V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao

Pe n g e m b a n g a n

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

INTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

PASAR LELANG KOMODITAS

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang positif bagi perkembangan bisnis coklat di

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

RINGKASAN EKSEKUTIF

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna dan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

LAPORAN AKHIR ANALISIS PEMBEBASAN BEA MASUK BIJI KAKAO

PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

AGRIBISNIS KAKAO DAN PRODUK OLAHANNYA BERKAITAN DENGAN KEBIJAKATAN TARIF PAJAK DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Cokelat merupakan hasil olahan dari biji tanaman kakao (Theobroma cacao)

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengembangkan pasar produk gula kelapa organik bersertifikat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), *

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON 5.1. Pasar Fisik Indonesia Wilayah sentra utama produksi kakao terdapat di kawasan Indonesia bagian Timur, meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Dari ketiga provinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan sentra perkebunan kakao rakyat terbesar yang memberikan kontribusi besar terhadap komoditi kakao Indonesia. Total luas areal perkebunan kakao rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sekitar 296.039 hektar dengan total produksi 282.692 ton per tahun, dan produktivitas 953,60 kilogram per hektar per tahun (BPS 2009). Di Provinsi Sulawesi Selatan, kakao merupakan komoditas unggulan utama dibandingkan jenis tanaman perkebunan lainnya. Adapun kabupaten sentra produksi kakao meliputi Luwu Utara, Mamuju, Bone, Polmas, Luwu, dan Pinrang. Khusus untuk kabupaten Luwu, luas arealnya tercatat 24.591 hektar, produksi 24.458 ton per hektar per tahun, dan produktivitas 994 kilogram per hektar per tahun (BPS 2009). Jenis tanaman kakao yang diusahakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara dengan ketua Askindo, sekitar 96 persen produksi kakao Indonesia diekspor, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan baku industri cokelat dalam negeri. Kakao umumnya diekspor dalam bentuk biji yang belum difermentasikan. Mekanisme penjualan hasil kakao di Sulawesi Selatan umumnya dengan cara transaksi spot. Transaksi ini dilakukan sebagai berikut, para petani di Makassar memiliki akses langsung ke pedagang (pengumpul). Sebagian besar dari petani dapat menjual hasil panen kakao secara bebas (tanpa ikatan) dengan pedagang dan beberapa yang lainnya melakukan penjualan kepada pedagang langganan karena terikat pinjaman dengan pedagang yang bersangkutan. Terlepas 45

dari hal tersebut, petani setempat tidak banyak punya pilihan dalam pemasaran, kecuali ke pedagang pengumpul tersebut (Iqbal dan Azmi 2006). Mayoritas petani di Makassar relatif bebas memilih pedagang (pengumpul) yang menurut mereka menawarkan harga tertinggi. Namun, dibalik itu posisi tawar mereka lemah karena harga secara dominan ditetapkan oleh pedagang. Kakao di tingkat petani umumnya dibeli oleh pedagang pengumpul, pedagang antar kota, atau pedagang perantara. Para pedagang ini berfungsi sebagai perantara petani dengan pabrik cokelat atau eksportir coklat. Di Sulawesi Selatan secara umum tataniaga kakao dapat digambarkan sebagai berikut: P E T A N I Pengumpul Antarkota Usaha Dagang Perantara Pengumpul Eksportir Industri Biji Kakao Hasil Olahan Biji Kakao Konsumen Luar Negeri Konsumen Dalam/Luar Negeri Gambar 5. Tataniaga Kakao Indonesia Sumber: Askindo Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang secara langsung terkait dengan perdagangan internasional yang sifatnya kompetitif. Pada umumnya kakao dari Sulawesi Selatan memiliki keunggulan spesifik, yaitu 46

kandungan lemaknya tidak mencair bila disimpan pada suhu kamar dan mempunyai titik leleh yang tinggi sehingga cocok untuk blending. Akan tetapi keterbatasan teknologi yang dimiliki petani dapat menyebabkan kalah bersaingnya komoditas ini dalam liberalisasi (globalisasi) ekonomi. 5.2. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Askindo dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989 melalui Kongres Pembentukan Asosiasi Kakao Indonesia di Jakarta. Kongres dihadiri sekitar 172 peserta yang terdiri dari produsen, pengolah, pabrikan, dan pedagang. Selain itu, sekitar 25 orang peninjau yang terdiri atas pejabat berbagai instansi, peneliti, dan perorangan juga hadir dalam kongres ini. Kongres ini juga berhasil menyusun Dewan Pengurus Pusat Askindo untuk masa bakti 1989-1992. Pada awalnya, gagasan untuk mendirikan asosiasi dicetuskan dalam Pekan Dagang dan Pengembangan Kakao II yang diadakan tanggal 26-28 November 1984 di Surabaya. Kemudian setelah sekian lama terbentuklah Panitia Persiapan Pembentukan Asosiasi Kakao Indonesia pada tanggal 11 April 1988 di Jakarta. Askindo beranggotakan pengusaha kakao dari tingkat hulu hingga hilir sekitar 150 perusahaan. Askindo memiliki 6 cabang di seluruh Indonesia diantaranya adalah (1) Cabang Sumatera Utara meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat, (2) Cabang Lampung meliputi: Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi, (3) Cabang Jakarta meliputi: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, (4) Cabang Jawa Timur meliputi: Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, dan Timor Timur, (5) Cabang Sulawesi meliputi seluruh provinsi di Sulawesi, (6) Cabang Maluku meliputi: Maluku dan Irian Jaya. Sedangkan kepentingan kakao di Kalimantan ditangani langsung oleh DPP Askindo. Program kerja Askindo antara lain menyangkut usaha menempatkan kakao Indonesia pada kedudukan yang lebih baik di pasaran dunia dan mengembangkan iklim usaha kakao yang sehat termasuk mengembangkan hubungan kerja antar perusahaan kakao yang serasi serta membantu meningkatkan usaha petani kakao. Kegiatan yang dilakukan oleh Askindo antara lain sebagai wadah komunikasi, konsultasi, dan koordinasi antar pengusaha kakao dan dengan pemerintah, menyebarluaskan informasi mengenai hal yang terkait dengan komoditi kakao 47

Indonesia, memperluas hubungan kerjasama internasional, memperjuangkan kepentingan kakao Indonesia dalam forum perdagangan internasional, membantu usaha peningkatan mutu kakao Indonesia, memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal peraturan perundangan yang berkaitan dengan produksi dan tataniaga cokelat, membantu pelaksanaan kepastian hukum dan kepastian usaha dari pengusaha kakao, membantu penyelesaian perbedaan pendapat antar pengusaha kakao dengan pihak lain, menyelenggarakan pendidikan, penyuluhan, latihan, seminar, kunjungan kerja, dan penerbitan serta kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan anggota, melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan aspirasi dan kepentingan pengusaha kakao. 5.3. Pasar Berjangka New York New York Board of Trade (NYBOT) didirikan tahun 1870 dan memiliki kantor pusat di New York, Amerika Serikat. Pada tahun 2006 NYBOT diambil alih oleh Intercontinental Exchange (ICE) yang merupakan pasar perdagangan komoditi fisik di kota New York. Sejak penggabungan usaha tersebut dilakukan NYBOT merupakan perusahaan privat dan sekaligus menjadi anak perusahaan dibawah naungan Intercontinental Exchange. NYBOT juga memiliki beberapa anak perusahaan antara lain New York Cotton Exchange (NYCE) dan Coffe Sugar and Cocoa Exchange (CSCE) yang sekarang keduanya berfungsi sebagai divisi dari NYBOT. Perdagangan di lantai bursa NYBOT diatur oleh suatu badan independen dari pemerintah Amerika yang bernama Commodity Futures Trading Commision. New York Board of Trade (NYBOT) adalah bursa komoditi yang dilengkapi dengan transaksi penentuan harga domestik dan internasional bagi produk pertanian. Komoditas yang diperdagangkan di bursa ini antara lain kakao, kopi, katun, etanol, bubur kayu (wood pulp), gula domestik dan dunia, serta jus jeruk (konsentrat beku). Salah satu komoditas unggul yang diperdagangkan di NYBOT adalah kakao sehingga harga kakao dunia mengacu pada bursa ini. Kakao yang diperdagangkan di bursa ini adalah biji kakao tanpa proses fermentasi. NYBOT berfungsi dalam menyediakan dan menyebarkan informasi harga kepada para anggotanya di seluruh dunia. Mekanismenya adalah pada saat 48

terjadi transaksi di lantai perdagangan NYBOT, maka harga akan segera dikirim kepada para pedagang yang ditunjuk dan kemudian akan menunjukkan data tersebut ke seluruh dunia. Perdagangan yang terjadi di bursa berjangka NYBOT terdiri dari perdagangan spot dan perdagangan forward. Namun, perdagangan yang diutamakan pada bursa ini adalah dengan memperdagangkan kontrak berjangka komoditi dengan transaksi forward. Kontrak berjangka ini dilakukan dengan menyusun standar perjanjian kontrak legal dengan satu-satunya variabel yang dapat dinegosiasi yaitu harga, sehingga harga menjadi hal yang sangat penting didalam perdagangan berjangka. Kakao merupakan komoditas yang rentan terhadap volatilitas harga tinggi, untuk itulah bursa ini dibuat agar para pedagang dapat bernegosiasi secara terbuka dan adil serta beberapa risiko fluktuasi harga dapat dikelola secara lebih efektif. Selain itu, kontrak berjangka ini juga berfungsi untuk mengunci harga sebagai antisipasi perubahan harga di masa depan. Negara pemasok biji kakao unfermented terbesar untuk pasar berjangka NYBOT adalah negara Indonesia dan Amerika Latin. 5.4. Pasar Berjangka London London International Financial Futures Exchange (LIFFE) merupakan bursa komoditi berjangka di London, Inggris yang didirikan oleh Sir Brian Williamson. Saat ini LIFFE merupakan bagian dari NYSE (New York Stock Exchange) Euronext setelah pengambilalihan oleh Euronext pada Januari 2002 dan merger Euronext dengan New York Stock Exchange (NYSE) pada April 2007. NYSE Euronext merupakan pusat perdagangan dengan nilai bisnis yang diperdagangkan terbesar di Eropa dan terbesar kedua di seluruh dunia. NYSE Euronext menaungi lima pasar Eropa derivatif yaitu Amsterdam, Brussels, Lisbon, London, dan Paris. Komoditi unggulan yang diperdagangkan di LIFFE sama seperti di NYBOT yaitu kakao, hanya saja grade kakao yang diperjualbelikan di bursa London ini berkualitas lebih tinggi dibanding bursa New York karena kakao yang diperdagangkan adalah biji kakao yang sudah difermentasi. Selain itu, mata uang yang dipakai kedua bursa ini berbeda, kontrak pada bursa NYBOT diperdagangkan dalam dollar Amerika Serikat sedangkan kontrak di bursa LIFFE 49

menggunakan poundsterling. Perdagangan yang terjadi pada bursa berjangka LIFFE terbagi dua yaitu spot dan forward dengan mekanisme perdagangan yang sama seperti di NYBOT. Kontrak berjangka kakao hanya diperdagangkan pada bursa berjangka NYBOT untuk biji kakao unfermented dan LIFFE untuk biji kakao fermented. Mekanisme pembentukan harga terjadi ketika para partisipan pasar membandingkan harga berjangka sekarang terhadap harga spot untuk menentukan harga kakao di lantai bursa. Mekanisme ini merupakan proses dimana para pedagang mengadakan negoisasi kontrak termasuk penentuan harga, kualitas barang dagangan, waktu penyerahan barang, dan tempat pengiriman serta syarat dan kondisi pembayaran. Proses negoisasi pembentukan kontrak berjangka harus dijalankan dengan cara yang transparan sehingga semua pihak yang terlibat di dalam perdagangan berjangka dapat menyampaikan dan menerima informasi pasar dengan sempurna. Oleh karena itu, pasar berjangka berfungsi sebagai penjamin harga yang mengindikasikan kegiatan lindung nilai (hedging), dimana risiko yang terjadi di pasar spot dapat dikurangi. Negara pemasok biji kakao fermented untuk pasar berjangka LIFFE diantaranya adalah Pantai Gading, Ghana, Nigeria, dan Afrika. 5.5. International Cocoa Organization (ICCO) International Cocoa Organization (ICCO) merupakan sebuah organisasi global yang beranggotakan seluruh pelaku bisnis kakao, baik itu negara produsen dan konsumen kakao di seluruh dunia. ICCO terletak di London dan didirikan pada tahun 1973. Organisasi ini bertujuan meningkatkan dan memperkuat upaya pembangunan serta kerjasama internasional yang berkaitan dengan perekonomiana kakao dunia, terutama dalam stabilisasi harga demi kepentingan anggotanya. ICCO beranggotakan kelompok negara produsen antara lain Brazil, Cameroon, Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Ecuador, dan kelompok negara konsumen seperti Kanada, Jepang, Norwegia, Uni Soviet, Swiss, dan masyarakat Eropa. Setiap anggota ICCO diwajibkan membayar iuran organisasi tahunan dan penyediaan dana untuk buffer stock. Kerjasama internasional kakao diatur dalam Persetujuan Kakao Internasional (ICA) pertama, dimulai tahun 1972 dan berakhir 50

tahun 1986. Sedangkan ICA kedua berlaku dari tahun 1987 hingga 1991. Perbedaan ICA I dan II adalah dimasukannya ketentuan ekonomi yang pada ICA I belum ada. Ketentuan ekonomi tersebut memungkinkan ICCO menetapkan pengaturan supply kakao dunia melalui penetapan kuota. Indonesia bukan merupakan negara anggota ICCO, tetapi Indonesia akan aktif dalam berbagai pertemuan ICCO untuk memantau dan mengkaji perkembangan organisasi tersebut. Alasan Indonesia untuk tidak bergabung dalam ICCO antara lain dalam pasar bebas kakao, Indonesia akan mampu bersaing di pasaran internasional karena keunggulan komparatif yang dimiliki. Selain itu, berdasarkan hasil analisis sementara disimpulkan bahwa dampak diberlakukannya ICA II belum banyak perbedaan, dan selama beberapa tahun mendatang prospek pemasaran kakao diperkirakan masih baik. Saat ini pemasaran kakao tidak ditangani oleh ICCO, tetapi ditentukan oleh pasar berjangka komoditi kakao terbesar di dunia yaitu bursa NYBOT dan LIFFE. Dengan demikian manfaat Indonesia untuk ikut serta bergabung menjadi anggota ICCO belum jelas. Disamping itu, Indonesia juga belum siap dengan berbagai instrumen jika menjadi anggota dan membayar iuran tahunan yang cukup besar. Walaupun Indonesia dikenakan pungutan sebesar US$ 30 per ton dalam ekspor kakao karena bukan anggota ICCO, tetapi hal ini masih lebih menguntungkan dibanding bila menjadi anggota ICCO. 51