokan atas 2 kelompok besar yakni kelompok Coca-Cola, Sprite, dan Fanta serta kelompok Frestea. Coca-Cola, Sprite, Fanta yang mengalami proses pembuatan yang sama, hanya komposisi bahannya yang berbeda. Adapun proses pembuatan dan pembotolan Coca-Cola, Sprite, dan Fanta di perusahaan ini mengalami beberapa tahapan, seperti terlihat pada Gambar 2.2 :

WATER PRODUCT 5865 L/jam HOT WATER P A R A M I X DEAERATOR COOLER CARBONATOR SIMPLE SIRUP FINAL SIRUP FILTER KAPAS FILTER KARBON GULA 25 Kg/jam, CARBON, FILTER AID CONCENTRATE PART I AND PART II 25 L/jam FILTER PERMANGANAT CO 25 Kg/j BEVERAGE FILLER WASHING MACHINE BOTTLE CROWNER CROWN CORK DATA CODER FINISH GOOD 18000 botol/jam Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Soft Drink Uraian dari proses pengolahan air hingga pembotolan adalah sebagai berikut: 1. Proses Pengolahan Air (Water Treatment) Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan. Air diperoleh dari 4 sumur bor dengan kedalaman 100-200 m dari sumur dan dengan kedalaman ini diharapkan air sumur tersebut tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari pencemaran. Air yang diperoleh dengan bantuan pompa raw meter yang berkapasitas 22 m 3 /jam.

Air dari sumur akan dipompa ke alat degasifier yang sebelumnya diinjeksikan H 2 SO 4 dengan tujuan mengubah CO 2 sehingga mudah dibebaskan dan menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air. Dari degasifier air masuk ke dalam fluclator tank/reaction tank. Sebelumnya ditambahkan Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur dan Cl 2 10%. PAC berfungsi untuk mengendapkan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi untuk menaikan besar Ph, karena semakin besar Ph maka kecepatan mengendapkann semakin besar. Sementara Cl 2 berfungsi sebagai antiseptik untuk mematikan kuman-kuman bakteri dan standart chlorine dalam air, dimana standart chlorine dalam air adalah 6-10 ppm. Pada fluclator tank terjadi pengendapan floc dimana akan mengendap kebawah, sementara air pada bagian atas akan dialirkan ke sand filter. Jarak antara permukaan air dengan floc dijaga lebih kurang 1-1,25 m untuk mempertahankan kejernihan air. Di sand filter air akan disaring. Ada 3 sand filter tetapi yang digunakan hanya 2, sementara yang satu lagi sebagai cadangan. Sebagian filter digunakan kerikil dengan ukuran sebagai berikut : - Lapisan I dengan ukuran 2-3 m - Lapisan II dngan ukuran 1-2 m - Lapisan III dengan ukuran 0.5-1 m Total lapisan tebalnya lebih kurang ¾ dari tinggi sand filter. Setiap hari setelah produksi akan dilakukan back wash yang berfungsi untuk menghilangkan

partikel/kotoran dalam sand filter. Sementara setiap 3 bulan sekali kerikil-kerikil akan dikeluarkan untuk dicuci dengan Hcl 2-5 % lalu dapat dipakai kembali. Dari sand filter air dialirkan ke storage tank. Setelah air sampai ketinggian maksimum, pompa air dari sumur akan mati secara otomatis dan akan hidup kembali apabila telah mencapai tinggi maksimum. Kemudian air dialirkan lagi ke buffer tank dan sebelumnya ditambahkan chlorine 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari bakteri-bakteri yang masih terdapat di dalam air yang telah diolah. Dari buffer tank ini, air dilewatkan melalui carbon filter untuk menyerap chlorine dan partikel-partikel kecil. Kadar Cl 2 setelah melewati carbon filter adalah 0 ppm. Setelah itu air dilewatkan melalui polisher filter sebagi proses penyaringan akhir. Air hasil pengolahan (treated water) inilah yang dipakai untuk proses produksi pembuatan Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea. Pada tiap tahapan proses pengolahan akan diambil sampel air untuk diperiksa oleh bagian Quality Control di laboratorium untuk memastikan bahwa air hasil pengolahan akan memenuhi persyaratan yang ditentukan. 2. Proses Pembuatan Syrup Treated Water dari hot water tank dialirkan ke tangki pelarut dan didalamnnya dimasukkan gula sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Perbandingan air dan gula berdasarkan pada derajat kemanisan (Brix) yang ditentukan. Temperatur air untuk melarutkan lebih kurang 80 0 C. Ke dalam tangki