BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Absorbansi 417 0, , , , , ,036

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pendidikan Kimia. Disusun Oleh: RIHAUL WAHDAH NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Selain hadits diatas ada juga hadits lain yang diriwayatkan oleh Ummi Qais binti Mihshan r.a. berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Laporan Kimia Analitik KI-3121

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

Ferry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) BINAYANTI NAINGGOLAN ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

3 Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

Gambar 6. Kerangka penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

4 Hasil dan Pembahasan

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

STABILITAS FORMALIN TERHADAP PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMANASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air.

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Panjang Gelombang Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa sampel menunjukkan absorbansi maksimal, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Optimasi panjang gelombang (λ) Panjang gelombang(λ) Absorbansi 417 0,038 418 0,039 419 0,040 420 0,039 421 0,037 422 0,036 Data hasil penentuan panjang gelombang maksimum pada tabel 4.1, jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut: 49

Grafik 4.1 Optimasi panjang gelombang (λ) Dari penentuan panjang gelombang maksimum pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 di atas diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 419 nm dengan absorbansi 0,40. 2. Kurva Standar Kurva larutan standar N diperoleh dengan mengukur absorbansi dari larutan standar N, pada berbagai konsentrasi pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 419 nm. absorbansinya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Absorbansi larutan standar Konsentrasi Absorbansi 10 0,040 20 0,050 40 0,075 60 0,101 Data larutan standar dan 50

Setelah diperoleh absorbansi dari larutan standar, data diolah menjadi grafik antara konsentrasi larutan standar dalam satuan ppm dengan absorbansinya. Adapun kurva standar N dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.2 Kurva standar Dari kurva standar diperoleh persamaan garis y = 0,001x + 0,026, dan gradien linieritas sebesar R² = 0,998. Optimasi pembentukan kompleks tidak dilakukan karena kajian yang diteliti adalah kecepatan lepasnya NH 3 dari sampel. Dan tidak menguji kadar NH 3 maksimal pada sampel. 3. Perhitungan Rumus : y= ax + b ; x = (y - b) : a X = kadar NH 3 dalam satuan ppm 51

Berikut adalah absorbansi dan perhitungan konsentrasi sampel urin bayi laki-laki dengan rentang waktu dari 1-5 menit: Tabel 4.3 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki setelah 1 menit ( y b) x bayi laki-laki usia y a b (y - b) a (ppm) usia 0 0,137 0,001 0,026 0,111 111 usia 1 0,335 0,001 0,026 0,309 309 usia 2 0,346 0,001 0,026 0,32 320 Tabel 4.4 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki setelah 2 menit bayi laki-laki usia y a b (y - b) ( y b) x a (ppm) usia 0 0,134 0,001 0,026 0,108 108 usia 1 0,333 0,001 0,026 0,307 307 usia 2 0,341 0,001 0,026 0,315 315 Tabel 4.5 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki setelah 3 menit ( y b) x bayi laki-laki usia y a b (y - b) a (ppm) usia 0 0,131 0,001 0,026 0,105 105 usia 1 0,329 0,001 0,026 0,303 303 usia 2 0,339 0,001 0,026 0,313 313 52

Tabel 4.6 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki setelah 4 menit ( y b) x bayi laki-laki usia y a b (y - b) a (ppm) usia 0 0,129 0,001 0,026 0,103 103 usia 1 0,325 0,001 0,026 0,299 299 usia 2 0,336 0,001 0,026 0,31 310 Tabel 4.7 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki setelah 5 menit bayi laki-laki ( y b) x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,127 0,001 0,026 0,101 101 usia 1 0,322 0,001 0,026 0,296 296 usia 2 0,32 0,001 0,026 0,294 294 Berikut adalah absorbansi dan perhitungan konsentrasi sampel urin bayi perempuan dengan rentan waktu dari 1-5 menit: Tabel 4.8 Kadar NH 3 urin bayi perempuan setelah 1 menit bayi perempuan ( y b) x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,161 0,001 0,026 0,135 135 usia 1 0,365 0,001 0,026 0,339 339 usia 2 0,501 0,001 0,026 0,475 475 53

Tabel 4.9 Kadar NH 3 urin bayi perempuan awal setelah 2 menit bayi perempuan ( y b) x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,157 0,001 0,026 0,131 131 usia 1 0,213 0,001 0,026 0,187 187 usia 2 0,391 0,001 0,026 0,365 365 Tabel 4.10 Kadar NH 3 urin bayi perempuan awal setelah 3 menit ( y b) bayi perempuan x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,119 0,001 0,026 0,093 93 usia 1 0,124 0,001 0,026 0,098 98 usia 2 0,246 0,001 0,026 0,22 220 Tabel 4.11 Kadar NH 3 urin bayi perempuan awal setelah 4 menit ( y b) bayi perempuan x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,096 0,001 0,026 0,07 70 usia 1 0,103 0,001 0,026 0,077 77 usia 2 0,193 0,001 0,026 0,167 167 54

Tabel 4.12 Kadar NH 3 urin bayi perempuan setelah 5 menit ( y b) bayi perempuan x y a b (y - b) a usia (ppm) usia 0 0,079 0,001 0,026 0,053 53 usia 1 0,08 0,001 0,026 0,054 54 usia 2 0,155 0,001 0,026 0,129 129 Dari kadar amonia yang telah diperoleh, amonia pada urin bayi perempuan lebih cepat lepas daripada amonia pada urin bayi laki-laki. Seperti yang telah dibahas dalam landasan teori jika urin kejangkit bakteri, maka terbentuklah aminia (NH 3 ). 52 Pola lepasnya amonia akan membentuk orde reaksi, yang dapat dijelaskan melalui grafik, adapun tabel dan grafiknya, adalah sebagai berikut: 1. Tabel dan grafik orde penurunan kadar NH 3 dari urin bayi laki-laki Tabel 4.13 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki usia 0 bulan pada menit ke 1-5 waktu konsentrasi NH 3 ln konsentrasi (menit) (ppm) NH 3 1 111 4,71 2 108 4,68 3 105 4,65 4 103 4,63 5 101 4,62 52 Kurnia Kusnawidjaja, Biokimia, (Bandung: 1993, Alumni), hlm.227. 55

Grafik 4.3 plot antara waktu dan ln konsentrasi kadar NH 3 dari urin bayi laki-laki usia 0 bulan pada waktu 1-5 menit. Tabel 4.14 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki usia 1 bulan pada menit ke 1-5 waktu (menit) konsentrasi NH 3 (ppm) ln konsentrasi NH 3 1,00 309 5,73 2,00 307 5,73 3,00 303 5,71 4,00 299 5,70 5,00 296 5,69 56

Grafik 4.4 Plot antara waktu dan ln konsentrasi kadar NH 3 dari urin bayi laki-laki usia 1 bulan pada waktu 1-5 menit. Tabel 4.15 Kadar NH 3 urin bayi laki-laki usia 2 bulan pada menit ke 1-5 waktu konsentrasi NH 3 (menit) (ppm) ln konsentrasi NH 3 1,00 320 5,77 2,00 315 5,75 3,00 313 5,75 4,00 310 5,74 5,00 309 5,73 57

Grafik 4.5 Plot antara waktu dan ln konsentrasi kadar NH 3 dari urin bayi laki-laki usia 2 bulan pada waktu 1-5 menit. Dari grafik yang terbentuk, terlihat bahwa laju pengurangan amonia pada urin bayi laki-laki berorde 1. Yang diperoleh dengan memplotkan antara waktu dan nilan ln dari konsentrasi pada menit ke 1-5. 2. Tabel dan grafik orde penurunan kadar NH 3 dari urin bayi perempuan Tabel 4.16 Kadar NH 3 urin bayi perempuan usia 0 bulan pada menit ke 1-5 waktu (menit) konsentrasi NH 3 (ppm) 1/waktu 1/konsentrasi 1 135 1 0,007 2 131 0,5 0,008 3 93 0,3 0,011 4 70 0,25 0,014 5 53 0,2 0,019 58

Grafik 4.6 Plot antara 1/waktu dan 1/konsentrasi kadar NH 3 dari urin bayi perempuan usia 0 bulan pada menit ke 1-5. Tabel 4.17 Kadar NH 3 urin bayi perempuan usia 1 bulan pada menit ke 1-5 waktu (menit) konsentrasi NH 3 (ppm) 1/waktu 1/konsentrasi 1 339 1 0,003 2 187 0,5 0,005 3 98 0,3 0,010 4 77 0,25 0,013 5 54 0,2 0,019 59

Grafik 4.7 Plot antara 1/waktu dan 1/konsentrasi NH 3 dari urin bayi perempuan usia 1 bulan Tabel 4.18 Kadar NH 3 urin bayi perempuan usia 2 bulan pada menit ke 1-5 waktu konsentrasi NH 3 1/waktu 1/konsentrasi (menit) (ppm) 1 475 1 0,002 2 365 0,5 0,003 3 220 0,3 0,005 4 167 0,25 0,006 5 129 0,2 0,008 60

Grafik 4.8 Plot antara 1/waktu dan 1/konsentrasi NH 3 dari urin bayi perempuan usia 2 bulan Dari grafik yang terbentuk, terlihat bahwa laju pengurangan amonia pada urin bayi perempuan berorde 2. Yang diperoleh dengan memplotkan antara seper waktu (1/t) dan nilan seper konsentrasi (1/k) pada menit ke 1-5. B. Pembahasan Hasil Penelitian Amonia merupakan salah satu komponen yang menghasilkan warna dan bau khas pada urin. Dalam tata cara pensucian najis secara hukum Islam yaitu sampai hilangnya rasa, warna dan bau. Jumlah amonia yang terlarut dalam urin yang berwarna kuning dapat ditentukan menggunakan pereaksi Nessler. Pereaksi Nessler dapat bereaksi dengan ion amonium membentuk larutan koloid dimerkuri. Ketajaman warna yang terbentuk sebanding dengan kadar di dalam air dengan reaksi sebagai berikut: 61

( ) Reaksi warna di atas hanya berlaku pada larutan garam amonium yang telah diencerkan, karena larutan garam amonium yang pekat dapat membentuk presipitasi warna cokelat yang menyebar. Sehingga pada uji ini urin diencerkan kedalam 50 ml akuades, dan ditambah 3 ml pereksi nessler, sebagai pembentuk senyawa kompleks Hg 2 NH 2 I yang berwarna kuning. Pada penelitian ini seharusnya sampel yang digunakan yaitu urin bayi laki-laki dan perempuan yang berusia 1-5 bulan. Akan tetapi pada kenyataan yang di temui di lapangan, hanya bayi dari usia 1-2 bulan saja yang masih mengkonsumsi asi eksklusif dan tanpa makanan tambahan (termasuk susu formula). Sampel yang diambil pada pagi hari, langsung dianalisis pada siang hari, dengan tujuan mengurangi ada perubahan pada sampel urin tersebut. Sampel juga disimpan didalam kotak sterofom, agar tidak terjadi perubahan suhu yang sangat signifikan, rentan waktu antara pengambilan sampel dengan analisis di laboratorium hanya 4-5 jam, sehingga mengurangi resiko peruraian sampel, dan sampel memang sengaja tidak diberi pengawet karena akan mengganggu analisis dengan spektrofotometer- Vis. 1. Optimasi Panjang Gelombang Optimasi panjang gelombang atau juga disebut penentuan panjang gelombang maksimum (λ max ) seperti yang dikemukakan Joseph B. Lambert dalam bukunya Organic Structural Spectroscopy λ max is the wavelength at which light absorbtion 62

reaches a maximum. 53 λ max adalah panjang gelombang dimana absorbsi mencapai maksimum. Penentuan λ max bertujuan agar absorbansi sampel dapat terbaca secara maksimal, sehingga mengurangi kesalahan dalam pembacaan. Selain hal tersebut, penentuan λ max perlu dilakukan karena perbedaan keadaan baik suhu, kelembaban udara antara satu tempat, dengan tempat yang lain. Pada penentuan λ max pada uji laboratoriun ini digunakan larutan standar yang relatif encer, yaitu larutan standar N 10 ppm dengan menggunakan spektrovotometer VIS, di analisis pada range panjang gelombang 117-122 nm. Pada hasil penentuan λ max ini didapat absorbansi maksimum larutan standar 10 ppm yaitu pada panjang gelombang 119 nm dengan absorbansi 0,040. Dan λ max ini digunakan pada penentuan kurva setadar dan analisis sampel. 2. Penentuan Kurva Standar Kurva standar ini ditentukan dengan membuat larutan-larutan standar, yaitu larutan stok laboratorium yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti, yang kemudian di ukur dengan spektrofotometer Vis pada λ max yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 119 nm. Larutan standar yang digunakan pada uji ini yaitu larutan standar N (larutan NH 3 ) dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm dan 60 ppm, larutan standar 80 ppm dan 100 ppm pada grafik kurva setandar tidak menunjukkan garis yang linier, sehingga tidak digunakan. Masing-masing larutan standar ini ditambahkan dengan pereaksi Nessler sebanyak 3 ml, pereaksi 53 Joseph B. Lambert, etc, Organic Structural Spectroscopy, page.399. 63

Nessler dapat bereaksi dengan ion amonium membentuk larutan koloid dimerkuri berwarna kuning. Ketajaman warna yang terbentuk sebanding dengan kadar di dalam air. Pada grafik kurva standar (lihat grafik 4.1) diperoleh persamaan y=0,001x+0,026, dan linieritas R² = 0,998. Persamaan ini yang akan digunakan dalam penentuan konsentrasi NH 3 pada sampel. 3. Analisis Amonia Urin Bayi Laki-laki Dengan menggunakan persamaan yang telah diperoleh pada penentuan kurva standar yaitu persamaan y=0,001x+0,026, konsentrasi NH 3 dapat ditentukan dengan memasukkan angka absorbansi pada y, dan maka akan didapat nilai x (konsentrasi sampel). Adapun contoh perhitungannya pada urin bayi laki-laki usia 0 bulan pada waktu 1 menit yang memiliki absorbansi 0,137 berikut: y = 0,001x + 0,026 0,137 = 0,001x + 0,026 0,137-0,026 = 0,001x 0,111 0,001x 0,111 x 0,001 x = 111 ppm Untuk mempermudah perhitungan ini digunakan Microsoft Excel, data hsil perhitungan sebagaimana pada tabel, yaitu pada tabel 4.3; 4.4; 4.5; 4.6 dan 4.7 diatas. 64

1. Pada hasil uji pada urin bayi laki-laki kadar amonia rata-rata awal pada urin bayi usia nol bulan sebesar 111 ppm, usia satu bulam sebesar 309 ppm, dan usia dua bulan sebesar 320 ppm. Kadar amonia ini menurun setiap menit, dengan angka penurunan yang tidak terlaalu signifikan, dengan masing-masing kadar penurunan sebagi berikut, untuk sampel urin bayi laki-laki usia 0 bulan hanya 9,01%, usia 1 bulan 4,21%, dan usia 2 bulan 3,44%, seperti terlihat pada tabel 4.13; 4.14 dan 4.15. Dari hasil tersebut amonia pada pada urin bayi laki-laki teruapkan kadar relatif kecil. Dihasilkannya amonia mengindikasikan urin telah kejangkit bakteri. 54 Dengan kadar penguapan amonia yang kecil mengindikasi bahwa urin bayi laki-laki yang masih mengkonsumsi ASI eksklusif, dan belum makan sedikit mengikat mikrobakterial. Pelepasan amonia pada urin bayi laki-laki ini laju penurunannya mengikuti orde 1. Dengan cara memplotkan waktu (t) dengan ln konsentrasi amonia, grafik yang diperoleh pada grafik 4.3; 4.4 dan 4.5, grafik tersebut terlihat bahwa reaksi berjalan pada orde 1. Seperti pada lendasan teori yang telah dipaparkan pada Bab II. 4. Analisis amonia urin bayi perempuan Dengan menggunakan persamaan y=0,001x+0,026 diperoleh kadar NH 3 sampel urin bayi perempuan pada rentan waktu 1-5 menit seperti terlihat pada tabel 4.8; 4.9; 4.10; 4.11 dan 54 Kurnia Kusnawidjaja, Biokimia, hlm.227. 65

4.12. 135 ppm. Pada urin bayi usia nol bulan, 339 ppm pada usia satu bulan dan 475 ppm pada usia 2 bulan. Kadar amonia ini menurun setiap menit, dengan angka penurunan yang sangat signifikan, urin bayi perempuan usia 0 bulan mencapai 60,74%,usia 1 bulan mencapai 84,07%, dan usia 2 bulan mencapai 72,84%. seperti terlihat pada tabel 4.16; 4.17 dan 4.18. Dari data tersebut terlihat terlihat bahwa pada urin bayi perempuan amonianya mudah sekali lepas. Lepasnya amonia mengindikasikan urin telah terjangkit bakteri. 55 Dengan demikian diindikasikan urin bayi perempuan mengikat banyak mikrobakterial. Pelepasan amonia pada urin bayi perempuan ini laju penurunannya mengikuti orde 2. Dengan cara memplotkan (1/t) dengan (1/k), grafik yang diperoleh pada grafik 4.6; 4.7 dan 4.8, grafik tersebut menunjukkan laju reaksi berorde 2. Dari data yang diperoleh urin bayi laki-laki amonianya tidak mudah lepas sehingga dapat diindikasikan bahwa urin bayi laki-laki tidak mudah terjangkit mikrobakterial. Berbeda dengan urin bayi perempempuan amonianya mudah sekali lepas sehingga urin bayi perempuan sangat rentan terjangkit mikrobakterial. Penurunan kadar NH 3 pada waktu 1-5 menit dalam satuan persen adalah sebagai berikut, untuk sampel urin bayi usia 0 bulan pada urin bayi perempuan mencapai 60,74%, sedangkan pada sampel urin bayi laki-laki hanya 9,01%. Pada bayi usia 1 bulan untuk urin bayi perempuan mencapai 84,07%, sedangkan pada sampel urin bayi 55 Kurnia Kusna Widjaja, Biokimia,(Bandung: Alumni, 1993), hlm.101. 66

laki-laki hanya 4,21%. Dan pada bayi usia 2 bulan untuk urin bayi perempuan mencapai 72,84%, sedangkan pada sampel urin bayi laki-laki hanya 3,44%. Adapun perbedaan kadar amonia pada urin bayi laki-laki dan perempuan pada usia 0-2 bulan pada menit ke 1-5 dalam grafik, adalah sebagai berikut: 500 Kadar NH 3 Urin Bayi Usia 0 Bulan 400 300 200 laki-laki perempuan 100 0 1 2 3 4 5 Grafik 4.9. Kadar NH 3 Urin BayiUsia 0 Bulan 500 Kadar NH 3 Urin Bayi Usia 1 Bulan 400 300 200 100 laki-laki perempuan 0 1 2 3 4 5 Grafik 4.10. Kadar NH 3 Urin BayiUsia 1 Bulan 67

500 Kadar NH 3 Urin Bayi Usia 2 Bulan 400 300 200 100 laki-laki perempuan 0 1 2 3 4 5 Grafik 4.11. Kadar NH 3 Urin BayiUsia 2Bulan Amonia memiliki sifat sangat mudah larut dalam air, 56 sehingga ketika urin bayi laki-laki disiram dengan air akan sangat mudah sekali larut. Sedangkan urin bayi perempuan mudah mengikat mikrobakterial, sehingga ketika urin bayi perempuan dibasuh dengan air mikrobakterialnya masih tertinggal. Dengan tertinggalnya mikrobakterial dapat memunculkan berbagai penyakit, ketika urin tersebut tidak segera dibersihkan dengan cara dicuci meggunakan sabun. Perbedaan pengikatan bakteri ini disebabakan karena saluran kencing perempuan lebih pendek dari pada saluran pada laki-laki, di samping sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki, yang berperan untuk membunuh kuman. Oleh karena itu urin bayi lakilaki yang belum memakan makanan tidak mengandung bakteri 56 Mulyono HAM, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),hlm.18. 68

berbahaya. Sebagai akibat dari perbedaan anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan dan laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki. Sedangkan pada wanita bakteri sangat mudah berpindah pada ujung sistem pencernaan dan berhubungan dengan saluran kemih. kebanyakan bakteri tersebut adalah bakter coliform. 57 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kecepatan lepasnya amonia yang mengindikasikan perbedaan kecenderungan mengikat mikrobakteri pada urin bayi laki-laki dan perempuan berkaitan dengan perbedaan cara pensucian najis pada urin bayi laki-laki dan perempuan secara hukum Islam. Pada urin bayi laki-laki yang tergolong sebagai najis mukhoffafah dan cara pensucian dan pembersihannya cukup dengan disiram dengan air suci mensucikan, dan pada urin bayi perempuan yang digolongkan dalam najis mutawassitah dan disucikan serta dibersihkan dengan dicuci dan dikucek sampai benar-benar bersih. Seperti pada hadits Rasulullah: 57 Abu Yusuf Sujono, Di Balik Perbedaan Hukum Antara Urin (Air Kencing) Bayi Laki-laki dan Perempuan, dalam http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatmujizat&id=287, diakses 21 September 2013. 58 Maktabah Syamilah, Sunah Abu Daud, Juz 1, Hadis Nomor: 377, hlm. 145. 69

Musadah menceritakan kepada kita Yahya menceritakan kepada saya (Musadah) dari Ibnu Abi Uruubah dari Qatadah dari Abi Harbi bin Abi Aswad dari ayahnya dari Ali ra. berkata: Air kencing anak perempuan dibasuh dan anak laki-laki dipercikan di atasnya ketika bayi itu belum makan 70