DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

KESIMPULAN DAN SARAN

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

1) Ketua Program Magister dan Doktor PS. Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

PERANAN AGROINDUSTRI PERDESAAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN

PERANAN AGROINDUSTRI PEDESAAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA. Supriyati. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

ANALISIS SUMBER PERTUMBUHAN, KETERKAITAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM PROSES PERUBAHAN STRUKTURAL EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT EKO WAHYU NUGRAHADI

DAMPAK INVESTASI SUMBERDAYA MANUSIA DAN TRANSFER PENDAPATAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA DISERTASI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

STRATEGI AGRICULTURAL-DEMAND-LED-INDUSTRIALIZATION DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN KINERJA EKONOMI DAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perkembangan Industri


BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

3 KERANGKA PEMIKIRAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DALAM EKONOMI JAWA BARAT

PERAN AGROINDUSTRI HULU DAN HILIR DALAM PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA NANDIKA AISYA PRATIWI

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

AGROINDUSTRI BERASAL DARI

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

INDUSTRI.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

1.1 Latar Belakang Hasalah

Transkripsi:

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA DISERTASI SRI HERY SUSILOWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

ii SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan saya yang berjudul DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA, merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 2007 Sri Hery Susilowati Nrp. A 161 020 081

iii ABSTRACT SRI HERY SUSILOWATI. The Impact of Economic Policy in the Agroindustry Sector on the Income Distribution and Poverty in Indonesia (BONAR M. SINAGA as Chairman, W.H. LIMBONG and ERWIDODO as Member of the Advisory Committee). Indonesia poverty incidences are mostly found in the rural areas and in the agricultural sector. At present, the incidence is becoming more increasing and has drawn a national attention. Poverty and income distribution are closely related to the economic development. Agroindustry development policy is one of the government policies aim to have positive impacts on the income equality and poverty in Indonesia. The objective of this study is to analyze the role of agroindustry in the Indonesian economy and to analyze the impact of the government expenditure, export, investment and tax policy in agroindustry sector on the income distribution and poverty. Within the Social Accounting Matrix (SAM) framework, the agroindustry sector is disaggregated into food and non food industries. Result of the policy simulation in the agroindustry sector is used to further analyze the income distribution and poverty using the SAM and the SUSENAS data sets. The results show that based on the multiplier index, the agroindustry sector has an important role to increase the output, the value added as well as the labor absorption. But based on the household income multiplier, the ADLI strategy has not been implemented well in Indonesia. Export, investment, and tax incentive policies in the agroindustry have positive impact on the household income distribution and poverty whereas the government expenditure policy gives less impact. Policies in the food agroindustry have greater impact on the improvement of income distribution while policies in the non food agroindustry have greater impact on the poverty reduction. Investment and export policy in the priority industries of the agroindustry (fisheries, food and estate crop food agroindustry, rubber industry, pulp, bamboo and rattan industry) become the most effective policy to reduce the household poverty as well as to improve the income distribution. Based on the study findings, ways to solve the income inequality and poverty incidences are that the economic policy should focused on the priority agroindustries through investment and export policies. Key words: agroindustry, Social Accounting Matrix, income distribution, poverty.

ABSTRAK SRI HERY SUSILOWATI. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua, W.H. LIMBONG dan ERWIDODO sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Kemiskinan di Indonesia sebagian besar berada di sektor pertanian dan perdesaan dan menjadi permasalahan nasional yang serius. Masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan terkait erat dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan. Kebijakan pengembangan agroindustri merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang diharapkan berdampak mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional dan dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor, investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri dan redistribusi pendapatan. Analisis menggunakan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan non makanan. Simulasi kebijakan di sektor agroindustri dilanjutkan untuk menganalisis distribusi pendapatan dan kemiskinan menggunakan data SNSE dan SUSENAS. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai peran lebih besar dalam meningkatkan output, PDB dan penyerapan tenaga kerja. Tetapi dalam hal pendapatan rumah tangga, strategi industrialisasi ADLI di Indonesia belum terlaksana dengan baik. Kebijakan peningkatan ekspor, investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumahtangga sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di sektor agroindustri kurang memberikan dampak positif. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri makanan berdampak lebih besar memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Sedangkan kebijakan ekonomi di sektor agroindustri non makanan berdampak lebih besar dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri prioritas (agroindustri makanan sektor tanaman pangan, perikanan, perkebunan, industri karet remah dan karet asap dan industri kayu lapis, bambu dan rotan) merupakan kebijakan yang paling efektif memperbaiki distribusi pendapatan dan menurunkan kemiskinan. Sejalan dengan hasil penelitian, untuk mengatasi masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan maka kebijakan ekonomi perlu lebih difokuskan pada agroindustri prioritas melalui kebijakan peningkatan investasi dan ekspor. Kata kunci: agroindustri, SNSE, distribusi pendapatan, kemiskinan

Hak Cipta milik IPB, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA SRI HERY SUSILOWATI DISERTASI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Judul Penelitian : DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Sri Hery Susilowati Nomor Pokok : A 161 020 081 Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA. Ketua Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS Anggota Dr. Ir. Erwidodo, MS Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS Tanggal Ujian: 22 Agustus 2007 Tanggal Lulus:

viii RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tahun 1959 di Solo, Jawa Tengah dari pasangan Martodiwiryo (almarhum) dan Marsiti (Almarhumah). Penulis menikah pada tahun 1985 dengan Ismi Kushartanto dan dikaruniai tiga orang putri, yaitu Niken Tantri Larasati (21 tahun), Ayulina Wulandari (16 tahun) dan Anisa Ayuningtyas (9 tahun). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (1971), Sekolah Menengah Pertama (1974) dan Sekolah Menengah Atas (1977) di Solo. Tahun 1978 melalui jalur PMDK penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi. Lulus pendidikan sarjana S1, penulis bekerja di Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang sekarang bernama Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian sampai sekarang. Melalui sponsor proyek ARMP penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Pasca Sarjana, Jurusan Ekonomi Pertanian (EPN) Institut Pertanian Bogor dan gelar Magister Sains (MS) diperoleh pada tahun 1990. Tahun 2002 dengan sponsor yang sama penulis menempuh pendidikan Doktor (S3) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian.

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulisan disertasi dengan judul: Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia dapat diselesaikan. Penulisan disertasi ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional dan dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan Terselesainya disertasi ini bukan hanya karena kerja keras penulis, namun juga berkat bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Komisi Pembimbing: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Komisi; 2. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS selaku Anggota Komisi; 3. Bapak Dr. Ir. Erwidodo, MS selaku Anggota Komisi; atas segala bimbingan, masukan serta semangat yang senantiasa diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan disertasi ini. Atas segala kebaikan tersebut penulis sangat menghargai dan mengucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, MS selaku Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tertinggi.

x 2. Rektor Institut Pertanian Bogor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah program Doktor di IPB. 3. Proyek PAATP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah bertindak sebagai sponsor tugas belajar. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Dr. Slamet Sutomo, SE, MS dan Dr. Hermanto Siregar, M.Ec. yang telah berkenan bertindak sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup dan ujian terbuka. Juga kepada Dr. Ir. D.S. Priyarsono, MS yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan disertasi ini pada saat ujian tertutup. Penulis memberikan penghargaan yang tulus atas jasa-jasa tersebut. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Sdr Achmad Avin Zora, SE selaku Kepala Seksi Analisis Statistik Ekonomi Badan Pusat Statistik dan Sdri Nina Suri Sulistini, MT selaku Kepala Seksi Neraca Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik yang telah membantu penulis dengan data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini. Juga kepada Dr Yundhy Hafizrianda dan Dr Djaimi yang telah ikhlas membagi ilmu kepada penulis terkait dengan pengolahan data SNSE Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan Program Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pascasarjana IPB angkatan 2002, terutama Evi Lisna, Bu Anna, Bu Femi, Pak Ilham, Pak Ardi Novra, Pak Rasidin, Pak Tidar, serta teman-teman lain yang belum disebut namanya yang senantiasa menjadi teman diskusi yang baik. Penulis juga sangat berterimakasih dan menghargai bantuan dan dorongan semangat yang selalu diberikan oleh rekan-rekan Pusat Analisis Sosial Ekonomi

xi dan Kebijakan Pertanian, terutama kepada mbak Prie, juga kepada Nina yang membantu pengolahan data serta Pak Agus Suwito yang membantu dalam merapikan pengetikan. Kepada mereka semua penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Ucapan terimakasih secara khusus juga penulis sampaikan kepada suami, Ir Ismi Kushartanto, MBA dan anak-anak: Niken Tantri Larasati, Ayulina Wulandari dan Anisa Ayuningtyas atas pengertian, dorongan dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. Segala kekurangan pada disertasi ini sepenuhnya adalah karena keterbatasan penulis. Untuk itu masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan disertasi ini. Bogor, Agustus 2007 Sri Hery Susilowati

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xiv xvii xviii I. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan dan Manfaat Penelitian... Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 1 4 10 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Agroindustri sebagai Strategi Pembangunan Pertanian 12 2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Sektor Agroindustri... 16 2.2.1. 2.2.2. Strategi Pengembangan Agroindustri... Kebijakan Pemerintah di Sektor Agroindustri... 2.3. Kemiskinan Rumah Tangga 19 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8 2.3.1. 2.3.2. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan... Kriteria Kemiskinan... Keterkaitan Antara Pembangunan Pertanian dan Kemiskinan... Studi Terdahulu tentang Pembangunan Ekonomi Sektoral... Studi Terdahulu tentang Pembangunan Sektoral Dengan Landasan Strategi ADLI... Studi Terdahulu tentang Distribusi Pendapatan Studi Terdahulu tentang Kemiskinan... III. KERANGKA TEORI 3.1. 3.2. Model Pembangunan Dua Sektor... Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan vs Ketidakmerataan 3.2.1. 3.2.2 Aliran Klasik. Aliran Strukturalis. 3.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Melalui Industrialisasi... 60 16 18 19 21 23 28 34 37 41 48 52 54 56

3.3.1. 3.3.2. 3.3.3. Kebijakan Substitusi Impor... Kebijakan Promosi Ekspor.. Strategi Agricultural-Demand-Led Industrialization... 61 64 68 3.4. Kerangka Pemikiran... 74 3.5. Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi... 77 3.5.1. 3.5.2. 3.5.3. Kerangka Dasar... Analisis Pengganda... Analisis Jalur Struktural... 80 86 90 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. Pendekatan Cross-Entropy... Konsep Distribusi Pendapatan... Konsep Kemiskinan... Hipotesis 96 98 103 107 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. Jenis dan Sumber Data... Tahapan Analisis... Klasifikasi dan Disagregasi Neraca... Metode Analisis.. 4.4.1. Analisis Pengganda Neraca dan Penentuan Industri Prioritas. 4.4.2. Analisis Jalur Struktural... 4.4.3. Analisis Simulasi Kebijakan... 4.4.4. Analisis Distribusi Pendapatan... 4.4.5. Analisis Kemiskinan... 108 108 111 112 113 115 116 122 125 V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. Peran Sektor Agroindustri dalam Meningkatkan Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal... Keterkaitan Sektor Agroindustri dengan Sektor Lainnya... Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga... Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri... Tahapan Transmisi Pengaruh dari Sektor Agroindustri... 5.5.1. 5.5.2. Agroindustri Makanan... Agroindustri Non Makanan... 5.6. Penelusuran Jalur Transmisi Pengaruh Sektor Agroindustri ke Rumah Tangga... 174 131 138 140 144 154 154 165

5.6.1. Agroindustri Makanan... 5.6.2. Agroindustri Non Makanan... 176 193 VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA 6.1. 6.2. 6.3. Output Sektoral... Pendapatan Tenaga Kerja... Pendapatan Rumah Tangga... 206 209 211 VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN 7.1. 7.2. 7.3. 7.4. 7.5. Distribusi Output Sektoral...... Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja... Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga... Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota... Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian... VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN 215 217 219 224 227 8.1. Persentase Rumah Tangga Miskin... 231 8.2. 8.3 Kesenjangan Pendapatan Rumah Tangga Miskin... Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Miskin... 236 238 IX. KESIMPULAN 9.1. Ringkasan Hasil... 240 9.2. Kesimpulan... 243 9.3. 9.4. Saran Kebijakan... Saran Penelitian Lanjutan... 245 246 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 247 256

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pertumbuhan Produksi Industri Menurut Sektor, Tahun 1996-1999... 6 2. Klasifikasi Proses Transformasi Produk Agroindustri... 14 3. Struktur Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi... 81 4. Hubungan Antar Neraca Sistem Neraca Sosial Ekonomi... 84 5. Beberapa Kriteria Garis Kemiskinan... 129 6. Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor, Tahun 1998 dan 2003... 132 7. Ranking Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor, Tahun 1998 dan 2003... 136 8. Nilai dan Ranking Pengganda Keterkaitan Antar Sektor Tahun 1998 dan 2003 139 9. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga, Tahun 1998 dan 2003... 141 10. Nilai dan Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja dan Keterkaitan Sektor Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003... 147 11. Nilai dan Ranking Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003... 148 12. Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja, Keterkaitan Sektor dan Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003... 149 13. Penentuan Agroindustri Prioritas pada Sektor Agroindustri, Tahun 2003... 154 14. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Peternakan dan Tanaman Pangan, Tahun 2003... 156 15. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Perikanan dan Perkebunan, Tahun 2003... 161 16. Dekomposisi Pengganda Industri Minuman dan Rokok, Tahun 2003... 163 17. Dekomposisi Pengganda Industri Kapuk dan Industri Kulit Samakan dan Olahan, Tahun 2003... 167 18. Dekomposisi Pengganda Industri Kayu Lapis, Barang dari Kayu, Bambu dan Rotan dan Industri Bubur Kertas, Tahun 2003... 170 19. Dekomposisi Pengganda Industri Karet Remah dan Karet Asap,Tahun 2003.... 172

20. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Peternakan ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 178 21. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan ke Rumah, Tangga Tahun 2003... 182 22. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Perikanan ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 185 23. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 187 24. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Minuman ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 189 25. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global dari Agroindustri Rokok ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 192 26. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kapuk ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 196 27. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kulit Samakan dan Olahan ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 198 28. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kayu Lapis, Barang dari Kayu dan Bambu ke Rumah, Tangga Tahun 2003... 200 29. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Bubur Kertas ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 202 30. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Karet ke Rumah Tangga, Tahun 2003... 204 31. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Output Sektoral, Menurut Skenario Kebijakan, Tahun 2003... 207 32. Dampak Kebijakan Agroindustri terhadap Pendapatan Tenaga Kerja, Tahun 2003... 210 33. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga, Tahun 2002... 212 34. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Output Sektoral, Tahun 2003... 216 35. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja, Tahun 2003..... 218 36. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002... 220 37. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Berdasarkan Indeks Gini Tahun 2002... 224

38. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota, Tahun 2002... 225 39. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian, Tahun 2002... 228 40. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Kemiskinan (Headcount Index) Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002... 231 41. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Poverty Gap Index Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002... 237 42. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri Terhadap Poverty Severity Index Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002... 239

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Keterkaitan Pembangunan Pertanian dan Agroindustri dengan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan 27 2. Pertumbuhan Pendapatan vs Ketidakmerataan... 53 3. Argumen Industri Muda (The Infant-Industry Argument)... 63 4. Keuntungan Perdagangan melalui Konsep Keunggulan Komparatif... 67 5. Alur Pikir Pengembangan Sektor Agroindustri... 75 6. Diagram Modular Sistem Neraca Sosial Ekonomi... 79 7. Jalur Dasar dan Jalur Sirkuit... 92 8. Jaringan Jalur Dasar dan Jalur Sirkuit yang Menghubungkan Kutub i dan j... 95 9. Ukuran Kemiskinan Individu... 106 10. Pentahapan Analisis Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan... 109 11. Jalur Dasar Agroindustri Makanan, Minuman dan Rokok ke Rumah Tangga.. 177 12. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Peternakan ke Rumah Tangga... 179 13. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan ke Rumah Tangga... 183 14. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Perikanan ke Rumah Tangga... 186 15. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan ke Rumah Tangga... 188 16. Jalur Dasar Agroindustri Minuman ke Rumah Tangga... 190 17. Jalur Dasar Agroindustri Rokok ke Rumah Tangga... 192 18. Jalur Dasar Agroindustri Non Makanan ke Rumah Tangga... 194 19. Jalur Dasar Agroindustri Kapuk ke Rumah Tangga... 196 20. Jalur Dasar Agroindustri Kulit Samakan dan Olahan ke Rumah Tangga... 198 21. Jalur Dasar Agroindustri Kayu Lapis, Barang dari Kayu dan Bambu ke Rumah Tangga... 201 22. Jalur Dasar Agroindustri Bubur Kertas ke Rumah Tangga... 203 23. Jalur Dasar Agroindustri Karet ke Rumah Tangga... 205

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Klasifikasi dan Disagregasi Neraca... 258 2. Definisi Rumah Tangga menurut Golongan dalam Neraca SNSE... 259 3. Kriteria Penggolongan Rumah Tangga Berdasarkan SUSENAS 2003... 259 4. Klasifikasi Agroindustri Makanan dan Non Makanan Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) atau International Standard Industrial Classification (ISIC)... 260 5. Pengganda Output Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor, Tahun 1998 dan 2003... 262 6. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga, Tahun 1998 dan 2003... 264 7. Nilai dan Pangsa Output, Tenaga Kerja dan PDB Agroindustri Makanan dan Non Makanan terhadap Total Sektor Agroindustri, Tahun 2003... 266 8. Perkembangan Output Sektor Agroindustri, Tahun 1998 dan Tahun 2003... 266 9. Matriks Keofisien Pengeluaran Rata-rata Neraca SNSE Agroindustri Tahun 2003 (45 x 45 sektor)... 267 10. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Output Sektoral 274 11. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Kemiskinan (Headcount) Menurut Golongan Rumah Tangga dengan Metoda Skala Ekivalensi, Tahun 2002... 276 12. Dampak Kebijakan Agroindustri terhadap Poverty Gap Menurut Golongan Rumah Tangga dengan Metode Skala Ekivalensi, Tahun 2002... 277 13. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Poverty Severity Menurut Golongan Rumah Tangga dengan Metode Skala Ekivalensi, Tahun 2002... 278

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor pertanian sebagai penyedia utama lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat. Tidak terbantahkan pula bahwa sektor pertanian menjadi penyangga ekonomi nasional pada saat krisis ekonomi. Johnston dan Mellor (1961) mengidentifikasi paling tidak ada 5 (lima) peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi. Sektor pertanian sebagai penyedia tenaga kerja dan lapangan kerja terbesar sehingga transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor pertanian menyediakan pasar bagi produk-produk sektor industri karena jumlah penduduk perdesaan yang sangat banyak dan terus meningkat. Sektor pertanian sebagai penghasil devisa dan tidak kalah penting sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang efektif untuk mengurangi kemiskinan di wilayah perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor pertanian karena selama ini kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. Peran sektor pertanian yang demikian besar dalam perekonomian Indonesia memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi. Selama era Orde Baru, pembangunan perekonomian Indonesia mulai Pelita I sampai dengan Pelita III meletakkan prioritas pada sektor pertanian sedangkan mulai Pelita IV prioritas pembangunan beralih pada sektor non pertanian terutama sektor industri dan jasa. Pembangunan sektor non pertanian dan jasa pada Pelita IV dan tahap berikutnya tersebut dirancang dengan memanfaatkan landasan yang telah dibangun selama Pelita sebelumnya, yaitu pembangunan sektor industri dan jasa yang mendukung sektor pertanian, khususnya pembanguan industri hulu dan industri hilir yang terkait dengan sektor pertanian.

2 Proses industrialisasi tersebut telah mengakibatkan perubahan peran sektor pertanian yang dramatis dalam perekonomian Indonesia, yang ditunjukkan melalui penurunan proporsi output sektor pertanian terhadap output nasional. Pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional telah turun drastis dari sekitar 47.6 persen pada tahun 1970 menjadi hanya 15.4 persen pada tahun 2004. Sebaliknya pangsa sektor non pertanian meningkat dari sekitar 52.4 persen menjadi 84.6 persen. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pun mengalami serupa. Selama periode 1982-2004 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian secara konsisten terus mengalami penurunan, yaitu dari 54.7 persen menjadi 19.8 persen (BPS, 2004). Menurunnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional juga dapat dilihat dari menurunnya pangsa sektor pertanian dalam struktur ekspor Indonesia. Pangsa ekspor sektor pertanian dan minyak pada tahun 1970 masing-masing sebesar 66 persen dan 33 persen, pada tahun 1980 pangsa ekspor sektor pertanian turun menjadi hanya 13.6 persen sementara ekspor minyak naik menjadi 82 persen. Namun dengan menurunnya harga minyak, peranan ekspor minyak pada tahun 1990 turun menjadi hanya sekitar 40 persen dan digantikan oleh sektor industri yang naik dari sekitar 4 persen pada tahun 1980 menjadi sekitar 42 persen pada tahun 1990. Pangsa ekspor sektor industri semakin meningkat mencapai rata-rata 69.4 persen pada tahun 2004, sementara pangsa ekspor sektor pertanian hanya 3.4 persen (BPS, 2004) Proses industrialisasi tersebut dalam pelaksanaannya melalui pembangunan industri substitusi impor dan promosi ekspor yang pada umumnya industri padat modal yang bersifat foot lose industry, tidak berdasarkan pada sumberdaya dalam negeri melainkan tergantung pada sumberdaya impor sehingga potensi sumberdaya pertanian tidak dimanfaatkan secara optimal. Strategi pembangunan nasional dengan menitikberatkan pada strategi industri substitusi impor dan promosi ekspor tersebut dari sisi pertumbuhan ekonomi dinilai cukup

3 berhasil sehingga sampai sebelum masa krisis, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai rata-rata di atas 7 persen per tahun. Namun pembangunan industri yang demikian menghasilkan perekonomian yang rapuh, tidak efisien dan rentan terhadap gejolak ekonomi. Hal ini terbukti pada saat krisis ekonomi tahun 1997, sektor industri mengalami kehancuran karena tidak terintegrasi secara kuat dengan sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku. Dampak paling nyata adalah bertambahnya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Pada saat puncak krisis ekonomi terjadi penduduk miskin meningkat cukup tajam dari 17.6 persen pada tahun 1996 menjadi 23.4 persen pada tahun 1999 (BPS, 2002a). Defisit anggaran meningkat secara tajam pada tahun 1999 mencapai hampir Rp 50 trilliun atau hampir 4 persen dari PDB dan hutang pemerintah sebesar US $150 096 juta atau sekitar 113 persen terhadap PDB (OECD, 2000). Paradigma baru pembangunan ekonomi menempatkan strategi Agricultural Demand-Led Industrialization (ADLI) sebagai strategi industrialisasi yang menitikberatkan program pembangunan di sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan sektor industri dan sektor-sektor lain (Adelman, 1984; DeJanvri, 1984). Oleh karena sebagian besar sumberdaya berada di sektor pertanian dan sebagian besar penduduk Indonesia masih bergantung pada sektor pertanian, maka strategi ADLI akan menciptakan pertumbuhan pendapatan di kalangan rumah tangga pertanian yang sebagian besar memiliki keterkaitan kegiatan konsumsi sehingga menciptakan pasar bagi produk-produk domestik termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri, dan hal ini akan menjadi pendorong terbentuknya pertumbuhan perekonomian nasional yang cepat dan merata. Studi-studi secara empiris yang telah dilakukan terdahulu mendukung pentingnya keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dan sektor industri (Bautista et al., 1999; Uphoff, 1999; Daryanto dan Morison, 1992). Berdasarkan argumentasi di atas, industrialisasi pertanian, melalui pengembangan sektor agroindustri, dapat dipandang sebagai transisi yang paling tepat dalam

4 menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia. Bersama-sama dengan sektor pertanian sektor agroindustri akan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan. Dengan demikian peran sektor pertanian dalam PDB tidak dilihat dari produk primer yang dihasilkan saja, melainkan harus dikaitkan dengan industri pengolahan dan pemasaran yang diciptakan dan perannya dalam menarik dan mendorong pembangunan khususnya di perdesaan. Pengembangan sektor agroindustri memiliki beberapa sasaran, yaitu: (1) sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan pasar permintaan input untuk produk olahannya, (2) menciptakan lapangan kerja, (3) meningkatkan nilai tambah, (4) meningkatkan penerimaan devisa, dan (5) meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan. 1.2. Perumusan Masalah Tidak dipungkiri pembangunan ekonomi dengan meletakkan basis pada pembangunan sektor industri telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita. Namun tujuan pembangunan yang berlandaskan Trilogi Pembangunan bukanlah pencapaian pertumbuhan atau peningkatan pendapatan semata, melainkan pembangunan yang berdasarkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Ketiga landasan tersebut merupakan strategi yang dapat menjamin kontinuitas pembangunan di masa datang. Namun ketika strategi pembangunan lebih menekankan pada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, terjadi ketimpangan dalam pencapaian pembangunan sehingga aspek pemerataan menjadi agak terabaikan. Sebagai ilustrasi, pendapatan per kapita masyarakat meningkat dari Rp. 30 900 pada tahun 1970 menjadi Rp. 9 455 400 pada tahun 2004. Namun dibalik keberhasilan tersebut, kesenjangan pendapatan masyarakat ternyata semakin melebar. Apabila pada tahun 1985 perbandingan pendapatan per kapita buruh tani dibandingkan rumah tangga

5 bukan pertanian golongan atas di kota sebesar 1: 3.66 maka pada saat krisis ekonomi tahun 1998 menjadi 1: 9.53 (BPS, 1998). Penduduk miskin meningkat dari 17.6 persen pada tahun 1996 menjadi 23.4 persen pada tahun 1999 meskipun setelah krisis berakhir kemiskinan cenderung menurun namun penurunannya belum seperti yang diharapkan. Penduduk miskin pada tahun 2004 masih sebesar 16.7 persen (BPS, 2004). Millenium Development Goal mentargetkan pengurangan kemiskinan mencapai 50% pada tahun 2015 sehingga aspek kemiskinan masih menjadi permasalahan serius bagi pemerintah. Secara historis kondisi di atas tidak terlepas dari strategi pembangunan yang telah dilakukan selama ini. Pembangunan ekonomi melalui strategi industrialisasi substitusi impor yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1970 selama lebih dari satu dasawarsa secara empiris ternyata telah gagal memperkuat perekonomian dalam negeri secara merata. Fasilitas subsidi dan proteksi banyak diberikan kepada industri (Gillis et al., 1987) dan kesemuanya hanya dinikmati oleh pemilik modal sementara buruh sebagai faktor produksi utama pada industri-industri kecil di perdesaan tidak banyak memperoleh manfaat dan memunculkan kesenjangan antara industri besar dan menengah dengan industri kecil di perdesaan. Keadaan ini diperkuat oleh lemahnya keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian karena industri subsitusi impor tersebut sebagian besar menggunakan komponen input impor. Impor bahan baku untuk industri selama periode 1989 sampai dengan tahun 2004 mencapai lebih dari 55 persen dari total nilai impor bahan baku penolong (BPS, 2004). Strategi substitusi impor tersebut pada hakikatnya juga merupakan proses redistribusi pendapatan yang menguntungkan pemilik modal yang dipandang sebagai pencipta surplus. Dapat dikatakan pembangunan ekonomi melalui strategi substitusi impor pada dasarnya lebih berorientasi kepada pertumbuhan dibanding pemerataan (Arief, 1990; Basalim et al., 2000). Sementara strategi industri yang berorientasi ekspor (export-led industrialization) yang dilakukan pada periode berikutnya, yang mengandalkan permintaan ekspor dengan

6 modal asing sebagai penggerak pertumbuhan, ternyata semakin memperlebar kesenjangan antara sektor pertanian dan non pertanian serta rentan terhadap perubahan nilai tukar. Insentif yang diciptakan bagi perusahaan ekspor pada dasarnya menimbulkan proses redistribusi pendapatan yang menguntungkan bagi pemodal seperti halnya pada industri substitusi impor (Gillis et al., 1987; Arief, 1990). Ketidakmampuan strategi industrialisasi dalam mengangkat perekonomian secara berkesinambungan terlihat pada saat terjadi krisis ekonomi. Pertumbuhan produksi hampir seluruh sektor industri mengalami goncangan sehingga mencapai angka minus (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan Produksi Industri Menurut Sektor Tahun 1996 1999 SEKTOR Pertumbuhan (%) 1996 1997 1998 1999 1. Makanan, minuman dan tembakau 17.2 14.9-2.1 2.6 2. Tekstil, kain dan kulit 8.7-4.4-13.0 0.4 3. Kayu dan produk kayu 3.2-2.1-18.5-9.4 4. Kertas dan produk kertas 6.9 9.0-11.0 2.8 5. Kimia 9.1 3.4-23.2 4.7 6. Barang tambang mineral non logam 11.0 4.5-29.4 2.4 7. Logam dasar 8.0-1.4-28.7-3.9 8. Peralatan mesin 4.6-0.4-52.0-9.9 9. Industri lainnya 9.7 6.0-23.6 6.6 Total 11.7 7.4-14.5 1.7 Sumber: UNIDO (2000) Dampak krisis ekonomi tersebut sangat terasa terutama pada industri-industri yang banyak menggunakan input impor yaitu industri ringan (light manufacture), seperti industri tekstil, kulit, kayu lapis dan kertas dan industri berat (heavy manufacture) seperti industri logam dasar, barang tambang, kimia dan peralatan mesin. Namun industri-industri yang berbasis pertanian, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau, mengalami goncangan yang relatif kecil. Menurunnya kinerja sektor industri tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu produktivitas yang rendah, kandungan input impor yang

7 tinggi sehingga rentan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah, kesenjangan teknologi baru, kurangnya pasar ekspor serta rasio konsentrasi pasar yang berlebihan. Sebagai ilustrasi nilai tambah per tenaga kerja pada tahun 1995 hanya sebesar US $ 6 300, dua setengah kali lebih rendah dibanding Malaysia dan Phillipines (UNIDO, 2000). Pangsa nilai input impor sektor industri secara keseluruhan meningkat dari 23 persen pada tahun 1993 menjadi 33 persen pada tahun 1998, bahkan untuk industri tekstil, kimia, logam dan alat-alat mesin, pangsa input impor berkisar 30 sampai 64 persen (UNSFIR, 2004). Pola pemilikan industri sangat terkonsentrasi. Sebelum masa krisis sebanyak 10 persen keluarga menguasai sebanyak 60 persen kapitalisasi pasar (World Bank, 1999) sehingga menyebabkan semakin melebarnya kesenjangan antara industri besar dan industri kecil. Namun demikian, kehancuran sektor industri pada masa krisis dapat dipandang sebagai blessing in disguise bagi sektor industri di Indonesia (Soesastro, 1999) karena pengalaman tersebut akan membawa pembaruan dan mengubah prioritas strategi pembangunan industri masa depan ke arah industri yang lebih tahan terhadap goncangan karena dibangun berdasarkan sumberdaya dalam negeri. Strategi tersebut adalah strategi Agricultural Demand-Led Industrialization atau strategi ADLI, yaitu strategi pembangunan yang menitikberatkan sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak pembangunan sektor industri dan sektor lainnya, (Adelman,1984; Ranis, 1984). Berdasarkan konsep strategi ADLI tersebut industri yang dikembangkan adalah industri yang berbasis pertanian (agricultural based) yaitu sektor agroindustri. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah terbukti pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan dengan cepat mengalami pemulihan. Ketangguhan industri pertanian dalam menghadapi goncangan ekonomi dikarenakan industri yang berbasis pertanian, terutama industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau menggunakan bahan baku penolong impor yang relatif kecil, hanya sekitar 7 persen dari total impor bahan baku penolong tahun 1998 dibandingkan

8 dengan industri manufaktur lain secara keseluruhan sebesar 60.9 persen (BPS, 1999). Meskipun pada tahun 2004 impor bahan penolong cenderung menurun, namun secara keseluruhan jumlahnya masih tetap tinggi, dimana industri manufaktur sebesar 49 persen sedangkan industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 5.6 persen (BPS, 2004). Dengan komponen input impor yang rendah, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar pada saat krisis ekonomi akan mendatangkan keuntungan ekspor yang relatif lebih besar bagi produsen agroindustri. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Rangarajan, 1982; Haggblade et al., 1991). Hal ini berimplikasi bahwa dengan meningkatkan investasi di sektor agroindustri akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas. Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian besar berada di sektor pertanian. Pentingnya peran sektor agroindustri juga terlihat dari nilai tambah yang diciptakan sebesar 23.3 persen dari total nilai tambah sektor industri tahun 2004. Peran tersebut akan semakin penting di masa datang dengan meningkatnya penduduk dan pendapatan per kapita serta urbanisasi yang kesemuanya akan mendorong peningkatan permintaan pangan olahan yang berkualitas. Dikaitkan dengan upaya pengurangan kemiskinan, perspektif ke depan pengembangan sektor agroindustri akan sangat penting mengingat kantong kemiskinan saat ini sebagian besar berada di perdesaan. Namun selama ini sektor agroindustri belum menunjukkan perkembangan secara optimal. Selama sepuluh tahun terakhir perkembangan jumlah industri skala menengah

9 dan besar hanya bertambah 34 perusahaan atau sekitar 0.74 persen dari total jumlah industri (BPS, 2006). Ditinjau dari perspektif distribusi pendapatan, konsep redistribution with growth (pemerataan dengan pertumbuhan) selain akan menghasilkan pertumbuhan juga diharapkan akan menghasilkan distribusi pendapatan masyarakat yang lebih baik. Pemerataan tidak dapat diharapkan sebagai produk sampingan dari pertumbuhan melainkan harus diciptakan melalui unsur kebijakan. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai bisa sejalan dengan pemerataan dengan adanya kebijakan dan intervensi pemerintah. Dalam kondisi anggaran pembangunan dan sumberdaya saat ini yang semakin terbatas kebijakan pengembangan agroindustri secara targetted akan sangat relevan dilakukan. Melalui strategi triple track, yaitu pro growth, pro employment and pro poor, kebijakan pengembangan agroindustri diprioritaskan pada industri-industri yang selain mampu menciptakan nilai tambah tinggi, juga bersifat padat tenaga kerja (labor intensive) sehingga memiliki penyerapan tenaga kerja yang tinggi, mampu mempercepat pertumbuhan sektor-sektor lain serta mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan bawah secara lebih baik. Oleh karena itu menjadi penting melakukan identifikasi agroindustri apa saja yang memiliki kriteria di atas sehingga layak dijadikan prioritas dalam pengembangan sektor agroindustri di Indonesia. Dari uraian di atas, pokok permasalahan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Benarkah sektor agroindustri memiliki peran yang lebih besar dibandingkan sektor lainnya dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga? 2. Agroindustri apa yang layak mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam upaya memperbaiki distribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan? 3. Seberapa besar pengembangan agroindustri dapat memperbaiki distribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan?

10 4. Kebijakan apa yang dinilai mampu menumbuhkan sektor agroindustri secara berkualitas, yaitu secara spesifik mampu meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga serta mengurangi kesenjangan dan kemiskinan rumah tangga? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian secara umum adalah mengetahui peran dan dampak pengembangan sektor agroindustri terhadap perekonomian Indonesia, distribusi pendapatan dan kemiskinan. Secara lebih spesifik tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis peran sektor agroindustri dalam peningkatan output, nilai tambah, penyerapan tenaga kerja nasional dan pendapatan rumah tangga. 2. Menganalisis peran agroindustri makanan dan non makanan dalam peningkatan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga serta menentukan agroindustri prioritas. 3. Menganalisis dampak berbagai kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Manfaat hasil penelitian ini adalah pemahaman yang lebih mendalam bagi masyarakat mengenai peran sektor agroindustri dalam perekonomian Indonesia. Bagi pemerintah, manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan prioritas kebijakan pengembangan sektor agroindustri yang lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Analisis dampak pengembangan agroindustri dalam penelitian ini difokuskan pada analisis aspek makroekonomi dengan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi

11 (SNSE). Model ini digunakan untuk menganalisis peranan sektor agroindustri dalam pembentukan output, nilai tambah, penyerapan tenaga kerja dan perannya dalam meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain di dalam perekonomian nasional. Sektor agroindustri dikelompokkan ke dalam agroindustri makanan dan agroindustri non makanan yang didisagregasi ke beberapa jenis industri. Selain itu dengan mengkombinasikan model SNSE dengan data SUSENAS penelitian ini juga menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Kebijakan ekonomi yang dimaksud secara umum meliputi kebijakan: (1) peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer dan agroindustri, (2) peningkatan investasi agroindustri, (3) peningkatan ekspor agroindustri, (4) insentif pajak di sektor agroindustri, dan (5) redistribusi pendapatan dari rumah tangga golongan atas ke rumah tangga golongan rendah. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui jalur atau arah stimulus pada sektor agroindustri ditransmisikan ke rumah tangga. Keterbatasan utama dari studi ini terutama berkaitan dengan ketersediaan data untuk pendisagregasian sektor agroindustri ke berbagai jenis industri makanan dan non makanan dan keterbatasan dalam menyususn skenario kebijakan terkait dengan keterbatasan model SNSE yang digunakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Agroindustri Sebagai Strategi Pembangunan Pertanian Orientasi pembangunan pertanian di Indonesia dewasa ini telah mengalami pergeseran, bukan hanya pembangunan yang berorientasi pada peningkatan produksi semata, seperti yang telah dilakukan selama hampir tiga dasa warsa terakhir, namun mengarah pada pembanguan yang berlandaskan Trilogi Pembangunan, yaitu pembangunan yang berdasarkan pertumbuhan yang cukup tinggi, pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Ketiga landasan tersebut merupakan strategi yang dapat menjamin kontinuitas pembangunan dimasa datang. Upaya peningkatan produksi yang telah dilakukan sejak awal orde baru (1969-1998) memang telah berhasil meningkatkan produksi nasional. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan tercapainya swasembada beras pada tahun 1985. Namun keberhasilan produksi tersebut membawa konsekuensi terhadap harga produk pertanian yang terus mengalami tekanan sehingga pada akhirnya peningkatan produksi yang diperoleh tidak dapat secara efektif meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu pembangunan pertanian harus dilaksanakan secara proporsional dan terintegrasi antara aspek produksi/budidaya, aspek pengolahan dan pemasaran serta aspek jasa dan penunjang pertanian. Dalam hal ini pembangunan sektor industri pengolahan diarahkan untuk pengembangan agroindustri yang menunjang pengembangan komoditas pertanian sehingga mampu memenuhi standar mutu permintaan pasar dan mampu memberikan nilai tambah bagi produk pertanian. Agroindustri sebagai salah satu subsistem penting dalam agrobisnis, memiliki potensi mendorong pertumbuhan yang tinggi karena nilai tambah yang dapat mempercepat transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Perbedaan teknologi dan manajemen antara sektor pertanian dengan agroindustri tidak sebesar perbedaan antara

13 sektor pertanian dengan sektor industri secara umum sehingga memperkecil masalah kesenjangan teknologi. Agroindustri juga dapat digunakan sebagai sarana mengatasi kemiskinan karena memiliki spektrum kegiatan dan pasar yang sangat luas. Agroindustri juga dipandang sebagai sektor yang padat karya dan tidak banyak memerlukan modal untuk menghasilkan nilai tambah bahan mentah dan umumnya berada dekat dengan lokasi produksi bahan mentah. Dengan karakteristik tersebut pengembangan sektor agroindustri sangat sesuai bagi pengembangan industri-industri kecil di perdesaan. Menurut Saragih (1992) agroindustri diartikan sebagai semua kegiatan industri yang terkait dengan kegiatan pertanian, meliputi: (1) industri pengolah hasil produksi pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk akhir seperti industri minyak sawit, industri pengolah karet, industri pengalengan ikan, industri kayu lapis dan sebagainya, (2) industri penanganan hasil pertanian segar seperti industri pembekuan ikan, industri penanganan buah segar dan sebagainya, (3) industri pengadaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan bibit, dan (4) industri pengadaan alat-alat pertanian seperti industri traktor pertanian, industri mesin perontok, industri mesin pengolah minyak sawit, industri mesin pengolah karet dan sebagainya. Dilihat dari karakteristik fisik, agroindustri diartikan sebagai industri berbasis pertanian dalam arti luas, yang mencakup tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, perkebunan dan kehutanan (Pambudy, 2005). Oleh karena itu pengembangan agroindustri akan menghasilkan: (1) bahan baku pangan (food) untuk manusia dan pakan (feed) untuk ternak dan hewan, (2) bahan baku serat (fiber), bahan untuk papan, perumahan, kertas hingga kain berikut turunnya, (3) bahan dan bahan baku energi (renewable bio energy) yang berupa biodiesel (minyak kelapa dan kelapa sawit) atau ethanol (alcohol) yang bersumber dari umbi-umbian, jagung atau tebu, dan (4) bahan baku dan bahan baku obatobatan (biofarmaka) yang bersumber dari plasma nutfah tanaman obat tropis, rempahrempah serta tanaman dan ternak asli tropika lainnya. Dengan beragamnya produk

14 agroindustri tersebut, maka akan terbuka lebar pasar produk agroindustri, bukan hanya pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar negeri. Sedangkan Austin (1981) mengidentifikasi agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang, yang meliputi proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik dan kimiawi, penyimpanan, pengepakan dan distribusi. Pengolahan dapat berupa pengolahan sederhana, namun dapat pula melalui proses yang canggih, misalnya pengolahan pemanis berfruktosa tinggi dengan menggunakan tepung jagung. Proses transformasi tersebut oleh Austin dikelompokkan menjadi empat tingkat (Tabel 2). Semakin tinggi tingkat transformasi, menunjukkan proses transformasi yang lebih lanjut. Paradigma baru pembangunan ekonomi menempatkan agroindustri sebagai suatu sektor yang memimpin didasarkan pada beberapa pemikiran. Pertama, agroindustri memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun hilir, yaitu keterkaitan yang kuat dengan kegiatan budidaya pertanian maupun dengan konsumen akhir atau dengan industri lainnya. Tabel 2. Klasifikasi Proses Transformasi Produk Agroindustri Tingkat Transformasi Kegiatan Pengolahan Bentuk Produk I pembersihan, sortir buah segar, sayuran segar, telur II III penggilingan, pemotongan, pencampuran, pemisahan pemasakan, pengalengan, pengeringan, pembekuan, pasteurisasi, pemintalan, ekstraksi. sereal, daging, pakan ternak, kapas, serat, kayu, karet hasil ternak, buah dan sayur, daging, saus, tekstil dan garmen, minyak, gula, minuman IV proses kimia, penteksturan makanan instan, produk sayur olahan, ban Sumber: Austin (1981) Kedua, produk-produk agroindustri terutama agroindustri pengolahan umumnya memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang elastis jika dibandingkan