POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU

Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

III. METODE PENELITIAN

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

III. METODOLOGI KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

VII. FORMULASI STRATEGI

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

VI. PERUMUSAN STRATEGI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB V ANALISA 5.1 Tahap Analisa 5.2 Analisa Jawaban Kuesioner Dari Hasil Penolahan Data Variabel Produk Variabel Harga

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

3. METODOLOGI PENELITIAN

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN PETANI UNTUK MEMPERKUAT AGRIBISNIS PERDESAAN

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode pengumpulan data Pengolahan data

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

AGRITECH : Vol. XVII No. 1 Juni 2015 : ISSN :

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB III. Disesuaikan dengan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Rancangan penelitian

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA SOERABI PA IS BANDUNG. Analysis of Bussiness Development Strategic at Soerabi Pa is Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

Transkripsi:

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu erhr94@yahoo.co.id ABSTRAK Wanita tani memegang peranan yang tidak kecil dan menentukan dalam keberhasilan usahatani dalam keluarga, khususnya pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian. Untuk mengetahui peranan kelompok wanita tani pengolah hasil pertanian, khususnya dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei pada Kelompok Wanita Tani (KWT) di Gapoktan Mesra Jaya, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan gender pada KWT. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan 28 orang responden anggota KWT dan diskusi kelompok dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Data tersebut meliputi penentuan jenis usaha, penyediaan modal, pembelian sarana produksi, kegiatan pengolahan, pengemasan, pemasaran hasil olahan, dan aktivitas produktif wanita tani dalam keluarga, serta identifikasi faktor-faktor lingkungan strategis dalam pengembangan KWT. Data dianalisis dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk menunjukkan besarnya peran wanita dalam pengambilan keputusan pada usaha pengolahan hasil pertanian, analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan KWT serta QSPM untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pengembangan KWT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam usaha pengolahan hasil cukup dominan (66,2%); (2) wanita tani yang memiliki aktivitas produktif dalam rumah tangga sebesar 82,14% sedangkan yang tidak memiliki kegiatan produktif sebanyak 17,86%; (3) prioritas utama strategi pemberdayaan KWT pengolah hasil pertanian di Kota Bengkulu adalah membuat outlet pemasaran produk kelompok. Kata kunci: pengambilan keputusan, kelompok wanita tani, strategi PENDAHULUAN Peranan wanita tani sebagai pelaku utama pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian tersebut telah mendapatkan perhatian Pemerintah melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Pada tahun 2008 telah dialokasikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP sejumlah 2,6 milyar rupiah kepada 26 gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kota Bengkulu, diantaranya 1 miliar rupiah diperuntukkan kepada 10 gapoktan yang didominasi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) pada 10 kelurahan di Kota Bengkulu untuk pengembangan usaha pengolahan hasil 1

pertanian, termasuk 100 juta rupiah kepada Gapoktan Mesra Jaya yang terdiri atas 3 KWT, di Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu (BPTP Bengkulu, 2008). Menurut Sudaryanto (2010), penggunaan anggaran pembangunan pertanian yang responsif gender ini akan lebih baik dalam mengakomodir keinginan semua golongan, sehingga efektifitas pelaksanaan pembangunan lebih baik dan pendapatan petani meningkat. Perhatian terhadap aspek gender tidak hanya untuk memberikan suasana yang lebih adil antara laki-laki dan perempuan melainkan juga bagi semua golongan pelaku usaha agribisnis. Munculnya perhatian terhadap isu gender sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi ke pendekatan kemanusiaan dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka (Sudarta, 2010). Hasilhasil penelitian tentang peran wanita dalam pertanian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa wanita adalah juga petani, dan kontribusinya terhadap produksi pertanian dan rumah tangga adalah signifikan (Mehra and Esim, 1998 dalam Sudirja, 2007). Dengan demikian, wanita tani di perdesaan memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan ekonomi, baik melalui kegiatan produktif usahatani maupun sebagai tenaga kerja tidak dibayar (unpaid worker) melalui investasi non material yang dilakukannya di dalam rumah tangga seperti dalam pengasuhan anak dan urusan rumah tangga lainnya. Hasil kajian Suhaeti dan Suharni (2010) menyimpulkan bahwa usaha agribisnis dan pengembangan ekonomi pertanian rakyat akan berhasil apabila segala bentuk diskriminatif untuk pemberdayaan pelaku usaha dihilangkan dan keadilan dalam mekanisme pasar dapat ditegakkan. Wanita tani perlu mendapat ketrampilan pengolahan hasil pertanian dalam pemberdayaan pelaku usaha agribisnis. Untuk mengetahui peranan KWT pengolah hasil pertanian khususnya dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei. Kajian ini difokuskan pada peranan wanita dalam kegiatan usaha pengolahan dan pemasaran hasil yang dilakukan di Kota Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan gender pada KWT. METODE PENELITIAN Survei dilakukan di Gapoktan Mesra Jaya, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan Agustus 2011. Responden dipilih secara acak sebanyak 28 orang wanita petani yang mengusahakan pengolahan hasil. Data primer meliputi karakteristik petani, aktifitas harian wanita tani, pola pengambilan keputusan dan curahan tenaga kerja dalam usaha pengolahan hasil, serta identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (SWOT) Gapoktan Mesra Jaya. Pengumpulan Data dilakukan melalui wawancara individu menggunakan daftar pertanyaan serta diskusi kelompok dengan metode FGD (focus group disccussion). Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran pustaka, laporan, dan browsing internet. Data dianalisis dengan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengetahui pola pengambilan keputusan. Gambaran aktivitas wanita tani dalam keluarga dianalisis secara deskriptif, sedangkan strategi pemberdayaan gender dirumuskan dengan analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pengembangan gapoktan. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Jumlah responden survei sebanyak 28 orang anggota gapoktan, seluruhnya wanita yang tergabung dalam Gapoktan Mesra Jaya yang telah berbadan hokum koperasi. Sebanyak 19 orang responden merupakan wanita tani pengolah hasil pertanian (renggining, catering, kerupuk, kue tart, tempe, rempeyek, kopi bubuk, dan keripik pisang). Umur responden antara 30-58 tahun, tingkat pendidikan antara 3-16 tahun. 11 orang responden memiliki kegiatan produktif di luar bidang pertanian sebagai pedagang, penjahit, dan tukang urut. Umumnya responden melakukan usaha pengolahan hasil secara berkelompok, setiap 2 hari sekali, atau tergantung pesanan. Untuk usaha catering, pemilik modal memberikan upah kepada wanita tani antara Rp. 600.000 s/d Rp. 850.000 per bulan. Dalam usaha pengolahan hasil, responden terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Permodalan tidak menjadi hambatan utama, karena gapoktan memiliki dana untuk usaha yang dibantu Departemen Pertanian melalui BLM-PUAP pada tahun 2008 sebanyak 100 juta rupiah. Selain itu gapoktan juga mendapatkan fasilitas pinjaman dari BRI Cabang Bengkulu sebanyak 50 juta rupiah. Sampai saat akhir Juli 2011, total modal gapoktan telah mencapai 188 juta rupiah. Peran Wanita Tani dalam Pengambilan Keputusan Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam pengambilan keputusan disajikan pada Tabel 1. Dari sini jelas bahwa wanita tani berperan dominan pada hampir seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha pengolahan sampai dengan pemasaran hasil. Kaum pria hanya berperan lebih besar pada penyediaan modal usaha (59,4%). Tabel 1. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Pengolahan Hasil di KWT Mesra Jaya. No Uraian Persentase peranan (%) Consistensi Pria Wanita Pria dan Wanita Ratio 1 Penentuan jenis usaha 10,0 80,0 10,0 0,00 2 Penyediaan modal 59,4 24,9 15,7 0,05 3 Pembelian sarana produksi 36,7 49,8 13,5 0,09 4 Kegiatan produksi 13,4 74,7 11,9 0,01 5 Kegiatan pengepakan 13,8 73,2 13,0 0,00 6 Pemasaran hasil 22,2 66,7 11,1 0,00 Sumber: Analisis data primer, 2011. Penilaian dengan AHP atas hirarki yang disusun pada Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam usaha pengolahan hasil KWT di Gapoktan Mesra Jaya, peranan wanita tani secara keseluruhan dalam memutuskan usahanya dominan yaitu sebesar 66,2%. Persentase keputusan pria sebesar 22,0%, sedangkan keputusan yang diambil berdasarkan hasil kesepakatan wanita dan pria 11,8%. Bila ditinjau dari kegiatan usahatani sejak penyediaan modal sampai dengan pemasaran hasil, penyediaan modal dan kegiatan produksi dinilai lebih penting daripada kegiatan lainnya dengan nilai masing-masing 22,9%. Selanjutnya adalah kegiatan pemasaran (19,5%), dan pembelian saprodi serta pengepakan (masing-masing 17,3%). 3

Peranan wanita dalam usaha pengolahan hasil Penentuan Jenis Usahatani (0,500) Kegiatan Usahatani (0,500) Penyedian modal (0,229) Pembelian saprodi (0,173) Produksi (0,229) Pengepakan (0,173) Pemasaran hasil (0,195) Pria (0,220) Wanita (0,662) Pria dan wanita (0,118) Gambar 1. Hasil penilaian pengambil keputusan dengan AHP. Aktivitas Usaha Produktif Wanita Tani Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008). Hasil analisis secara diskriptif terhadap peran wanita tani dalam kegiatan usaha produktif di KWT Mesra Jaya menunjukkan bahwa wanita tani melakukan aktifitas pengolahan hasil pertanian dengan memanfaatkan waktu luang pada pagi dan sore hari setelah mengurus keperluan rumah tangganya, seperti menyiapkan makanan, mengurusi anak, dan membersihkan rumah. Umumnya kegiatan produktif dilakukan pada pagi hari antara pukul 09.00 s/d 12.00 dan dilanjutkan pada sore hari antara pukul 14.00 s/d 16.00 apabila belum selesai. Pekerjaan dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri. Usaha pengolahan hasil secara berkelompok dilakukan 2 hari sekali. Jumlah produksi disesuaikan dengan pesanan atau melihat kondisi pasar. Produk olahan dititipkan pada pedagang langganan atau dipasarkan sesuai pesanan. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, setelah dikeluarkan modal usaha. Secara rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif adalah sekitar 7,71 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 9,79 jam (Tabel 2). Kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/ keagamaan. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur, santai, dan nonton TV. Tabel 2. Aktivitas Wanita Anggota KWT Mesra Jaya Kota Bengkulu. No Lama kegiatan (jam) Kegiatan produktif Produktif Sosial Non produktif Responden % 1 0 12 12 5 17,86 2 6 8 10 3 10 8 2 17,86 4 12 2 3 8 6 10 1 14,29 8 8 1 4 10 4 10 7 25,00 5 12 4 8 7 25,00 Jumlah 216 182 274 28 100,00 Rata-rata 7,71 6,5 9,79 - - Jumlah wanita tani yang memiliki kegiatan produktif 23 82,14 4

Jumlah wanita tani yang tidak memiliki kegiatan produktif 5 17,86 Sumber: Analisis data primer, 2011. Pada Tabel 2 tampak bahwa 23 orang wanita tani (82,14%) melakukan kegiatan produktif setiap hari, dengan lamanya waktu kerja yaitu 17,86% responden selama 6 jam per hari, 14,29% responden selama 8 jam, serta 25,00% responden masing-masing selama 10 dan 12 jam per hari. Sedangkan yang tidak memiliki kegiatan produktif sebanyak 17,86%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesibukan wanita tani di KWT Mesra Jaya dalam kegiatan produktif secara umum sudah cukup tinggi. Strategi Pemberdayaan Gender pada KWT Mesra Jaya Strategi pemberdayaan gender dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008). Tabel 3. Matrik SWOT strategi pengembangan KWT Mesra Jaya. FAKTOR INTERNAL Kekuatan (Strengths): Kelemahan (Weaknesses): 1. Modal KWT tersedia (+ 188 juta) 1. Keterbatasan kemampuan teknis 2. Jumlah pengolah hasil pada KWT dan manajerial pengurus KWT cukup banyak 2. Pengemasan produk masih 3. Produk hasil pengolahan beragam sederhana dan kurang menarik 4. Kelompok aktif melakukan 3. Pemasaran produk masih terbatas pertemuan setiap bulan 4. Pembuatan produk masih manual 5. Usaha pengolahan dilakukan 5. Belum memiliki lokasi outlet kontinyu pemasaran kelompok 6. KWT sudah berbadan hukum koperasi FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunities): 1. Bahan baku pengolahan tersedia 2. Peluang pasar produk pengolahan hasil pertanian masih terbuka 3. Dukungan Pemerintah terhadap pemberdayaan KWT cukup tinggi Ancaman (Threats): 1. Banyaknya pesaing dalam usaha pengolahan hasil pertanian di Kota Bengkulu 2. Produk cepat rusak bila disimpan dalam waktu lama Strategi S-O: Memanfaatkan kekuatan KWT untuk memperluas pasar produk pengolahan hasil pertanian (S1, S2, S3, S4, S5, O2) Strategi S-T: Meningkatkan jumlah produksi hasil pengolahan yang spesifik (tidak banyak diproduksi oleh pesaing) untuk menghindari persaingan pasar (S3, T1) Strategi W-O: a. Memanfaatkan dukungan pemerintah untuk perbaikan pengemasan dan penyimpanan produk melalui pelatihan dan bantuan alsintan (W2, O3) b. Memperluas jaringan pemasaran dengan pembuatan outlet pemasaran kelompok (W5, O2) Strategi W-T: a. Memperbaiki kemasan produk untuk memperlama waktu simpan (W2, T2) b. Membuat lokasi outlet pemasaran kelompok untuk meningkatkan daya saing (W5, T1) Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 3 diperoleh enam arahan strategi pengembangan KWT Mesra Jaya. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keenam strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) membuat outlet pemasaran produk kelompok dan (2) memperbaiki kemasan untuk daya tarik produk. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 4. 5

Tabel 4. Analisis QSPM untuk pemilihan alternatif strategi. Uraian Alternatif strategi (1) Membuat outlet pemasaran produk kelompok (2) Memperbaiki kemasan untuk daya tarik produk Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Faktor Internal (SW) Kekuatan (S): S1. Modal KWT tersedia (+ 188 juta) 0,15 4 0,60 0,15 3 0,45 S2. Jumlah pengolah hasil pada KWT cukup banyak 0,05 4 0,20 0,05 3 0,15 S3. Produk hasil pengolahan beragam 0,05 2 0,20 0,05 4 0,20 S4. Kelompok aktif melakukan pertemuan setiap bulan 0,05 - - 0,05 - - S5. Usaha pengolahan dilakukan kontinyu 0,20 4 0,80 0,20 3 0,6 S6. KWT sudah berbadan hukum koperasi 0,03 - - 0,03 - - Kelemahan (W): W1. Keterbatasan kemampuan teknis dan manajerial 0,05 - - 0,05 - - pengurus KWT W2. Pengemasan produk masih sederhana dan kurang 0,15 1 0,15 0,15 4 0,6 menarik W3. Pemasaran produk masih terbatas 0,10 4 0,40 0,10 1 0,10 W4. Pembuatan produk masih manual 0,07 - - 0,07 - - W5. Belum memiliki lokasi outlet pemasaran kelompok 0,10 4 0,40 0,10 1 0,10 Jumlah Faktor Internal 1,000 2,65 1,000 2,20 Faktor Eksternal Peluang (O): O1. Bahan baku pengolahan tersedia 0,20 - - 0,20 - - O2. Peluang pasar produk pengolahan hasil pertanian 0,30 4 1,20 0,30 3 0,90 masih terbuka O3. Dukungan Pemerintah terhadap pemberdayaan 0,1 3 0,30 0,1 4 0,40 KWT cukup tinggi Ancaman (T): T1. Banyaknya pesaing dalam usaha pengolahan hasil 0,20 4 0,80 0,20 3 0,60 di Kota Bengkulu T2. Produk cepat rusak bila disimpan dalam waktu 0,20 2 0,40 0,20 4 0,80 lama Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,70 1,000 2,70 Jumlah Skor Total 5,35 4,90 Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik) Analisis QSPM pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa strategi (1): membuat outlet pemasaran produk kelompok merupakan arahan strategi yang lebih diprioritaskan untuk diimplementasikan dalam pengembangan KWT di Gapoktan Mesra Jaya dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,35 daripada strategi (2): memperbaiki kemasan dan daya tarik produk (4,90). KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita dalam pengambilan keputusan pada usaha pengolahan hasil pertanian pada KWT di Gapoktan Mesra Jaya Kota Bengkulu cukup tinggi (66,2%). Disamping itu kegiatan usaha produktif wanita dalam rumah tangga juga dominan karena sebanyak 82,14% wanita memiliki kegiatan produktif. Pilihan strategi untuk pengembangan KWT di Gapoktan Mesra Jaya ke depan sebagai masukan bagi kelompok adalah membuat outlet pemasaran produk kelompok. 6

REFERENSI BPTP Bengkulu. 2008. Database Gapoktan PUAP Tahun 2008 Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Laporan tidak dipublikasikan. Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelimabelas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudarta, W. 2010. Peran Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. www.pswunud.go.id, 5 Juli 2010. Sudaryanto, T. 2010. Anggaran Berbasis Gender mengakomodir semua Golongan. Artikel dimuat dalam Sinar Tani, Edisi 6-12 Januari 2010 No.3336 Tahun XL, hal. 14. Sudirja, R. 2007. Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PRA bagi Tenaga Pemandu Dinas Tenaga Kerja se-kabupaten/kota di Indonesia tanggal 8 13 Juli 2007, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. Suhaeti, N.R. dan S. Suharni. 2010. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. http://psekp.litbang-deptan.go.id, 20 Juni 2010. 7