BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

ANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 10

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PERHITUNGAN TINGKAT ENERGI SUMUR POTENSIAL KEADAAN TERIKAT MELALUI PERSAMAAN SCHRODINGER MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

= (2) Persamaan (2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah () =sin+cos (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

model atom mekanika kuantum

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pembimbing : Agus Purwanto, D.Sc.

PROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, PENYELESAIAN MASALAH NILAI BATAS PERSAMAAN DIFERENSIAL MATHIEU HILL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara

Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

PENDAHULUAN Anda harus dapat

PENENTUAN PROBABILITAS DAN ENERGI PARTIKEL DALAM KOTAK 3 DIMENSI DENGAN TEORI PERTURBASI PADA BILANGAN KUANTUM n 5

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

II LANDASAN TEORI. Besaran merupakan frekuensi sudut, merupakan amplitudo, merupakan konstanta fase, dan, merupakan konstanta sembarang.

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

Fisika Dasar I (FI-321)

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kompetensi Semester 1

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

GETARAN DAN GELOMBANG

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

FONON I : GETARAN KRISTAL

GERAK HARMONIK SEDERHANA

Schrodinger s Wave Function

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

BAB I PENDAHULUAN (1-1)

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB II LANDASAN TEORI

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Fisika UMPTN Tahun 1986

BAB I BESARAN DAN SATUAN

LAMPIRAN. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder:

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

SOAL TRY OUT FISIKA 2

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

BIDANG STUDI : FISIKA

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

KONSEP USAHA DAN ENERGI

Konsep Usaha dan Energi

ANALISIS DINAMIKA KUANTUM PARTIKEL MENGGUNAKAN MATRIKS TRANSFER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Bunyi Teori Atom Dalton:

Teori Atom Mekanika Klasik

ENERGI POTENSIAL. dapat dimunculkan dan diubah sepenuhnya menjadi tenaga kinetik. Tenaga

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron

MEKANIKA NEWTONIAN. Persamaan gerak Newton. Hukum 1 Newton. System acuan inersia (diam)

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fisika Dasar 9/1/2016

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan differensial akan menghasilkan pemecahan yang sesuai dengan fisika kuantum.. Persamaan Schrödinger Bebas-waktu Aplikasi persamaan Schrödinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan energy potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan fungsi waktu. Perhatian kita tidak tertuju pada keberadaan elektron dari waktu ke waktu, melainkan tertuju pada kemungkinan dia berada dalam selang waktu yang cukup panjang. Jadi jika faktor waktu dapat dipisahkan dari fungsi gelombang, maka hal itu akan menyederhanakan persoalan. Kita tinjau persamaan Schrodinger kasus satu dimensi dan menuliskan persamaan gelombang sebagai berikut + P (x) (.1) Atau + P (x) (.) Inilah persamaan Schrödinger satu dimensi yang bebas-waktu. Untuk tiga dimensi persamaan itu menjadi :,, 0 (.3) Perlu kita sadari bahwa adanyan persamaan Schrödinger bebas-waktu bukanlah berarti bahwa elektron atau partikel yang ingun kita pelajari dengan mengaplikasikan persamaan ini adalah partikel bebas-waktu. Partikel tersebut memiliki kecepatan gerak, dan kecepatan adalah turunan terhadap waktu dan posisi. Oleh karena itu dalam memeberi arti pada penurunan matematis dan persamaan Schrödinger bebas-waktu, dalam hal-hal tertentu kita perlu mempertimbangkan masalah waktu, sesuai dengan logika.

Dengan persamaan Schrödinger bebas-waktu (.1) atau (.) fungsi gelombang yang dilibatkan dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu, ψ(x) Dari bentuk gelombang komposit untuk elektron S(x,t) dengan S(x,t) = (.4) kita mengambil bentuk ψ(x) sebagai ψ(x) A(x)e jkx, dengan A(x) adalah selubung paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schrödinger. Persamaan Schrödinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan adalah gelombang sebagai representasi elektron atau partikel. Mencari solusi persamaan Schrödinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang selanjutnya digunakan untuk melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron. Hubungan antara momentum p dan energi E dengan besaran-besaran gelombang (k,ω,f,λ) adalah p = λ λ (.5).3 Fungsi Gelombang Persamaan Schrödinger adalah persamaan diferensial parsial dengan adalah fungsi gelombang, dengan pengertian bahwa Adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu tertentu dengan volume dx, dy, dz di sekitar titik (x,y,z), * adalah konjugat dari. Jadi persamaan Schrödinger tidak menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak mengatakan secara pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.

Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang. / (.6) Dan / (.7) Maka / (.8) Apa yang berada dalam tanda kurung pada (.9) adalah selubung paket gelombang yang merupakan fungsi x sedangkan A 0 memiliki nilai konstan. Jadi selubung paket gelombang itulah yang menentukan probabilitas keberadaan partikel. Persyaratan Fungsi Gelombang, Fungsi gelombang (x) hasil solusi persamaan Schrödinger mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut. Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi 1 Fungsi gelombang (x), harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-kontinyuan hal itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat diterima. Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d / dx, juga harus kontinyu. Kita telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait dengan momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan ini dapat diartikan sebagai persyaratan kekontinyuan momentum. Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron. Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol disemua posisi sebab kemungkinan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.(kamal Singh,006)

.4 Probabilitas dan Normalisasi Fungsi gelombang ψ(x) menyatakan suatu gelombang yang memiliki panjang gelombang dan bergerak dengan kecepatan fase yang jelas. Masalah yang muncul ketika hendak menafsirkan amplitudonya. Apakah yang dinyatakan oleh amplitudo ψ(x) dan variabel fisika apakah yang bergetar? Ini merupakan suatu jenis gelombang yang berbeda, yang nilai mutlaknya memberikan probabilitas untuk menemukan partikelnya pada suatu titik tertentu. Dimana ψ(x) dx memberikan probabilitas untuk menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas P(x) terhadap ψ(x) menurut persamaan Schrödinger sebagai berikut: P(x)dx= ψ(x) dx (.9) Tafsiran ψ(x) ini membantu memahami persyaratan kontinu ψ(x), walaupun amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontinu. Probabilitas untuk menemukan partikel antara x 1 dan x adalah jumlah semua probabilitas P(x)dx dalam selang antara x 1 dan x adalah sebagai berikut: x x P( x) dx = ψ ( x) x1 x1 dx (.10) Dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang sumbu x, adalah 100 persen, sehingga berlaku: + ψ ( x) dx = 1 (.11) Persamaan (.1) dikenal dengan syarat Normalisasi, yang menunjukkkan bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A tidak dapat ditentukan dari persamaan Differensialnya. Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan (.1) disebut ternormalisasikan. Hanyalah fungsi gelombang yang ternomalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah dilakukan secara tepat, maka persamaan (.1) akan selalu menghasilkan suatu probabilitas yang terletak antara 0 dan 1. Setiap pemecahan persamaan Schrödinger yang menghasilkan ψ(x) bernilai tak hingga, harus dikesampingkan. Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak hingga untuk menemukan partikel pada titik manapun. Maka harus

mengesampingkan suatuu pemecahan dengan mengembalikan faktor pengalinya sama dengann nol. Sebagai contoh, jika pemecahan matematika bagi persamaan differensial menghasilkan ψ(x) = A + B bagi seluruh daerah x > 0, maka syaratnya A = 0 agar pemecahannnya mempunyai makna fisika. Jika tidak ψ(x) ) akan menjadi tak hingga untuk x menuju tak hingga ( Tetapi jika pemecahannya dibatasi dalam selang 0 < x < L, maka A tidak boleh samaa dengan nol). Tetapi jika pemecahannya berlaku pada seluruh daerah negatif sumbu x < 0, makaa B = 0. Kedudukan suatuu partikel tidak dapat dipastikan,dalam hal ini tidak dapat menjamin kepastian hasil suatu kali pengukuran suatu besaran fisika yang bergantung pada kedudukannnya. Namun jika menghitung probabilitas yang berkaitan dengan setiap kooordinat, maka ditemukan hasil yang mungkin dari pengukuran satu kali atau rata-rata hasil dari sejumlah besar pengukuran berkali-kali (Eisberg,1970)..5 Penerapan Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger dapat diterapkan dalam berbagai persoalan fisika. Dimana pemecahan persamaan Schrödinger, yang disebut fungsi gelombang, memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel..5.1. Pada partikel Bebas Yang dimaksudd dengan Partikel Bebas adalah sebuah partikel yang bergerak tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian ruang, yaitu, F = - dv(x) / dx = 0 sehingga menempuh lintasan lurus dengan kelajuan konstan. Sehingga energi potensilnya nol. Partikel bebas dalam mekanika klasik bergerak dengan momentum konstan P, yang mengakibatkan energi totalnya jadi konstan. Tetapi partikel bebas dalam mekanika kuantum dapat dipecahkan dengan persamaan Schrödinger tidak bergantung waktu. Persamaan Schrodinger padaa partikel bebas dapat diperoleh dari persamaan (.13) berikut: h ψ ( x) + Vψ ( x) = Eψ (x) m (.1)

Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaannya menjadi ψ ( x) h = Eψ ( x) (.13) m atau ψ ( x) m = h Eψ (x) (.14) Atau: ψ ( x) me + ψ ( x) = 0 h (.15) Karena: me k = atau h h k E = (.16) m Dengan demikian diperoleh: ψ ( x) = k ψ ( x) ψ ( x) + k ψ ( x) = 0 (.17) (.18) Persamaan (.19) adalah bentuk umum dari persamaan differensial biasa berorde dua, dengan k adalah positif, dimana ψ(x) merupakan kuantitas kompleks yang memiliki bagian real (nyata) dan bagian imajiner,maka : ψ ( x) + k ψ ( x) = 0 (.19) Maka didapatkan ψ(x)=asinkx+ B cos kx (.0) Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel yang diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum, bahwa energinya tidak terkuantisasi). Sedangkan penentuan nilai A dan B mengalami beberapa kesulitan,

karena integral normalisasi tidak dapat dihitung dari - hingga +, bagi fungsi gelombang itu. (Krane, 199)..5.. Partikel dalam sumur potensial Sumur Potensial adalah daerah yang tidak mendapat pengaruh potensial. Hal ini berarti bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial, merupakan electron bebas. Kita katakan bahwa electron terjebak di sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding potensial sangat tinggi menuju, atau kita katakan sumur potensial sangat dalam. Dalam gambar (.1) berikut kita akan menggambarkan sumur potensial. Daerah I dan daerah III adalah daerah-daerah dengan V=, Sedangkan di daerah II, yaitu antara 0 dan L, V=. Kita katakan bahwa lebar sumur potensial ini adalah L. V(x) = 0, 0 x L V(x) =, x < 0, x > L, I II III E p = E p = 0 E p = Ψ 1 Ψ Ψ 3 Gambar.1 Partikel dalam sumur potensial daerah II Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah dimana kemungkinan berada elektron bisa dianggap nol, Ψ 1 (x) = 0 dan Ψ (x) = 0. Sedangkan pada daerah dua Kita dapat memberi spesifikasi pada gerak partikel dengan mengatakan bahwa gerak itu terbatas pada gerak sepanjang sumbu-x antara x = 0 dan x = L disebabkan oleh dinding keras tak berhingga. Sebuah partikel tidak akan kehilangan Energinya jika bertumbukan dengan dinding, energi totalnya tetap konstan. Dari per nyataan tersebut maka energi potensial V dari partikel itu menjadi tak hingga di kedua sisi sumur, sedangkan V konstan di dalam sumur, dapat dikatakan V = 0 seperti yang terlihat pada gambar (.1) di atas. Karena partikel tidak bisa memiliki Energi tak hingga, maka partikel tidak mungkin ditemukan di luar sumur, sehingga fungsi gelombang ψ = 0 untuk 0 x L. Maka yang perlu dicari adalah

nilai ψ di dalam sumur, yaitu antara x = 0 dan x = L. Persamaan Schrodinger bebas waktu adalah : (.1) Dengan Dimana (.) (.3) Sesuai dengan persamaan gelombang maka : ψ(x)=asinkx+b coskx (.4) Pemecahan ini belum lengkap, karena belum ditentukan nilai A dan B, juga belum menghitung nilai energi E yang diperkenankan. Untuk menghitungnya, akan diterapkan persyaratan bahwa ψ(x) harus kontinu pada setiap batas dua bagian ruang. Dalam hal ini, akan dibuat syarat bahwa pemecahan untuk x < 0 dan x > 0 bernilai sama di x = 0. Begitu pula pemecahan untuk x > L dan x < L haruslah bernilai sama di x = L. Jika x = 0, Untuk x < 0 Jadi harus mengambil ψ(x) = 0 pada x = 0. ψ(0) =Asin 0 + B cos 0 ψ(0) = 0 + B.1 = 0 (.5) Jadi,didapat B = 0. Karena ψ =0 untuk x > L, maka haruslah berlaku ψ(l) = 0, Ψ(L) = AsinkL + Bcos kl = 0 (.6) Karena telah didapatkan bahwa B = 0,maka haruslah berlaku: AsinkL = 0 (.7)

Disini ada dua pemecahan yaitu A = 0, yang memberikan ψ(x) = 0 dan ψ (x) = 0, yang berarti bahwa dalam sumur tidak terdapat partikel (Pemecahan tidak masuk akal) atau sin kl = 0, maka yang benar jika: kl = π,π,3π, n=1,,3. (.8) Dengan: (.9) Dari persamaan (.8) dan persamaaan (.9) diperoleh bahwa energi partikel mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk tingkat energisitas yaitu: E n n π h = ml Dimana energy yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born dimana pada energy Born menyatakan energy tingkat atomic sedangkan tingkat energy pada persamaan Schrodinger menyatakan tingkat energy untuk electron. Fungsi gelombang sebuah partikel didalam sumur yang berenergi E n ialah: ψ n = Asin me h n x (.31) Untuk memudahkan E 1 =ħ π /ml, yang mana tampak bahwa unit energi ini ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur. Maka E = n E 1 dan demikian partikelnya hanya dapat ditemukan dengan energi E 1, 4 E 1, 9 E 1, 16 E 1 dan seterusnya. Karena dalam kasus ini energi yang diperoleh hanya pada laju tertentu yang diperkenankan dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan kasus klasik, misalnya manik-manik (yang meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan menumbuk kedua dinding secara secara elastik) dapat diberi sembarang kecepatan awal dan akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut.

... Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya laju awal tertentu yang dapat memberikan keadaan gerak tetap, keadaan gerak khusus ini disebut keadaan stasioner (Disebut keadaan stasioner karena ketergantungan pada waktu yang dilibatkan untuk membuat ψ ( x, t), ψ ( x, t) tidak bergantung waktu). Hasil pengukuran energi sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial harus berada pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah mungkin. Pemecahan bagi ψ (x) belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan A. Untuk menentukannya, ditinjau kembali persyaratan normalisasi, yaitu ψ ( x) dx = 1. Karena ψ(x)=0, kecuali untuk 0 x Lsehingga berlaku: +. 1 (.3) Maka diperoleh A = gelombang untuk 0 x L adalah: / L. Dengan demikian, Pemecahan lengkap bagi fungsi ψ n nπx = sin n=1,,3, (.33) L L Dalam gambar. dan.3 akan dilukiskan berbagai tingkat energi, fungsi gelombang dan rapat probabilitas ψ yang mugkin untuk beberapa keadaan terendah. Keadaan energi terendah, yaitu pada n =1, dikenal sebagai keadaan dasar dan keadaan dengan energi yang lebih tinggi (n > 1) dikenal sebagai keadaan eksitasi.

Gambar. Tingkat energi dalam sumur secara konstan ( Kamal Sing,005) Gambar.3 Probabilitas keberadaan electron dalam sumur potensial Kita lihat di sini bahwa energi elektron mempunyai nilai-nilai tertentu yang diskrit, yang ditentukan oleh bilangan bulat n. Nilai diskrit ini terjadi karena pembatasan yang harus dialami oleh ψ, yaitu bahwa ia harus berada dalam sumur potensial. Ia harus bernilai nol di batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi bila lebar sumur potensial L sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang gelombang. Jika tingkat energi untuk n = 1 kita sebut tingkat energi yang pertama, maka tingkat energi yang kedua pada n =, tingkat energi yang ketiga pada n = 3 dan seterusnya.jika kita kaitkan dengan bentuk gelombangnya, dapat kita katakan bahwa tingkat-tingkat energi tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul gelombang. Dengan

demikian maka diskritisasi energi elektron terjadi secara wajar melalui Pemecahan persamaan Schödinger. Persamaan (.30) memperlihatkan bahwa selisih energy antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya, misalnya antara n=1 dan n =, berbanding terbalik dengan kuadrat lebar sumur potensial. Makin lebar sumur ini, makin kecil selisih energy tersebut, artinya tingkat-tingkat energy semakin rapat. Untuk L sama dengan satu satuan misalnya, selisih energy untuk n= dan n=1 adalah E - E 1 = 3ћ / 8m dan jika L 10 kali lebih lebar maka selisih ini menjadi E E 1 = 0.03ћ /8m. (a) (b) Gambar.4. Pengaruh lebar sumur terhadap energy Jadi makin besar L maka perbedaan nilai tingkat-tingkat energy akan semakin kecil dan untuk L semakin lebar maka tingkat-tingkat energy tersebut akan semakin rapat sehingga mendekati kontinyu.( Neuredine Zettili, 009)

.6 Pemrograman dengan Mathematica 7 Mathematica merupakan perangkat lunak yang diproduksi dan dikembangkan oleh Wolfram Research, Inc. Pendiri dan presiden perusahaan tersebut adalah Stephen Wolfram, P.hD. Beliau adalah fisikawan di bidang fisika teoritis dan berkebangsaan Inggris. Mathematica dapat digunakan untuk aplikasi matematika, ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis dan aplikasi lainnya. Pada Penelitian ini, program lebih banyak dibuat dengan menggunakan perintah-perintah berikut ini 1. Graphics: perintah untuk menampilkan grafik dua dimensi berdasarkan data yang diberikan. Sintaks umumnya: Graphics[primitives,options].. Manipulate: perintah untuk memanipulasi secara interaktif ekspresi-ekspresi program, grafik dan objek lainnya. Sintaks umumnya: Manipulate[expr,{u,u min,u max }]. 3. Module: perintah untuk membuat variabel lokal dengan nama tertentu yang dapat dipanggil. Sintaks umumnya: Module[{x,y, },expr]. 4. If: perintah untuk memberikan suatu ekspresi tertentu jika kondisi benar dan ekspresi lainnya jika kondisi salah. Sintaks umumnya: If[condition,t,f]. 5. ListLinePlot: perintah untuk memplot grafik linier dua dimensi berdasarkan pasangan data yang telah ditentukan. Sintaks umumnya: ListLinePlot[{{x 1,y 1 },{x,y }, }]. Untuk informasi yang lebih mendetail tentang Mathematica dapat melihatnya di situs resmi Wolfram (www.wolfram.com).