ANALISIS PROKSIMAT KERIPIK WORTEL (Daucus carota, L.) PADA SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN YANG BERBEDA MENGGUNAKAN MESIN VACUUM FRYING

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK SALAK PADA ALAT PENGGORENGAN VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

PENGARUH LAMA PENGGORENGAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA KERIPIK PEPAYA YANG DIGORENG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN VAKUM

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK BENGKOANG DENGAN VACCUM FRYING

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH CARA PEMBUMBUAN DAN SUHU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP SIFAT KIMIA DAN SENSORI KERIPIK BUNCIS (Phaseolus radiatus) MUDA

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

PELUANG BISNIS. "Seperti halnya bisnis makanan pada umumnya, peluang bisnis pengolahan dan pemasaran keripik buah dan sayuran sangat menjanjikan"

METODOLOGI PENELITIAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK WORTEL DENGAN VACCUM FRYING

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGARUH SUHU dan WAKTU PADA PEMBUATAN KRIPIK BUNCIS DENGAN VACCUM FRYING

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

TUGAS AKHIR SRI NUR AENY L0C009090

Pengawetan pangan dengan pengeringan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

LAPORAN HASIL LITBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

MODEL MATEMATIKA OPTIMASI UNTUK PERBAIKAN PROSES PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP TEKSTUR KERIPIK BUAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

PERUBAHAN MASSA AIR, VOLUME, DAN UJI ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH DENGAN BERBAGAI VARIASI WAKTUPADA PENGGORENGAN TEKANAN HAMPA UDARA

METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Gambar 1. Wortel segar

BAB VI KANDUNGAN AIR

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN LEMAK DAN MINYAK

METODE. Bahan dan Alat

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

Optimasi Proses Penggorengan Hampa dan Penyimpanan Keripik Ikan Pepetek (Leiognathus sp.)

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

METODE. Tempat dan Waktu

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS KRIPIK BUAH DAN SAYUR

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK NANAS DENGAN VACCUM FRYING

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

Transkripsi:

ANALISIS PROKSIMAT KERIPIK WORTEL (Daucus carota, L.) PADA SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN YANG BERBEDA MENGGUNAKAN MESIN VACUUM FRYING Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis, Padang-25163 Email: ismed@fateta.unand.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan yang berbeda menggunakan mesin vacuum frying terhadap analisis proksimat keripik wortel (Daucus carota, L.) yang dihasilkan. Penelitian dilaksanakan di rumah pengolahan produk hortikultura Nagari Batu Palano Kec. Sungai Pua Kab. Agam dan Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang pada bulan Agustus sampai Oktober 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3. Faktor pertama adalah suhu penggorengan yaitu suhu 80 0 C (A1), 85 o C (A2) dan 90 o C (A3). Faktor kedua adalah lama penggorengan yaitu 50 menit (B1), 60 menit (B2) dan 70 menit (B3). Analisis proksimat terhadap keripik wortel meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar karbohidrat (by difference). Hasil penelitian menunjukkan kadar air tertinggi pada perlakuan A2B1 yaitu 19,60% dan terendah pada A2B3 yaitu 16,23%, kadar protein tertinggi pada perlakuan A3B2 yaitu 3,33% dan terendah pada perlakuan A3B3 yaitu 1,89%, kadar lemak tertinggi pada perlakuan A2B2 yaitu 20,54% dan terendah pada A3B3 yaitu 11,84%, kadar abu tertinggi pada perlakuan A1B1 yaitu 17,19% dan terendah pada A3B3 yaitu 3,46%, kadar karbohidrat tertinggi pada perlakuan A3B3 yaitu 64,66% dan terendah pada A2B2 yaitu 43,75%. Suhu penggorengan optimum adalah 90 o C dan lama penggorengan optimum adalah 70 menit atau perlakuan A3B3 yang menghasilkan produk terbaik di antara perlakuan yang lain. Kata kunci: keripik wortel, vacuum frying, suhu dan lama penggorengan, analisis proksimat PENDAHULUAN Produk hortikultura di Indonesia khusunya di Provinsi Sumatera Barat memiliki produksi yang tinggi dan pangsa pasar tersendiri, salah satunya adalah wortel. Wortel (Daucus carota, L.) termasuk komoditas sayuran yang banyak mengandung ß karoten yang merupakan prekusor vitamin A. Karoten atau provitamin A dapat dikonversikan oleh tubuh menjadi vitamin A yang aktif. Vitamin A adalah bagian yang penting dari proses penerimaan cahaya mata. Kekurangan dari vitamin A akan menyebabkan kebutaan dan meningkatnya angka kesakitan serta kematian pada balita (Iswari, 2007). Kadar air yang tinggi pada wortel menyebabkan sayuran ini tidak tahan lama dan mudah rusak atau busuk. Dalam upaya memperpanjang masa simpan wortel, diperlukan teknologi yang dapat mengurangi kerusakan dan kebusukan wortel tersebut. Salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan yaitu melalui penggorengan dengan mesin vacuum frying sehingga menghasilkan produk keripik wortel yang memiliki kadar air rendah, umur simpan yang lebih lama, tidak mudah rusak atau busuk dan akan meningkatkan nilai ekonomis sayuran wortel. Keripik merupakan jenis makanan yang sudah dikenal masyarakat, baik produk tradisional maupun skala industri. Produk ini disukai karena rasanya enak, renyah, tahan lama, praktis, mudah dibawa dan disimpan serta dapat dinikmati setiap waktu. Faktor penting yang menentukan kualitas atau mutu keripik ditentukan oleh bahan baku yang digunakan, kualitas minyak goreng, cara penggorengan dan pengemasan (Sulistyowati, 2001). Penelitian dengan menggunakan penggorengan vakum (vacuum frying) sudah banyak diaplikasikan pada produk buah dan sayur seperti nangka, pisang, apel, salak, nenas, papaya, melon, mangga, buncis, dan sebagainya. Untuk produk buah dan sayuran lainnya perlu dilakukan penelitian. Keunggulan penggorengan vakum dibandingkan dengan penggorengan konvensioal seperti deep fat frying adalah dapat mengurangi kadar minyak yang menyerap kedalam produk, dapat mempertahankan citarasa dan warna khas produk karena dengan penggunaan suhu rendah dan kadar oksigen yang rendah selama proses, mengurangi pengaruh negatif yang lebih sedikit terhadap kualitas minyak (Shyu et al., 1998).

Penggorengan vakum dilakukan dibawah tekanan atmosfir, umumnya dibawah 50 Torr (6.65 kpa) karena adanya penurunan tekanan titik didih minyak maupun dalam bahan (Garayo dan Moreira, 2002). Penggorengan vakum dilakukan dalam ruangan tertutup dengan kondisi tekanan hampa. Mesin penggoreng hampa terdiri dari pompa vakum, tabung penggoreng, pengendali temperatur, kondensor, dan sumber pemanas (Lastriyanto, 1997). Suhu dan waktu penggorengan vakum merupakan faktor penting yang mempengaruhi stabilitas phytochemical dan nutrachemical suatu produk (Shirsat et al., 1998). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu dan lama penggorengan yang terbaik atau optimum dari hasil analisis proksimat (kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat) keripik wortel dengan menggunakan mesin vacuum frying. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Pengolahan Produk Hortikultura Nagari Batu Palano Kec. Sungai Pua Kab. Agam dan Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang pada bulan Agustus sampai Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Bahan penelitian yaitu wortel segar tipe imperator mempunyai ujung umbi yang runcing diperoleh dari petani wortel di Nagari Batu Palano Kec. Sungai Pua Kab. Agam, minyak goreng komersial, kemasan Polipropilen (PP) dan bahan-bahan kimia untuk analisis proksimat. Peralatan yang digunakan antara lain mesin vacuum frying tipe water-jet dengan kapasitas l.5 kg bahan per batch yang diproduksi oleh PT. Mesin Globalindo-Malang, spinner, hand sealer, pisau dan panci stainless steel, kain kasa, timbangan, kompor gas, dan peralatan untuk analisis proksimat. C. Persiapan Bahan Baku Wortel disortasi, dicuci, dikupas, diiris setebal ±5 mm menggunakan slicer dan dicuci, disimpan dalam freezer (±-10 o C) selama 1 jam. Selanjutnya wortel digoreng menggunakan vacuum frying dengan suhu dan waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan perlakuan dalam penelitian. D. Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Irisan wortel digoreng dengan bantuan penggorengan vakum (vacuum frying). Kapasitas tabung penggorengan adalah 1.5 kg irisan wortel per proses, dengan volume minyak sebanyak 12 liter/batch, Minyak digunakan hanya untuk 2-4 kali proses, selanjutnya minyak diganti dengan yang baru. Suhu penggorengan diatur pada suhu (80 o C, 85 o C, 90 o C) dan waktu (50, 60, 70 menit). Vacuum frying dioperasikan pada tekanan -60 cmhg. E. Analisa Proksimat Analisa proksimat meliputi kadar air, protein, lemak, abu (AOAC, 2005) dan karbohidrat (by difference method) F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 3 x 3. Faktor I adalah suhu penggorengan yaitu suhu 80 0 C, 85 o C, 90 o C dan Faktor II adalah lama penggorengan yaitu 50, 60, 70 menit. Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah A1B1 (T:80 0 C,t:50), A1B2 (T:80 0 C,t:60), A1B3 (T:80 0 C,t:70), A2B1 (T:85 0 C,t:50), A2B2 (T:85 0 C,t:60), A2B3 (T:85 0 C,t:70), A3B1 (T:90 0 C,t:50), A3B2 (T:90 0 C,t:60), A3B1 (T:90 0 C,t:70). G. Analisis Statistik Uji sidik ragam (ANOVA) diterapkan pada data yang diperoleh dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata (DMRT) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap mutu dan karakteristik keripik wortel. Analisis statistik dilakukan menggunakan software SPSS versi 15.0. 26

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Penentuan kadar air keripik wortel bertujuan untuk mengetahui kerenyahan, kestabilan dan masa simpan keripik. Nilai kadar air keripik wortel dengan perlakuan suhu dan lama penggorengan menggunakan vacuum frying terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Hubungan Suhu dan Lama Penggorengan terhadap Kadar Air Keripik Wortel Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perlakuan suhu dan lama penggorengan terhadap nilai kadar air keripik wortel dengan menggunakan mesin vacuum frying. Kadar air keripik wortel tertinggi terdapat pada perlakuan dengan suhu 85 o C dan lama penggorengan 50 menit (A2B1) yaitu 19,60%. Sedangkan nilai kadar air terendah terdapat pada suhu 85 o C selama 70 menit penggorengan (A2B3) yaitu 16,23%. Kadar air keripik wortel yang dihasilkan berbeda jauh dengan kadar air wortel dalam keadaan segar seperti yang dilaporkan oleh Setyawan et al., (2013) yaitu 91,16%. Hal ini karena dalam proses penggorengan keripik wortel, wortel yang digoreng dengan mesin vacuum frying yang berisi minyak menerima panas, sehingga menyebabkan air dari bahan wortel segar tersebut akan menguap. Kadar air keripik wortel yang rendah efektif membuat produk memiliki umur simpan yang lebih lama. Hal ini terjadi karena kadar air yang rendah dalam produk tidak memungkinkan mikroba dapat tumbuh dan berkembang sehingga kerusakan yang terjadi pada keripik wortel dapat ditunda. Menurut Arpah (2001) suhu merupakan faktor utama yang berpengaruh pada kadar air dari suatu bahan pangan, sedangkan kadar air akan mempengaruhi kerenyahan dari bahan pangan. Semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan maka semakin rendah kerenyahan dan semakin tinggi nilai kekerasan dari pangan tersebut. B. Kadar Abu Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui banyaknya kandungan mineral yang terdapat dalam keripik wortel yang dihasilkan. Nilai kadar abu keripik wortel dengan perlakuan suhu dan lama penggorengan menggunakan vacuum frying terdapat pada Gambar 2. 27

Gambar 2. Hubungan Suhu dan Lama Penggorengan terhadap Kadar Abu Keripik Wortel Kadar abu keripik wortel berkisar antara 3,46-17,19%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan suhu dan lama penggorengan vakum berpengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap kadar abu keripik wortel. Kadar abu keripik wortel tertinggi terdapat pada perlakuan dengan suhu 80 o C dan lama penggorengan 50 menit (A1B1) yaitu 17,19%. Sedangkan nilai kadar abu terendah terdapat pada suhu 85 o C selama 70 menit penggorengan (A2B3) yaitu 16,23%.Nilai kadar abu pada gambar 2 menunjukkan bahwa kadar abu keripik wortel pada perlakuan dengan suhu yang lebih rendah menghasilkan nilai kadar abu tinggi. Penggorengan dengan menggunakan vacuum frying ternyata menurunkan kandungan abu pada produk keripik wortel segar yaitu 12,49% (Setyawan et al., 2013). Hal ini dimungkinkan banyaknya komponen mineral (abu) yang larut dalam minyak selama proses penggorengan vakum. Menurut Debnath et al. (2003), deep fat frying biasanya melibatkan tiga pindah massa seperti (a) migrasi air dari bagian inti (core) bahan pangan ke bagian permukaan yang terbuang selama pemasakan; (b) absorpsi minyak ke dalam bahan pangan dan (c) leaching komponen bahan pangan yang bersifat mudah larut ke dalam minyak. Mineral (abu) adalah komponen yang mudah larut dalam air atau minyak, terutama minyak yang dipanaskan seperti dalam proses penggorengan vakum pada penelitian ini. C. Kadar Lemak Kadar lemak merupakan unsur mutu yang penting bagi produk yang melaui proses penggorengan seperti menggunakan mesin vacuum frying. Lemak atau minyak yang terlalu tinggi menyebabkan produk yang digoreng mudah tengik dan tidak dapat diterima oleh konsumen. Nilai kadar lemak keripik wortel dengan perlakuan suhu dan lama penggorengan menggunakan vacuum frying terdapat pada Gambar 3. Hasil uji statistik (uji sidik ragam) menunjukkan bahwa interaksi perlakuan suhu dan lama penggorengan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar lemak keripik wortel. Berdasarkan nilai rata-rata pada Gambar 3. Dapat dilihat bahwa kadar lemak keripik wortel pada perlakuan penggorengan dengan suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih lama menghasilkan kadar lemak yang lebih tinggi jauh meningkat dari bahan segarnya yang hanya sekitar 0,57% (Setyawan et al., 2013). Kadar lemak wortel masih memenuhi persyaratan SNI mutu makanan ringan ekstrudat (SNI, 2000), yaitu maksimal 38%. Kadar lemak keripik wortel menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Kadar lemak yang cukup tinggi ini dapat dipahami sebagai akibat perlakuan penggorengan pada penggoreng vakum dengan 28

volume minyak goreng yang sangat banyak (kapasitas alat vacuum frying adalah 12 liter setiap kali proses dan waktu yang sangat intensif (waktu penggorengan berkisar 50-70 menit) dan suhu mencapai 90 o C. Penggunaan suhu yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya dehidrasi yang lebih banyak pada bahan yang digoreng. Uap air yang keluar dari bahan akan meninggalkan rongga-rongga kosong, yang dapat terisi oleh minyak penggoreng. Gambar 3. Hubungan Suhu dan Lama Penggorengan terhadap Kadar Lemak Keripik Wortel Pada penelitian Da Silva dan Moreira (2008), pengamatan visual pada keripik kentang dan keripik ubi jalar menunjukkan bahwa pada keripik kentang yang digoreng vakum, terdapat sejumlah kantung besar (yang terisi dengan minyak) pada permukaan produk dibandingkan dengan pada keripik kentang yang digoreng secara konvensional. Sebaliknya, pada keripik ubi jalar yang digoreng secara konvensional memiliki kantung minyak lebih banyak dibanding pada keripik ubi jalar yang digoreng secara vakum. Pada kasus penggorengan vakum komoditi non-karbohidrat seperti wortel dan yang lainnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami komposisi dan struktur bahan baku terhadap absorpsi minyak selama proses penggorengan vakum. Sampai saat ini, mekanisme absorpsi minyak pada kondisi vakum belum dapat dijelaskan (Garayo et al., 2002). D. Kadar Protein Nilai kadar protein keripik wortel dengan perlakuan suhu dan lama penggorengan menggunakan vacuum frying terdapat pada Gambar 4. Kadar protein keripik wortel berkisar antara 1,89-3,33% (Gambar 4). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan suhu dan waktu penggorengan vakum berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar protein keripik wortel. Semakin tinggi suhu penggorengan, semakin rendah kadar protein keripik wortel. Hal ini tampak jelas pada keripik wortel perlakuan. Pada penelitian ini, keripik wortel yang digoreng vakum pada suhu 90 o C dan waktu yang lebih lama yaitu 70 menit (A3B3) mengandung protein lebih rendah yaitu 1,89% dibanding keripik wortel yang digoreng pada suhu 80 o C selama 50 menit (A1B1) yaitu 3,33%. Hal ini diduga karena penggorengan pada suhu dan waktu yang lebih lama menyebabkan terjadinya kerusakan protein. Secara keseluruhan kadar protein dalam keripik wortel masih dapat diterima. Menurut Winarno (2002), panas atau suhu tinggi, ph, bahan kimia, kejadian mekanik, dan sebagainya akan menyebabkan denaturasi pada struktur protein. Denaturasi adalah suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Dalam proses produksi pangan suhu juga berpengaruh terhadap 29

kecepatan kerusakan suatu bahan atau penurunan mutu. Walaupun suhu penggorengan vakum berpengaruh nyata terhadap kadar protein keripik wortel, tetapi kadar proteinnya masih berada pada kisaran 1,89-3,03%. Hal ini terjadi karena suhu goreng vakum yang digunakan masih cukup rendah yaitu 80-90 o C. Gambar 4. Hubungan Suhu dan Lama Penggorengan terhadap Kadar Protein Keripik Wortel Menurut Xu and Kerr (2012), dalam deep fat frying pada pengorengan konvensional, seluruh bahan pangan atau hampir seluruhnya tercelup dalam minyak panas yang biasanya dilakukan pada suhu diatas 160 o C. Umumnya temperatur penggorengan yang digunakan berkisar antara 163-196 o C, tergantung pada jenis makanan yang digoreng. Dibawah suhu 163 o C waktu yang diperlukan tidak efektif digunakan dalam skala komersial, namun suhu diatas 196 o C akan mempercepat proses degradasi minyak goreng. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan produk masih mentah dibagian dalam, tetapi bagian luarnya mungkin sudah gosong. Hal inilah yang menyebabkan kadar protein masih relatif seragam pada semua perlakuan dalam penelitian ini, karena suhu penggorengan vakum yang digunakan masih relatif rendah (dibawah 100 o C) sehingga protein yang mungkin terdapat dalam bahan masih cukup tinggi karena tidak mengalami denaturasi. E. Kadar Karbohidrat Pada penelitian ini kadar karbohidrat ditentukan dengan by difference yaitu dengan menjumlahkan kadar protein, lemak, abu, air lalu dikurangkan dengan 100%. Nilai kadar karbohidrat (by difference) keripik wortel dengan perlakuan suhu dan lama penggorengan menggunakan vacuum frying terdapat pada Gambar 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perlakuan suhu dan lama penggorengan terhadap nilai kadar karbohidrat keripik wortel dengan menggunakan mesin vacuum frying. Kadar karbohidrat keripik wortel tertinggi terdapat pada perlakuan dengan suhu 90 o C dan lama penggorengan 70 menit (A3B3) yaitu 64,66%. Sedangkan nilai kadar karbohidrat terendah terdapat pada suhu 85 o C selama 60 menit penggorengan (A2B2) yaitu 43,75%. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama dan beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat yang berguna bagi pencernaan, serta mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan misalnya rasa, warna, tekstur dan lain - lain. Karbohidrat selain berperan sebagai sumber energi utama juga berperan mencegah pemecahan protein tubuh secara berlebihan, kehilangan mineral dan membantu dalam metabolism lemak dan mineral (Winarno, 2004). Karbohidrat banyak 30

terdapat dalam bahan pangan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa maupun karbohirat dengan molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Gambar 5. Hubungan Suhu dan Lama Penggorengan terhadap Kadar Karbohidrat Keripik Wortel KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan waktu penggorengan vakum memberikan pengaruh terhadap kadar proksimat keripik wortel. Hasil penelitian menunjukkan kadar air tertinggi pada perlakuan A2B1 yaitu 19,60% dan terendah pada A2B3 yaitu 16,23%, kadar protein tertinggi pada perlakuan A3B2 yaitu 3,33% dan terendah pada perlakuan A3B3 yaitu 1,89%, kadar lemak tertinggi pada perlakuan A2B2 yaitu 20,54% dan terendah pada A3B3 yaitu 11,84%, kadar abu tertinggi pada perlakuan A1B1 yaitu 17,19% dan terendah pada A3B3 yaitu 3,46%, kadar karbohidrat tertinggi pada perlakuan A3B3 yaitu 64,66% dan terendah pada A2B2 yaitu 43,75%. Berdasarkan nilai kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat suhu dan lama penggorengan terbaik keripik wortel menggunakan mesin vacuum frying adalah perlakuan A3B3 yaitu suhu 90 o C dan lama penggorengan 70 menit. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan kepada Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang yang telah membantu pendanaan penelitian ini melalui skim DIPA-Fateta tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA AOAC, 2005. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists. Benjamin Franklin Station, Washington. Arpah. 2001. Penentuan kedaluwarsa produk pangan. Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor. Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standar mutu makanan ringan ekstrudat. SNI 01-2886-2000. Da Silva, Paulo, Moreira RG. 2008. Vacuum frying of high quality fruit and vegetable-based snacks. LWT-Food Science and Technology. 41: 1758-1767. 31

Debnath S, Bhat KK, Rastogi NK. 2003. Effect of pre-drying on kinetics of moisture loss and oil uptake during deep fat frying of chickpea flour-based snack food. J. of Lebensm-Wiss U-Technology. 36: 91-98. Garayo J, Moreira RG. 2002. Vacuum frying of potato chips. J. of Food Processing Engineering. 55 (2): 181-191. Iswari, K. 2007. Kajian pengolahan bubuk instant wortel dengan metode foam mat drying. Buletin Teknologi Pasca Panen. 3: 37-41. Lastriyanto A. 1997. Penggorengan Buah secara Vakum (Vaccum frying) dengan Menerapkan Pemvakuman Water Jet. Temu Ilmiah serta Ekspos Alat dan Mesin Pertanian Cisarua-Bogor. Kumalaningsih, S. 2005. Antioksidan Alami. PT. Gramedia Utama, Jakarta. Setyawan, N dan Widaningrum. 2013. Pengaruh suhu penggorengan vakum dan cara pembumbuan terhadap karakteristik keripik wortel. J. Pascapanen. 10(2): 106-115 Shyu, S., HauL., Hwang, LS. 1998. Effect of vacuum frying on the oxidative stability of oils. Journal of the American Oil Chemists Society. 75: 1393-1398. Shirsat SG, Thomas P. 1998. Effect of irradiation and cooking method on ascorbic acid levels of four potato ucltivar. J. of Food Science and Technology Mysore. 35(6): 509-514. Sulistyowati, A. 2009. Membuat keripik buah dan sayur. Cetakan I. Puspa Swara. Jakarta. Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Xu Suxuan., Kerr WL. 2012. Comparative study of physical and sensory properties of corn chips made by continuous vacuum frying and deep fat frying. LWT-Food Science and Technology. 48:96-101. 32